Anda di halaman 1dari 19

KONSERVASI KAWASAN KARST CITATAH SEBAGAI RESERVOIR

KARBON, KABUPATEN BANDUNG BARAT

Laporan Kemajuan
Konservasi Sistem Lingkungan

Anggota:
Nurul Fahimah (25316305)
Annisa Dwi Damayanti (25316306)
Rizki Woro Indrastuti (25316307)
Alvin Pratama (25316309)
Indah Yusliga Sari Purba (25316311)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
KONSERVASI KARST CITATAH SEBAGAI RESERVOIR KARBON
KAWASAN KARST CITATAH, PADALARANG

Latar Belakang
Daerah karst merupakan daerah yang terbentuk dari rangkaian batuan karbonat (Stevanovic, 2015).
Berdasarkan proses terbentuknya, karst berasal dari kumpulan batuan gamping yang terkarstifikasi dan
terangkat melalui aktivitas tektonik. Proses kartifikasi merupakan larutnya batuan gamping oleh air
dalam waktu yang lama, sehingga membentuk batuan geologi seperti gua, bukit karst, dolina dan pantai
karst pada daerah karst itu sendiri (Kurnia, 2016).
Karakteristik unik dari daerah karst adalah tingginya kalsium dan sedikit air permukaan, namun banyak
cadangan air tanah. Karst menjadi daerah yang kaya akan flora dan fauna, khususnya beberapa endemik
yang telah teradaptasi oleh kondisi lingkungan seperti ​amblypigi,​ troglobit​, berbagai ​genus kepiting gua
dan kelelawar yang setidaknya telah tercatat di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebanyak 100
spesies baru dalam 15 tahun terakhir ini (Rahmadi, 2016). Selain berfungsi sebagai kantong penyimpan
air dan habitat bagi beberapa hewan endemik karst, kawasan karst juga menjadi daerah penyimpan
karbon dengan perkiraan penyerapan karbon akibat polusi mencapai 13.482 Gigagram per tahun per
bentang karst (Ika, 2016).
Penyerapan karbondioksida di kawasan karst terjadi pada proses kartifikasi. Proses karstifikasi
berlangsung dengan kesetimbangan reaksi tertentu, dimana setiap pelarutan 1 ton batu gamping akan
diikuti dengan penyerapan karbon dioksida sebanyak 0,12 ton dari atmosfer. Kawasan karst di Indonesia
memiliki fungsi yang sangat strategis dalam penyerapan karbondioksida. Hal tersebut berkaitan dengan
posisi Indonesia yang terletak di kawasan tropis, dimana terpengaruh sistem gerakan atmosfer secara
global. Gerakan atmosfer secara global yang berpengaruh terhadap kadar karbondioksida di wilayah
tropis diantaranya adalah gerakan yang ditimbulkan oleh fenomena ​intertropical convergence zone
(ITCZ). Keberadaan ITCZ menyebabkan terjadinya gerakan masa udara dari 30​o LU dan 30​o LS menuju
wilayah tropis. Hal tersebut tentunya tidak hanya membawa massa udara saja, tetapi membawa uap air,
gas GHG, karbondioksida, dll. Oleh karena itu, kawasan karst sebagai penyerap karbon di daerah tropis
menjadi sangat penting dalam upaya pengurangan dampak pemanasan global akibat konsentrasi karbon
dioksida berlebih (Cahyadi, 2010).
Selain daerah yang kaya akan kandungan karbon, daerah karst juga kaya bahan galian seperti batuan,
mineral dan minyak (Stevanovic, 2015). Hal ini yang membuat daerah karst rentan akan eksploitasi,
khususnya penambangan-penambangan batu gamping. Seperti yang diberitakan di website resmi LIPI
(2008), kawasan karst berumur 20-30 juta tahun yang terletak di daerah Citatah, Padalarang, Kabupaten
Bandung Barat terancam musnah akibat ekploitasi besar-besaran tambang kapur. Pemusnahan kawasan
karst di daerah Citatah, Padalarang ini tidak hanya menimbulkan kerugian secara ekologi saja, namun
juga akan merugikan secara geologi, arkeologi maupun wisata.
Berdasarkan permasalahan diatas, diperlukan upaya-upaya untuk konservasi daerah karst, khususnya
kawasan karst Citatah, Padalarang, Bandung. Adapun upaya-upaya konservasi sendiri dapat diketahui
melalui identifikasi berbagai masalah disetiap komponen ekosistem yang hendak dikonservasi. Oleh
karena itu, pada makalah ini dilakukan identifikasi dalam beberapa komponen ekosistem karst di daerah
Citatah, Kabupaten Bandung Barat, sehingga diharapkan didapat solusi yang efektif dalam upaya
konservasi.

Rumusan Masalah
Berikut permasalahan di kawasan karst Citatah:
1. Bagaimana kondisi kawasan karst Citatah?
2. Apa strategi yang dapat dilakukan dalam mengelola kawasan karst Citatah khususnya untuk
menjaga fungsinya sebagai cadangan karbon?
3. Bagaimana kerusakan ekosistem yang terjadi di kawasan karst Citatah?

Tujuan
Secara umum, tujuan dari konservasi karst Citatah, Padalarang adalah merumuskan strategi-strategi
konservasi melalui ​System Interrelationship Model (SIM) untuk mempertahankan fungsi karst itu sendiri.
Berikut tujuan utama dari makalah ini:
1. Mengidentifikasi permasalahan konservasi kawasan karst Citatah
2. Menentukan dan mengidentifikasi komponen-komponen yang mempengaruhi ekosistem karst
Citatah
3. Menentukan strategi konservasi kawasan karst Citatah terutama sebagai cadangan karbo

Lokasi Kajian
Kawasan karst Citatah, Bandung barat dipilih sebagai lokasi studi pada tugas ini. Pemilihan lokasi studi
ini didasarkan oleh kebutuhan dalam upaya konservasi kawasan karst akibat adanya eksploitasi sumber
daya alam di kawasan karst yang berlebihan, sehingga merusak ekosistem di kawasan tersebut. Seperti
yang terlihat pada gambar 4, dimana disekitar kawasan karst Citatah sendiri terdapat beberapa daerah
penambangan batu gampit yang sangat besar.

Gambar 1. ​Batasan Kajian

Kawasan karst Citatah termasuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat
merupakan pintu gerbang Kabupaten Bandung Barat, dengan luas wilayah 10.320 ha yang terdiri dari
1.794 ha berupa lahan sawah dan 8.526 berupa tanah daratan. Kegiatan yang dilakukan di Kecamatan
Cipatat antara lain: pertambangan, pertanian, perkebunan cokelat, karet dan tanaman keras lainnya. Di
kecamatan Cipatat terdapat obyek wisata cipanas dan situs purbakala Gua Pawon. Selain itu, di wilayah
ini terdapat beberapa fasilitas pemerintahan dan publik seperti Indonesia Power (pembangkit tenaga
listrik), ​pilot plan​ pengolahan mineral Puslitbang tekMira, dan TPA Sampah Sarimukti.

Fakta Di Kawasan Karst Citatah

Fraktal Fenomena

Issue di Kawasan Karst Citatah


Komponen Sistem Kawasan Karst
Berdasarkan hasil survei lapangan, didapatkan 40 komponen dari kawasan karst Citatah, Padalarang,
Bandung. Adapun komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut ini:
Tabel 1. ​Komponen sistem kawasan karst Citatah, Padalarang, Bandung

Faktor Faktor
Faktor Hidrologi Aktivitas Manusia Flora dan fauna
meteorologi Geologi

Udara Mata Air Tanah Masyarakat Kelelawar


Air Hujan Bak penampung air Batuan Pemukiman Ikan
Angin Drainase Sedimen Perkebunan Macca fascicularis
Sungai Debris Sampah Bambu hitam
Air tanah Batu gampit Pertanian Pohon binong
Gua Pawon Pedagang Burung jalak surem
Pemerintah Asam Jawa
Alat Tambang Vegetasi
Toilet Pohon jarak
Bangunan Lahan
Kendaraan
Irigasi
Sumur
Wisatawan
Industri

Dari komponen-komponen yang memiliki pengaruh dalam mengubah peran dari karst sebagai
penyimpan karbon tersebut, diperoleh peran masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
Tabel 2. ​Peranan Komponen sistem kawasan karst Citatah, Padalarang, Bandung

No Komponen Peran
1. Udara Komposisi gas yang terdapat di sekitar kawasan karst dapat mempengaruhi proses
kartifikasi dan destruksi
2. Air Hujan Berperan dalam proses kartifikasi, semakin tinggi curah hujan maka proses
kartifikasi akan semakin intens.
3. Angin Berperan dalam proses abrasi terhdap batuan di kawasan Karst.
4. Mata Air Berperan dalam proses-proses pelarutan yang berawal dari terbentuknya gua,
sungai bawah tanah, sehingga kemudian akan membentuk mata air.
5. Bak Penampung Air Berpengaruh terhadap konsentrasi gas O2 dan CO2, hal ini dikarenakan adanya
solubilitas gas-gas tersebut didalam air
6. Drainase Sebagai penampung air akibat pelorongan yang terbentuk dari pelarutan karst.
7. Sungai Sebagai penampung air atau penyimpan air hasil dari limpasan atau discharge
area.
8. Air Tanah Merupakan komponen utama penyusun dan pembentuk kawasan karst
9. Tanah Komponen penyumbang CO2 yang akan mendukung proses karstifikasi.
10. Batuan Komponen penting dalam pembentukan karst
11. Sedimen Faktor pembentuk gua bawah tanah akibat pelarutan.
12. Debris
13. Topografi Kemiringan lereng akibat perbedaan topografi akan menyebabkan percepatan
pengikisan batuan karst oleh air hujan dan run off
14. Batu Gamping Merupakan komponen utama penyusun dan pembentuk kawasan karst
15. Goa Pawon Berperan sebagai hasil dari pelarutan yang terjadi.
16. Masyarakat Jumlah penduduk berpengaruh terhadap peningkatan konversi lahan menjadi
pemukiman
17. Pemukiman Luas lahan pemukiman berfungsi untuk mengontrol proses pembentukan karst.
18. Perkebunan berpengaruh terhadap berkurangnya tutupan vegetasi yang mendukung
pembentukan karst
19. Sampah Berperan dalam proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah sehingga
menjadi penyumbang CO2 yang akan mempercepat proses karstifikasi
20. Pertanian Berperan dalam penyumbang CO2 yang berasal dari reaksi fotosintesis tanaman.
21. Pedagang Aktivitas pedagang yang melakukan kegiatan di kawasan karst, akan
mempengaruhi kondisi karst tersebut meskipun dalam jumlah kecil
22. Pemerintah Berperan dalam penetapan regulasi dan sanksi/pelanggaran terhadap konservasi
karst
23. Alat Tambang Berperan dalam kegiatan tambang di kawasan karst
24. Toilet Berperan sebagai penyebab berkurangnya luasan lahan karst karena dibangun
fasilitas umum seperti toilet untuk kepentingan wisatawan.
25. Bangunan Bangunan baru yang terdapat disekitar kawasan dapat mengurangi luas tutupan
karst
26. Kendaraan Emisi CO2 yang dikeluarkan kendaraan dari proses pembakaran berperan dalam
proses pembentukan karst
27. Irigasi
28. Sumur
29. Wisatawan Aktivitas wisatawan yang melakukan kegiatan di kawasan karst, akan
mempengaruhi kondisi karst tersebut meskipun dalam jumlah kecil
30. Industri Berperan sebagai industri pengolahan bahan galian yang berupa bongkahan batu
31. Kelelawar berperan dalam proses pemencaran biji atau penyerbukan dan menghasilkan
kotoran yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai pupuk
32. Ikan Berpengaruh terhadap keluaran gas CO2 dan sedikit mengeluarkan sulfur
33. Masca Fascicularis berperan dalam proses pemencaran biji atau penyerbukan
34. Bambu Hitam Berpengaruh terhadap penyerapan gas CO2
35. Pohon Binong Berpengaruh terhadap penyerapan gas CO2
36. Burung Jalak Surem berperan dalam proses pemencaran biji atau penyerbukan
37 Asam Jawa Berpengaruh terhadap penyerapan gas CO2
38 Vegetasi sebagai penyimpan air dari infiltrasi, membantu penyerapan CO2, pelapukan
bebatuan dan mendukung proses kartifikasi melalui dekomposisi bahan organik
(daun, ranting, batang yang mati)
40. Pohon Jarak Berpengaruh terhadap penyerapan gas CO2

Berdasarkan peran komponen yang terdapat pada tabel 4 di atas, maka diperoleh komponen yang
menjadi prioritas utama atau yang terpenting (Tabel 6).
Tabel 2. ​Komponen yang Menjadi Prioritas Utama Berdasarkan Metode AHP

Urutan Komponen Komponen Prioritas


1 Lahan
2 Industri
3 Air Hujan
4 Pertanian
5 Sungai
6 Air Tanah
7 Alat Tambang
8 Pemukiman
9 Kendaraan
10 Senyawa Kimia
11 Vegetasi
12 Temperatur

Setelah melihat peran dari masing masing komponen maka, diperoleh 11 komponen yang paling
berpengaruh dalam proses pelarutan karst. Komponen yang dipilih tersebut memiliki pengaruh penting
dalam konservasi kawasan karst di Citatah, Padalarang, Bandung.

Data Komponen
Tabel 7. ​Data komponen penting sistem kawasan karst Citatah, Padalarang, Bandung

No Komponen Data Komponen


1. Lahan Data Ketinggian dan elevasi (peta kontur)
2. Industri Data emisi industri marmer, emisi industri kapur
3. Air Hujan Data intesitas curah hujan
4. Pertanian Data penyerapan CO2 oleh Pertanian
5. Sungai Data debit air sungai
6. Alat Tambang Data Emisi CO2 dari penambangan marmer, penambangan
pasir.
7. Pemukiman Data luas perubahan tutupan lahan menjadi pemukiman
8. Kendaraan Data perbandingan komposisi kendaraan
9. Perkebunan Data penyerapan CO2 oleh perkebunan
10. Vegetasi Data penyerapan CO2 oleh vegetasi
11. Temperatur Data temperatur
12. Udara Data konsentrasi CO2 di atmosfer

Identifikasi Komponen Penting


1. Lahan

2. Industri
Industri di kawasan Cipatat sendiri terdiri dari industri besar 15 usaha, dan industri kecil 50 usaha.
Sayangnya dari usaha-usaha ini tidak diperoleh data yang rinci, tetapi didalamnya sudah termasuk
industri pengolahan kapur yang berkembang pesat seiring dengan kegiatan pertambangan. Didapat dari
salah satu industri pengolah bahan galian setempat diketahui bahwa satu bongkahan batu dengan
ukuran 8-10 m​3 mengasilkan 160-200 lembar marmer dengan ukuran 40 cm​2​. Faktor produktivitas
(output total/input material) 4,12. Dan kapasitas produksi mencapai ​6.000 m​3 Blok Marmer atau 72.000
m​2​ dari ubin dan lembaran per tahun.

Gambar 3. ​Emisi Industri Marmer


Gambar 4. ​Emisi Industri kapur

3. Air Hujan
Curah hujan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses kartifikasi. Kartifikasi hanya akan
terjadi apabila kawasan batuan karbonat terletak pada wilayah dengan curah hujan lebih dari 250
mm/bulan, semakin besar curah hujannya, maka proses kartifikasi akan berjalan dengan lebih intensif.
Hal ini berarti bahwa proses kartifikasi di kawasan karst Indonesia akan berlangsung dengan sangat
intensif karena Indonesia yang terletak di daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Berikut data
curah hujan bulanan di kawasan karst Citatah selama tahun 2014.

Tabel 5. ​Curah Hujan Bulanan di Kawasan Karst Citatah

Dari tabel 7 terlihat bahwa jumlah curah hujan tahunan di kawasan karst citatah > 250 mm/bulan. Hal ini
menunjukan bahwa kawasan Citatah memenuhi syarat dalam proses kartifikasi.

4. Pertanian
Berdasarkan para ahli lingkungan, kawasan karst merupakan kawasan yang sangat peka terhadap
perubahan lingkungan. Hal ini disebabkan karena kawasan karst memiliki daya dukung yang rendah dan
sukar diperbaiki apabila sudah terlanjur rusak. Kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya
kerusakan karst salah satunya adalah pertanian. Hal ini disebabkan karena adanya pengurangan luas
kawasan karst dengan adanya penggunaan lahan untuk pertanian. Selain itu, kawasan pertanian akan
berpengaruh pada penyerapan CO​2​. Dimana diketahui bahwa kawasan pertanian akan mampu
menyerap 138 g karbon per m​2 per tahunnya. Namun seiring dengan waktu, luasan kawasan pertanian
ini terus berkurang karena adanya alih fungsi lahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan
pemukiman. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS kota Bandung tahun 2014, kawasan Cipatat
memiliki luas 1.794 ha.

Gambar 6. ​Penyerapan CO2 oleh Pertanian

5. Sungai
Kandungan CO​2 di sungai berasal dari hasil proses dekomposisi material organik, terutama yang terjadi
di dasar sungai, Kandungan CO​2 dapat juga lebih banyak terutama pada perairan yang mengandung
karbon organik terlarut yang tinggi. Karbon organik terlarut pada umumnya berada dalam proses
pembusukan sehingga dapat menjadi sumber CO​2 yang potensial. Semakin besar CO​2 dalam
​ air maka
akan semakin tinggi tingkat daya lartu air terhadap gamping. Tingkat pelarutan di daerah tropis salah
satunya dipengaruhi oleh ketersediaan air hujan yang melimpah yang akan mengakibatkan debit air
sungai juga semakin meningkat. Jadi tingkat pelarutan ini juga berhubungan dengan kapasitas debit
dimana debit aliran berhubungan dengan tingkat pelarutan yang terjadi.
Gambar 7. ​Hidrografi Debit Sungai per bulan di Tahun 2014

Gambar 8. ​Debit Sungai Tahun 2000-2014

6. Pertambangan
Sumberdaya alam yang diusahakan di Kecamatan Cipatat yaitu pertambangan bahan galian Golongan C
berjumlah 36 usaha. Pertambangan galian golongan C sendiri menurut UU no.11 tahun 1967 adalah
golongan bahan galian yang bukan golongan bahan galian strategis maupun galian vital. Pertambangan
galian Golongan C adalah kegiatan pertambangan yang berizin bupati dan camat, meliputi bahan galian
marmer dengan luas 88,87 ha, pasir 40,9 ha, kapur 9 ha, andesit 1 ha dan kuarsa 7,9 ha. Salah satu
penambangan yang terdapat di kawasan Citatah yaitu penambangan pasir dengan skala produksi 1,8
juta ton per tahun. Sementara itu ada pula penambangan kapur di kawasan Citatah dengan kapasitas
produksi 75 ton per hari dengan luas lahan tambang 6,5 ha.
Gambar 9. ​Emisi CO2 dari Penambangan Marmer

Gambar 10. ​Emisi CO2 dari Penambangan Pasir

Gambar 11. ​Emisi CO2 dari Penambangan Kapur


7. Pemukiman
Penurunan luas lahan akibat meningkatnya pemukiman dapat mempengaruhi proses pembentukan
karst. Semakin berkurang lahan, vegetasi yang berperan dalam mengontrol pembentukan karst melalui
dekomposisi serasah yang menghasilkan CO​2​ juga akan semakin berkurang jumlahnya.

Gambar 12. ​Data pertambahan pemukiman

8. Kendaraan
Kawasan karst Citatah memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, mulai dari hasil tambang,
sumber ekonomi dan mata pencaharian hingga potensi wisata. Hal ini tentu menarik perhatian
masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut, baik dari masyarakat setempat maupun
pendatang. Namun, fasilitas pendukung seperti akses jalan dan transportasi pendukung menuju lokasi
utama masih belum tersedia dengan baik. Hal ini menyebabkan kendaraan-kendaraan yang beraktivitas
disekitar kawasan tersebut didominasi oleh kendaraan roda 2 yang sudah dimodifikasi. Hal ini dilakukan
agar dapat melewati beberapa rute berbatuan di sekitar kawasan karst Citatah. Kendaraan-kendaraan
tersebut rata-rata memiliki kategori mesin ​euro 2, dimana pengolahan emisi belum dikategorikan ramah
lingkungan karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan gas buangan
seperti CO​2​, SO​2​, dsb yang dapat mempengaruhi komposisi karst. Berikut perbandingan jumlah
kendaraan di kawasan Citatah.
Gambar 13.​​Perbandingan jumlah kendaraan di kawasan karst Citatah

9. Vegetasi
Vegetasi berperan dalam pembentukan fitur karst seperti lapis, dolines, uvalas dan poljes. Akar dan sisa
organik sebagian besar mempengaruhi peleburan batu gamping dengan kandungan asam organik yang
dimiliki. ​Apabila terjadi perubahan vegetasi dari kondisi cukup air menjadi sedikit air yang disebabkan
oleh perubahan tata guna lahan, penurunan kualitas tanah dan perubahan iklim (suhu meningkat), maka
bentuk adaptasi tumbuhan dengan memperluas pertumbuhan akarnya guna mencari sumber air, akan
berpengaruh terhadap kekompakan dari batuan gamping. Akar tumbuh kedalam celah batu gamping,
sehingga memperbesar celah tersebut. Pertumbuhan pohon dan semak yang berhasil terjadi di lereng
dimana tanah ditemukan di celah batu kapur (Efe, 2010). Selain itu, berkurangnya vegetasi akan
mengurangi evapotranspirasi sehingga saat terjadi presipitasi dapat menyebabkan erosi di daerah karst
melalui pengikisan batu gamping oleh ​surface water y​ ang meningkat.

Di sisi lain, vegetasi mempengaruhi tingkat kandungan CO​2 dalam tanah. CO​2 dalam tanah berasal dari
perombakan sisa-sisa prganik (serasah, ranting, batang dll) oleh mikroorganisme. Semakin luas vegetasi
(hutan semakin lebat), sisa organik semakin banyak, kandungan CO​2 dalam tanah semakin tinggi. CO​2
dalam tanah akan larut atau bereaksi dengan air yang dapat berasal dari hujan. Adanya reaksi CO​2 dan
H​2​O memicu terjadinya pembentukan karst secara kimiawi yg tersusun atas CaCO​3​. Selain itu, membantu
mencegah terjadinya erosi pada tanah (lempung) di kawasan karst. Jadi, komposisi dan struktur
komunitas vegetasi berpengaruh terhadap berkembangnya kawasan karst:
Gambar 14. ​Daya serapan CO2 dari beberapa vegetasi

10.Temperatur
Temperatur merupakan faktor yang menentukan pembentukan karst yang berkaitan dengan aktivitas
organisme dalam menghasilkan CO​2 dan berlangsungnya proses evaporasi. Organisme dapat tumbuh
dan berkembang baik pada suhu hangat yaitu sekitar 27​o C. Keberadaan organisme dalam menghasilkan
CO​2 dalam tanah akan memengaruhi kecepatan reaksi. Semakin besar kandungan CO​2 dalam tanah maka
proses karstifikasi akan semakin cepat. Proses evaporasi menentukan terjadinya rekristalisasi larutan
karbonat. Rekristalisasi akan membuat pengerasan permukaan sehingga bentuklahan yang terbentuk
tidak terpengaruh dari prosesproses yang lain (erosi dan gerak masa). Semakin tinggi suhu udara maka
proses evaporasi akan semakin besar. Berikut data temperatur di Kawasan Karst Citatah:
Gambar 15. ​Grafik Temperatur di Kawasan Karst Citatah

11.Udara
Kandungan gas yang terdapat di atmosfer memiliki peranan penting dalam proses kartifikasi. Kartifikasi
merupakan proses pembentukan karst secara alami dari berbagai proses kimia-fisika yang melibatkan
berbagai gas dan senyawa, salah satunya CO2. Pada dasarnya, semakin tinggi konsentrasi CO2 di
atmosfer, maka laju proses kartifikasi akan semakin cepat terutama di kawasan Citatah.

Gambar 16. ​Grafik Udara di Kawasan Karst Citatah

12.Tanah
Semakin besar kandungan CO2 dalam tanah maka proses karstifikasi semakin cepat. Kandungan CO2
dalam tanah yang melimpah berasal dari sisa-sisa organik (dari vegetasi) oleh mikroorganisme. Semakin
besar konsentrasi CO2 dalam air maka semakin tinggi tingkat daya larut air terhadap batu gamping
(proses karstifikasi), dimana di mana setiap pelarutan 1 ton batu gamping akan diikuti penyerapan
karbondioksida (CO2) sebesar 0,12 ton dari atmosfer (Adji, 2009). kandungan CO2 dalam tanah aka
mempengaruhi kecepatan reaksi pembentukan karst apabila bereaksi dengan air hujan (H2O). Secara
geografis, karst citatah di wilayah Kecamatan CIpatat memiliki luas lahan 10.320 Ha berupa lahan sawah
1.794 Ha dan tanah darat 8.526 Ha.
Gambar 17. ​Grafik Emisi CO2 dari luasan Tanah di Kawasan Karst Citatah

Fraktal Fenomena
Terdapat fraktal fenomena secara umum yang terjadi pada kawasan karst. Kawasan karst sendiri terjadi
karena adanya reaksi antara CO​2​, H​2​O dan senyawa lainnya (khususnya CaO). Senyawa-senyawa ini akan
berinteraksi satu sama lain dalam proses karstifikasi sehingga membentuk batuan karst. Batuan karst ini
akan mengalami proses pengikisan dan proses pembentukan. Proses pengikisan karst sendiri dapat
terjadi secara alami maupun antropogenik. Dalam proses pengikisan karst secara alami adapun dapat
terjadi akibat adanya hujan asam, hujan es, deflasi oleh angin, ablasi oleh terpaan aliran air, dan lain
sebagainya. Sedang pengikisan karst secara antropogenik dapat terjadi akibat adanya aktivitas manusia,
seperti pertambangan, perindustrian, pertanian, dan lain sebagainya. Namun proses pengikisan karst ini
juga akan membentuk suatu proses pembentukan karst sendiri. Dari proses pengikisan secara alami
maupun proses pengikisan secara antropogenik, akan kembali menghasilkan senyawa-senyawa
pembentuk karst yang nantinya dapat terkartifikasi menjadi batuan karst kembali.
Gambar 18.​​ Fraktal Fenomena di Kawasan Karst Citatah

Namun pada kondisi saat ini proses pengikisan kawasan karst lebih masif dibandingkan proses
pembentukan kawasan karst. Sehingga dibutuhkan upaya konservasi kawasan karst. Berikut gambar
yang menjelaskan fraktal fenomena yang terjadi pada kawasan karst.

Penentuan ​Common Theme


Dari hasil pengolahan data di tabel 6, maka diperoleh 12 komponen yang memiliki pengaruh besar
dalam proses kartifikasi dan cadangan karbon. Komponen tersebut disusun berdasarkan persamaan
yang dimiliki dan ditentukan tema umum dalam kawasan karst.
Gambar 19. ​Penentuan ​common theme​ berdasarkan persamaan komponen

Anda mungkin juga menyukai