Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI TANAH

ACARA 1

Nama : Yozi Muzennorta


NPM : E1F016020
Judul Acara : Distribusi Organime Menurut Kedalaman Tanah
Hari dan Tanggal Praktikum :
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. RR. Yudhy Harini Bertham, MP.
Asisten : Zainal Arifin, SP.
Dewi Septiani
Nur Aini

A. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum yang dilakukan, yaitu: Menetapkan ju
mlah organisme pada profil tanah.
B. Dasar Teori
Menurut Simatupang (2008), rhizosfer merupakan bagian tanah yang berada di
sekitar perakaran tanaman. Populasi mikroorganisme di rhizosfer umumnya lebih banyak
dan beragam dibandingkan pada tanah nonrhizosfer. Aktivitas mikroorganisme rhizosfer
dipengaruhi oleh eksudat yang dihasilkan oleh perakaran tanaman. Beberapa
mikroorganisme rhizosfer berperan dalam siklus hara dan proses pembentukan tanah,
pertumbuhan tanaman, memengaruhi aktivitas mikroorganisme, serta sebagai pengendali
hayati terhadap patogen akar.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme tanah adalah pH tanah, bahan
organik tanah, kapasitas tukar kation dan total mikroorganisme. Jika pH tanah masam,
bahan organik di tanah rendah, kapasitas tukar kation tanah rendah dan total
mikroorganisme tanah sedikit maka aktivitas mikroorganisme tanah mengalami penurunan.
Menurut Syahputra (2007), pH tanah masam maka aktivitas mikroorganisme menurun.
Menurut Hanafiah, et al. (2009), bahan organik sebagai suplai makanan atau energi
yang sedikit di tanah akan menurunkan aktivitas mikroorganisme. Menurut Hardjowigeno
(2007), semakin rendah nilai kapasitas tukar kation maka tanah tidak subur dan membuat
aktivitas mikroorganisme semakin menurun. Menurut Suin (2012) bahan organik tanah
merupakan sisa-sisa tumbuhan dan hewan organisme tanah, baik yang telah terdekomposisi
maupun yang sedang terdekomposisi. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat
kimia, fisik, maupun biologi tanah. Bahan organik tanah sangat menentukan kelimpahan
hewan tanah.
Akar tanaman akan mengeluarkan senyawa metabolit (eksudat) ke dalam tanah,
seperti senyawasenyawa gula, asam amino, asam organik, glikosida, senyawa nukleotida,
enzim, vitamin, dan senyawa indol yang dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk bakteri
tanah sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sebaliknya, bakteri
menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
sinergis antara tanaman (Purwantari 2008).
Enzim Tanah adalah sekelompok enzim yang biasa dalam tanah dan peran penting
dalam mempertahankan ekologi tanah, sifat fisik dan kimia, kesuburan dan kesehatan
tanah. Enzim-enzim ini berfungsi biokimia dalam keseluruhan proses dekomposisi bahan
organik dalam sistem tanah (Das and Ajit, 2011). Aktivitas enzim dalam tanah adalah
terutama dari mikroba, berasal dari intraseluler, sel yang terkait atau enzim bebas.
Keseimbangan yang unik dari komponen kimia, fisika, dan biologi (termasuk mikroba
terutama aktivitas enzim) berkontribusi untuk menjaga kesehatan tanah. Dengan demikian
untuk melakukan evaluasi kesehatan tanah memerlukan indikator dari semua komponen
tersebut (Das and Ajit, 2011).
Hasil penelitian simanjuntak (2010) bahwa lahan bagian atas memiliki kandungan
unsur harayang lebih rendah dibandingkan dengan lahan-lahan bagian bawah hal ini terjadi
dikarenakan adanya peristiwa erosi dan terjadinya deposit tanah top soil yang subur di
lahan-lahan di bagian bawah. Bahan organik diperoleh dalam bentuk pemanfaatan serasah
pohon yang jatuh di tanah dan terdekomposisi menjadi pupuk hijau bagi tanaman dan
menjadi makanan bagi hewan tanah. Bahan organik ini dapat meningkatkan produktivitas
tanah untuk mendukung produksi lahan (Njurumana dkk., 2008).
Deteksi dini kesuburan tanah salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan
bioindikator yang ada di suatu ekosistem atau habitat yang memberikan respon terhadap
perubahan tersebut (Pratiwi, 2010; Suheriyanto, 2012). Penggunaan bioindikator sangat
penting untuk memperlihatkan hubungan antara lingkungan biotik dengan abiotik.
Kelompok organisme yang sensitif dapat dijadikan petunjuk bahwa mereka dipengaruhi
oleh tekananlingkungan akibat berbagai macam faktor (Zulkifli & Setiawan, 2011; Kripa
dkk, 2013).
C. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum antara lain:
 Bahan : sampel tanah pada rizosfer kacang hijau (tanah bagian top dan sub soil),
medium PDA, medium NA, air steril, alkohol, label dan slotip.
 Alat : cawan petri, pipet mikro, gelas ukur, shaker, mixser, bunsen, korek api ,rak
gelas ukur, LAF (Laminar Air Flow), botol kaca steril, inkubator, koloni
counter dan loup.
D. Prosedur Kerja
Langkah-langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut:
 Kadar lengas:
1. Berat wadah ditimbang untuk medapat nilai a
2. Tanah ditimbang 20 g dan dimasukan kedalam wadah untuk dapat nilai b
3. Wadah yang berisi tanah dimasukan kedalam oven selama 24 jam
4. Setelah 24 jam tanah tersebut ditimbang untuk mendapat nilai c
𝑏−𝑎
5. Kadar lengas dihitung dengan rumus : ka= 𝑐 − 𝑎

 Pembiakan mo
1. Tanah ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukan kedalam botol teril yang
berisi air steril 90 ml
2. Digojok hingga homogen dengan alat penggojok otomatis selama 5 menit
dengan kecepata 250 rpm
3. Dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi air 9
ml
4. Gojok lagi selama 30 detik hingga homogeny
5. Pengenceran dibuat dengan kelipatan 10-4
6. Untuk pengenceran ke tiga dimasukan kedalam cawan petri sebanyak 1 ml
dan diberi media agar PDA lakukan di dalam ruang isolasi setelah tercampur
biakan tersebut ditutup dan diputar-putar beberapa kali agar biakan merata
7. Untuk pengenceran ke empat dimsukan kedalam cawan petri sebanyak 1 ml
dan diberi media Na lakukan di dalam ruang isolasi cawan petri ditutup dan
diputar bebrapa kali agar biakan merata
8. Cawan petri yang sudah berisi biakan di buka sedikit dan tetap di letakan
diruang isolasi diamkan hingga biakan tersebut membeku.
9. Setelah membeku cawan petri ditutup dan dibungkus kertas dimasukan
kedalam ruang biakan atau incubator selama 2 hari
10. Biakan yang sudah tumbuh dihitung dengan menggunakan alat yang disebut
koloni counter.
11. Hasil jumlah biakan tersebut dicatat di lembar kerja praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Das, Shonkor Kumar and Ajit Varma. 2011. Soil Enzymology. Springer-Verlag, Berlin
Hanafiah, A. S., T. Sabrina dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian. Medan.
Hastuti, R. D dan R. C. B. Ginting. 2007. Enumerasi Bakteri, Cendawan dan Aktinomisetes.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bandung.
Hedo, J., M. E. L. Borja., C. Wic., M. A. Abellan dan J. D. L. Heras. 2014. Soil Respiration,
Microbial Biomass and Ratios (Metabolic Quotient and MBC/TOC) as
Quality Soil Indicators in Burnt and Unburnt Alleppo Pine Forest Soils.
Journal of Forest 1(2): 20-28.
Kripa, P. K., Prasanth, K. M., Sreejesh, K. K. & Thomas, T. P. 2013. Aquatic
Macroinvertebrates as Bioindicators of Stream Water Quality- A Case Study
in Koratty, Kerala, India. Research J. of Recent Sciences, 2 (ISC-2012): 217-
222.
Njurumana, G. N. D., Hidayatullah, M. & Butarbutar, T. 2008. Kondisi Tanah pada Sistem
Kaliwu dan Mamar di Timor dan Sumba. Info Hutan, 5 (1): 45-51.
Pratiwi, Y. 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan
Nutrition Value Coeficient Bioindikator. Jurnal Teknologi, 3 (2): 129-137.
Purwaningsih S. 2009. Populasi bakteri Rhizobium di tanah pada beberapa tanaman dari Pulau
Buton, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Tanah Trop 14
(1): 65-70.
Purwantari ND. 2008. Penambatan nitrogen secara biologis: Perspektif dan keterbatasannya.
Wartazoa 18 (1): 9-17.
Rohyani, I. M. 2012. Pemodelan Spasial Kelimpahan Collembola Tanah Pada Area
Revegetasi Tambang PT Newmont Nusa Tenggara. Tesis tidak diterbitkan.
Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
Simanjuntak, Bistok H., Susilawati, C.P.R. Lengkong, Erik KN., Nikolaus K.S., Adi B. 2010.
Kajian biofisik lahan penanaman kentang di dataran tinggi Dieng laporan hasil
penelitian UBCHEA dan CEMSED UKSW, Salatiga.
Simatupang DS. 2008. Berbagai Mikroorganisme Rhizosfer pada Tanaman Pepaya (Carica
papaya L.) di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB Desa Ciomas,
Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Suhardjono, Y. R. 2012. Potensi dan Pemanfaatan Fauna Tanah untuk Keseimbangan Tanah
Perkebunan Karet di Sumatera. Laporan Penelitian Insentif Peningkatan
Kemampuan Peneliti dan Perekayasa. Cibinong: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Suhardjono, Y. R., Deharveng, L. & Bedos, A. 2012. Collembola (Ekorpegas). Bogor:
Vegamedia.
Suin, N. M. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Cetakan IV. Jakarta: Bumi Aksara & Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayati ITB.
Susilawati, Mustoyo, Budhisurya E, et al.2013. Analisis kesuburan tanah dengan indikator
mikroorganisme tanah pada berbagai sistem penggunaan lahan di Plateau
Dieng. Jurnal Agrik 25 (1): 64-72.
Syahputra, M. D. 2007. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah di Hutan Mangrove.Skripsi.
Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Medan.
Widati, S. 2007. Respirasi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bandung.
Widiastuti H, Siswanto, Suharyanto. 2010. Karakterisasi dan seleksi beberapa Isolat
Azotobacter sp. untuk meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan
tanaman. Buletin Plasma Nutfah 16 (2): 160-167.
Zulkifli, H. & Setiawan, D. 2011. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Sungai
Musi Kawasan Pulokerto sebagai Instrumen Biomonitoring. Jurnal Natur
Indonesia, 14 (1): 95-99.

Anda mungkin juga menyukai