TIDAK terasa , hari berganti minggu , minggu berganti bulan, kini pada tahun
l43l H kita kembali menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan Marhaban Ya
Ramadhan.
Membalik lembaran sejarah, suatu ketika seorang sahabat bernama Abu Usamah
RA bertanya kepada Rasulullah SAW,wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu
amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga. Rasulullah SAW menjawab :
“Alaika bishshiami. la mitsla lahu”. Berpuasalah engkau, tak ada ibadah seumpamanya.
(HR Annasai,Ibnu Hibban dan Al Hakim dengan sanad yang shahih}. Itu puasa dihari-
hari biasa, apalagi berpuasa di bulan Ramadhan. Merugilah orang yang tak mau
memanfaatkan bulan Ramadhan yang penuh dengan rahmat dan maghfirah Allah SWT
ini.
Jika diperhatikan bunyi ayat Al-Quran Surah Al-Baqarah 183 terdapat
keistimewaan perintah berpuasa ini. Penyerunya tersembunyi. ” Ya ayyuhalladzina amanu
kutiba ‘alaikumushshiyamu kama kutiba ‘alal ladzina min qablikum la’allakum tattaqun
“.
Seruan puasa itu ditujukan kepada orang-orang yang beriman, percaya, yakin
terhadap keberadaan Allah yang ghaib. Sadar bahwa ia dijadikan Allah adalah untuk
mengabdi kepadaNya. Tapi dalam ayat ini tidak nyata disebut Allah disana. “ Kutiba
‘alaikum “, diwajibkan atas kamu. Redaksi ini tidak menunjukkan siapa pelaku yang
mewajibkan. Agaknya kata Prof Dr Quraish Shihab dalam Al—Mishbah hal ini untuk
mengisyaratkan bahwa puasa itu sedemikian penting dan bermanfaat bagi setiap orang
dan kelompok sehingga seandainya bukan Allah yang mewajibkannya, niscaya manusia
itu sendiri yang akan mewajibkannya atas dirinya
Muslim meriwayatkan sebuah hadis berasal dari Abu Hurairah, suatu ketika
tatkala naik ke mimbar untuk berkhutbah,Nabi mengatakan : Amin, amin… Abu
Hurairah heran, lalu bertanya kenapa Nabi bercakap sendirian mengatakan Amin.
Rupanya Nabi SAW sedang didatangi Malaikat Jibril yang mengatakan : Barangsiapa
yang mendapati bulan Ramadhan, sedangkan dia tidak mendapat ampunan Allah SWT,
maka kemungkinan dia akan masuk ke neraka, semakin jauh dari ( rahmat ) Allah SWT.
Berbeda dengan ibadah lainnya seperti sholat, zakat dan haji yang pelaksaannnya
zahirnya dapat dilihat oleh manusia, puasa merupakan ibadah “ sirri “, sehingga terjauh
dari sifat “riya”. Hanya ia sendiri yang paling tahu benarnya ia berpuasa karena taat
kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan “ Tiap-tiap amal Bani Adam
(manusia) untuknya kecuali puasa. Sebab ia puasa untukKu dan Aku akan memberi
pahalanya. Dia tidak makan dan tidak berhubungan dengan isterinya karena menuruti
perintahKu. (Hadis diriwayatkan Bukhari-Muslim). Itulah keistimewaan ibadah puasa,
seruan bagi orang mukmin guna meraih ketaqwaan kepada Allah, karena berhasil
memerangi hawa nafsu. Meraih ketaqwaan inilah faktor penting yang membedakan puasa
seorang mukmin dari puasa umat-umat terdahulu dan penganut non muslim.
Ada yang berpuasa bukan karena Allah, tapi karena pengabdian buat berhalanya, karena
takut terhadap kemarahan patung-patung sembahannya, menghormati bulan , bintang,
atau berpuasa dengan cara yang berbeda dengan umat Islam. Tak ada kewajiban puasa
untuk orang yang sakit, uzur, ketika musafir, perintah puasa itu luwes penuh kemudahan,
sesuai dengan aturan Al-Quran dan tuntunan Nabi Muhammad SAW Ramadhan jangan
diartikan sebagai bulan penebus dosa, atau suatu ketaatan penuh yang hanya bersifat
musiman. Sebab ketaqwaan, ketataan kepada Allah yang diperoleh pada bulan suci ini
harus membias sepanjang kehidupan kaum muslimin guna memperoleh kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Di sisi lain, mari kita manfaatkan bulan Ramadhan ini sebagai momentum
meningkatkan jalinan silaturahmi antara sesama muslim, misalnya dengan mengadakan
kegiatan berbuka puasa bersama, kunjungan dakwah ke pelosok-pelosok daerah sambil
mmberikan bantuan kepada kaum dhuafa ,dsb. Sekali lagi Marhaban Ya Ramadhan.
Semoga dengan melaksanakan ibadah puasa keimanan dan ketaqwaan kita meningkat.
Amin.***(Penulis adalah Kepala Kanwil Kemenag Provsu).
-----ooo=== -