Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh

LALU NURHALID
010114a047

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

TA 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

I. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri (RBD)

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya.Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan
bunuh diri.
Ada tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:
1. Isyaratbunuhdiri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpasaya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuhdiri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah

2. Ancamanbunuhdiri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut.Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan
pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3. Percobaanbunuhdiri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.
Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri diatas dapat dilihat data-data yang harus dikaji
pada tiap jenisnya.

B. Penyebab
Penyebab Resiko Bunuh Diri adalah :
1. HDR
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).Gangguan harga diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaituterjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerjadll. Pada klien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan
:pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk
dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan
petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama.
Tanda dan gejala
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
d. Gangguan hubungan social seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Mencederai diri
2. Perubahan sensori persepsi ; halusinasi
Perubahan sensori persepsi ;halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan
gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan
sadar penuh ( baik ).

Tanda dan Gejala :


a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidakdapatmemusatkanperhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (dirisendiri, orang lain danlingkungannya),
takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung. (Budi Anna Keliat,)
3. Gangguan isi pikir ; waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Gangguan isi piker
dapatdiidentifikasidenganadanyawaham.Wahamataudelusiadalah ide yang salah
dan bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada
kaitannya dengan latar belakang budaya (Morgon,1998).
Tanda dan gejala
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
curiga, keadaandirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
b. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
c. Takut, kadang panik
d. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
e. Ekspresi tegang, mudah tersinggung
C. Akibat
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku bunuh diri
mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah perawatan Jenazah.
Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat dipengauhi oleh cara
seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku bunuh diri dilakukan
dengan menggantung maka cedera yang terjadi adalah berupa jejas di leher. Jika
minum racun maka akan terjadi pencederaan di lambung dan saluran pencernaan.
Untuk itu intervensi yang dilakukan juga sangat tergantung dengan cedera yang
terjadi.

D. POHON MASALAH

Effect Bunuh diri

Core probelm Risiko bunuh diri

Causa isolasi sosial

Harga diri rendah kronis


sumber: Fitria (2009)

III. Diagnosa Perawatan


1. Resiko Bunuh diri

2. Bunuh diri
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis.
IV. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur
d. Bersifat hangat dan bersahabat
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan :
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lain lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan :
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan :
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan
setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat
dll.).
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
6. Klien dapat menggunakan dukungan social
Tindakan :
a. Kaji dan manfaatkan sumber sumber ekstemal individu (orang orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
b. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama)
c. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan :
a. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah Utama : Resiko Bunuh Diri


A. PROSES PERAWATAN
Isyaratbunuhdiri
1. Kondisi Kien
Data subyektif
a. Klienmengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” Klien
mengatakan “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
b. Klien mengatakan memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya
c. Klien mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa /
tidak berdaya.
d. Klien mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah
Data obyektif
a. Tampak murung
b. Sering menyendiri
c. Disforik
d. Tidak bersemangat
2. Diagnosa Perawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan:
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
B. Tindakan keperawatan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara
dapat melakukan tindakan berikut:
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

1. Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan bingung, marah dan ingin memukul dirinya sendiri
Do : Pasien tampak berbicara sendiri, tatapan mata tajam, tangan mengepal, gigi
menggigit

2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencederai diri : isyarat bunuh diri

3. Tujuan
a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
b. Klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari
c. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
3. Tindakan keperawatan: Melindungi pasien
Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko bunuh diri
ialah
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat dipindahkan ke
tempat yang lebih aman.
g. Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu, pisau, silet, tali
pinggang, dan gelas)
h. Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i. Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak
ada keinginan untuk bunuh diri.
SP 1 Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
Fase orientasi
Salam terapeutik : Selamat pagi mbak, Apakah benar ini Nn. D . Ohh, senang
dipanggil apa ? Ohh Nn. D. Baiklah Nn. D, perkenalkan nama
saya adalah LALU NURHALID , saya biasa dipanggil ALID,
saya bertugas pada shift pagi mulai pukul 08.00-14.00.
Evaluasi dan validasi : Bagaimana perasaan Nn. D hari ini? Saya akan selalu
menemani Nn. D disini mulai dari pukul 08.00-14.00, nanti
akan ada perawat yang menggantikan saya untuk menemani
Nn. D selama dirawat di rumah sakit ini.
Kontrak : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak
rasakan selama ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin
mbak sampaikan. Bagaimana kalau kita lakukan disini saja?
Jam berapa kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau
jam 13.00 setelah makan siang mbak?
Fase Kerja :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana tersebut Nn.
D merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Nn. D kehilangan kepercayaan diri? Apakah
Nn. D merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah Nn. D sering
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi? Apakah Nn. D berniat untuk menyakiti diri
sendiri seperti ingin bunuh diri atau berharap Nn. D mati? Apakah Nn. D mencoba untuk
bunuh diri? Apa sebabnya?
Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk melindungi
klien.
Baiklah tampaknya Nn. D memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan untuk bunuh
diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Yuki untuk memastikan tidak ada benda-benda
yang membahayakan Nn. D.
Nah, karena Nn. D tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
Nn. D, maka saya tidak akan membiarkan Nn. D sendiri.
Apakah yang akan Nn. D lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya setuju. Nn. D
harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk membantu Nn. D. Saya percaya
Nn. D dapat melakukannya.
Fase terminasi :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Coba ibu sebutkan cara tersebut ?
Nn. D, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan harga diri
pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Nn. D bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa lama?
Nn. D, mau dimana tempatnya?
SP 2 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
Fase orientasi :
Selamat pagi Nn. D, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana perasaan Nn. D
saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin
sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih Nn. D
miliki. Mau berapa lama? Dimana?
Fase kerja :
Apa saja dalam hidup Nn. D yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau Nn. D meninggal. Coba Nn. D ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan Nn. D.
Keadaan yang bagaimana yang membuat Nn. D merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan
Nn. D masih ada yang baik yang patut Nn. D syukuri. Coba Nn. D sebutkan kegiatan apa
yang masih dapat Nn. D lakukan selama ini. Bagaimana kalau Nn. D mencoba melakukan
kegiatan tersebut, Mari kita latih.
Fase terminasi :
Bagaimana perasaan Nn. D setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja
yang Nn. D patut syukuri dalam hidup Nn. D? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan Nn. D jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus Nn. D. Coba Nn. D
ingat lagi hal-hal lain yang masih Nn. D miliki dan perlu di syukuri! Nanti jam 2 siang kita
bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah, tetapi kalau
ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!

SP 3 Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah


pada pasien isyarat bunuh diri
Fase orientasi :
Selamat pagi Yuki.
Bagaimana perasaan Nn. D hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!
Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Nn. D selama ini.
Mau berapa lama Nn. D? Mau disini saja?
Fase kerja :
Coba ceritakan situasi yang membuat Nn. D ingin bunuh diri. Selain bunuh diri apalagi kira-
kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Nn. D. Nah, sekarang coba kita diskusikan
tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara
mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut Nn. D cara yang mana? Ya saya
juga setuju dengan pilihan Nn. D . Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi
perasaan Nn. D ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.

Fase Terminasi :
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Nn. D, setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Nn. D gunakan. Coba Nn. D
melatih cara yang Nn. D pilih tadi.
Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas
pengalaman Nn. D menggunakan cara yang Nn. D pilih.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedomanasuhankeperawatanjiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.


2003
Keliat Budi A. Proses keperawatankesehatanjiwa.Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
Tim DirektoratKeswa. Standartasuhankeperawatankesehatanjiwa.Edisi 1. Bandung:
RSJP.2000
Townsend M.C. Diagnosakeperawatanpadakeperawatanpsikiatri;
pedomanuntukpembuatanrencanakeperawatan. Jakarta: EGC. 1998
…………..Pelatihanasuhankeperawatanpadakliengangguanjiwa. Semarang. 20 – 22
Novembr 2004. unpublished

Anda mungkin juga menyukai