peledakan. Dalam pengamatan yang dilakukan dilapangan, ada beberapa parameter dari
geometri peledakan yang sangat menentukan fragmentasi batuan hasil dari peledakan,
antara lain:
1. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus lubang bor terhadap Bidang Bebas (freeface). Secara
teoritis, jika jarak Burden terlalu kecil akan menghasilkan bongkaran yang terlalu hancur
dan tergeser jauh dari dinding jenjang dan kemungkinan terjadinya batu terbang (flyrock)
akan besar, sedangkan bila jarak Burden terlalu besar akan menghasilkan fragmentasi
batuan yang kurang baik, karena gelombang tekan yang mencapai bidang bebas
menghasilkan gelombang tarik yang sangat lemah dan di bawah kuat tarik batuan, sehingga
SGe 0.33
B = 3,15 x De x [ SGr ]
2SGe
B = [ SGr +1,5] x De
Stv 0,33
B = 0,67 x De (𝑆𝐺𝑟)
Keterangan :
B = Burden (feet)
Struktur geologi daerah juga diperlukan sebagai faktor koreksi terhadap jarak
burden. Sedangkan untuk peledakan dimana material hasil peledakan sebelumnya belum
seluruhnya dipindahkan (buffer blasting) maka diperlukan faktor koreksi terhadap burden
persamaan :
Bc = Kd x Ks x Kr x B
Keterangan :
B = Burden (feet)
orientation)
Bedding Orientation Kd
Geologic Structure Ks
cemented layers
Tabel 2.4
Correction For Number Of Rows
Number of Rows Kr
2. Spacing (S)
Spacing adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar dengan
bidang bebas. Jarak spacing yang terlalu besar akan menghasilkan fragmentasi yang tidak
baik dan dinding akhir yang ditinggalkan relatif tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu
kecil dari jarak burden maka akan mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan
mengakibatkan gas hasil ledakan dihamburkan ke atmosfer diikuti suara bising (noise).
Spacing yang kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan
terlalu hancur. Untuk spacing yang terlalu besar dari ketentuan akan menyebabkan banyak
terjadi bongkahan (boulder)dan tonjolan (toe) di antara lubang ledak setelah peledakan.
Besarnya spasi dihitung berdasarkan pada perbandingan antara tinggi jenjang dengan
burden (L/B) dan delay yang digunakan. Besarnya spasi dapat dihitung berdasarkan pada
persamaan berikut :
1. Intantaneus initiation
S = (L + 2B)/8
2. Delayed initiation
S = (L + 7B)/8
1. Intantaneus initiation
S = 2B
2. Delayed initiation
S = 1,4B
Keterangan :
Ukuran diameter lubang ledak merupakan faktor yang penting dalam merancang
suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak Burden dan jumlah
bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. untuk lubang ledak kecil, energi
yang dihasilkan akan kecil, sehingga jarak antar lubang bor (spacing) dan jarak ke Bidang
Bebas (burden) haruslah kecil juga, dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk
4. Stemming (T)
Stemming adalah lubang ledak bagian atas yang tidak diisi bahan peledak, tetapi
biasanya diisi oleh abu hasil pengeboran atau material berukuran kerikil dan dipadatkan di
atas bahan peledak. Panjang stemming juga dapat mempengaruhi fragmentasi batuan hasil
bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk menghancurkan batuan di sekitar
stemming tersebut, dan stemming yang terlalu pendek bisa mengakibatkan terjadinya
Secara teoritis bahan stemming batuan dari batu kerikil atau batuan hasil crushing
dengan ukuran kecil jauh lebih baik dari pada cutting pengeboran, karena keterikatannya
yang baik, keterkungkungan bahan peledak lebih optimal sehingga tidak ada loos energi ke
permukaan (stemming injection) yang dapat menyebabkan distribusi energi bahan peledak
lebih merata. Inilah dasar pemilihan batu split sebagai material stemming karena
keterikatan yang baik dan berat jenisnya yang lebih besar dibandingkan cutting pengeboran
T = 0,7B
Keterangan :
T= Stemming (m)
B= Burden (m)
alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Dari hasil perhitungan Subdrilling dan tinggi
jenjang dapat ditentukan kedalaman lubang yang harus dibor, formulasi kedalaman lubang
ledak
H = Kh . B
Keterangan :
B = Burden (m)
6. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai jenjang
bagian bawah supaya batuan dapat meledak secara fullpace dan untuk menghindari
kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toe) pada lantai jenjang lantai bagian bawah.
Keterangan :
J = Subdrilling (feet)
B = Burden (feet)
Charge length merupakan panjang kolom isian bahan peledak. Adapun rumus
perhitungannya yaitu :
PC = H – T
Keterangan :
T = stemming (m)
Konsentrasi isian (loading density) merupakan konsentrasi isian bahan peledak yang
digunakan dalam kolom isian (PC) lubang tembak. Untuk menghitung lubang tembak
maka harus ditentukan dulu jumlah isian bahan peledak permeter/panjang kolom isian
(PC). Penentuan jumlah isian bahan peledak yang digunakan per meter kolom lubang ledak
Powder factor adalah perbandingan antara jumlah bahan peledak dengan batuan
Pc x de
PF = (B x S x L)
Keterangan :
PC = panjang kolom isian bahan peledak (m)
B = burden (m)
S = spacing (m)
B. R.L Ash
a) Burden (B)
Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak
dengan bidang bebas terdekat kemana arah perpindahan material akan terjadi.Pada
penentuan jarak burden ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan seperti diameter
lubang ledak, densitas batuan, densitas bahan peledak yang dipakai dan kondisi geologi
Semakin besar diameter lubang ledak yang digunakan maka jarak burden akan
semakin besar karena bahan peledak yang digunakan semakin banyak tiap lubangnya
sehingga energi ledakan yang ditimbulkan semakin besar. Sedangkan jika densitas batuan
semakin besar maka diperlukan jarak burden yang semakin kecil agar energi ledakan dapat
berkontraksi secara maksimal. Struktur geologi daerah juga diperlukan sebagai faktor
Jarak burden yang baik adalah jarak dimana energi ledakan bisa menekan batuan
secara maksimal sehingga pecahnya batuan sesuai dengan fragmentasi yang direncanakan
dengan mengupayakan sekecil mungkin terjadinya batuan terbang, bongkah, dan retaknya
Kb x De
B=
12
Rock Group
Type Of Explosive Soft Medium Hard
(< 2t/m3) (2-2,5 t/m3) (>2,5 t/m3)
Low density (0,8-0,9 g/cm3) and low
30 25 20
strength
Medium density (1,0-1,2 g/cm3) and
35 30 25
medium strength
High density (1,3-1,6 g/cm3) and high
40 35 30
strength
Sumber : R.L.Ash (lihatGalih Aryantoko, 2013)
R.L. Ash mengusulkan suatu persamaan penentuan burden yang didasarkan pada
acuan yang dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standart dan bahan peledak
standart. Batuan standart memiliki bobot isi 160 lb/cuft, dan bahan peledak standart
memiliki berat jenis 1,2 dan kecepatan detonasi 12.000 fpsatau4000 m/det.
Apabila batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan standart dan bahan
peledak yang dipakai ialah bahan peledak standart, maka digunakan burden ratio (Kb)
yaitu 30. Tetapi apabila batuan yang diledakkan tidak sama dengan batuan standart dan
bahan peledak yang dipakai bukan bahan peledak standart, maka harga Kb standart harus
Kb x De Kb x De
B = ft atau : B = meter
12 39,3
Dstd 1/3
Af1 =( )
D
1/3
SG x Ve2
Af2 =( )
SGstd x Ve2 std
diledakkan
dipakai
2,00 ton/m3
4000 m/det
Jika Kbstandart= 30
Maka :
Kb𝑡erkoreksi x De
B= meter
39,3
b) Spacing (S)
Spacing merupakan jarak antara lubang ledak dalam satu baris yang sejajar dengan
bidang bebas. spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika Spacing lebih besar dari ketentuan akan banyak
menyebabkan terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah
berikut :
S = Ks. B
B = Burden (m)
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah sebagai
berikut :
Peledakan serentak, S = 2B
Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 - 1,8B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris yang
sama, S = 1,15 B
c) Stemming (T)
permukaan bahan peledak yang terdapat dalam lubang ledak yang diisi oleh material
T= Kt. B
B = Burden (m)
d) Subdrilling (J)
Subdrillling merupakan panjang lubang ledak yang berada dibawah lantai jenjang.
Subdrilling diperlukan agar batuan dapat meledak secara keseluruhan dan mengurangi
timbulnya tonjolan pada lantai jenjang atau membuat lantai jenjang relatif rata setelah
J = Kj. B
B = Burden (m)
Kedalaman lubang ledak dapat ditentukan berdasarkan produksi yang diinginkan dan
tinggi jenjang yang ada. Kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari ukuran
burden untuk menghindari terjadinya overbreak dan cratering. Kedalaman lubang ledak
H= Kh . B
B =Burden (m)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan diisi oleh
bahan peledak. Panjang kolom isian ini merupakan kedalaman lubang ledak dikurangi
PC= H-T
T = Stemming (m)
GAMBAR III.1
DIAGRAM DESAIN PELEDAKAN PADA BENCH
1. Burden
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas (free
face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris (row) yang
banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan delay
detonator dari tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.
Burden juga berpengaruh pada fragmentasi dan efek peledakan (gambar III.2).
Burden merupakan variabel yang sangat penting dan kritis dalam mendesain
peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan jenis batuan yang dihadapi,
terdapat jarak maksimum burden agar hasil ledakan menjadi baik.
Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya lubang bor yang
digunakan, secara garis besar jarak burden optimum adalah:
Burden = (25 – 40) x Blast Hole Diameter.............................................(3.2)
GAMBAR III.2
PENGARUH BURDEN BAGI HASIL PELEDAKAN
Berikut ini persamaan untuk menghitung burden :
a. Menurut C.J. Konya
SGe
B 3,15.De.3
SGr
Keterangan:
B = burden (ft)
De = diameter lubang tembak (inch)
SGe = specific gravity bahan peledak
SGr = specific gravity batuan yang diledakkan
b. Menurut Langefors
db P.S
V
33 c. f .( E V )
Keterangan:
V = burden (m)
db = diameter mata bor (mm)
P = derajat packing (1 – 1,6 kg/dm3)
S = kekuatan bahan peledak
f = derajat fraction (jika lubang vertikal = 1)
c = konstanta batuan (0,45)
E = spacing (m)
E/V = perbandingan spacing dengan burden
c. Menurut Anderson
B d .L
Keterangan:
B = burden (ft)
d = diameter mata bor (inch)
L = kedalaman lubang bor (ft)
d. Menurut R.L. Ash
d
B Kb.
12
Keterangan:
B = burden (ft)
Kb = burden ratio (14 – 49 ; harga rata-rata 30)
d = diameter mata bor (inch)
2. Spacing
Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row) dan diukur
sejajar terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung pada burden, kedalaman lubang
bor, letak primer, waktu tunda, dan arah struktur bidang batuan. Yang perlu diperhatikan
dalam memperkirakan spacing adalah apakah ada interaksi antar charges yang
berdekatan. Bila masing-masing lubang bor diledakkan sendiri-sendiri dengan interval
waktu yang cukup panjang, untuk memungkinkan setiap lubang bor meledak dengan
sempurna, tidak akan terjadi interaksi antar gelombang energi masing-masing. Kalau
waktu tunda diperpendek maka akan terjadi interaksi sehingga menyebabkan efek yang
kompleks.
Spacing merupakan fungsi daripada burden dan dihitung setelah burden
ditetapkan terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan
ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari
ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump)
diantara dua lubang ledak setelah peledakan. Pada Geometri Rules of Thumb
menerapkan peledakan dengan pola equilateral (segitiga sama sisi) dan beruntun tiap
lubang ledak dalam baris yang sama.
Spacing = 1,15 x Burden………………………………………………….(3.3)
Berikut ini persamaan untuk menghitung spacing :
a. Menurut C.J. Konya
S B.L
Keterangan:
S = spacing (m)
L = kedalaman lubang ledak (m)
B = burden (m)
b. Menurut Langefors
E 1,25.V
Keterangan:
E = spacing (m)
V = burden (m)
c. Menurut R.L. Ash
S Ks.B
Keterangan:
S = spacing (ft)
Ks = spacing ratio (1-3; rata-rata 1,5)
B = burden (ft)
3. Sub-drilling
Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah rencana lantai
jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan pada lantai (toe), karena
dibagian ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian, gelombang
ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang yang akan bekerja secara maksimum.
Tujuan dari sub-drilling adalah supaya batuan bisa meledak secara full face
sebagaimana yang diharapkan. Tonjolan-tonjolan pada lantai (floor) yang terjadi setelah
dilakukan peledakan akan menyulitkan peledakan selanjutnya, atau pada waktu pemuatan
dan pengangkutan Besarnya KJ tergantung dari struktur dan jenis batuan, serta arah lubang
bor. Pada batuan yang miring KJ yang dibutuhkan lebih kecil. Terkadang pada lubang bor
yang vertikal juga sering tidak diperlukan adanya sub-drilling, misalnya pada coal
stripping atau rock quarry tertentu.
Subdrilling = (3 – 15) x Blast Hole Diameter.........................................(3.4)
Nilai subdrilling dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus berikut:
1. Menurut C.J. Konya
SD Ks.B
Keterangan:
SD = subdrilling (ft)
Ks = antara 0,3 sampai 0.5
B = burden (ft)
2. Menurut R.L. Ash
J Kj.B
Keterangan:
J = subdrilling (ft)
Kj = subdrilling ratio (rata-rata 0,33 dan minimum 0,3)
B = burden (ft)
4. Stemming
Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan peledak
tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil pemboran (cutting), dimana
stemming berfungsi untuk mengurung gas yang timbul sehingga air blast dan flyrock dapat
terkontrol. Untuk bahan stemming batuan hasil dari crushing jauh lebih baik daripada cutting
rock (material bekas pemboran). Namun dalam hal ini panjang stemming juga dapat
mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan. Dimana stemming yang terlalu panjang
dapat mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk
menghancurkan batuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu pendek bisa
mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan menjadi lebih kecil (Gambar
III.3).
Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil dari peledakan, jika
stemming terlalu panjang, maka :
a. Ground vibration tinggi (getar tinggi)
b. Lemparan kurang
c. Fragmentasi area jelek
d. Suara kurang
Jika stemming terlalu pendek :
a. Fragmentasi diarea bawah jelek
b. Terdapat toe di floor (tonjolan di floor)
c. Terjadi flying rock (batu terbang)
d. Suara keras (noise) or (airblast)
Stemming ≥ 20 x Blast Hole Diametre or (0,7 – 1,2) x Burden…………. (3.5)
Rumus-rumus menghitung stemming antara lain:
Menurut C.J. Konya
OB
T Kb
2
Keterangan:
T = stemming (m)
Kt = 0.17 sampai 1 kali B
B = burden (m)
OB = overburden (m)
Menurut R.L Ash
T Kt.B
Keterangan:
T = stemming (ft)
Kt = stemming ratio (0,5-1; rata-rat 0,7)
B = burden (ft)
Umumnya peledakan pada tambang terbuka dengan diameter lubang besar, tinggi
jenjang berkisar antara 10 -15 m. pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah
kestabilan jenjang jangan sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat
getaran peledakan. Dapat disimpulkan bahwa dengan jenjang yang pendek memerlukan
diameter lubang bor yang kecil, sementara untuk diameter lubang bor yang besar dapat
diterapkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Bench Height ≥ Blast Hole Diametre / 15………………………………... (3.6)
0 ,8 1 9
Vo E
30
X A .Qe
1
6
Qe 115
Keterangan,
X = ukuran rata-rata dari hasil peledakan (cm)
A = Faktor batuan
7 untuk batuan medium strength
10 untuk batuan keras yang berjoint intensif
13 untuk batuan keras dengan sedikit joint
sebaiknya antara 8 – 12 (Cunningham, 1983)
Blastability index (BI) x 0,15 (Lily, 1986)
Vo = volume batuan dalam m3 per lubang ledak
(burden x spacing x tinggi bench)
Qe = Massa bahan peledak yang digunakan tiap lubang ledak (kg)
E = Kekuatan berat relative bahan peledak
(ANFO = 100 ; TNT = 115)
2. Persamaan Rosin-Ramler untuk mencari material yang tertahan pada saringan.
n 1
x
X n
Re xc
.100% X c
0.693
Keterangan,
R = Perbandingan material yang tertahan pada saringan
X = Ukuran screen
Xc = Karakteristik dari ukuran batuan
n = index keseragaman
= (2,2 – 14 B/d) (1 – W/B) (1 + (A’ – 1)/2) L/H . SF
B = burden
d = Diameter lubang tembak (mm)
W = standart deviasi dari kedalaman lubang bor (m)
A’ = spacing / burden
L = panjang charge di atas level (m)
H = tinggi bench (m)
SF = staggered factor (Jika memakai staggered drilling pattern maka n
dinaikkan 10 %)
= 1,1 untuk pemakaian staggered drilling pattern.