Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Dalam manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis

dan pengendalian kegiatan keuangan, mereka yang melaksanakan kegiatan

tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan.

Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan

yang sangat penting disamping operasional lainnya, manajemen keuangan

membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik

individu, perusahaan maupun pemerintah. Manajemen keuangan juga sebagai

aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana

perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan

mengalokasikan dana tersebut secara efisien.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah

usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk

membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.

2.2 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat oleh perusahaan tidak secara sembarangan akan

tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku.

Hal ini diterapkan diberbagai perusahaan dan bertujuan agar laporan keuangan

mudah dibaca dan dimengerti. Pengertian sederhana laporan keuangan adalah

laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam

suatu periode tertentu (Kasmir, 2011:6).

19
20

Jadi laporan keuangan dapat diartikan laporan yang menunjukan kondisi

perusahaan saat ini, yang dimaksud saat ini yaitu kondisi keuangan perusahaan

pada tanggal tertentu atau pada periode tertentu. Biasanya laporan keuangan

dibuat atau disusun per periode tertentu yaitu: triwulan, per enam bulan dan per

satu tahun sekali. Dan dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan

keuangan, yang sering digunakan oleh berbagai perusahaan diantaranya:

1) Neraca

Merupakan laporan yang menunjukan jumlah aktiva (harta), kewajiban

(utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Pembuatan

neraca dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan), akan tetapi pemilik

atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan

untuk mengetahui secara persis keadaan perusahaan seperti berapa harta,

utang dan modal yang dimilikinya.

2) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menunjukan kondisi usaha dalam suatu periode

tertentu. Laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau

periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan

biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah

perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.

3) Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki

perusahaan saat ini, kemudian menunjukan perubahan modal serta sebab-

sebab berubahnya modal.


21

4) Laporan catatan atas laporan keuangan

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat

berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini

memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas

laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.

Tujuannya adalah agar pengguna laporan keuangan dapat memahami

jelas data yang disajikan.

5) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan arus kas masuk

dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan

atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan

biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Laporan arus kas baik itu

arus kas masuk atau arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.

2.2.1 Manfaat Laporan Keuangan

Laporan Keuangan memberikan manfaat ke banyak pihak yang terbagi

dalam 2 kelompok, pihak internal dan eksternal.

1) Internal:

 Pengelola (direksi&manajemen)

Laporan keuangan memberikan informasi yang digunakan dalam

pengambilan keputusan, evaluasi usaha yang sedang berjalan,

melakukan budgeting dan kontrol internal.

 Karyawan

Karyawan akan tertarik dengan informasi keuangan yang terkait


22

dengan stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat

memberikan gambaran apakah perusahaan mampu memberikan balas

jasa dan menyediakan kesempatan bekerja dan berkarir untuk jangka

waktu yang lama.

2) Eksternal:

 Investor/owner

Investor atau owner berkepentingan dengan informasi yang

berhubungan dengan resiko yang terkait dengan investasi modal.

 Pemberi Pinjaman

Pihak yang memberi pinjaman berkepentingan dengan informasi yang

menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang beserta

bunganya dengan tepat waktu. Laporan keuangan dapat membantu

mereka untuk menentukan besar plafon, bunga dan jangka waktu yang

diberikan.

 Supplier

Pihak supplier dan pemberi hutang jangka pendek lainnya

berkepentingan dengan informasi yang menunjukkan kemampuan

perusahaan membayar hutang jangka pendeknya. Informasi tersebut

akan membantu supplier untuk menentukan jumlah piutang yang

diberikan dan jangka waktunya.

 Pelanggan

Pelanggan memerlukan informasi yang berhubungan dengan

kelangsungan perusahaan, terutama pelanggan yang melakukan


23

kerjasama jangka panjang. Pelanggan yang loyal membutuhkan

hubungan jangka panjang dan langgeng.

 Pemerintah

Bagi pemerintah, mereka dapat menilai kemampuan perusahaan dalam

membayar pajak.

2.2.2 Sifat Laporan Keuangan

Pencatan yang dilakukan dalam penyeseuaian laporan keuangan harus

dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku demikian pula dalam hal

penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada sifat laporan keuangan itu

sendiri. Dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat:

 Bersifat historis

 Menyeluruh

Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari

data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya laporan

keuangan disusun berdasarkan data satu atau dua data beberapa tahun ke belakang

(tahun atau periode sebelumnya).

Kemudian, bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat

selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan, pembuatan atau penyusunan yang hanya sebagian-sebagian

(tidak lengkap) tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan

suatu perusahaan.
24

2.3 Tingkat Pengembalian Aset (ROA)

2.3.1 Pengertian ROA

Tingkat Pengembalian Aset (ROA) merupakan salah satu rasio

profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti,

karena mampu menunjukan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan.

ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada

masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets

atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh

dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan

menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup

perusahaan. Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas

total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak (Brigham dan Houston, 2001:90).

Riyanto, 2001:336 menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power Ratio (Rate

of Return on Investment/ROI) yaitu kemampuan dari modal yang d iinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto

yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA atau ROI dalam

penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah dikurangi

beban bunga dan pajak (Earning After Taxes / EAT) yang dihasilkan dari kegiatan

pokok perusahaan dengan total aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk

melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam

persentase.
25

2.3.2 Perhitungan Tingkat Pengembalian Aset

Perhitungan ROA dapat menggunakan basis setelah pajak (Prihadi,

2010:152).

ROA versi ini mengukur seluruh hasil. Hasil disini diartikan sebagai:

 Laba bersih setelah pajak (net income) yang merupakan jatah

investor

 Bunga setelah pajak (after tax interest expense)

Dalam rumus tersebut basis perhitungannya adalah setelah pajak. Jadi

bunga juga harus dihitung setelah pajak apabila akan dijumlahkan dengan net

income. Net income dengan sendirinya setelah pajak, jadi kedudukan antara net

income dengan bunga setelah pajak sudah setara pada waktu dijumlahkan,

keduanya setelah pajak.

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan ROA

Kelebihan ROA diantaranya sebagai berikut:

 ROA mudah dihitung dan dipahami.

 Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif terhadap setiap

pengaruh keadaan keuangan perusahaan.

 Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan laba yang

maksimal.

 Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan assets yang

dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba.


26

 Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.

 Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan

manajemen.

Di samping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga mempunyai

kelemahan di antaranya:

 Kurang mendorong manajemen untuk menambah assets apabila nilai ROA

yang diharapkan ternyata terlalu tinggi.

 Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek bukan pada

tujuan jangka panjang, sehingga cenderung mengambil keputusan jangka

pendek yang lebih menguntungkan tetapi berakibat negatif dalam jangka

panjangnya.

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi ROA

Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba. ROA termasuk salah satu rasio profitabilitas. Menurut kutipan

dari Brigham dan Houston (2001:89), rasio profitabilitas (profitability ratio)

menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang

terhadap hasil operasi.

1) Rasio Likuiditas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya, yang dihitung dengan membandingkan aktiva lancar

perusahaan dengan kewajiban lancar. Rasio likuiditas terdiri dari:


27

 Current Ratio, mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya dengan membandingkan semua aktiva

likuid yang dimiliki perusahaan dengan kewajiban lancar.

 Acid Test, mengukur kemampuan peusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang lebih

likuid yaitu tanpa memasukan unsur persediaan dibagi dengan

kewajiban lancar. Aktiva likuid menurut Brigham dan Houston

(2001:79) adalah aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas dengan

cepat tanpa harus mengurangi harga aktiva tersebut terlalu banyak.

2) Rasio Manajemen Aktiva

Rasio manajemen aktiva (asset management ratio) mengukur seberapa

efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio manajemen aktiva terdiri

dari:

 Inventory Turnover, mampu mengetahui frekuensi pergantian

persediaan yang masuk ke dalam perusahaan, mulai dari bahan

baku kemudian diolah dan dikeluarkan dalam bentuk produk jadi

melalui penjualan dalam satu periode.

 Days Sales Outstanding, mengetahui jangka waktu rata-rata

penagihan piutang menjadi kas yang berasal dari penjualan kredit

perusahaan.

 Fixed Assets Turnover, mengetahui keefektivan perusahaan

menggunakan aktiva tetapnya dengan membandingkan penjualan

terhadap aktiva tetap bersih.


28

 Total Assets Turnover, mengetahui keefektivan perusahaan

menggunakan seluruh aktivanya dengan membandingkan penjualan

terhadap total aktiva.

3) Rasio Manajemen Utang

Rasio manajemen aktiva mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka panjang (utang) perusahaan yang digunakan

untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan.

Manajemen utang terdiri dari:

 Debts Ratio, mengetahui persentase dana yang disediakan oleh

kreditur.

 Times Interest Earned (TIE), mengukur seberapa besar laba operasi

dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat memenuhi beban

bunga tahunan.

 Fixed Charge Coverage Ratio, hampir serupa dengan rasio TIE,

namun mengakui bahwa banyak aktiva perusahaan yang di lease

dan harus melakukan pembayaran dana pelunasan.

Berdasarkan uraian di atas, maka Inventory Turnover dan Days Sales Out

standing termasuk rasio manajemen aktiva dan Debts Ratio termasuk manajemen

utang. ROA termasuk rasio profitabilitas, oleh karena itu ROA juga dipengaruhi

faktor-faktor tersebut.
29

2.4 Perputaran Kas

2.4.1 Pengertian Kas

Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap

saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai

berikut (Harahap, 2004:258):

a) setiap saat dapat ditukar menjadi kas

b) tanggal jatuh temponya sangat dekat

c) kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia mengemukakan (2007:21), kas adalah

mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku

sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk pula dalam kas adalah mata uang

rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk

penukarannya ke Bank Indonesia. Kas yang dimiliki oleh perusahaan yang

dikelola dengan baik ditujukan sebagai cadangan pencegah terjadinya

ketidakseimbangan kas pada jangka pendek, misalnya penjualan dapat turun lebih

cepat daripada pengeluaran kas untuk pembelian dan beban saat terjadi penurunan

usaha sehingga membutuhkan ketersediaan kas yang lebih (Subramanyam dan

Wild, 2010:244).

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kas adalah salah

satu bagian aktiva lancar yang paling tinggi likuiditasnya (paling likuid) yang

ditujukan sebagai cadangan pencegah terjadinya ketidakseimbangan kas pada

jangka pendek.
30

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas bisa melalui

penerimaan dan pengeluaran kas. Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan

(Munawir, 2007:159) pada dasarnya dapat berasal dari:

a) Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud

maupun yang tidak berwujud atau adanya penurunan aktiva tidak lancar

yang diimbangi dengan penambahan kas

b) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal

oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas

c) Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun

utang jangka panjang (utang, obligasi, utang hipotik, atau hutang jangka

panjang yang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan

penerimaan kas

d) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang

dimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan

barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan

surat berharga karena adanya penjualan dan sebagainya

e) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari

investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian

kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya

transaksi-transaksi sebagai berikut:


31

a) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas

perusahaan oleh pemilik perusahaan.

b) Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun jangka

panjang.

c) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya

operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor,

pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-

persekot biaya maupun persekot pembelian.

d) Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran pajak, denda-

denda dan sebagainya.

2.4.3 Motif Menyimpan Kas

Ada tiga motif mengapa individu atau perusahaan menyimpan kas, yaitu:

a) Motif Transaksi (Transaction), yaitu kas untuk melunasi berbagai

pembayaran jangka pendek.

b) Motif Berjaga-jaga (Precautionary), yaitu kas untuk cadangan apabila

sewaktu-waktu perusahaan menghadapi kebutuhan yang tidak terduga.

c) Motif Spekulasi (Speculative), yaitu kelebihan kas (setelah digunakan

untuk kebutuhan transaksi dan berjaga-jaga) yang dapat diinvestasikan

pada surat berharga jangka panjang (misalnya, obligasi). Digolongkan

spekulasi karena perusahaan menghadapi sejumlah risiko atas hasil yang

diterima dari surat berharga jangka panjang ini. Keyness dalam buku

Intisari Manajemen Keuangan.


32

2.4.4 Aliran Kas dalam Perusahaan

Dalam perusahaan, kas dapat dilihat sebagai suatu aliran. Dari segi

perputarannya, pola kas meliputi aliran kas masuk (cash inflow) dan kas keluar

(cash outflow). Dalam setiap entitas usaha, kas merupakan komponen utama

aktiva lancer, kas digunakan untuk membiayai pembelanjaan kontinyu maupun

insidental serta investasi pada aktiva tetap.

Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan mempengaruhi besar kecilnya

kas yang tersedia pada suatu entitas tersebut. Apabila aliran kas masuk lebih besar

daripada kas keluar maka kas yang tersedia pada perusahaan akan menjadi besar

(Overinvestment dalam kas), besarnya kas ini akan menaikan tingkat likuiditas

pada perusahaan. Meskipun demikian, perusahaan akan mengalami kerugian

karena makin besarnya kas berarti makin besarnya uang yang menganggur dalam

perusahaan sehingga tingkat profitabilitas perusahaan akan turun. Demikian pula

sebaliknya apabila aliran kas masuk lebih kecil dari pada aliran kas keluar yang

disebabkan oleh perusahaan yang hanya mengejar profitabilitas saja, maka kas

yang tersedia dalam perusahaan akan menjadi kecil atau terjadi underinvestment

pada kas. Tindakan demikian ini akan menempatkan perusahaan dalam keadaan

illikuid apabila sewaktu-waktu terjadi tagihan utang.

2.4.5 Manajemen Kas yang Efisien

Strategi dasar yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam mengelola

kasnya adalah sebagai berikut:

a) Membayar utang dagang selambat mungkin asal jangan sampai

mengurangi kepercayaan pihak supplier kepada perusahaan tetapi


33

memanfaatkan setiap potongan tunai yang menguntungkan bagi

perusahaan.

b) Mengatur perputaran persediaan secepat mungkin tetapi hindarilah resiko

kehabisan persediaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan

pada masa-masa selanjutnya.

c) Mengumpulkan piutang secepat mungkin tetapi jangan sampai

mengakibatkan kemungkinan menurunnya volume penjualan pada masa

yang akan datang karena ketatnya kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam

penjualan kredit dan pengumpulan piutang (Syamsuddin, 2002:234).

2.4.6 Perputaran kas

Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas

rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas

yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan

kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja.

Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah

tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan

(Riyanto, 2010:95).

Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan

kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas

kembali melalui penjualan atau pendapatan. Untuk menghitung perputaran kas

dan rata-rata kas (Riyanto, 2010:90), dapat digunakan rumus sebagai berikut:
34

2.5 Perputaran Persediaan

2.5.1 Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah barang yang disediakan dan bahan-bahan

yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang atau

produk jadi yang disebabkan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau

langganan setiap waktu. Persediaan merupakan salah satu unsur yang penting

dalam perusahaan karena jumlah persediaan akan menentukan atau

mempengaruhi kelancaran produksi serta efektivitas dan efesiensi perusahaan.

Persediaan barang yang terdapat didalam perusahaan dapat dibedakan atau

dikelompokan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan

produk.

Persediaan adalah sebagai aset berwujud yang diperoleh perusahaan dan

yang diperoleh untuk diproses lebih dulu dan dijual. Persediaan juga dapat

diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada

masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan

baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi (Wibowo dan

Arif, 2008:144).

2.5.2 Jenis-jenis Persediaan

Jenis persediaan menurut Horngren, Darta, dan Foster yang dialih

bahasakan oleh Adhariani (2008:44) adalah sebagai berikut :


35

a) Persediaan Bahan Baku Langsung (Direct Material Inventory)

Bahan baku langsung adalah persediaan yang akan digunakan dalam

proses manufaktur (contohnya: kapur dan komponen yang dibutuhkan

untuk memproduksi semen).

b) Persediaan dalam Proses (Work in Process Inventory)

Barang-barang yang setengah dikerjakan tetapi belum sepenuhnya selesai.

c) Persediaan Barang Jadi (Finished Goods)

Barang (seperti semen) yang sepenuhnya telah selesai diproduksi tetapi

belum terjual.

Secara fisik item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori,

yaitu sebagai berikut:

a) Bahan Mentah (Raw Materials), yaitu barang-barang berwujud seperti

baja, kayu, tanah liat atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari

sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok atau diolah sendiri oleh

perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya

sendiri.

b) Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts)

yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk

digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

c) Barang setengah jadi (Work in Process) yaitu barang-barang keluaran dari

tiap operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih

kompleks dari pada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut

untuk menjadi barang jadi.


36

d) Barang jadi (Finished good) adalah barang-barang yang telah selesai

diproses siap untuk didistribusikan ke konsumen.

e) Bahan pembantu (Suplies Material) adalah barang-barang yang diperlukan

dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan

komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar,

pelumas, listrik, dan lain-lain.

Dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang, persediaan terdiri

dari :

Perusahaan Manufaktur:

a) Persediaan barang jadi.

b) Persediaan produk dalam proses.

c) Persediaan bahan baku.

d) Persediaan penolong.

e) Persediaan bahan habis pakai pabrik.

f) Persediaan suku cadang.

Sedangkan dalam perusahaan dagang terdiri dari satu golongan, yaitu

persediaan barang dagang yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan di

jual. Inventory atau persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal

kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus

menerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam inventory merupakan

masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya.

Masalah penentuan besar investasi atau alokasi modal dalam inventory

mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan


37

dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan

perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan

dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya

penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian

karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil

keuntungan perusahan. Demikian sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil

dalam inventory juga akan mempunyai efek yang menekan keuntungan

perusahaan.

2.5.3 Metode biaya persediaan

Metode biaya persediaan terdiri dari:

1) Metode Identifikasi Spesifik (Specific Identification Method)

Metode Identifikasi Spesifik dapat digunakan untuk menghitung biaya unit

yang terjual bila unit tersebut dapat dikenali dengan pembelian tertentu.

Metode ini tidak praktis kecuali tiap unit dapat dikenali secara akurat. Akan

tetapi, untuk banyak perusahaan unit yang identik tidak dapat dikenali secara

terpisah antara unit mana saja yang telah dijual dan unit mana saja yang masih

berada dalam persediaan.

2) Metode FIFO (First In First Out)

Dalam metode FIFO, biaya dimasukkan dalam harga pokok penjualan

dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi. Metode FIFO didasarkan

suatu asumsi yang menyatakan bahwa barang yang diterima dahulu

dikeluarkan terlebih dahulu.


38

3) Metode LIFO (Last In First Out)

Persediaan akhir berasal dari biaya paling awal, yaitu barang-barang yang

dibeli pertama kali. Biaya unit yang terjual merupakan biaya dari pembelian

yang terakhir.

4) Metode Biaya Rata-rata (Average Cost Method)

Biaya persediaan per unit merupakan rata-rata biaya pembelian. Biaya unit

rata-rata untuk setiap jenis barang dihitung setiap kali terjadi pembelian.

Dalam metode ini setiap terjadi perubahan baik kuantitas maupun harga yang

disebabkan karena ada pembelian/pengeluaran barang selalu ditetapkan harga

rata-ratanya.

2.5.4 Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan terdiri dari:

1) Sistem persediaan periodik

Sistem periodik adalah suatu sistem yang menetapkan jumlah

persediaan, nilai persediaan dan harga pokok penjualan pada akhir periode/

pada saat laporan keuangan perusahaan akan dipersiapkan.

2) Sistem persediaan perpetual

Sistem terus-menerus (Perpetual System) adalah suatu sistem yang

mencatat keluar masuknya barang dagangan setiap saat/setiap ada perubahan

persediaan, baik karena adanya pembelian atau penjualan. Dengan demikian,

setiap saat jumlah kuantitas persediaan dan harga akan selalu diketahui.
39

2.5.5 Perputaran Persediaan

Inventory merupakan persediaan barang yang sesuai dalam perputaran,

yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam

perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang

bersangkutan. Perputaran persediaan adalah merupakan rasio atau jumlah harga

pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh

perusahaan (Munawir, 2007:77).

Untuk mengukur efisiensi persediaan maka perlu diketahui perputaran

persediaan (inventory turnover) yang terjadi dengan membandingkan antara harga

pokok penjualan (HPP) dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki (Munawir,

2004), dapat dinyatakan dengan rumus:

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam

persediaan berputar dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat perputaran

persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang

harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Semakin tinggi tingkat

perputaran persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang

disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di

samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap

persediaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai