Anda di halaman 1dari 3

Praktikum Perhitungan Nutrisi pada Pasien Sakit

Tn. Andi, 59 tahun, dengan riwayat hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit serebrovaskular
datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada. Ia mengatakan nyeri muncul tiba-tiba saat ia sedang
duduk di rumah beberapa jam SMRS. Nyeri dirasakan berdenyut dengan intensitas 9 dari 10 di
substernal, disertai dengan mual, keringat dingin, dan sesak napas. Nyeri dirasakan menjalar ke
tungkai kiri namun tidak ke lengan maupun rahang. Nyeri hilang sendiri setelah 1 jam namun muncul
kembali 3 jam kemudian. Ia tidak pernah merasakan nyeri dada seperti ini. Ia awalnya menunda
datang ke rumah sakit karena berharap nyerinya akan menghilang sendiri, tapi akhirnya ia dibawa
keluarganya dengan paksa karena telah mengalami disorientasi dan tampak bingung.
Pemeriksaan awal di IGD menunjukkan pasien afebris dengan HR 62/menit, TD 96/47 mmHg,
RR 18/menit, dan saturasi oksigen 100% tanpa suplemen oksigen. Ia tampak sakit ringan. Denyut
jantungnya regular tanpa murmur, rubs, dan gallop. Auskultasi paru bersih, abdomen normal,
ekstremitas hangat dan tanpa edema. Pasien tampak kesulitan berkata-kata namun menurut
keluarga hal ini sudah ditemukan sejak ia mengalami stroke. Tidak ditemukan defisit lain.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar elektrolit, glukosa darah, BUN, dan
kreatinin normal. Kadar CK dan CK-MB normal namun troponin mengalami peningkatan. PT dan PTT
normal. Uji toxic screening menunjukkan hasil negatif untuk metabolit barbiturat, benzodiapin,
kanabinoid, dan kokain. Urinalisis dipstick menunjukkan proteinuria 2+.
Di IGD pasien mendapat aspirin 324 mg dan 1 L infus NS dengan perbaikan tekanan darah.
Nyeri berkurang namun hasil pemeriksaan neurologis tidak menunjukkan perubahan. Pemeriksaan
petanda jantung serial menunjukkan peningkatan CK-MB hingga 5 kali lipat dan peningkatan
troponin 2 kali lipat. Pemeriksaan EKG ulangan menunjukkan inversi gelombang T. Pasien mendapat
heparin drip dan dimasukkan ke ruang rawat telemetri dengan diagnosis NSTEMI.
Saat di ICCU ternyata pasien mengalami perburukan. Saat dilakukan pemeriksaan ulangan
dan CT angiogram dada cito tampak diseksi aorta Stanford tipe A kompleks dan luas dari pangkal
katup aorta hingga ke arteri iliaka komunis. Lesi juga melibatkan arteri koronaria sinistra dengan
penurunan aliran darah ke sisi kiri. Ditemukan infark berbentuk baji di ginjal kiri. Elekokardiogram
cito menunjukkan regurgitasi aorta parah dengan dilatasi aortic root dan dissection flap. Pasien
segera menjalani operasi cito. Ia akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap rehabilitasi jantung untuk
memulihkan diri dari stroke emboli yang dialaminya selama terjadi diseksi aorta. Saat ini pasien
masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Bila berat badan pasien saat masuk ruangan 75 kg dengan tinggi badan 172 cm, dan kadar
NUU 10, maka:
1. Tentukan jenis nutrisi yang akan diberikan pada pasien.
2. Tentukan REE pasien menurut Harris-Benedict.
3. Tentukan TEE pasien.
4. Tentukan jumlah protein yang akan dikonsumsi pasien dalam sehari.
5. Tentukan jumlah lipid yang akan dikonsumsi pasien dalam sehari.
6. Tentukan jumlah cairan yang perlu diterima pasien dalam sehari.

Data Penunjang:

Anda mungkin juga menyukai