Anda di halaman 1dari 5

ENCODER

Ismel Hosna/151810201009/ Kelompok 1


Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember
Email: ismelhosna@gmail.com

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rangkaian digital yang dapat mengubah bilangan decimal menjadi biner. Encoder
melakukan operasi kebalikan dari decoder. Encoder menghasilkan output dalam bentuk bit.
Syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa input harus berupa word biner yang ekivalen dengan
bilangan decimal 2 (1,2,4,6,16,..) sehingga Encoder hanya berguna dalam bentuk priority
encoder yang hanya memperoleh prioritas data tertinggi untuk di kodekan.
Suatu decoder atau pendekode adalah system yang menerima kata M bit akan menetapkan
keadaan 1 pada salah satu (dan hanya satu) dari 2m saluran keuaram yang tersedia. Kata lain
fungsi suatu decoder adalah mengindentikasi atau mengenali suatu kode tertentu. Proses
kebalikannya disebut pengkodean ( encoding). Suatu pengkode atau encoder memiliki
sejumlah masukan, dan pada saat tertentu hanya salah satu dari masukan yang berbeda pada
keluaran 1 dan sebagai akibatnya suatu kode N bit akan dihasilkan sesuai dengan masukan
khusus yang dieksitasi.
Tidak seperti multiplexer yang memilih satu jalur input data individual dan kemudian
mengirim data itu ke satu jalur atau saklar tunggal, Encoder Digital lebih umum disebut
Encoder Biner mengambil SEMUA input datanya satu per satu dan kemudian mengonversinya
menjadi satu keluaran yang dikodekan. Jadi kita dapat mengatakan bahwa enkoder biner,
adalah rangkaian logika kombinasional multi-input yang mengubah tingkat logika "1" data
pada inputnya menjadi kode biner ekuivalen pada outputnya. Umumnya, pembuat enkode
digital menghasilkan keluaran kode 2-bit, 3-bit atau 4-bit tergantung pada jumlah jalur input
data. Enkoder biner “n-bit” memiliki 2n jalur input dan garis output n-bit dengan tipe umum
yang mencakup konfigurasi baris 4-ke-2, 8-ke-3 dan 16-ke-4. Jalur output dari enkoder digital
menghasilkan persamaan biner dari jalur masukan yang nilainya sama dengan “1” dan tersedia
untuk menyandikan pola input desimal atau heksadesimal ke biasanya kode keluaran biner atau
“BCD” (binary codeed decimal) .
4-ke-2 Bit Binary Encoder
Salah satu kelemahan utama pembuat encode digital standar adalah mereka dapat
menghasilkan kode output yang salah ketika ada lebih dari satu input yang hadir pada tingkat
logika "1". Sebagai contoh, jika kita membuat input D1 dan D2 TINGGI pada logika "1"
keduanya pada saat yang sama, output yang dihasilkan tidak pada "01" atau pada "10" tetapi
akan berada di "11" yang merupakan angka biner keluaran yang berbeda dengan masukan yang
sebenarnya hadir. Juga, kode output dari semua logika "0" s dapat dihasilkan ketika semua
inputnya berada pada "0" ATAU ketika input D0 sama dengan satu.
Salah satu cara sederhana untuk mengatasi masalah ini adalah dengan "Memprioritaskan" level
setiap pin input. Jadi jika ada lebih dari satu input pada level logika "1" pada saat yang sama,
kode output yang sebenarnya hanya akan sesuai dengan input dengan prioritas tertinggi yang
ditunjuk. Maka jenis encoder digital dikenal umum sebagai Encoder Prioritas atau P-encoder
untuk pendek.
Aplikasi yang terdapat pada encoder adalah Keyboard Encoder. Encoder prioritas
dapat digunakan untuk mengurangi jumlah kabel yang dibutuhkan dalam rangkaian atau
aplikasi tertentu yang memiliki banyak input. Misalnya, asumsikan bahwa komputer mikro
perlu membaca 104 tombol keyboard QWERTY standar yang hanya memiliki satu tombol
yang ditekan baik "HIGH" atau "LOW" pada satu waktu. Salah satu caranya adalah dengan
menghubungkan semua 104 kabel dari masing-masing tombol pada keyboard langsung ke
input komputer tapi ini tidak praktis untuk PC rumahan kecil. Alternatif lain dan cara yang
lebih baik adalah dengan menghubungkan keyboard ke PC menggunakan encoder prioritas.
104 tombol atau tombol individual dapat dikodekan menjadi kode ASCII standar hanya 7-bit
(0 sampai 127 desimal) untuk mewakili setiap tombol atau karakter keyboard dan kemudian
dimasukkan sebagai kode 7-bit B.C.D yang jauh lebih kecil secara langsung ke komputer.
Keypad encoder seperti 74C923 20-key encoder tersedia untuk melakukan hal itu.
Kelebihan encoder adalah sinkronisasi yaitu penerima dapat melakukan sinkronisasi
pada setiap transisi dalam 1 durasi bit. Tanpa komponen dc, Deteksi kesalahan yaitu transisi
yang tidak terjadi di tengah bit dapat digunakan sebagai indikasi kesalahan. Kekurangan adalah
Bandwidth lebih besar dibandingkan NRZ dan multilevel binary. Kode Manchester digunakan
pada standar IEEE 802.3 (CSMA/CD) untuk LAN dengan topologi bus, media transmisi kabel
koaksial baseband dan twisted pair. Kode differential Manchester digunakan pada IEEE 802.5
(token ring LAN), media transmisi STP. Perbedaan sistem pada eksperimen ini adalah
menggunakan 4 masukan dan 2 keluaran. Dan menggunakan 1 rangkaian.
Tujuan Encoder adalah Mengetahui hasil dengan mencocokkan tabel kebenaran pada
rangkaian yang digunakan. Mengetahui hasil pulsa yang dihasilkan pada masing-masing
rangkaian. Menggunakan conter Mod 6 pada rangkaian acoder menggunakan 4 masukan dan
2 keluaran. (Muhsin, 2004).

BAB 2. METODE

2.1 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Encoder adalah sebagai berikut:
1. Resistor berfungsi sebagai penahan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.
2. Project Board berfungsi sebagai papan tempat untuk menghubungkan arus listrik.
3. Kabel penghubung berfungsi untuk menghubungkan arus listrik.
4. Multimeter berfungsi untuk mengukur tegangan dan arus listrik.
5. LED berfungsi sebagai output keluaran yang akan diamati.
6. IC TTL 7400 berfungsi sebagai masukan gerbang NAND.
7. IC TTL 7404 berfungsi sebagai masukan gerbang NOT.
8. IC TTL 74LS74 sebagai IC masukan Dual J-K flipflop.

2.2 Desain Rangkaian


Desain rangkaian yang digunakan pada praktikum Encoder adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Desain Binary Up Counter Sinkron MOD 6


(Sumber: Kleitz, 2001)
2.3 Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan dalam praktikum Counter adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tabel kebenaran rangkaian sinkron

Berdasarkan teori dasar rangkaian ini akan berhasil dicapai Pada hitungan 6 (110),
counter kembali reset menjadi 0 (000). Ada kondisi dimana A2 = A1=1 berubah menjadi A2 =
0 dan A1 = 0, Agar A2 dan A1 bersama-sama mencapai nilai 0,maka harus di-NAND kan, dan
hasilnya diberikan kepada input Clear dari seluruh Flip-Flop. Keluaran NAND dihubungkan
ke Clear (Cr) pada setiap FF. Pencacah tidak akan terpengaruh selama keluaran NAND pada
keadaan tinggi (Cr setiap FF pada keadaan 1). Ketika keluaran NAND menuju rendah, maka
akan meng-clear semua FF sehingga pencacah tersebut segera menuju ke keadaan 000. Kedua
masukan NAND masing-masing dihubungkan dengan keluaran FF-1 dan FF-2 sehinggan
keluaran NAND tersebut akan menuju rendah kapan saja Q1 = Q2 = 0. Keadaan ini akan terjadi
ketika pencacah berubah dari keadaan 101 ke 110 (akhir detak ke 6). Keadaan rendah pada
keluaran NAND akan segera meng-clear pencacah tersebut ke keadaan 000. Ketika FF-FF telah
di-clear maka keluaran NAND kembali ke tinggi karena keadaan Q1 = Q2 = 0 tidak lama
terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Kleitz, W. 2001. Elektronika Digital. Jakarta: PT. Pustaka Media.


Kurniawan, F. 2005. Jurnal sistem Digital Konsep Dan Aplikasi Volume 3. Yogyakarta:
Gava Media.
Kusmar. 2012. Elektronika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhsin. 2004. Elektronika Digital Teori Dan Penyelesaiannya. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sumama. 2015. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta: Erlangga.
Suyanto, E. 2012. Mesin Penjumlahan Biner Sederhana Volume 2. Universitas Katolik
Soegijapranata.

Anda mungkin juga menyukai