Anda di halaman 1dari 3

PELAYANAN KESEHATAN KORBAN

Pelayanan kesehatan pada saat bencana bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah atau
mengurangi kecacatan dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi kepentingan korban. Untuk
mencapai tujuan tersebut, penanganan krisis kesehatan saat bencana dalam pelaksanaannya melalui
lima tahap pelaksanaan, yaitu tahap penyiagaan, upaya awal, perencanaan operasi, operasi tanggap
darurat dan pemulihan darurat serta tahap pengakhiran misi.

Pelaksanaan kelima tahap di lingkungan kesehatan dikoordinasikan oleh Pusat Pengendalian


Kesehatab (PusDalKes) dinas kesehatan setempat yang diaktivasi sesaat setelah informasi kejadian
bencana diterima.

1.1 Pusat pengendalian kesehatan (Pusdalkes)


Pusat pengendali kesehatan (pusdalkes) merupakan organisasi komando tanggap darurat
bencana yang dimiliki struktur terdiri dari :
a. Ketua pusdalkes
Ketua bertugas dan bertanggung jawab untuk:
1) Mengaktifkan pusat pengendalian kesehatan (pusdalkes)
2) Membentuk pos pengendali kesehatan dilokasi bencana
3) Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalikan operasi kesehatan saat tanggap darurat bencana.
4) Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengarahan sumber daya manusia
kesehatan, peralatan dan logistik kesehatan serta berwenang memerintahkan para
pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi
aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.
b. Bidang operasi
Bidang operasi bertugas dan bertanggung jawab atas penilaian cepat masalah kesehatan,
pelayanan kesehatan pra rumah sakit dan rumah sakit, evakuasi medis, perlindungan
kesehatan pengungsi, serta pemulihan sarana kesehatan dan prasarana dengan cepat, tepat,
efisien dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap darurat
bencana.
c. Bidang perencanaan
Bidang perencanaan bertugas dan bertanggung jawab atas pengumpulan, analisis data dan
informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatan saat penanganan tanggap darurat
bencana dan menyiapkan dokumen rencana serta laporan tindakan operasi tanggap darurat.
d. Bidang logistik dan peralatan
Bidang logistik dan peralatan bertugas dan bertanggung jawab:
1) Menyediakan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan untuk pelayanan
kesehatan saat masa tanggap darurat.
2) Melaksanakan koordinasi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
transportasi bantuan logistik dan peralatan kesehatan.
3) Melaksanakan penyelenggaraan dukungan, air bersih dan sanitasi umum.
e. Bidang administrasi keuangan
Bidang administrasi keuangan bertugas dan bertanggung jawab:
1) Melaksanakan administrasi keuangan
2) Menganalisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap darurat bencana di
bidang kesehatan
3) Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando tanggap darurat
bencana yang terjadi
1.2 Tahap penyiagaan
Tahap ini bertujuan untuk menyiagakan semua sumber daya baik menusia maupun logistik yang
sudah disiapkan pada masa sebelum terjadi bencana. Tahap ini dimulai sejak informasi kejadian
bencana diperoleh hingga mulai tahap upaya awal. Tahap ini mencangkup peringatan awal,
penilaian situasi dan penyebaran informasi kejadian.
Peringatan awal berupa informasi kejadian bencana dapat berasal dari laporan masyarakat, media
massa, perangkat pemerintah daerah atau berbagai sumber lainnya. Sesaat setelah terjadi
bencana, petugas kesehatan yang berada di lokasi bencana segera melakukan penilaian awal
(initial assessment) untuk mengidentifikasi krisis kesehatan. Penilaian awal ini berupa informasi
singkat yang segera dilaporkan ke Pusdalkes.
Jika informasi kurang memadai,segera dikirim Tim Rapid Health Assessment (RHA) untuk
memastikan kejadian, menilai besarnya dampak kejadian dan kebutuhan yang harus segera
dipenuhi yang kurang atau tidak tersedia di lokasi bencana. Informasi kurang memadai yang
diakibatkan karena kerusakan infrastruktur yang ditandai dengan putusnya jalur komunikasi harus
direspon sebagai tanda peringatan bahaya sehingga Tim Reaksi Cepat (TRC) dapat disiapkan untuk
segera dikirim ke lokasi bersama dengan Tim RHA dan TRC dimobilisasi dalam waktu 0 -24 jam
setelah kejadian.
Setelah memastikan kejadian bencana, Pusdalkes segera menyebarkan informasi kejadian ke
tingkat yang lebih tinggi dan memobilisasi sumber daya sesuai kebutuhan. Informasi kejadian
harus bersirkulasi mengikuti perkembangan dan disampaikan dengan menggunakan media
komunikasi dari lokasi kejadian sampai ke tingkat pusat.
1.3 Tahap upaya awal (initial action)
RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang dilakukan untuk mengetahui
besar masalah, potensi masalah kesehatan yang mungkin terjadi saat bencana serta kebutuhan
sumber daya yang harus saat dipenuhi agar penanganan bencana dapat bergaya guna dan berhasil
guna.
Tim RHA melakukan serangkaian aktivitas untuk memastikan kejadian bencana, waktu dan lokasi
kejadian, mengetahui jumlah korban, potensi resiko krisis kesehatan, dan kebutuhan sumber daya
yang harus segera dipenuhi. Hasil akhir daru kegiatan RHA adalah sebuah rekomendasi bagi
pengambil keputusan untuk menentukan langkah-langkah dalam penanganan suatu bencana.
Kopetensi dan jumlah anggota tim tergantung kepada jenis bencana dan luasnya dampak
bencana.
Aspek yang dinilai pada kegiatan RHA meliputi aspek medis, epidemiologis, dan kesehatan
lingkungan. Anggota tim sebaiknya memiliki pengalaman dan pengetahuan dibidangnya, memiliki
integritas dan mampu bekerja dalam situasi bencana. Apabila dampak bencana sangat luas, dapat
dibentuk beberapa tim.
Aspek medis yang dinilai meliputi masalah serta kebutuhan pelayanan medis korban pra rumah
sakit, rumah sakit dan rujukan. Penilaian ini harus dilakukan dan dilaporkan sesegera mungkin
untuk penanganan yang cepat dab tepat. Kegiatan ini harus dilakukan oleh orang yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan dibidang kegawatdaruratan medis. Aspek yang dinilai antara lain:
a. Mengidentifikasi lokasi bencana, meliputi daerah pusat bencana, akses transportasi dan
komunikasi dari dan ke lokasi, lokasi pos medis lapangan (dapat berupa puskesmas atau tenda
perawatan sementara) dan sumber daya yang berada di lokasi.
b. Mengidentifikasi pos medis depan beserta sumber dayanya, yaitu rumah skait terdekat, yang
akan dijadikan sebagau tempat rujukan awal. Data mengenai rumah sakit setempat
seharusnya sudah tersedia sebelum terjadi bencana.
c. Mengidentifikasi pos medis belakang beserta sumber dayanya, yaitu rumah sakit rujukan bagi
korban yang memerlukan perawatan lebih lengkap. Data mengenai sumber daya rumah sakit
rujukan ini seharusnya sudah tersedia sebelum terjadi bencana.
d. Mengidentifikasi pos media sekunder, yaitu rumah sakit lainnya seperti rumah sakit TNI, Polri
atau swasta yang dapat dijadikan sebagai tempat rujukan bagi korban yang memerlukan
perawatan lebih lengkap. Pos medis sekunder ini untuk mengantisipasi banyaknya jumlah
korban yang dirujuk ke medis belakang.
e. Mengidentifikasi alur evakuasi medis dari lokasi sampai pos medis depan, pos medis belakang
dan pos medis sekunder.

Identifikasi diatas memungkinkan semua tim bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan
daerah kerja mereja secara cepat dan efisien. Salah satu cara terbaik untuk proses identifikasi ini
adalah dengan membuat suatu peta sederhana lokasi bencana yang mencantumkan topografi
utama daerah tersebut, seperti jalan raya, batas- batas wilayah alami dan artifisial, sumber air,
sungat, bangunan, dan lain-lain. Dengan peta ini dapat dilakukan identifikasi daerah-daerah resiko
potensial daerah lokalisasi korban, akses untuk mencapai lokasi, dna untuk menetapkan area
kerja. Hasil penilaian tersebut harus dilakukan dan dilaporkan dengan cepat.

SUMBER :

DR.Endang Rahayu Sedyaningsih,MPH,Dr.PH.2011.Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis


Kesehatan Akibat Bencana (mengacu pada standar internasional).Bhakti Husada

Anda mungkin juga menyukai