Anda di halaman 1dari 23

BAB 1.

PENDAHULUAN

Dalam Bab ini kita akan mulai mempelajari operasi mekanisme


penyesuaian pendapatan otomatis. Mekanisme itu sendiri bertumpu pada berbagai
perubahan-perubahan pada pendapatan nasional yang menjelma dalam bentuk
defisit dan surplus pembayaran pendapatan nasional dari negara yang
bersangkutan sebagaimana tercatat pada neraca pembayarannya. Itu berarti kita
akan mempelajari berbagai teknik atau cara mengadakan penyesuaian guna
mengatasi setiap ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran. Mekanisme
penyesuaian pendapatan otomatis itu dirumuskan atas dasar kajian ilmu ekonomi
yang dilakukan oleh keynes terhadap perekonomian-perekonomian terbuka.
Mekanisme tersebut berbeda dari mekanisme-mekanisme penyesuaian klasik yang
didasarkan pada perubahan-perubahan harga otomatis yang di pandang sebagai
sumber penyesuian atas berbagai ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran.
Secara implisit kita juga berasumsi babhwa pendapatan nasional
senantiasa konstan dan proses penyesuaian dapat berlangsung dari perubahan-
perubahan harga secara otomatis. Namun kita akan meninjau lebih jauh
bagaimana perubahan-perubahan pendapatan secara otomatis tersebut dapat
menciptakna penyesuaian terhadap setiap ketidakseimbangan yang ada dalam
neraca pembayaran. Secara spesifik, guna mengisolasikan mekanisme
penyesuaian pendapatan otomatis itu agar kita lebih mudah mempelajarinya. Pada
dasarnya analisis makroekonomi mentikberatkn pada empat aspek dalam
kehidupan ekonomi. Yang pertama adalah pengguran, makroekonomi mempelajari
dan mencoba menjelaskan faktor-faktor penyebab pengangguran ini serta
langkah-langkah yang dapat ditempuh pemerintah guna menanggulanginya. Yang
kedua adalah soal tabungan (saving). Perilaku menabung atau meminjam dari
suatu negara mempengaruhi employment atau tingkat pendayagunaan sumber
daya domestik serta tingkat kesejahteraan nasionalnyadiwatu yang akan datang.
Kemudian yang ketiga adalah ketidakseimbangan perdagangan (trade
imbalances), nilai impor suatu negara akan setara dengan nilai ekspornya apabila
jumlah pembaelanjaan negara yang bersangkutan sebanding dengan
pendapatannya. Tetapi pada kenyataannya kondisi penrdagangan yang seimbang
seperti ini jarang sekali terjadi. Ketidakseimbangan perdagangan akan banyak
dibicarakan pada subbab ini karena hal tersebut mengandung fungsi yang sangat
peting, yako mendistribusikan kekayaan antar negara dan merupakan wahana/
saluran utama dimana kebijakan-kebijakan makkroekonomi dari suatu negara
dapat mempengaruhi negara-negara lain yang menjadi mitra-mitra dagangnya.
Yang keempat adalah mengenai uang dan tingkat harga (money and price level).
Dalam suatu transaksi barter, suatu jenis barang atau jasa secara langsung
dipertukarkan dengan jenis barang lainnya atas dasar harga relatif masing-masing.
Dalam pembahsannya, makroekonomi internasioanal menganggap setiap negaara
menggunakan sebuah mata uang, dan bahwa suatu perubahan moneter disebuah
negara dapat menimbulkan pengaruh yang menembus tapal batas negara itu ke
negara-negara lain. Stabilitas harga uang merupakan salah satu tujuan pokok
kebijakan makroekonomi internasioal.

Selanjutnya kita juga mempelajari kebijakan-kebijakan penyesuaian yang


biasa digunakan oleh pemerintah dari berbagai negara demi mencapai kondisi
pendayagunaan segenap faktor-faktor produksi secara penuh (full employment)
yang disertai dengan stabilitas harga (inflasi terkendali) dan keseimbangan neraca
pembayaran. Kebutuhan akan adanya kebijakan-kebijakan penyesuaian tersebut
muncul karena berbagai mekanisme penyesuaian otomatis, dari sekian banyak
ekonom yang bertanggung jawab atas bergesernya pengutamaan mekanisme
penyesuaian adalah meade.
Tujuan-tujuan atau sasaran ekonomi yang terpenting bagi berbagai negara-
negara adalah (1) keseimbangan interal; (2) kesimbangan eksternal; (3) tingkat
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang cukup tinggi namun tidak
berlebihan; serta, (4) suau distribusi pendapatan yang relatif merata dikalangan
seluruh penduduk.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembentukan Tingkat Pendapatan Ekuilibrium dalam Sebuah


Perekonomian Tertutup

Pada bagian pembahasan ini kita akan menelaah konsep dan proses
pembentukan dalam pendapatan nasional ekuilibrium (dalam kondisi
keseimbangan) dan Faktor penggandaan.“ dalam sebuah perekonomian tertutup
(closed economy), yakni sebuah perekonomian yang berada dalam kondisi autarki
atau sama sekali tidak terlibat dalam hubungan dagang internasional. Konsep
konsep yang akan disajikan di sini pada dasarnya merupakan bagian penting dari
prinsip-pinsip dasar dalam ilmu ekonomi, yang selanjutnya akan dikembangkan
lebih jauh guna menelaah apa yang disebut sebagai tingkat pendapatan nasional
dan faktor penggandaannya untuk sebuh perekonomian terbuka yang berukuran
kecil (ini akan kita sajikan dalam subab 16.3).

2.1.1 Pembentukan Tingkat Pendapatan Nasional Ekuilibrium dalam Sebuah


Perekonomian Tertutup

Karena penduduk suatu perekonomian tertutup tidak dapat membeli output


dari luar negeri atau menjual output mereka ke pihak asing, maka hanya ada tiga
jenis pengeluaran pokok yang menciptakan atau membentuk pendapatan nasional
untuk sebuah perekonomian tertump terhadap perdagangan internasional, yaitu:
konsumsi, investasi, serta belanja pemerintahh. Dengan kata lain, komponen
pengeluaran keempat yang biasa ditemui pada perekonomian terbuka, yakni
neraca transaksi berjalan, tidak memberikan kontribusi apa pun bagi
perekonomian tertutup karena transaksi ekspor dan impor dari perekonomian yang
tertutup itu boleh dikatakan nol. Perekonomian yang sepenuhnya tertutup total
terhadap perdagangan internasional memang tidak ada. Namun, pembahasan
hipotesis atas perekonomian tertutup berikut ini merupakan langkah awal yang
baik dan bermanfaat dalam mempelajari penghitungan pendapatan nasional,
mengingat hubungan-hubungan antarkomponen pengeluaran dalam GNP-nya
yang lebih sederhana daripada yang ada dalam perekonomian terbuka ini akan
turut memperjelas betapa pentingnya peranan perdagangan dalam makroekonomi
perekonomian terbuka.

Pertama, elemen konsumsi. Porsi GNP yang dibayarkan oleh sektor swasta
(temasuk rumah tangga atau individu) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
dikenal dengan istilah konsumsi. Pembayaran untuk memperoleh karcis bioskop,
makanan, jasa dokter gigi, dan binatu, semuanya masuk ke dalam kategori ini.
Pengeluaran konsumsi merupakan komponen GNP paling besar di kebanyakan
perekonomian. Di Amerika Serikat, misalnya, sejak jaman berkecamuknya Perang
Korea, unsur konsumsi di dalam GNP-nya berkisar antara 62-66 persen
Berikutnya bagian output yang secara sengaja digunakan oleh perusahaan-
perusahan swasta guna menghasilkan output di masa mendatang, biasa disebut
sebagai investasi. Pengeluaran investasi bisa dianggap sebagai porsi GNP yang
dipakai untuk meningkatkan cadangan modal negara yang bersangkutan. Setiap
batangan baja dan batu-bata yang digunakan untuk membangun pabrik merupakan
bagian dari pengeluaran investasi, sama halnya dengan jasa-jasa teknisi yang
membantu komputerisasi dunia usaha. Pembayaran pihak perusahaan untuk
menimbun barang juga dihitung sebagai pengeluaran investasi karena penimbunan
barang merupakan cara lain yang ditempuh perusahaan guna mengalihkan output
dari penggunaan sekarang (current use) menjadi penggunaan untuk masa
mendatang (future use). Tingkat investas' biasanya lebih sering berubah daripada
tingkat konsumsi. Di Amerika Serikat, sebagai contoh,investasi (total)
berfluktuasi antara 12-19 persen GNP dalam beberapa tahun terakhir ini.
Sementara itu, kita secara awam terlanjur sering mengartikan kata ”investasi"
untuk menggambarkan pembayaran pihak rumah tangga secara individual guna
memperoleh saham, obligasi, atau real estat. ingat, kita harus membedakan
pengertian dalam konteks sehari-hari ini dengan definisi ekonomi atas kata
"investasi" sebagai salah satu komponen GNP. Pada saat Anda membeli saham
Genentech, misalnya, Anda tidak membeli suatu barang ataupun jasa, Sehingga
pembayaran Anda tersebut tidak terhitung dalam GNP.

Kriteria yang digunakan oleh para penghitung pendapatan nasional guna


membedakan investasi dari konsumsi terkadang agak membingungkan. Dalam
banyak hal, kerancuan memang sulit dihindari. ini dikarenakan mereka cenderung
mengartikan bahwa kegiatan investasi hanya dilakukan oleh perusahaan.
Pembayaran individu untuk memperoleh sebuah buku dari penerbitnya dianggap
sebagai konsumsi, sedangkan pembelian buku yang sama oleh sebuah joko buku
selalu dihitung sebagai investasi inventori (penimbunan barang). Cara lainnya
yang masa dilakukan dalam penghitungan pendapatan nasional adalah dengan
mengartikan konsumsi sebagai pengeluaran berbagai rumah tangga untuk
memperoleh barang-barang konsumsi tahan lama, yakni yang tidak
dikonsumsikan seketika (seperti halnya susu dan buah segar) melainkan bisa
digunakan secara terus-menerus selama beberapa tahun. Pembelian sebuah mesin
cuci yang dapat membuahkan jasa dalam kurun waktu yang lama, terkesan
sebagai salah satu bentuk investasi. Akan tetapi, menurut definisi penghitungan
GNP tidaklah demikian. Meskipun begitu, ada satu jenis pengeluaran untuk
memperoleh barang konsumsi tahan lama, karena arti pentingnya terhadap
perekonomian, yang bisa digolongkan sebagai investasi, yakni pembelian rumah
baru. Demi menjaga konsistensi, penghitungan GNP menganggap seorang pemilik
rumah sebagai sebuah perusahaan yang menjual jasa perumahan bagi dirinya
sendiri. Selanjutnya perkiraan pembayaran sewanya, yang merupakan nilai jasa
atau manfaat ekonomis perumahan tersebut, dihitung sekali lagi dalam GNP
sebagai konsumsi.

Yang terakhir, bila kita menganggap investasi sebagai segala bentuk


pengeluaran yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas di masa
mendatang, maka pengeluaran untuk riset dan pendidikan akan tergolong
investasi. Namun sayangnya, para ahli penghitungan pendapatan nasional tidak
menganut arti investasi seperti ini.

Kemudian elemen belanja pemerintah. Setiap barang dan jasa yang


dibayarkan oleh pihak pemerintah, baik itu pemerintah federal, negara bagian
maupun lokal (atau pemerintah pusat. maupun pemerintah daerah) digolongkan
sebagai belanja pemerintah dalam neraca pendapatan nasional. Yang termasuk ke
dalam belanja pemerintah, antara lain adalah pengeluaran militer atau angkatan
bersenjata nasional, bantuan pemerintah untuk riset pengobatan kanker, dan
penyediaan dana pemerintah untuk memperbaiki jalan raya dan keperluan
pendidikan. Pembayaran transfer dari pihak pemerintah tentu saja adalah bagian
dari total pengeluaran pemerintah, namun pembayaran transfer tidak
mengharuskan para penerimanya memberikan barang atau jasa apa pun kepada
pemerintah sebagai imbalannya. Jadi, pembayaran transfer, teperti tunjangan
sosial (social security), tunjangan pengangguran, dan dana-dana kesejahteraan
mms-cuma lautnya, tidak termasuk dalam kategori belanja pemerintah. Belanja
pemerintah Mustika Serikat dewasa ini mencapai sekitar 20 persen dari GNP-nya.
Persentase ini tidak lbnyak meningkat dibandingkan dengan yang ada pada tahun
l950an. (Sebagai perbandingan, Penata” belanja pemerintah pada tahun 1959,
misalnya, juga sekitar 20 persen). Namun jika dibandingkan dengan periode
sebelum Perang Dunia Kedua tahun 1930an, itu sudah merupakan kemaiuan yang
besar, mengingat pada tahun 1929, belanja pemerintah Amerika baru mencapai
8,5 persen dari GNPnya.

2.1.2 Penggandaan dalam Perekonomian Tertutup

Iika, atas dasar alasan apa pun, investasi mengalami kenaikan sebanyak
100 dari I = 150 men. jadi 1’ = 250, maka total fungsi pembelanjaan akan bergeser
ke atas sebanyak 100, yakni dari C(Y) + I menjadi C(Y) + I ‘ ini dilambangkan
sebagai garis pu‘tus-putus pada panel sebelah atas dalam Gambar 16-1 sehingga
terciptalah titik ekuilibrium baru E’ yang melambangkan Y; = 1.400. Atau,
kenaikan otonom investasi juga dapat menyebabkan fungsi investasi mengalami
pergeseran ke atas dari I = 150 menjadi l' = 250 (garis putus-putus pada panel
sebelah bawah) dan garis yang melambangkannya itu akan memotong fungsi
tabungan di titik E' yang juga melambangkan tingkat pendapatan nasional
ekuiljbrium yang baru, yalcni YE' =1..400.

Bermula dari titik ekuilibrium awal, yakni titik E,da1am panel sebelah
bawah, maka begitu investasi meningkat dari I: 150 menjadi 1': 250, maka 1‘
lebih besar dari 3 dan Y juga meningkat Peningkatan Y itu akan menyebabkan S
juga mengalami kenaikan. Hal tersebut akan terns berlangsung sampai pendapatan
nasional atau Y meningkat cukup besar guna mendorong tabungan atau S untuk
menyamai tingkat investasi baru yang lebih tinggi, yakni 1‘. Agar hal itu dapat
texjadi, maka Y harus bertambah sebanyak 400, yakni dari Y8 = 1.000 menjadi
Y5' = 1.400, sebagaimana diperlihatkan oleh titik ekuilibrium yang baru, yakni
titik E', dalam panel sebelah alas maupun bawah.

2.2 Proses Terciptanya Tingkat Pendapatan dalam Sebuah Perekonomian


Terbuka Berukuran Kecil

Sekarang kita akan mengembangkan pembahasan mengenai tingkat


pendapatan nasional ekuilibrium dan faktor penggandaannya, dari sebuah
perekonomian tertutup ke sebuah perekonomian terbuka yang berukuran kecil
(yakni suatu perekonomian yang kekuatannya relatif terbatas, sehingga transaksi-
transaksi internasionalnya tidak akan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
nasional dari negara-negara lain yang menjadi mitra dagangnya). Kita awali
pembahasan ini dengan tinjauan umum mengenai penghitungan pendapatan
nasional untuk sebuah perekonomian terbuka (besar atau kecil), lalu kita akan
mendefinisikan fungsi impor dari suatu negara. Selanjutnya, kita akan melihat
bagaimana tingkat pendapatan nasional ekuilibrium itu terbentuk secara aljabar
dan gratis. Setelah itu kita akan menderivasikan faktor penggandaan perdagangan
luar negeri. Kemudian pada Subbab 16-4, kita akan mengendurkan sebagian
asumsi yang telah kita pegang teguh sejak paragraf awal di atas, termasuk asumsi
yang menyatakan bahwa perekonomian terbuka yang kita bahas hanyalah yang
berukuran kecil (artinya pada bagian pembahasan selanjutnya kita akan menyimak
kondisi perekonomian yang ukurannya relatif besar sehingga sanggup
memberikan pengaruh berani terhadap perekonomian dari negara-negara lain yang
menjadi mitra dagangnya) guna memasukkan aspek reperkusi luar negeri ke
dalam perhitungan. Namun demi menyederhanakan pembahasan, kita akan tetap
berpegang pada asumsi bahwa yang menyatakan perekonomian itu tidak memiliki
sektor pemerintah dan bahwa ia beroperasi di bawah kapasitas maksimumnya
(perekonomian yang bersangkutan tidak beroperasi dalam kondisi full
employment).

Dalam sebuah perekonomian terbuka, persamaan pendapatan nasional


harus dimodifikasi karena sebagian outputnya diekspor ke pihak lain di luar
negeri dan sebagian pendapatan domestik harus disisihkan untuk membeli
(mengimpor) produk-produk luar negen. Pelajaran pokok yang hendak
disampaikan adalah mengenai hubungan-hubungan antara tabungan nasional,
investasi, dan ketidakseimbangan perdagangan (ketidaksamaan nilai ekspor
dengan nilai impor). Kita akan melihat bahwa dalam perekonomian terbuka,
antara tabungan dan investasi tidak harus sama seperti halnya pada perekonomian
tertutup. ini dikarenakan negaranegara yang perekonomiannya terbuka dapat
menabung dengan cara mengekspor lebih banyak daripada mengimpor, dan
sebaliknya mereka dapat mengurangi tabungan atau kekayaannya.

2.2.1 Fungsi Impor

fungsi impor (import functian) dari suatu negara, atau yang biasa disimbolkan
dalam M(Y), adalah sebuah fungsi yang pada intinya memperlihatkan hubungan-
hubungan antara impor negara tersebut dengan pendapatan nasionalnya. Sebuah
fungsi hipotetis telah diperlihatkan ada Gambar 16-2. Perhatikanlah bahwa impor
atau M akan mmpai 150 apabila Y atau Pendapatan nasionalnya sama dengan nol
(artinya impor tetap akan terjadi walaupun pendapatan nasionalnya nol, ini bisa
saja dilakukan, misalnya dengan memakai dana pinjaman). Selanjutnya impor
atau M itu akan meningkat seiring dengan peningkatan Y, meskipun persentase
kenaikannya tidak harus sama besarnya. Pernyataan ini agaknya tidak terlalu
aneh, kalau kita analogkan bahwa setiap orang harus membeli sesuatu untuk
dimakan sekalipun ia tidak punya pendapatan. Apabila pendapatan sama dengan
0, negara tersebut masih mengadakan belanja impor sebesar 150 (misalnya saja
dengan menggunakan dana pinjaman dari luar negeri atau dengan menarik
cadangan internasionalnya). Begitu pendapatan bertambah, maka impor negara itu
pun akan bertambah.
Fungsi impor atau M( Y) adalah sebuah konsep yang pada dasarnya
memperlihatkan bahwa jika pendapatan =0 maka negara ini masih dapat
mengimpor sebanyak 150. Begitu pendapatannya meningkat, impornya pun ikut
bertambah. Besaran sudut dari garis yang melambangkan fungsi impor pada
intinya mengukur besar-kecilnya perubahan impor yang bersumber dari
perubahan pendapatan. Rasionya sendiri lazim disebut sebagai kecenderungan
marjinal impor (MPM). Untuk fungsi impor yang diperlihatkan di sini, nilai
kecenderungan marjinal impornya adalah MPM : ∆M/∆Y = 0,15 dan angka ini
senantiasa konstan di sini, karena pendapatan negara ini tidak mengalami
perubahan sedikit pun.

Perubahan kuantitas impor (∆M) yang disebabkan oleh perubahan


pendapatan (∆Y) disebut sebagai kecenderungan marjinal impor (MPM,
marginal propensity to impart). Sebagai contoh, suatu pergerakan dari titik G
menuju titik H pada fungsi impor yang nampak pada Gambar 16-2 melambangkan
terjadinya kenaikan impor dari M = 300 menjadi M = 450 Peningkatan impor itu
sendiri disebabkan oleh bertambahnya pendapatan nasional, misalnya saja dari Y
= 1.000 menjadi Y = 2.000. Dengan demikian, dalam kasus ini MPM : ∆M/∆Y
=150/ 1.000 = 0,15. Nilai MPM itu sama dengan besaran sudut garis yang
melambangkan fungsi impor atau M(Y), dan dalam Gambar 16-2, besarnya
diperlihatkan konstan (karen pendapatannya tidak berubah). Sementara itu, rasio
impor terhadap pendapatan disebut sebagai kecenderungan rata-rata impor
(APM, average propensity to import). APM akan mengalami penurunan apabila
pendapatan bertambah (atau jika fungsi impor memiliki nilai positif pada titik
perpotongannya dengan sumbu vertikal seperti yang diperlihatkan pada Gambar
16-2. jadi pada titik G, nilai APM = M/ Y = 300/ 1.000 = 0,3, sedangkan pada titik
H, APM =450/ 2.000 = 0,225. Selanjutnya jika kita memperhitungkan MPM
terhadap APM, maka kita mendapati konsep baru yang disebut sebagai elastisitas
impor terhadap pendapatan (income elasticity of import) yang biasa
disimbolkan dengan nynyy= MPM/APM.

2.2.2 Proses Terciptanya Pendapatan Nasional Ekuilibrium dalam Sebuah


Perekonomian Terbuka yang Berukuran Kecil

Analisis terhadap proses terciptanya pendapatan nasional ekuilibrium


dalam perekonomian tertutup di atas dapat kita kembangkan lebih jauh dengan
melibatkan aspek perdagangan mtemasional. Hasilnya adalah analisis untuk
sebuah perekonomian terbuka yang berukuran kecil. Dalam sebuah perekonomian
terbuka, ekspor, sama halnya dengan investasi, merupakan injeksi atau tambahan
bagi arus pendapatan negara yang bersangkutan, sedangkan impor sam halnya
dengan tabungan, bisa dipandang sebagai suatu kebocoran atau pengurangan arus
pendapatan bagi negara tersebut. Secara spesifik, ekspor dan investasi cenderung
merangsang produksi domestik, sedangkan impor dan tabungan cenderung
menurunkan output domestik (karena kedua hal tersebut “menghilangkan”
sebagian pendapatan yang sedianya bisa digunakan untuk berproduksi).

Untuk sebuah perekonomian terbuka yang berukuran relatif kecil, ekspor


bersifat eksogen atau tidak terpengaruh oleh tingkat pendapatan (sama halnya
dengan investasi). Dengan demikian, jika dikaitkan terhadap pendapatan secara
grafis, maka bentuk fungsi ekspor tersebut adalah sebuah garis horisontal.
Artinya, ekspor negara tersebut yang merupakan impor bagi negara-negara lain
yang menjadi mitra dagangnya itu tidak akan ditentukan/ dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan negara pengekspor melainkan oleh tingkat pendapatan negara-negara
lain yang menjadi mitra dagangnya. Sementara itu, impor (sama halnya dengan
tabungan) merupakan fungsi atau suatu hal yang dipengaruhi oleh pendapatan
nasional. Bertolak dari rumusan ini kita dapat beranjak lebih jauh untuk
memerinci kondisi-kondisi yang harus ada demi terciptanya pendapatan nasional
ekuilibrium bagi sebuah perekonomian terbuka berukuran kecil.

2.2.3 Ulasan Gratis Atas Terbentuknya Pendapatan Nasional Ekuilibrium

Uraian aljabar di atas mengenai terciptanya pendapatan nasional ekuilibrium


untuk sebuah Perekonomian terbuka berukuran kecil dapat pula dikonversikan
menjadi paparan grafis. Hal ini telah disajikan pada Gambar 16-3. Pada panel
sebelah atas dari gambar tersebut ditunjukkan Proses terciptanya tingkat
pendapatan nasional ekuilibrium sesuai dengan Persamaan (16-6), gedangkan
pada panel sebelah bawah ditunjukkan terciptanya tingkat pendapatan nasional
ekuilibrium sesuai dengan Persamaan (16-7). Ekspor bersifat eksogen dan
diasumsikan sebesar 300, sedangkan YE = 1.000 pada kedua panel. Secara
spesifik panel sebelah atas mengukur investasi + ekspor, dan tabungan + impor
pada sumbu vertikal, sedangkan sumbu horisontalnya mengukur pendapatan
nasional. Dengan investasi atau I = 150 (seperti Gambar 164) dan ekspor atau X =
300, maka fungsi investasi plus ekspornya adalah 1 + X = 150 + 300 = 450.
Sedangkan fungsi tabungan plus impornya, atau S(Y) + M(Y), dapat diperoleh
melalui penambahan vertikal atas fungsi impor yang terdapat pada Gambar 16-2
terhadap fungsi tabungan yang telah ditunjukkan pada Gambar 16-1. Sebagai
contoh, jika Y = 0, dan S = --100, sedangkan M =150, maka 5 + M = --100 + 150
= 50. Seandainya tingkat pendapatan nasional Y = 1.000, maka S + M = 150 +
300 = 450. Perhatikanlah bahwa besaran sudut fungsi tabungan plus impor sama
dengan MPS (besaran sudut fungsi tabungan) ditambah dengan MPM (besaran
sudut fungsi impor). Jadi, besaran sudut S(Y) + M(Y) == MPS + MPM = 0,25 +
0,15 = 0,40. Tingkat pendapatan nasional ekuilibrium adalah Y£ : 1.000, dan hal
itu ditentukan oleh titik perpotongan antara fungsi I + X dengan fungsi S(Y) +
M(Y), atau titik E pada panel sebelah atas, Dengan demikian, ekuilibrium itu
tercipta apabila:

INJEKSI= KEBOCORAN

I+X= S+M

150+300=150+300
450=450

2.2.4 Penggandaan Perdagangan Luar Negeri

Berrmula dari titik ekuilibrium titik E dalam panel sebelah atas dan bawah
dalam Gambar 16-3 kita akan melihat bahwa setiap perubahan otonom dalam
ekspor atau investasi -sisi kiri Persamaan (16-6)-akan menimbulkan gangguan
atau perubahan terhadap tingkat pendapatan nasional ekuilibrium. Perubahan
dalam tingkat pendapatan nasional ekuilibrium itu selanjutnya akan menimbulkan
pergeseran atau perubahan tabungan dan impor sisi kanan persamaan (16-6)dan
hal itu akan terus berlangsung sampai jumlah perubahan dalam tabungan tersebut
sama dengan jumlah perubahan otonom dalam investasi dan ekspor yang jadi
sebelumnya. Itu berarti tingkat ekuilibrium yang baru dari pendapatan nasional
akan cipta apabila:

∆I +∆X =∆S + ∆M

Adapun besar-kecilnya perubahan dalam angka-angka tabungan dan impor ketika


pendapatan ional mengalami perubahan dapat kita hitung dengan persamaan
sederhana sebagai berikut:

∆S = (MPS)(∆Y)

AM = (MPM) (∆Y)

2.3 Reperkusi Luar Negeri

Pada bagian pembahasan ini kita akan melepaskan asumsi yang


menyatakan bahwa perekonomian ini berukuran kecil Jadi, kini kita akan
menyoroti perekonomian terbuka yang berukuran besar. Pelonggaran asumsi ini
dimaksudkan agar kita dapat membahas apa yang disebut sebagai reperkusi luar
negeri (foreign repercussions). Dalam sebuah dunia khayalan yang hanya terdiri
dari dua negara saja, yakni Negara 1 dan Negara 2, adanya kenaikan otonom
ekspor di Negara 1 akan terjadi secara bersamaan dan jumlahnya pun sama
dengan kenaikan impor di Negara 2. Jika kenaikan otonom atas impor di Negara 2
itu menggusur sebagian produksi domestiknya, maka pendapatan nasional di
Negara 2 dengan sendirinya akan merosot. Penurunan pendapatan ini lebih lanjut
akan membuat impor Negara 2 kembali turun, sehingga menetralisasikan sebagian
dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan impor yang terjadi sebelumnya. Di lain
pihak, ekspor Negara 1 pun berkurang. Inilah yang merupakan reperkusi luar
negeri bagi Negara 1 yang muncul dari peristiwa di luar negeri (Negara 2), yang
selanjutny mengurangi keuntungan yang diperolehnya dari kenaikan ekspor yang
terjadi sebelumnya Sebagai konsekuensi umumnya, penggandaan perdagangan
luar negeri bagi Negara 1 yang disertai dengan reperkusi luar negeri tersebut
menjadi lebih kecil. Seandainya saja reperkus luar negeri itu tidak ada, maka
tentunya penggandaan perdagangan luar negeri bagi Negara akan lebih besar (dan
lebih menguntungkan bagi saldo neraca perdagangannya).

2.4 Pendekatan Absorpsi

Pada bagian pembahasan ini kita akan mengintegrasikan mekanisme


penyesuaian harga pendapatan menelaah apa yang disebut sebagai pendekatan
absorpsi. Secara spesifik kita akan menelaah berbagai dampak yang ditimbulkan
oleh perubhana-perubahan pendapatan otomatis dalam berlangsungnya proses
koreksi terhadap defisit neraca pembayaran disuatu negara melalui depresi atau
devaluasi atas mata uang nasional negara tersebut. Perubahan-perubahan
pendapatan otomatis ini akan kita sisihkan untuk sementara aga dapat berfokus
pada mekanisme penyesuaian harga otomatis.

Dari Bab 15, kita telah mengetahui bahwa sebuah negara dapat
mengoreksi defisit neraca pembayarannya dengan membiarkan mata uang
nasionalnya mengalami depresiasi atau dengan memberlakukan devaluasi
terhadapnya (iika pasar-pasar valuta asing yang ada bersifat stabill). Karena
perbaikan saldo neraca perdagangan di suatu negara tergantung pada elastisitas
permintaan ekspor dan impomya terhadap harga, maka metode koreksi defisit ini
sering disebut sebagai pendekatan elastisitas (elasticity approach). Perbaikan
saldo neraca perdagangan di negara yang mengalami defisit dapat terjadi karena
depresiasi atau devaluasi tadi berpotensi merangsang ekspor negara tersebut dan
sekaligus meredam impomya (sehingga akan memacu produksi domestik,
termasuk berbagai produksi substitusi impor). Kenaikan yang terjadi dalam
produksi dan pendapatan rill di negara yang mengalami defisit itu lambat laun
akan memicu kenaikan impor sehingga menetralisasikan sebagian dampak
perbaikan terhadap neraca perdagangannya yang bersumber dari depresiasi atau
devaluasi atas mata uang domestik tadi.

Meskipun demikian, jika negara yang mengalami defisit itu sejak awal
sudah berada dalam kondisifull employment, maka produksinya tidak dapat lagi
ditingkatkan Iadi, hanya jika absorpsi domestik riil (real domestic absorption)
yakni tingkat pernbelanjaan domestik~ dapat dikurangi, maka barulah depresiasi
atau devaluasi itu bisa mengurangi atau menghilangkan defisit neraca pembayaran
di negara yang bersangkutan. Seandainya absorpsi/penyerapan domestik riil
dikurangi secara otomatis ataupun melalui pemaksaan oleh pemberlakuan
kebijakan fiskal dan moneter kontraksioner, maka adanya depresiasi atau
devaluasi tadi hanya akan memicu kenaikan harga-harga domestik atau inflasi
yang tentu saja akan memsak keunggulan betsaing tambahan yang diciptakan oleh
depresiasi atau devaluasi tadi, sehingga defisit negara tadi pun tidak mengalami
perbaikan yang berarti.

2.5 Pcnyesuaian Moneter dan Sintesis Atas Berbagai Mekanisme


Penyesuaian Otomatis

Sampai sekarang kita belum membicarakan penyesuaian moneter


(monetary adjustment) secara tuntas. Kita mengetahui bahwa apabila kurs tidak
mengambang secara bebas sepenuhnya. maka defisit neraca pembayaran
cenderung menurunkan penawaran uang di negara yang bersangkutan karena
kelebihan permintaan valuta asing hanya dapat diimbangi oleh pertukaran uang
domestik dengan valuta asing di bank sentral. Jika sistem bank sentral di negara
itu tidak integratif atau tidak berada di tangan satu lembaga saja, seperti yang ada
di Ametika Serikat, maka penyusutan cadangan tersebut akan menyebabkan
penawaran uang agregat di negara itu tumbuh lebih jauh lagi, dan besarnya sama
dengan defisit perdagangan dikalikan dengan angka penggandaan tertentu. Iika
tidak disterilisasikan atau dinetralisasikan oleh otorita moneter, maka penurunan
penawaran uang tersebut akan memacu kenaikan suku bunga.
Lebih lanjut, kenaikan suku bunga di negara yang mengalami defisit
tersebut akan menurunkan investasi domestik dan menurunkan pula tingkat
pendapatan nasionalnya (yakni nelalui proses penggandaan). Namun lambat laun
hal ini akan menurunkan impor negara itu, sehingga akan memperkecil defisit.
Berikutnya, kenaikan suku bunga juga akan menarik masuk modal dari luar negeri
sehingga tersedia lebih banyak dana guna membantu negara tersebut membiayai
defisitnya. Hal sebaliknya akan teq'adi di negara yang mengalami surplus. Jadi,
pada intinya, proses penyesuaian yang berlangsung selama standar emas bertumpu
pada arusarus permodalan intemasional dan perubahan-perubahan pendapatan
secara otomatis, dan bukannya semata-mata berlangsung melalui mekanisme arus
harga-logam mulia seperti yang diielaskan dalam Subbab 15.6b

2.6 Kebijakan-kebijakan Pengubah Tingkat Pembelanjaan dan Komposisi


Pembelanjaan Guna Mnejangkau Keseimbangan Internal dan Eksternal

Pada bagian pembahasan ini kita akan menelaah bagaimana suatu negara
dapat secara serentak mencapai kondisi keseimbangan internal dan keseimbangan
eksternalnya dengan memberlakukan kebijakan-kebijakan pengubah tingkat dan
komposisi pembelanjaan. Demi menyederhanakan pembahasan ini kita akan
berasumsi bahwa tidak ada pergerakan modal internasional (sehingga neraca
pembayaran negara itu persis sama dengan neraca perdagangannya). Kita juga
akan mengasumsikan bahwa harga-harga senantiasa konstan sampai Asumsi
permintaan agregat mulai melampaui tingkat output dalam kondisi full
employment mengenai ketiadaan arus pergerakan itu akan kita kendurkan pada
subbab berikutnya, dan asumsi mengenai inflasi juga akan kita lepaskan pada
Subbab 2.8

Pada Gambar 2.6, sumbu vertikalnya mengukur kurs (R). Kenaikan mengacu
pada kukannya devaluasi, sedangkan sebaliknya penurunan R merupakan dampak
dari diterapkannya revaluasi. Sumbu horisontal mengukur tingkat pembelanjaan
domestik riil, atau tingkat absorpsi domestik (D). Di samping konsumsi dan
investasi domestik, juga mencakup pembelanjaan pemerintah (yang dapat
dimanipulasikan oleh kebijakan fiskal) Kurva EE berbagai kurs domestik riil, atau
absorpsi, yang secara keseluruhan akan menentukan tercapainya keseimbangan
eksternal. EE ini memiliki besaran sudut positif karena semakin tinggi kursnya
diberlakukannya devaluasi akan besar perbaikan yang terjadi pada neraca
perdagangan dar negara yang bersangkutan (asalkan kondisi Marshall Lerner
terpenuh) hal tersebut haru dipenuhi atau dengan kenaikan absorpsi domestik riil
(D) demi merangsang ken impor dalam jumlah yang cukup besar untuk
mempertahankan ekuilibrium dalam nerac perdagangan tanpa mengganggu
keseimbangan eksternal. Sebagai contoh, bertolak dari titik pada kurva EE
tersebut, suatu kenaikan R dari R2 menjadi Rs harus disertai dengan ken D, yakni
dari Da menjadi Dy agar negara tersebut dapat mempertahankan keseimbanga
eksternalnya (yang dilambangkan sebagai titik pada kurva EE).

2.7 Keseimbangan dalam Pasar Barang, Pasar Uang, dan Neraca


Pembayaran

Guna memperlihatkan bagaimana kebijakan fiskal dan kebijakan moneter


dapat dimanfaatkan untuk mencapai keseimbangan internal dan eksternal tanpa
mengganggu stabilitas kurs, kita perlu menggunakan beberapa perangkat analisis
yang sebagian di antaranya sudah diajarkan dalam kuliah makroekonomi dasar.
Bagi Anda yang belum pernah tidak perlu dikuasai. merasa risau karena perangkat
analisis ini tidak terlalu sulit untuk Silahkan lampiran pada bab ini yang telah
menyajikan penjelasan sederhana mengenai perangkat tersebut. Lagi pula, untuk
keperluan pembahasan kita di sini, tinjauan in kiranya sudah memadai dan kita
tidak perlu berhenti sejenak untuk berpaling ke bagian lampiran guna memahami
apa yang akan disajikan pada subbab berikutnya.
Perangkat-perangkat yang baru tersebut berbentuk tiga kurva. Yang pertama
adalah kurva IS, yakni sebuah kurva yang memperlihatkan semua titik-titik yang
melambangkan keseimbangan atau ekuilibrium dalam pasar barang. Kedua adalah
pasar uang. Sedangkan yang ketiga adalah kurva FE yang menunjukkan titik-titik
yang masing-masing melambangkan keseimbangan pada neraca pembayaran.
Bentuk dan peran kurva IS, LM, dan FE telah disajikan pada gambar 2.6 Pada
kurva IS (IS curve) adalah kurva yang memperlihatkan berbagai kombinasi suku
bunga (r) dan pendapatan nasional (Y) yang menentukan terciptanya
keseimbangan pada pasar barang. Pasar barang akan berada dalam kondisi
equilibrium apabila kuantitas barang dan jasa yang diminta persis sama dengan
kuantitas yag ditawarkan.

GAMBAR 2.6 Keseimbangan dalam Pasar Barang, Pasar Uang, dan Neraca
Pembayaran
Kurva-kurva IS, LM, dan kurva FE masing-masing memperlihatkan berbagai
kombinasi bunga dan pendapatan nasional yang menentukan terciptanya
keseimbangan pada pasar pasar dan neraca pembayaran dan barang uang, negara
yang memiliki sudut negatif karena semakin rendah suku bunga yang beraku dan
semakin tinggi investasi yang ada) semakin tinggi tingkat pendapatan nasional di
negara yang bersangkutan. Selanjutnya, hal ini akan berimplikasi pada lebih
tingginya tabungan dan or, dan sementara itu kuantitas segenap barang dan jasa
yang diminta sama dengan kuantitas yang ditawarkan. Kurva Lu memiliki
kecondongan positif karena semakin tinggi pendapatan suatu negara (dan ser
permintaan uang untuk keperluan transaksi riil) akan dibarengi dengan suku
bunga yang lebih rendah (sehingga, konsekuensinya, tingkat permintaan uang
untuk keperluan-keperluan spekulatif pun relatif lebih rendah), dan sementara itu
total kuantitas uang diminta dengan uang yang itu memiliki positif karena
semakin tinggi pendapatan (dan impor dari suatu negara maka akan semakin
tinggi suku bunga (dan arus modal) yang diperlukan oleh negara yang
bersangkutan demi terpeliharanya keseimbangan neraca pembayarannya. Semua
pasar tersebut, yakni pasar barang, pasar uang, dan neraca pembayaran, akan
sama-sama berada dalam FE. keseimbangan hanya pada titik E, yang merupakan
posisi perpotongan antara kurva kurva LM, dan kurva Dalam gambar itu
diperlihatkan bahwa titik E tercapai ketika suku bunga (r sebesar 10 persen
sedangkan tingkat pendapatan nasional (Ye sebesar 1.000. Namun perlu Anda
perhatikan, bahwa YE lebih kecil dari Ye.

2.8 Kebijakan-kebijakan Fiskal dan Moneter untuk Mencapai Internal dan


Eksternal Tanpa Perubahan Kurs

Dalam sub ini pertama-tama kita akan menelaah dampak pemberlakuan


kebijakan fiskal terhadap dan kebijakan moneter terhadap kurva kita akan melihat
bagaimana kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dapat dimanfaatkan untuk
mencapai keseimbangan internal itu eksternal dan eksternal, bermula dari suatu
posisi dan pengangguran (titik dalam Gambar atau alternatifnya, dari suatu
kondisi pengangguran dan defisit neraca pembayaran. Di sini kita berasumsi,
bahwa arus-arus permodalan bersifat elastis sempurna.

2.8.1 Fiskal dan Moneter, Bertolak dari Kondisi Keseimbangan Eksternal


dan Pengangguran

Suatu kebijakan fiskal ekspansioner dalam bentuk kenaikan pembelanjaan


pemerintah dan/ atau penurunan pajak (yang akan meningkatkan konsumsi
swasta) dapat menggeser kurva IS ke sebelah kanan sehingga pada setiap suku
bunga yang berlaku, pasar barang akan senantiasa berada dalam kondisi
keseimbangan asalkan tingkat pendapatan nasionalnya dapat ditingkatkan secara
setara. Sebaliknya, kebijakan fiskal kontraksioner akan menggeser kurva IS ke
sebelah Adapun kebijakan moneter longgar dalam bentuk peningkatan penawaran
uang nasional akan menggeser kurva LM ke sebelah kanan, dan hal ini
menunjukkan bahwa terlepas dari suku bunga berapa pun yang berlaku,
pendapatan nasional harus ditingkatkan agar dapat menyerap kenaikan penawaran
uang tersebut. Sebaliknya, kebijakan moneter ketat akan menurunkan penawaran
uang nasional dan menggeser kurva LM sebelah kiri. Baik kebijakan fiskal
maupun kebijakan moneter ini tidak akan secara langsung mempengaruhi kurva
FE, dan karena di sini kita berasumsi bahwa k berubah, maka sama sekali tidak
mengalami perubahan (kurva ini tidak mengalami pergeseran).

Gambar 2.7 berikut ini memperlihatkan bahwa negara yang dijadikan contoh
kasus pada Gambar 2.6 dapat mencapai tingkat pendapatan full employment atau
keseimbangan internal tanpa kehilangan keseimbangan eksternalnya jika ia dapat
memadukan kebijakan fiskal ekspansioner yang mampu menggeser kurva IS
kesebelah kanan menjadi kurva IS’ serta kebijakan moneter yang ketat yang akan
emnggeser kurva LM kesebelah kiri menjadi kurva LM’.

2.8.2 Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam Kondisi

Defisit Eksternal dan Pengangguran Gambar 2.8 situasi awal di mana kurva s
dan kurva LM berpotongan pada E (seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6
dan Gambar 2.7) namun kurva ikut berpotongan. Itu berarti perekonomian
domestik akan berada dalam ekuilibrium (meskipun diliputi oleh masalah jika
suku bunga yang berlaku adalah 10 dan YE titik E Namun yang bersangkutan
mengalami defisit pada neraca pembayarannya karena terletak di sebelah dari titik
yang terletak pada kurva keseimbangan eksternal mensyaratkan tingkat
pendapatan nasional atau Y 700, dengan suku bunga atau r 10 persen (titik B pada
kurva FE). Karena dalam kondisi awal bukannya 700 maka negara itu pun
mengalami defisit pada neraca pembayarannya, yang besarnya sama dengan
kekurangan pendapatan nasional dari jumlah yang dibutuhkan untuk menciptakan
ekuilibrium neraca pembayaran, yakni sebesar 300 dengan kecenderungan
marjinal impor (MP MPM 0,15 (seperti pada contoh kasus dalam Bab 16), maka
defisit neraca pembayaran negara itu mencapai (300)(0,15) 45. Pada suku bunga
yang berlaku haruslah r 13 persen (ini dilambangkan oleh titik B pada kurva FE)
demi memungkinkan adanya arus masuk modal yang lebih besar sebanyak 45
(atau arus keluar modal yang lebih kecil dari 45) demi terjaganya ekuilibrium
neraca pembayaran di negara itu Bertolak dari titik E, yakni tatkala perekonomian
domestik berada dalam kondisi ekuilibrium meskipun disertai dengan masalah
pengangguran dan defisit neraca pembayaran (besarnya 45 jika MPM 0,15),
negara itu masih bisa mencapai tingkat pendapatan nasionalfull employment atau
Yr 1.500 yang disertai dengan keseimbangan eksternal jika ia dapat menggunakan
kebijakan fiskal ekspansioner secara tepat sehingga dapat menggeser kurva IS ke
sebelah kanan menjadi IS' serta kebijakan moneter ketat yang akan menggeser
kurva LM ke sebelah kiri menjadi LM sehingga pada akhirnya kurva IS dan kurva
LM (keduanya disajikan dalam bentuk garis putus-putus) berpotongan pada kurva
FE yang kedudukannya tidak berubah pada r = 18 persen dan Yf = 1.500 (Titik F
dalam gambar). Perhatikanlah bahwa dalam kasus ini suku bunga haru dinaikkan
lebih tinggi lagi yakni dari r = 10 menjadi r = 18 persen, jadi bukan lagi r = 16
persen, agar negara ini dapat mencapai keseimbangan eksternalnya.
2.8.3 Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter yang Disertai Arus Modal
Elastis

Dalam Gambar 2.8.3 kita akan mengubah titik awal analisis, yakni di mana
ketiga pasar sudah berada dalam kondisi ekuilibrium secara serentak pada E
(seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 2.6 dan 2.7), hanya saja kita juga
memasukkan adanya arus permodalan yang elastis sempurna ke dalam
perhitungan sehingga kini kurva FE berbentuk horisontal pada 10 persen (ini
merupakan suku bunga yang berlaku di pasaran dunia). Itu berarti sebuah negara
kecil dapat meminjam atau meminjamkan uang dalam jumlah berapa pun pada
suku bunga sebesar 10 persen. Syarat ini terutama sangat relevan bagi negara-
negara kecil di Eropa Barat yang akibat revolusi komunikasi serta transportasi,
harus menghadapi pasar-pasar modal yang sangat integratif seluruh pasar
eurocurrency. Dalam kasus ini, sebuah negara berupaya mencapai tingkat
pendapatan nasional full employment tanpa menggang yang tanpa keseimbangan
neraca pembayarannya dengan menerapkan kebijakan fiskal tepat, arus
melibatkan kebijakan sekali. Bahkan sesungguhnya, dalam dunia di mana
permodalan internasional bersifat elastis sempurna dan kurs bersifat baku,
kebijakan moneter justru sama sekali tidak efektif. Hal ini dapat dijelaskan dalam
bagian pembahasan berikutnya.
GAMBAR 2.8 Kebijakan Fiskal dan Kbijakan Moneter dalam Arus Modal
yang Elastis

Bertolak dari titik E dimana suatu negara mengalami pengangguran domestik


dan keseimbangan eksternal, sementara itu arus permodalan internasional bersifat
elastis dan kurs juga bersifat baku, negara tersebut dapat menjangkau tingkat
pendapatan nasioanal full employment yakni Yf= 1.500 melalui pemberlakuan
kebijakan fiskal ekspansioner yang akan menggeser kurva IS kesebalah kanan
menajdi IS’ dan menggeser LM kesebalah kanan menjadi LM’. Kebijakan
moneter bukan pilihan yang tepat, mengingat arus masuk modal bisa melanda
negara itu tanpa dapat dicegah.
BAB 3. KESIMPULAN

Puatu perekonomian tertutup tidak dapat membeli output dari luar negeri
atau menjual output mereka ke pihak asing, maka hanya ada tiga jenis
pengeluaran pokok yang menciptakan atau membentuk pendapatan nasional untuk
sebuah perekonomian tertump terhadap perdagangan internasional, yaitu:
konsumsi, investasi, serta belanja pemerintahh. Dengan kata lain, komponen
pengeluaran keempat yang biasa ditemui pada perekonomian terbuka, yakni
neraca transaksi berjalan, tidak memberikan kontribusi apa pun bagi
perekonomian tertutup karena transaksi ekspor dan impor dari perekonomian yang
tertutup itu boleh dikatakan nol. Perekonomian yang sepenuhnya tertutup total
terhadap perdagangan internasional memang tidak ada. Namun, pembahasan
hipotesis atas perekonomian tertutup berikut ini merupakan langkah awal yang
baik dan bermanfaat dalam mempelajari penghitungan pendapatan nasional,
mengingat hubungan-hubungan antarkomponen pengeluaran dalam GNP-nya
yang lebih sederhana daripada yang ada dalam perekonomian terbuka ini akan
Guna memperlihatkan bagaimana kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dapat
dimanfaatkan untuk mencapai keseimbangan internal dan eksternal tanpa
mengganggu stabilitas kurs, kita perlu menggunakan beberapa perangkat analisis
yang sebagian di antaranya sudah diajarkan dalam kuliah makroekonomi.

Anda mungkin juga menyukai