Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSTIK DASAR

DISUSUN OLEH:

Muhamad Aji Faturahman


NIM. ETE10160042

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK ELEKTROMEDIK


POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN
BANJARMASIN
2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
DIAGNOSTIK DASAR

DISUSUN OLEH:
Muhamad Aji Faturahman
NIM. ETE10160042

Disetujui Oleh:

Laboran Teknik Elektromedik Dosen Pengampu Mata


Kuliah

Syukur Yakub, A.Md.Tem Riesky Dwi Uomo, ST


NIK. 2151016039 NIK. 1130816037

Mengetahui,
Ketua Prodi D3 Teknik Elektromedik

Japeri, Amd. Rad, S,Si


NIK. 1130116025

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya lah penyusunan laporan praktikum Diagnostik Dasar ini

dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester.

Bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah mengikuti Praktikum Diagnostik

Dasar, Sebagai salah satu program perkuliahan di Program Studi D3 Teknik

Elektromedik Politeknik Unggulan Kalimantan.

Penyusun mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun

harapkan demi tercapainya hasil yang lebih baik. Akhir kata, semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Banjarmasin,17 Januari 2018

Penyusun

Muhamad Aji Faturahman

iii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iii

Daftar Isi........................................................................................................... iv

Unit 1 STETOSKOP DAN SPHYGMOMANOMETER AIR


RAKSA(TENSIMETER AIR RAKSA………………...……………………..1
1.1 Tujuan praktikum ........................................................................... 1

1.2 Alat dan bahan ................................................................................ 1

1.3 Teori dasar ...................................................................................... 1

1.4 Langkah kerja praktikum ............................................................... 16

1.5 Hasil praktikum .............................................................................. 16

1.6 Analisa ............................................................................................ 17

1.7 Kesimpulan..................................................................................... 18

Unit 2 SPHYGMOMANOMETER (TENSIMETER) ANEROID…………...19


2.1 Tujuan praktikum ........................................................................... 19

2.2 Alat dan bahan ................................................................................ 19

2.3 Teori dasar ...................................................................................... 19

2.4 Langkah kerja praktikum ............................................................... 24

2.5 Hasil praktikum .............................................................................. 25

2.6 Analisa ............................................................................................ 25

2.7 Kesimpulan..................................................................................... 26

iv
Unit 3 SPHYGMOMANOMETER (TENSIMETER) DIGITAL……………27
3.1 Tujuan praktikum ........................................................................... 27

3.2 Alat dan bahan ................................................................................ 27

3.3 Teori dasar ...................................................................................... 27

3.4 Langkah kerja praktikum ............................................................... 31

3.5 Hasil praktikum .............................................................................. 31

3.6 Analisa ............................................................................................ 31

3.7 Kesimpulan..................................................................................... 32

Daftar Pustaka .................................................................................................. 34

v
UNIT 1
STETOSKOP DAN SPHYGMOMANOMETER AIR RAKSA
(TENSIMETER AIR RAKSA)

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari stetoskop dan
sphygmomanometer air raksa (tensimeter air raksa).
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja dari stetoskop dan
sphygmomanometer air raksa (tensimeter air raksa).
3. Mahasiswa mampu mengetahui perawatan dari stetoskop dan
sphygmomanometer air raksa (tensimeter air raksa).

1.2 Alat dan Bahan


1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer (Tensimeter)
3. Obeng

1.3 Teori Dasar


1. Stetoskop
A. Pengertian Stetoskop
Stetoskop ditemukan di Perancis pada 1816 oleh René-Théophile-
Hyacinthe Laennec. Terdiri dari tabung kayu kosong. Konon dia
menciptakan stetoskop sehingga ia tidak perlu menaruh telinganya di
buah dada wanita Perancis. Tidak jelas apakah Laennec mencoba
menghindarinya, atau untuk menghindari rasa malu pasien. Namun
begitu, orang mengatakan bahwa “Kebutuhan adalah ibu dari
penemuan”.
Stetoskop (bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein, memeriksa)
adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh.
Dia banyak digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan
(paru-paru), meskipun juga digunakan untuk mendengar intestine dan

1
2

aliran darah dalam arteri dan "vein". Stetoskop terdiri dari resonator
yang berbentuk piringan kecil dan tabung yang menghubungkan nya
untuk memudahkan pendengaran ketelinga pendengar. Mesti bentuknya
sederhana, namun Stetoskop merupakan salah satu penemuan penting
dalam dunia medis yang paling berguna, dokter dan ahli profesional
kesehatan selalu bergantung pada alat ini untuk menegakkan diagnosa
medis seorang pasien untuk melakukan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan tanda vital/ Vitalsign, yang bersifat auskultasi, selain
pemeriksaan fisik metode palpasi, inspeksi, dan perkusi.
“Alat bantu pendengaran” yang sederhana ini memungkinkan dokter
mendengar suara-suara yang berasal dari dalam tubuh, terutama jantung
dan paru selain persendian serta arteri yang tersumbat secara parsial.
Mendengarkan suara-suara ini dengan stetoskop disebut auskultasi
berjarak (mediate auscultation), atau biasanya hanya auskultasi.
Keuntungan keseluruhan stetoskop adalah bahwa hal itu memungkinkan
para profesional medis untuk mendengarkan suara yang dihasilkan oleh
jantung, paru-paru dan usus.
Sejak stetoskop memperbesar suara, suara yang disengaja yang
terlalu keras berpotensi dapat merusak telinga pendengar. Stetoskop
juga harus selalu dibersihkan karena kemampuan mereka untuk
menyebarkan kuman dan virus.
Dengan adanya stotoskop, hari ini dokter telah mampu mendengar
dan memonitoring berbagai jenis suara internal tubuh pasien baik yang
normal ataupun yang abnormal.
Stetoskop digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa penyakit
tertentu. Stetoskop dapat menyalurkan suara tertentu dan
menghilangkan suara yang lain. Sebelum stetoskop ditemukan, doktor
meletakkan telinganya ke dekat badan pasien dengan harapan untuk
mendengarkan sesuatu. Stetoskop seringkali dianggap sebagai simbol
pekerjaan dokter, karena dokter sering dilihat atau digambarkan dengan
sebuah stetoskop yang tergantung di sekitar lehernya. Stetoskop juga
3

digunakan oleh mekanik untuk mengisolasi suara tertentu dari mesin


untuk diagnosa.

B. Jenis-jenis Stetoskop
Ada dua jenis stetoskop: akustik dan elektronik.
1. Akustik
Stetoskop akustik yang paling umum digunakan, dan beroperasi
dengan menyalurkan suara dari bagian dada, melalui tabung kosong
berisi-udara, ke telinga pendengar. Bagian "chestpiece" biasanya
terdiri dari dua sisi yang dapat diletakaan di badan pasien untuk
memperjelas suara; sebuaah diaphgram (disk plastik) atau "bell"
(mangkok kosong). Bila diaphgram diletakkan di pasien, suara
tubuh menggetarkan diaphgram, menciptakan tekanan gelombang
akustik yang berjalan sampai ke tube ke telinga pendengar. Bila
"bell" diletakkan di tubuh pasien getarakn kulit secara langsung
memproduksi gelombang tekanan akustik yang berjalan ke telinga
pendengar. Bell menyalurkan suara frekuensi rendah, sedangkan
diaphgram menyalurkan frekuensi suara yang lebih tinggi.
Stetoskop dua sisi ini diciptakan oleh Rappaport dan Sprague pada
awal abad ke-20. Permasalahan dengan akustik stetoskop adalah
tingkatan suara sangat rendah, membuat diagnosis sulit.
2. Elektronik
Stetoskop elektronik mengatasi tingkatan suara yang rendah
dengan cara memperkuat suara tubuh. Sekarang ini, telah ada
beberapa perusahaan menawarkan stetoskop elektronik, dan
mungkin dalam beberapa tahun lagi, stetoskop elektronik akan
menjadi lebih umum dari stetoskop akustik.
4

C. Fungsi Stetoskop
1. Memeriksa Tekanan Darah, yang dikombinasikan dengan
Sphygmomanometer (Tensimeter).
2. Paru-paru, Untuk mendengar suara paru-paru dan bunyi pernafasan
normal dan abnormal.
3. Jantung, Untuk mendengar dan mendiagnosisi berbagai suara dan
kelainan fungsi dan denyut jantung, murmur jantung, dan berbagai
jenis penyakit jantung dan kelainan lainnya.
4. Pemeriksaan prenatal, ada stetoskop khusus yang digunakan untuk
mendengar suara denyut jantung janin dan sangat berfungsi untuk
mengetahui kondisi kesehatan kehamilan.
5. Gangguan Perut, Untuk mendengar suara dan kelainan-kelainan
peristaltik usus dan saluran pencernaan.

D. Bagian-bagian Stetoskop

Gambar 1.1 Bagian-bagian Stetoskop


1. Eartips
Bagian dan fungsi stetoskop pada bagian eartips ini digunakan
atau terjadi pada saat ditempelkan pada telinga. Bagian yang
5

menempel pada telinga atau eartips berfungsi untuk mendengarkan


bunyi dari dalam tubuh, biasanya terbuat dari karet lembut atau
plastik yang keras. Untuk stetoskop yang harganya murah biasanya
eartips terbuat dari plastik sedangkan yang lebih mahal terbuat dari
karet lembut. Jika anda membeli stetoskop pilihkan yang eartips nya
terbuat dari karet karena lebih nyaman dan tidak menimbulkan sakit
pada telinga.
2. Binaural / Pipa besi
Binaural atau pipas besi ini berfungsi untuk menjaga stetoskop
agar tetap dalam keadaan tidak lembek. Pada bagian dan sungsi
stetoskop binaural terdapat besi stainless lentur yang dibuat dengan
tujuan agar pengguna merasa nyaman dan ergonomis karena dapat
digunakan sesuai dengan posisi telinga. Ergonomis artinya sesuai
dengan posisi telinga. Biasanya stetoskop tidak tegak lurus, tapi
agak bengkok mengikuti poisis telinga kanan dan kiri. Jika anda
merasa tidak nyaman ketika memakai stetoskop cobalah ditukar
kanan dan kiri eartipsnya.
3. Tubing / selang karet
Tubing berfungsi menyalurkan suara dari chestpiece ke telinga.
Selang ini biasanya jumlahnya 1 buah dan terbuat dari karet yang
lentur. Ada tipe stetoskop tertentu yang terdiri dari 2 selang disebut
Sprague rappaport.
4. Stem
Stem berfungsi sebagai pengganti mode pada stetoskop apabila
stem diputar maka klep yang ada pada bagian dalam chest piece/
diaphragm akan ikut berubah pada bagian dalam chest piece
stetoskop terbuka maka dalam mode pendengaran untuk paru-paru
menggunakan bagian diaphragm sedangkan apabila bagian dalam
chest piece tertutup maka dalam mode pendengaran untuk jantung
menggunakan bagian chestpiece.
5. Chestpiece
6

Bagian dan fungsi stetoskop dari bagian chestpiece adalah


bagian yang di tempelkan ke tubuh pasien untuk menangkap suara
yang diperiksa. Bagian dan fungsi stetoskop pada bagian chestpiece
berdasarkan jumlah kepalanya terdapat 2 yaitu dual head dan single
head. Chestpiece dengan dual head memiliki dua bagian kepala yaitu
muka depan dan belakang. Dual head ini dapat digunakan untuk
pemeriksaan yang berbeda. Pada kepala bagian yang depannya
terdapat membran yang berfungsi sebagai diafragma. Sedangkan
pada bagian belakangnya atau selang karet tanpa membran. Pada
bagian chestpiece atau diafragma ini memiliki fungsi untuk
memperbesar bunyi dari jantung. Maka dari itu paling sering pada
bagian depan kepala chestpiece ini digunakan untuk memeriksa
bunyi jantung.

E. Tata Cara Pemakaian Stetoskop


Periksa stetoskop terlebih dahulu. Stetoskop terbaik memiliki
tabung untuk setiap potongan telinga dari pada tabung tunggal. Selain
itu, tabung terbaik adalah tebal, pendek, dan relatif kaku, dengan sedikit
membosankan. Juga, pastikan bahwa tabung bebas dari kebocoran. Cari
tempat yang relatif tenang untuk memastikan bahwa suara tubuh yang
di cek tidak terpengaruhi oleh kebisingan dari luar.
Untuk mendengar suara internal tubuh, maka saat melakukan
pemeriksaan, para dokter akan meletakkan resonator / piringan kecil
ujung Stetoskop pada bagian tubuh yang ingin diperiksa dan
menghubungkannya ketelinga, misalnya jika ingin mendengar suara
jantung maka stetoskop harus diletakkan pada bagian dada sebelah kiri
setara dengan organ jantung.
Jika pemeriksaan suara dan kelainan-kelainan paru maka harus
diletakkan diatas dada setara dengan organ paru kiri kanan, begitupun
untuk pemeriksaan perut, maka harus diletakkan diatas perut, namun
untuk pemeriksaan tekanan darah stetoskop harus digunakan
7

bersaamaan dengan alat kesehatan lainnya yaitu spigmomanometer atau


tensi meter.
Masukkan masing-masing dari dua buah bagian eartips ke telinga.
Eartips juga dapat dimiringkan sedikit ke depan pada beberapa stetoskop
untuk memastikan kesesuaian yang lebih baik. Gunakan stetoskop pada
kulit telanjang untuk menghindari mengangkat suara gemerisik kain.
Pegang bagian bulat (Chest Piece/ Diaphragm) didada atau jantung
pasien, atau bagian paru-paru pasien. Dengarkan suara detupan jantung
atau suara gemrisik dari paru-paru ketika respirasi dan inspirasi untuk
mengecek kondisi jantung maupun paru-paru pasien. Untuk bagian
chest piece untuk memeriksa jantung, sedangkan bagian diaphragm
untuk memeriksa paru-paru, dibagian depan diaphragm stetoskop
terdapat lubang, apabila stem yang terdapat pada lubang tersebut dalam
keadaan terbuka adalah mode untuk memeriksa paru-paru sedangkan
apabila tertutup untuk untuk memeriksa jantung tetapi tetap
menggunakan bagian chestpiecenya.

F. Keuntungan dan Kerugian Stetoskop


1. Keuntungan stetoskop
Keuntungan keseluruhan stetoskop adalah bahwa
memungkinkan para profesional medis untuk mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh jantung, paru-paru dan usus. Setiap fungsi yang
abnormal dalam sistem ini dalam tubuh dapat segera terlihat dengan
penggunaan yang tepat dari stetoskop. Beberapa stetoskop sangat
sensitif dan bahkan bisa bekerja melalui pakaian.
2. Kerugian stetoskop
Sejak stetoskop memperbesar suara, suara yang disengaja yang
terlalu keras berpotensi dapat merusak telinga pendengar. Stetoskop
juga harus selalu dibersihkan karena kemampuan mereka untuk
menyebarkan kuman dan virus. Karena mereka biasanya digunakan
8

pada kulit yang telanjang dan kadang-kadang pada pasien yang


sangat sakit, pembersihan tepat sangat penting.

G. Perawatan Stetoskop
1. Perawatan Dasar
Saat stetoskop kotor akibat pemakaiannya sehari-hari,
dibutuhkan pembersihan stetoskop secara keseluruhan.
Membersihkan stetoskop dengan menggunakan air dengan sedikit
sabun sudah cukup. Meski begitu, alat ini tidak boleh terendam
seluruhnya ke dalam air. Jika stetoskop direndam, bagian-bagian
dari alat ini dapat rusak atau membuat adanya sisa air dalam selang,
dimana keduanya dapat mengurangi efektivitas alat ini.
Jika stetoskop sudah terkontaminasi, gunakan pembersih yang
lebih kuat. Desinfektan yang dapat digunakan yaitu dengan menyeka
stetoskop dengan alkohol 70%.
2. Ear Tips
Berhubung ear tips dimasukan ke dalam telinga, bagian ini tidak
butuh untuk terlalu sering dibersihkan dibanding bagian lain. Ear
Tips dapat dilepas sehingga bagian ini dapat dibersihkan lebih
mudah dan menyeluruh. Ear tips juga dibersihkan dengan
menggunakan air dengan sedikit sabun atau alkohol 70%. Jika ear
tips sudah bersih, pastikan ear tips masuk ke binaural stetoskop pada
posisi semula. Untuk perawatan dan pembersihan, yang harus
diperhatikan adalah melakukannya dengan rutin 1 bulan sekali, jika
memang dipakai setiap hari. Agar performa akustik tetap baik.
Untuk pembersihan, alat dan bahan yang dibutuhkan adalah
pembersih untuk vinil, plastik dan karet, pembersih logam, pelumas,
tisu.
a. Usap seluruh permukaan diafragma dan bell dengan alcohol
isopropyl 70%. Hal ini bisa mengurangi jumlah bakteri hingga
94%.
9

b. Sterilisasi
Kadang-kadang stetoskop kontak dengan pasien dengan
penyakit yang sangat menular sehinggga alat ini butuh untuk
disterilisasi menggunakan sterilizer khusus stetoskop dengan
sinar ultraviolet. Dengan cara membersihkan yang biasa,
stetoskop tidak dapat direndam penuh. Sedangkan dengan
sterilisasi, tidak ada air yang tersisa dalam selang, dan stetoskop
bersih secara keseluruhan.
Untuk sterilisasi, sebaiknya digunakan suhu yang rendah.
Sebagian besar stetoskop memiliki aturan spesifik dalam
melakukan perawatan ini tanpa menyebabkan kerusakan alat.
c. Tubing/ Pipa karet
Bersihkan dengan pembersih vinil, plastic, dan karet.
d. Jangan pernah mencelupkan stetoskop ke dalam cairan apapun,
atau terkena proses sterilisasi, misalnya menggunakan alcohol.
Jika desinfektan diperluikan, pakailah larutan alcohol isopropil
70%.
e. Jauhkan dari panas dan dingin yang ekstrim, minyak, dan pelarut
lainnya.
f. Pipa stetoskop biasanya terbuat dari PVC (polyvinylchloride).
PVC ini lama-lama akan menjadi kaku bila bersentuhan dengan
kulit, karena ada minyak yang keluar dari sana. Jadi, apabila
ingin menggantungkannya di leher, jangan langsung kena kulit
leher, gantungkan di kerah baju atau jas. Hal ini memang tidak
mencegah kekakuan, tapi bisa memperlama terjadinya kekakuan
tersebut.
g. Hindarkan dari suhu ekstrim
h. Suhu yang ekstrim, baik dingin maupun panas, dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada stetoskop. Jangan
tinggalkan alat ini pada area dengan suhu yang berbeda jauh dari
suhu kamar. Misalnya, meninggalkan stetoskop di dalam mobil
10

saat musim panas dapat menyebakan selang bengkok dan tidak


dapat digunakan lagi.
i. Stetoskop yang terpapar langsung sinar matahari dalam waktu
yang lama juga dapat merusak selang dan diafragma stetoskop.
Untuk mencegah kerusakan tersebut, pelindung vinyl dapat
diusap pada selang sebulan sekali.

2. Sphygmomanometer (Tensimeter)
A. Pengertian Sphygmomanometer (Tensimeter)
Sphygmomanometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur
tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun
mengurangi tekanan pada manset dengan sistem non-invasive.

B. Bagian-bagian dan Tata Cara Pemakaian Sphygmomanometer


(Tensimeter)

Gambar 1.2 Bagian-bagian dan Tata Cara Pemakaian Sphygmomanometer


(Tensimeter)

1. Bagian-bagian Sphygmomanometer (Tensimeter)


a. Menset (Cuff), berfungsi untuk menampung udara yang
dipompa dari bulb dan untuk mendeteksi tekanan darah pasien
yang pada penggunaannya dipasang pada lengan pasien.
11

b. Bulb atau pemompa, berfungsi untuk mempompa udara kedalam


menset. Pada bulb terdapat:
1. Valve Inlet atau klep masuk yang berfungsi untuk menghisap
udara dari luar.
2. Valve Output atau klep keluar yang berfungsi mengeluarkan
udara dari dalam bulb (di dalamnya terdapat filter).
3. Valve pembuangan yang berfungsi untuk ruang udara dari
menset pada saat pengukuran.
c. Tabung kaca pengukur, berfungsi untuk mengukur air raksa
yang dipompa oleh udara di dalam menset. Diatas tabung kaca
pengukur terdapat lubang pembuangan udara.
d. Valve on/off, berfungsi untuk membuka atau menutup jalannya
air raksa.
e. Tabung air raksa, berfungsi untuk menampung air raksa. Diatas
tabung air raksa terdapat filternya.
2. Tata Cara Pemakaian Sphygmomanometer (Tensimeter)
a. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuff) pada
lengan atas pasien.
b. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.
c. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara
memompakan udara ke dalamnya. Kantong karet yang
membesar akan menekan pembuluh darah lengan (brachial
artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.
d. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar
sumbat udara.
e. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal
yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk
tekanan, kedua bunyi denyut pembuluh darah lengan yang
dihantarkan lewat stetoskop. Saat terdengat denyut untuk
pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum penunjuk tekanan
adalah nilai tekanan sistolik.
12

f. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang


terdengar lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk tekanan saat bunyi denyut
menghilang disebut tekanan diastolik.

C. Perawatan Sphygmomanometer (Tensimeter)


1. Hindarkan dari suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi baik dalam
penggunaan atau penyimpanan
2. Hindarkan dari zat-zat kimia yang dapat merusak alat.
3. Hindarkan dari benda-benda tajam.
4. Jagalah agar manometer (tabung raksa) dari benturan benda keras.
5. Simpan tensimeter dalam suhu ruangan yang sesuai untuk menjaga
ketahanan tensimeter.
6. Bersihkan kaca dan bagian-bagian tensimeter dari debu dan kotoran.
7. Bersihkan valve inlet/klep masuk pada bulb dengan menggunakan
kapas yang dibasahi dengan alcohol
8. Didalam valve outlet/klep keluar terdapat filter, lepas dan bersihkan.
9. Cara membersihkan Sphygmomanometer (Tensimeter)
a. Persiapan peralatannya
1. Tang buaya atau tang kombinasi.
2. Air raksa.
3. Kasa/kain polos dengan ukuran minimal 20x20 cm.
4. Kawat panjang 40 cm dengan diameter 0.4 mm.
5. Kapas.
6. Wadah kecil/mangkuk.
7. Syringe/suntikan.
b. Pelaksanaannya:
1. Buka tensimeter, perhatikan apakan dalam keadaan terbuka
atau tertutup tensimeternya, jika terbuka tutuplah pengaman
air raksanya agar tidak tercecer saat gelas kaca dibuka.
2. Buka penutup atas dengan memutar berlawanan jarum jam.
13

3. Ambil secara perlahan gelas ukur dan bersihkan dengan


kawat dan kapas, hingga debu dan karat air raksa hilang.
4. Siapkan mangkuk atau wadah untuk menampung air raksa
yang akan dikeluarkan dari tempatnya dengan membuka
valve pengamannya
5. Kemudian letakan kain pada telapak lengan anda, dan tuang
air raksa di atasnya setelah itu lakukan pemerasan hingga air
raksa kembali bersih dari debu dan karat.
6. Bersihkan tempat air raksa
7. Setelah bersih posisikan kembali gelas ukur.
8. Isikan kembali air raksa yang telah bersih kedalam
tempatnya dengan menggunakan syringe/suntikan, isikan air
raksa hingga menyentuh garis nol pada gelas ukur, jika
kurang lakukan penambahan dan tutup kembali bagian
atasnya.
9. Lakukan pengetesan dengan pressure meter atau dengan
membandingkan dengan tensimeter lainnya dengan
menghubungkan secara langsung untuk melakukan
pengaturan.
10. Jika telah sama maka proses pengaturan selesai.
11. Bersihkan pula pompa/bulp tensi dengan membuka filter
udara dan membersihkannya dari debu.
12. Ganti manset dan pompa tensi yang bocor dan lap kembali
13. Proses pemeliharaan selesai.

D. Kalibrasi Sphygmomanometer (Tensimeter)


1. Kalibrasi Pertama
a. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level
angka nol (0 mmhg).
14

b. Pompa manset sampai 200mmhg kemudian tutup katup buang


rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak
turun lebih dari 2mmhg (ke 198 mmhg). Disini kita melihat
apakah ada bagian yang bocor.
c. Laju Penurunan kecepatan dari 200mmhg ke 0 mmhg harus 1
detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air
raksa.
d. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih
dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari
sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan
terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam
menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu
tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan
diastolik.
Penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan
berikut:
a. Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama
b. Tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)
c. Udara atau debu di air raksa
2. Kalibrasi kedua
a. Buka tutup tabung air raksa, buka penutup tabung air raksa,
keluarkan air raksa dengan hati-hati ke wadah yang aman.
b. Lepaskan, U-Tube, tabung air raksa, selang, bulb, dan manset
dari casing Tensimeter.
c. Bersihkan bagian dalam U-Tube dan tabung air raksa, dari
kotoran.
d. Pasang kembali U-tube, tabung raksa, selang, manset dan bulb,
pada casing Tensimeter
e. Isi tabung raksa dengan raksa hingga air raksa mencapai tepat di
angka 0
f. Lakukan Kalibrasi dengan Phantom.
15

g. Pasang Phantom pada sambungan selang Tensimeter


h. Nyalakan Phanthom, tekan tombol Zero, untuk melakukan
zeroing.
i. Pasang manset pada objek apa saja sebagai pengganti lengan
pasien.
j. Angka pada display harus menunjukkan angka 0 saat zeroing,
bila tidak 0, tambah atau kurangi air raksa hingga zeroing
menunjukkan angka 0.
k. Pompa Tensimeter, liat posisi air raksa pada tensimeter dan
samakan dengan angka yang ditunjukkan phanthom.
l. Air raksa dan phantom harus menunjukkan angka yang sama
(toleransi=1)
m. Bila berbeda, tambah atau kurangi air raksa.
n. Setelah selesai tutup kembali tabung air raksa

F. Troubleshooting Sphygmomanometer (Tensimeter)


1. Jika penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan
berikut:
a. Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama
b. Ada dua saringan dalam setiap sphygmomanometer air raksa
yaitu dilubang tabung kaca dan tendon. Saringan di atas tabung
kaca dapat menjadi tersumbat dengan mudah. Ketika air raksa
menyentuh saringan, akan terjadi kelebihan tekanan.
Penanganan yang tidak baik setelah dipakai yaitu membiarkan
air raksa di tabung kaca dan tidak kembali ke tabung air raksa
c. Tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)
d. Keadaan ini berkaitan dengan fakta bahwa air raksa adalah suatu
logam berat dan berisi material yang tidak murni. Keadaan ini
menyebabkan dalam waktu yang lama akan mengotori tabung
gelas/kaca. Akibatnya gerakan raksa saat turun terhambat.
e. Udara atau debu di air raksa
16

f. Keadaan ini adalah ketika masuknya gelembung udara. Ini


g. disebabkan oleh cara penanganan yang tidak sesuai dari
sphygmomanometer air raksa. Debu dapat masuk lewat udara.
Memindahkan sphygmomanometer air raksa tanpa mengunci air
raksa kembali ke kontainer dan meninggalkan klep membuka
dapat menghasilkan suatu gelembung udara di air raksa.

1.4 Langkah Kerja Praktikum


Langkah kerja praktikum peralatan diagnostic dasar Stetoskop dan Tensimeter
adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menggunakan stetoskop dan sphygmomanometer (Tensimeter) sesuai SOP
yang terdapat pada teori dasar
3. Mencoba membuka tabung air raksa dari sphygmomanometer (Tensimeter)
4. Mencoba mengeluarkan air raksa dari sphygmomanometer (Tensimeter)

1.5 Hasil Praktikum


1. Hasil praktikum menggunakan stetoskop

NO PEMERIKSAAN HASIL
1 JANTUNG TERDENGAR
2 PARU-PARU TERDENGAR
Tabel 1.1 Hasil Praktikum Menggunakan Stetoskop

2. Hasil praktikum menggunakan tensimeter yang dikombinasikan dengan


stetoskop

NO PEMERIKSAAN HASIL
1 SISTOLIK ADA
2 DIASTOLIK ADA
17

Tabel 1.2 Hasil Praktikum Menggunakan Tensimeter

1.6 Analisa
Pada praktikum kali ini mempraktikan stetoskop dan tensimeter, pada
penggunaan stetoskop eartips dimasukkan ke telinga pengguna lalu perhatikan
bagian dalam chest piece yang terdapat klep, lalu perhatikan dibawahnya
terdapat stem yang dapat, diputar untuk membuka atau menutup klep yang
terdapat pada bagian dalam chest piece, apabila bagian dalam chest piece
klepnya tertutup berarti itu untuk mode pendengaran jantung menggunakan
chest piece, sedangkan apabila klepnya terbuka berati itu untuk mode
pendengaran paru-paru, pada percobaan ini suara jantung dan paru-paru
terdengar.
Pada penggunaan tensimeter untuk mengecek tekanan darah seseorang
harus dikombinasikan dengan stetoskop, pastikan terlebih dahulu tensimeter
dalam keadaan baik, pasangkan manset (cuff) kepada dilipatan siku bagian
dalam tangan kiri pasien dengan posisi nyaman, pasang stetoskop dengan mode
chest piece lalu tempelkan pada lipatan siku bagian dalam pasien kompa bagian
bulb (kantong karet) tensimeter sampai tekanan yang diperlukan untuk
kepastian sampai 180 mmHg, sehingga manset membesar dan akan menekan
pembuluh darah lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti
sementara, kemudian kunci bagian valve (cincin) sehingga udara tetap dalam
manset kemudian lepaskan kunci valve (cincin) secara perlahan sambil
mendengarkan sistolik dan diastolik dan melihat bagian tabung ukur tensimeter
sampai mendapatkan nilainya, pada percobaan kali ini sistolik dan diastolik
terdengar. Sedangkan cairan air raksa yang dikeluarkan seperti cairan timah/
besi yang masih panas, yang cara mengeluarkannya dengan membuka pengunci
pada bagian penyimpanan air raksanya apabila telah memasukkan kembali
jangan lupa untuk menguncinya kembali.
18

1.7 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan dalam praktikum peralatan diagnostik dasar kali ini adalah
penggunaan dari stetoskop perlu memperhatikan stem dan klep yang terdapat
pada bagian dalam chestpiece untuk pemakaiannya, sedangkan pemakaian
tensimeter harus dikombinasikan dengan stetoskop untuk mendengarkan
sistolik dan diastolik yang terdapat pada pembuluh darah lengan.
UNIT 2
SPHYGMOMANOMETER (TENSIMETER) ANEROID

2.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu memahami Pengertian, Fungsi, Gambar dan Bagian-
bagian, Standard Operational Procedure (SOP), Cara Kerja, Perawatan,
Troubleshooting, dan Kalibrasi Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan Sphygmomanometer (Tensimeter)
Aneroid

2.2 Alat dan Bahan


1. Satu set alat diagnostik Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
2. Stetoskop

2.3 Teori Dasar


1. Pengertian Tekanan Darah dan Skala Nilai Normal Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan
pengukuran tekanan darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer,
menggunakan Sphygmomanometer. Tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan
(viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik.
Sedangkan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut
tekanan diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60
sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Pemeriksaan tekanan darah bertujuan untuk menilai system
kardiovaskular/keadaan hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler
perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas arteri). Pemeriksaan
dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang pemeriksaan atau ruang

19
20

perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu


sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan
pada ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan
mengulang prosedur pemeriksaan, tunggu sekitar 30 detik sampai satu menit
setelah skala nol; serta periksa terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada
metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri.
Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop.

2. Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid


A. Pengertian Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
Tensimeter (Sphygmomanometer) Aneroid adalah alat diagnostik untuk
mengukur tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun
mengurangi tekanan pada manset dengan skala ukur manometer (penunjukkan
jarum) yang tentunya lebih aman dibandiingkan tensimeter air raksa. Manset
dipasang ‘mengikat’ mengelilingi lengan dan kemudian ditekan dengan tekanan
di atas tekanan arteri lengan (brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya
diturunkan. Pembacaan membutuhkan stetoskop untuk mendengarkan, denyutan
tinggi menunjukkan peak pressure (systolic) dan denyutan rendah menunjukkan
lowest pressure (diastolic).
21

B. Gambar dan Bagian-bagian Sphygmomanometer (Tensimeter)


Aneroid

Gambar 2.1 Gambar dan Bagian-bagian Sphygmomanometer


(Tensimeter) Aneroid

1. Bulb, berfungsi memompa udara ke manset, pada ujungnya terdapat katup


yang mencegah udara keluar.
2. Manometer, bagian tensimeter yang mengukur tekanan udara dalam,
pergerakkannya seperti pergerakkan jarum jam yang mengukur tekanan udara
dalam manset, Dalam gauge itu ada serangkaian diafragma tembaga /
berrylium yang membesar saat diisi dengan udara. Gears mengubah gerakan
linier diafragma, mengubah jarum pada dial yang dikalibrasi dalam.
3. Cuff atau manset, berfungsi untuk menampung udara yang dipompa dari bulb
dan untuk mendeteksi tekanan darah pasien yang pada penggunaannya
dipasang pada lengan pasien.
22

4. Bladder, adalah kantong tiup yang, bila diisi, kompres lengan untuk menutup
arteri. Bladder harus mengikuti parameter ukuran yang sangat spesifik untuk
memastikan kompresi arterial penuh.
5. Valve/ katup, berfungsi menetup/ membuka pompa udara yang ada dalam
manset.

C. Standard Operational Procedure (SOP) Sphygmomanometer


(Tensimeter) Aneroid
Standard operational procedure (SOP) dari Sphygmomanometer (Tensimeter)
Aneroid adalah sebagai berikut:
1. Kenakan manset pada pergelangan tangan kiri.
2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.
3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara memompakan udara ke
dalamnya. Kantong karet yang membesar akan menekan pembuluh darah
lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.
4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar sumbat udara.
5. Tempatkan lengan kiri membentang di dada dan luruskan manset dekat
dengan jantung.
6. Pasien duduk pada kursi dengan badan tegak.
7. Pasien Mengambil 5 sampai 6 napas dalam kemudian relaks.
8. Mulailah pengukuran. Tahan siku kiri anda dengan tangan kanan untuk
menjaga posisi lengan.
9. Jaga posisi dan jangan berbicara selama pengukuran.
10. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal yang harus
diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi
denyut pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat
terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum
penunjuk tekanan adalah nilai tekanan sistolik.
11. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar
lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik.
23

D. Cara Kerja Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid

Tekanan dalam bellow B didapat dari tekanan pompa udara sehingga pin
P bergerak, gerakan dari pin P menyebabkan gigi G bergerak. Gerakan gigi G
ini akan menyebabkan jarum bergerak di seluruh muka manometer. Di bawah
jarum penunjuk terdapat pegas tipis yang berfungsi mengembalikan posisi jarum
ke nol kembali ketika katup dibuka perlahan–lahan (udara dikeluarkan sedikit
demi sedikit). Dengan demikian pembacaan tekanan darah dicatat oleh
pengguna.

E. Perawatan Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid


Perawatan sphygmomanometer (tensimeter) aneroid adalah sebagai berikut:
1. Hindarkan dari suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi baik dalam
penggunaan atau penyimpanan
2. Hindarkan dari zat-zat kimia yang dapat merusak alat.
3. Hindarkan dari benda-benda tajam.
4. Jagalah agar manometer dari benturan benda keras.
5. Simpan tensimeter dalam suhu ruangan yang sesuai untuk menjaga ketahanan
tensimeter.
6. Bersihkan kaca dan bagian-bagian tensimeter dari debu dan kotoran.
7. Bersihkan valve inlet/klep masuk pada bulb dengan menggunakan kapas yang
dibasahi dengan alcohol
8. Didalam valve outlet/klep keluar terdapat filter, lepas dan bersihkan.

F. Troubleshooting Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid


24

Troubleshooting sphygmomanometer (tensimeter) aneroid adalah sebagai


berikut:
1. Tidak bergeraknya jarum pada manometer, cek manometer atau ganti
manomter
2. Kebocran pada valve, manset dan bulb, ganti valve, manset dan bulb

G. Kalibrasi Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid


Kalibrasi sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum dipakai, manometer harus selalu tetap berada pada level angka nol
(0 mmhg).
2. Pompa manset sampai 200mmhg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.
Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmhg
(ke 198mmhg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.
3. Laju penurunan kecepatan dari 200mmhg ke 0 mmhg harus 1 detik, dengan
cara melepas selang dari manometernya.
4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik,
berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut.
Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi
kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu
tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.

2.4 Langkah Kerja Praktikum


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menggunakan Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid sesuai dengan
SOP yang ada pada teori dasar.
3. Mencatat hasil dari systolic dan diastolic terperiksa
25

2.5 Hasil Praktikum

NO TERPERIKSA SYSTOLIC DIASTOLIC KEADAAN


1 FEBRY 110 80 NORMAL
2 HAFI 110 60 NORMAL
3 RIZKY 150 80 HIPERTENSI
4 ALFI 110 70 NORMAL
5 NOFAN 140 70 PREHIPERTENSI
Tabel 2.1 Hasil Praktikum Tensimeter Aneroid

2.6 Analisa
Pada praktikum peralatan diagnostic dasar kali ini tentang
sphygmomanometer (tensimeter) aneroid yang menggunakan penunjukkan
manometer sebagai tolak ukur systolic dan diastolic sama halnya dengan
tensimeter air raksa yang harus juga dikombinasikan dengan stetoskop untuk
mendengarkan systolic dan diastolic pada arteri terperiksa, tensimeter aneroid
ini lebih aman dibandingkan dengan tensimeter air raksa karena tidak memakai
air raksa (mercury), bagian-bagiannya sama saja dengan tensimeter air raksa
yang hanya membedakan adalah pengukurnya saja, seperti bulb dan valve, cuff
(manset) dan alat ukurnya.
Pada penggunaan tensimeter aneroid untuk mengecek tekanan darah
seseorang harus dikombinasikan dengan stetoskop, pastikan terlebih dahulu
tensimeter dalam keadaan baik, pasangkan manset (cuff) kepada lipatan siku
terperiksa bagian dalam tangan kiri dengan posisi nyaman, pasang stetoskop
dengan mode chest piece lalu tempelkan pada lipatan siku bagian dalam pasien
kompa bagian bulb (kantong karet) tensimeter sampai tekanan yang diperlukan
untuk kepastian sampai 180, sehingga manset membesar dan akan menekan
pembuluh darah lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti
sementara, kemudian kunci bagian valve (cincin) sehingga udara tetap dalam
manset kemudian lepaskan kunci valve (cincin) secara perlahan sambil
mendengarkan sistolik dan diastolik dan melihat bagian manometer (unit
26

pengukurnya) tensimeter sampai mendapatkan nilainya, pada percobaan kali ini


sistolik dan diastolik terdengar.
Tekanan sistolik:
Jumlah yang muncul di bagian atas, dikenal dengan tekanan dara sistolik.
Itu adalah jumlah yang diukur dalam setiap detak jantung, ketika jantung
berkontraksi dan mendorong darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Angka
tekanan darah sistolik yang normal adalah sekitar 120 mmHg kebawah,
sedangkan tekanan darah sistolik yang menunjukkan angka 140 mmHg keatas
dianggap sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Tekanan diastolik:
Jumlah tekanan diastolik adalah angka bawah yang ditunjukkan oleh alat
monitor tekanan darah. Ini adalah jumlah angka yang menunjukkan tekanan
darah didalam arteri, saat jantung sedang tidak berdegup di antara setiap detak
jantung. Angka jumlah tekanan darah diastolik yang normal adalah 80 atau
kebawah, sedangkan jumlah angka tekanan darah diastolik 90 atau lebih tinggi
dianggap sebagai hipertensi.

2.7 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan dari praktikum peralatan diaknostik dasar kali ini adalah
penggunaan tensimeter aneroid sama dengan pemakaian tensimeter air raksa
yang dikombinasikan dengan stetoskop untuk mendengarkan systolic dan
diastolic dari terperiksa, tensimeter aneroid juga memiliki struktur yang sama
dengan tensimeter air raksa yang membedakannya hanya measure unit (unit
pengukurnya) dimana tensimeter aneroid menggunakan manometer sedangkan
tensimeter air raksa menggunakan tabug ukur.
UNIT 3
SPHYGMOMANOMETER (TENSIMETER) DIGITAL

3.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu memahami Pengertian, Fungsi, Gambar dan Bagian-
bagian, Standard Operational Procedure (SOP), Cara Kerja, Perawatan,
Troubleshooting, dan Kalibrasi Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan Sphygmomanometer (Tensimeter)
Digital

3.2 Alat dan Bahan


1. Satu set alat diagnostik Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital

3.3 Teori Dasar


1. Pengertian Tekanan Darah dan Skala Nilai Normal Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan
pengukuran tekanan darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer,
menggunakan Sphygmomanometer. Tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan
(viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik.
Sedangkan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut
tekanan diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60
sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Pemeriksaan tekanan darah bertujuan untuk menilai system
kardiovaskular/keadaan hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler
perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas arteri). Pemeriksaan
dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang pemeriksaan atau ruang
perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu sesuai

27
28

kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan


pada ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan
mengulang prosedur pemeriksaan, tunggu sekitar 30 detik sampai satu menit
setelah skala nol; serta periksa terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada
metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri.
Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop.
2. Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital
A. Pengertian Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital
Tensimeter digital merupakan tensimeter yang lebih modern dan akurat,
langsung menunjukan hasil dalam bentuk angka. Tensimeter digital juga sangat
praktis dalam penggunaan karena hanya tinggal menekan tombol dan alat akan
bekerja sendiri dalam menghitung tekanan darah. Tensimeter digital
menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya.

B. Gambar dan Bagian-bagian Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital

Gambar 3.1 Gambar dan Bagian-bagian Sphygmomanometer (Tensimeter)


Digital
29

Gambar 3.2 Gambar dan Bagian-bagian Sphygmomanometer (Tensimeter)


Digital

C. Standard Operational Procedure (SOP) Sphygmomanometer


(Tensimeter) Digital
Standard operational procedure (SOP) dari Sphygmomanometer (Tensimeter)
Aneroid adalah sebagai berikut:
1. Posisi terbaik dalam mengukur tekanan darah adalah berbaring atau duduk
dengan posisi lengan atas sejajar dengan jantung.
2. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuff) pada lengan atas.
3. Jangan melakukan aktifitas seperti berbicara, merokok, makan dan
sebagainya selama mengukur tekanan darah.
4. Tekan tombol “start/stop” untuk mengaktifkan alat.
5. Tunggu cuff mengencang, dan mengempis, setelah selesai hasil akan
ditampilkan pada LCD
6. Tekan “start/stop” untuk mematikan alat.

D. Cara Kerja Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital


30

Udara akan dipompa ke manset sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik


rata-rata (sekitar 120 mmHg untuk rata-rata). Setelah itu perlahan-lahan udara
akan dilepaskan dari manset dengan mengendorkan knop pada tensimeter
sehingga menyebabkan tekanan dalam manset akan menurun. Secara perlahan
manset akan mengempes, yang akan mengukur osilasi kecil dalam tekanan udara
dari manset lengan. Tekanan sistolik merupakan tekanan di mana denyut nadi
mulai terjadi atau bisa dikatakan sebagai batas bawah. Menggunakan MCU
untuk mendeteksi titik di mana osilasi ini terjadi dan kemudian merekam tekanan
dalam manset. Kemudian tekanan dalam manset akan menurun lebih lanjut.
Tekanan diastolik akan diambil pada titik di mana osilasi mulai menghilang.

E. Perawatan Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital


Perawatan sphygmomanometer (tensimeter) digital adalah sebagai berikut:
1. Hindari suhu dan kelembaban yang tinggi baik pada saat penggunaan atau
penyimpanan. Suhu dan kelembaban yang tinggi mempercepat kerusakan
pada alat.
2. Hindari dari kontak dengan zat-zat kimia. Di rumah sakit banyak zat kimia
yang dapat merusak alat tensimeter.
3. Hindari dari benda-benda tajam yang juga dapat merusak alat.
4. Jagalah agar manometer (tabung air raksa, gauge atau LCD) dari benturan
keras.
5. Cabutlah baterai jika menggunakan baterai apabila tensimeter digital tidak
digunakan.

F. Troubleshooting Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital


Troubleshooting sphygmomanometer (tensimeter) digital adalah sebagai
berikut:
1. Sering terjadinya error, cek posisi cuff dan posisi lengan pasien
2. LCD tidak menyala, cek baterai, cek LCD, apabila diperlukan ganti baterai
dan LCD
31

3. Alat aktif tapi tidak bisa memompa cuff, terjadi kerusakan pada motor DC,
ganti motor DC

G. Kalibrasi Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital


Kalibrasi sphygmomanometer (Tensimeter) Digital adalah dengan cara
kalibrasi tensimeter digital harus memiliki alat kalbirasi atau
mengkalibrasikannya kepada pihak penjual yang memiliki alat kalibrasi.

3.4 Langkah Kerja Praktikum


1. Menyiapkan satu set Sphygmomanometer (Tensimeter) Ditgital
2. Menggunakan Sphygmomanometer (Tensimeter) Digital sesuai dengan SOP
yang ada pada teori dasar.
3. Mencatat hasil dari systolic dan diastolic terperiksa

3.5 Hasil Praktikum

NO TERPERIKSA SYSTOLIC DIASTOLIC KEADAAN


1 HAFI 112 60 NORMAL
2 RIZKY 150 80 HIPERTENSI
3 ALFI 113 68 NORMAL
4 NOFAN 134 65 PREHIPERTENSI
5 FEBRY 98 68 HIPOTENSI
Tabel 3.1 Hasil Praktikum Pengukuran Sphygmomanometer (Tensimeter)
Digital

3.6 Analisa
Pada praktikum peralatan diagnostic dasar kali ini tentang
sphygmomanometer (Tensimeter) digital yang pengukurannya sudah dilakukan
oleh sensor untuk mengetahui systolic dan diastolicnya, jadi pemeriksa tidak
harus memiliki atau menggunakan stetoskop untuk penggunaan tensimeter ini
juga lebih akurat karena menggunakan sensor tetapi memiliki kekurangan
keakuratan apabila pasien pada saat diperiksa dalam keadaan berbicara, maka
32

penunjukkan hasil akhir akan menampilkan EE atau error, kelebihan yang


lainnya adalah tensimeter digital sekarang ini dapat menyimpan tekanan darah
pasien sampai dua puluh pasien, kekurangan yang lainnya adalah alat ini harus
menggunakan baterai 6V atau 1,5V yang diserikan sebanyak empat buah atau
menggunakan adapter DC 6V agar bisa digunakan.
Penggunaan tensimeter digital inipun lebih aman dibandingkan
penggunaan tensimeter air raksa karena tidak menggunakan air raksa, dan juga
mudah dibandingkan dengan penggunaan tensimeter air raksa dan aneroid
karena hanya cukup memasangkan cuff pada lengan kiri pada brachial artery
terperiksa lalu mengencangkan cuff dan menekan tombol start/ stop pada
tensimeter digital maka alat secara otomatis bekerja sampai menampilkan
systolic dan diastolic terperiksa.
Pada praktikum kali ini terdapat lima kali pemeriksaan yang pertama hafi
dengan systolic 112 dan diastolic 60 dapat dikatakan tekanan darah hafi dalam
keadaan normal. Yang kedua rizky dengan systolic 150 dan diastolic 80 dapat
dikatakan tekanan darah rizky dalam keadaan tidak normal hipertensi. Yang
ketiga alfi dengan systolic 113 dan diastolic 68 dapat dikatakan tekanan darah
ralfi dalam keadaan normal. Yang ke-empat nofan dengan systolic 134 dan
diastolic 65 dapat dikatakan tekanan darah nofan dalam keadaan tidak normal
prehipertensi. Yang kelima febry, dengan systolic 98 dan diastolic 68 dapat
dikatakan tekanan darah febry dalam keadaan tidak normal hipotensi.

3.7 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan dari praktikum peralatan diagnostic dasar kali ini adalah
penggunaan tensimeter digital lebih akurat, lebih aman, dan lebih mudah dalam
pemakaiannya dibandingkan tensimeter air raksa dan tensimeter aneroid, karena
menggunakan sensor, tidak menggunakan mercury (air raksa), dan tidak
memerlukan stetoskop dalam pemakaiannya, seta memiliki kelebihan lain yaitu
memiliki penyimpanan memori tekanan darah dari terperiksa sampai sebanyak
dua puluh tekanan darah terperiksa, tetapi memiliki kekurangan tensimeter ini
33

sering terjadi error dalam pengukuran, dan memerlukan listrik DC sebanyak 6V


untuk dapat bekerja.
34

DAFTAR PUSTAKA
1. Stetoskop. (https://id.wikipedia.org/wiki/Stetoskop,diakses tanggal 18
januari 2018)
2. Bidan Rina Widyawati., Stetoskop akustik dan
elektronik,(http://www.hargastetoskop.com/2015/09/jenis-stetoskop-
akustik-dan-elektronik.html diakses tanggal 18 januari 2018)
3. UkuranDanSatuan.Com.,2016, (http://ukurandansatuan.com/apa-itu-angka-
tekanan-darah-dan-berapa-angka-tekanan-darah-normal.html/ diakses
tanggal 18 januari 2018)
4. Elektromedik.,2016,(https://fajarahmadfauzi.wordpress.com/2014/05/26/sph
ygmomanometer-tensimeter/ diakes tanggal 18 januari 2018)
5. Fitri Suryani.,2016,Makalah Tensimeter
(http://bebyaliszahbanna.blogspot.co.id/2016/08/makalah-tensimeter-
kesehatan.html diakses pada tanggal 18 januari 2018)
6. Erni Titis Prahesti., 2013,Sphygnomanometer
(http://ernititisprahesti.blogspot.co.id/2013/10/apa-itu-
sphygnomanometer.html diakses pada tanggal 18 januari 2018)

Anda mungkin juga menyukai