Anda di halaman 1dari 12

LATAR BELAKANG

Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke berbagai
bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan salah satu pilar penopang
dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan pembangunan. persaingan yang semakin
ketat antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya dimana mereka saling
berlomba untuk menawarkan produknya agar dapat disegani dan mendapatkan tempat di pasar.
Mereka saling berebut pasar dengan menggunakan strategi-strategi pemasaran yang berbeda-
beda untuk dapat menguasai pasar. Dalam menghadapi keadaan semacam ini, maka perusahaan
berusaha menyediakan dan menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Dalam era globalisasi ini, perang dalam dunia marketing adalah perang antar merek yaitu suatu
persaingan hanya untuk dominasi merek. Berbagai perusahaan akan menyadari merek sebagai
suatu asset yang sangat penting untuk dapat mengelola, memperkuat dan mempertahankan
produknya. Satu-satunya cara untuk menguasai pasar adalah memiliki pasar dengan merek
yang dominan.

Akibat adanya persaingan yang ketat ini, menuntut perusahaan untuk mampu mengembangkan
produk dan bersaing merebut pasar. Salah satu dampak persaingan yang ada adalah industri
mie instant yang saat ini berkembang di pasaran seperti: mie sedaaap, supermi, sarimi dan lain
- lain.

Sebuah produk harus memiliki sifat pembeda atau ciri khas tersendiri untuk dapat bersaing.
Ciri khas suatu produk tersebut bisa dikenalkan dengan melalui merek. Merek adalah tanda
yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
Merek sebuah produk dapat mempunyai nilai jual yang tinggi dan sebagai tanda pembeda
dengan produk lainnya. Merek tidak hanya berlaku pada produk nyata yang ada di pasaran akan
tetapi juga pada produk yang tidak nyata yaitu jasa. Perusahaan yang menawarkan jasa juga
harus memiliki ciri khas yang dapat menjadikan identitas akan jasa yang akan ditawarkan
kepada masyarakat umum. Merek berfungsi sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil
produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya; sebagai alat promosi sehingga

1
dalam mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya; sebagai jaminan
atas mutu barangnya; menunjukkan asal barang atau jasa yang dihasilkan.

Merek yang Tidak Dapat Didaftar


 Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum;
 Tidak memiliki daya pembeda;
 Telah menjadi milik umum; atau
 Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohon
pendaftarannya.

Merek Yang Ditolak


Permohonan merek yang ditolak oleh Direktorat Jenderal Merek, antara lain :
 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pikah
lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhanya dengan merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis
yang sudah dikenal,
 Serupa atau mempunyai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum yang dimiliki
orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
 Merupakan tiruan atau mempunyai nama atau singkatan nama, bendera, lambang, symbol,
emblem Negara, lambang nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis
dari pihak yang berwenang;

Merek merupakan bagian cakupan Kekayaan Intelektual atau sering disingkat dengan HAKI.
Hak Kekayaan Intelektual adalah hak atas kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan
intelektual manusia. Isu-isu tentang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) kini semakin beredar,
karena kesadaran masyarakat akan pengakuan kekayaan intelektual semakin tinggi. Sejalan
dengan berkembangnya HAKI di Indonesia, kasus-kasus pelanggaran dan sengketa HAKI
semakin marak. HAKI di Indonesia telah diserahkan pengelolaan dan regulasinya pada Dirjen
HAKI.

2
Berdasarkan latar belakang diatas saya akan membahas sisi HAKI (Hak Atas kekayaan
Intelektual) yang lebih menjurus kepada paten atau trademark (merek dagang) pada produk
mie sedap. produk mie instan antara merek Mie Sedaap produksi dari WINGSFOOD dengan
Supermi Sedaaap produksi dari INDOFOOD. Produk yang dianggap sebagai merek generik
adalah merek Mie Sedaap produksi dari WINGSFOOD dengan Supermi Sedaaap produksi dari
INDOFOOD.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada permasalahan ini adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana solusi penyelesaian kasus antar kedua belah pihak tersebut terkait adanya
kesamaan merek dengan barang sejenis ?
2. Mengapa masing – masing pemilik merek tidak saling menggugat hak kepemilikan
merek dagang tersebut?

PEMBAHASAN

Permasalahan mengenai kekayaan intelektual khusunya merek di Indonesia senantiasa muncul


dan tidak pernah berhenti. Dari kebanyakan kasus-kasus merek yang teramati, terindikasi
terjadi karena adanya persamaan pada pokoknya, baik dengan merek terkenal ataupun dengan
merek biasa. Motif dari perbuatan ini dilatarbelakangi oleh iktikad tidak baik. Persamaan pada
pokoknya gampang terlacak dari adanya kemiripan satu merek dengan merek yang sudah ada
sebelumnya. Motif pelakunya adalah pendomplengan, sehingga dapat digolongkan sebagai
wujud persaingan tidak sehat.

Dalam melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum karena hukum
sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, aman sehingga
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut, contoh hukum
bisnis adalah undang-undang perlindungan konsumen (UU No. 8 tahun 1999).

Contoh-contoh hukum yang mengatur dibidang bisnis, hukum perusahaan (PT, CV, Firma),
kepailitan, pasar modal, penanaman modal PMA/PMDN, kepailitan, likuidasi, merger,
akuisisi, perkreditan, pembiayaan, jaminan hutang, surat berharga, hukum

3
ketenagakerjaan/perburuhan, hak kekayaan intelektual, hukum perjanjian (jual beli/transaksi
dagang), hukum perbankan, hukum pengangkutan, hukum investasi, hukum teknologi,
perlindungan konsumen, hukum anti monopoli, keagenan, distribusi, asuransi, perpajakan,
penyelesaian sengketa bisnis, perdagangan internasional/WTO, kewajiban pembukuan, dll.

Berdasarkan hal diatas sangatlah terlihat bahwa hukum sangat penting dalam dunia
ekonomi/bisnis sebagai alat pengatur bisnis tersebut. Kemajuan suatu ekonomi/bisnis tidak
akan berarti kalau kemajuan tidak berdampak pada kesejahteraan dan keadilan yang dinikmati
secara merata oleh rakyat. Negara harus menjamin semua itu. Agar tidak ada terjadi pengusaha
kuat menindas pengusaha lemah, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin,
sehingga tidak ada keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat.

Bagaimanapun juga adanya pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks
melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka
ragam tergantung pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan. Keanekaragaman kerjasama
bisnis ini tentu saja melahirkan masalah serta tantangan baru karena hukum harus siap untuk
dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang muncul.

Secara umum sumber hukum bisnis (sumber hukum perundangan) tersebut adalah :
 Hukum Perdata (KUHPerdata)
 Hukum Dagang (KUHDagang)
 Hukum Publik (Pidana Ekonomi/KUHPidana)
 Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPerdata, KUHPidana, KUHDagang

Hukum Dagang
Hukum dagang merupakan sebuah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang
yang satu dengan yang lainnya, khususnya dalam perniagaan. Hukum dagang ialah hukum
perdata khusus.

Tujuan Hukum Dagang


Hukum selalu melekat pada manusia bermasyarakat. Dengan berbagai peran hukum, maka
hukum memiliki fungsi: “menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul”. Lebih rincinya, fungsi hukum dalam
perkembangan masyarakat dapat terdiri dari:

4
1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat: dalam arti, hukum berfungsi
menunjukkan manusia mana yang baik, dan mana yang buruk, sehingga segala sesuatu
dapat berjalan tertib dan teratur.

2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin: dikarenakan hukum
memiliki sifat dan ciri-ciri yang telah disebutkan, maka hukum dapat memberi keadilan,
dalam arti dapat menentukan siapa yang salah, dan siapa yang benar, dapat memaksa agar
peraturan dapat ditaati dengan ancaman sanksi bagi pelanggarnya.

3. Sebagai sarana penggerak pembangunan: daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat
digunakan atau didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Di sini hukum
dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.

4. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh melakukan
pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang memilih sanksi
yang tepat dan adil: seperti konsep hukum konstitusi negara.

5. Sebagai alat penyelesaian sengketa: seperti contoh persengekataan harta waris dapat
segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam hukum perdata.

6. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan


yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan-hubungan esensial
antara anggota-anggota masyarakat.

Hak kekayaan intelektual pada prinsipnya adalah hasil pemikiran, kreasi dan disain seseorang
yang oleh hukum diakui dan diberikan hak atas kebendaan sehingga hasil pemikiran, kreasi
dan desain tersebut dapat diperjual belikan. Dengan demikian sesorang yang memiliki hak
kekayaan intelektual dapat diberikan royalty dan pembayaran oleh orang lain yang
memanfaatkan atau menggunakan hak kekayaan intelektualnya tersebut. Sangat penting bagi
generasi muda pada saat ini untuk mengetahui undang-undang di bidang HAKI tersebut, karena
jika kita menjadi pelaku usaha di kemudian hari mau atau tidak kita harus bersaing secara sehat
untuk menperdangangkan barang atau jasa yang kita jual degan dasar bahwa kita menjual
barang atau jasa yang memang benar-benar karya kita tanpa ada indikasi menjiplak dari
perusahaan lain dan atau sebagainya. Perilaku konsumen yang loyalitas akan suatu merek yang
sudah terkenal membuat perusahaan lain lebih mudah untuk meniru daripada menciptakan hasil
kreativitasnya sendiri. Merek terkenal asing sering dipalsukan karena nilai ekonomisnya yang
sangat tinggi. Akibatnya pemilik merek yang sah atas merek terkenal dirugikan kepentinganya

5
dengan berkurangnya pangsa pasar, pudarnya reputasi merek yang telah dibangun dengan
susah payah dan biaya tidak sedikit.

Faktor-Faktor Penyebab Kemiripan dalam Merek


salah satu masalah yang sering di hadapi yaitu tentang pemalsuan merek dan kemiripan dalam
merek. Kemiripan merek yaitu penggunaan tanda yang berupa gambar, nama, kata-kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur yang memiliki kesamaan
pada pokoknya dan keseluruhannya yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau
jasa sejenis. Pemalsuan merek dapat menimbulkan kerugian baik bagi pemilik merek terdaftar
maupun bagi masyarakat umum. Faktor-faktor yang menyebabkan suatu merek memiliki
kemiripan dengan produk lain yaitu :

1. Mengangkat nilai jual suatu barang dengan meniru produk lain yang sejenis untuk
mendapatkan keuntungan yang besar.
2. Lemahnya aturan mengenai merek dalam hal ini Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek khususnya penafsiran terhadap pasal 6 ayat (1) sehingga memberikan
kesempatan kepada setiap orang atau badan usaha untuk meniru produk lain yang sejenis.
3. Lemahnya kesadaran untuk mendaftarkan merek hasil karya atau produksi.
4. Lemahnya kesadaran hukum masyarakat untuk menghargai merek hasil karya orang lain.

Kemiripan antara merek satu dengan yang lain ini bisa juga disebabkan oleh adanya unsur-
unsur yang menonjol dari masing-masing merek yang diperbandingkan. Unsur-unsur yang
menonjol itu apabila disimpulkan dari bunyi pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 Tentang Merek dapat terdiri dari :

1. Nama.

2. Kata.

3. Huruf-huruf.

4. Angka-angka.

Persamaan pada merek bisa juga disimpulkan dari adanya persamaan bunyi pada merek-merek
yang diperbandingkan, terutama pada merek-merek yang mengandalkan kekuatan bunyi kata.
Dalam persamaan bunyi ini pelafalan atau cara pengucapan (pronounciation) merek yang benar
bukanlah faktor yang menentukan. Pelafalan atau pengucapan yang tidak benar bisa juga
menyebabkan adanya persamaan bunyi merek.

6
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemiripan atau kesamaan merek dalam suatu
produk muncul karena adanya persamaan dalam bentuk, makna, serta bunyi dari merek-merek
yang diperbandingkan. Bentuk ini terdiri dari bentuk kata, nama, huruf, angka, warna atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Kemiripan atau kesamaan dalam merek produk barang
maupun jasa dapat juga dikaitkan dengan adanya persaingan usaha tidak sehat antara
perusahaan.

Persaingan dalam dunia bisnis sebenarnya merupakan hal yang wajar bahkan dapat mendorong
pengusaha untuk lebih memajukan bisnisnya, misalnya dengan meningkatkan kualitas serta
kuantitas barang ataupun memberikan pelayanan yang terbaik kepada para konsumennya.
Namun pada kenyataannya seiring makin ketatnya persaingan banyak pesaing yang melakukan
pelanggaran dalam hal etika berbisnis.

Dalam hal ini akan membahas produk mie instan antara merek Mie Sedaap produksi dari
WINGSFOOD dengan Supermi Sedaaap produksi dari INDOFOOD. Produk yang dianggap
sebagai merek generik adalah merek Mie Sedaap produksi dari WINGSFOOD dengan Supermi
Sedaaap produksi dari INDOFOOD. Mungkin tak banyak yang menyadari bahwa kedua merek
tersebut sebenarnya berasal dari perusahaan yang berbeda. Sekilas produk tersebut memang
sama, dilihat dari corak dan warna hurufnya pun hampir sama, tetapi setelah diamati terdapat
perbedaan penulisan pada kata “sedap” di mana yang satu menuliskan dengan “aa” dan satunya
lagi “aaa”.

Produk Mie Sedaap yang pertama, dibawahi oleh perusahaan WINGSFOOD merupakan
produk dengan merk “mi sedap” yang lebih dahulu muncul. Sedangkan pesaingnya, yaitu Mi
Sedaaap atau lebih tepatnya Supermi Sedaaap, adalah merk yang kedua (merk tiruan) yang
diproduksi oleh INDOFOOD.

Jika di pasaran, konsumen yang kurang teliti akan menganggap kedua produk tersebut sama
karena sebenarnya kata-kata “sedap” lah yang biasa didengar dan muncul di benak konsumen.
Oleh karena itu saat mereka melihat tulisan “sedap” yang tertera di kemasan, tanpa sempat
memperhatikan jumlah huruf “a”nya, mereka langsung membeli produk tersebut. Beberapa
konsumen menganggap ”Mie Sedaap” dan ”Supermi Sedaaap” adalah satu produsen, apalagi
Supermi bisa dikatakan sebagai induk dari semua mi instant di Indonesia, jadi bukan suatu hal
yang mustahil jika masyarakat akhirnya lebih memilih ”Supermi” yang lebih punya nama
dibandingkan dengan ”Mie Sedaap” yang asli. Hal ini tentunya sangat merugikan
WINGSFOOD karena adanya persamaan pada pokoknya tersebut dapat berdampak pada

7
merosotnya omzet penjualan produk “Mie Sedaap” itu sendiri. Selain itu, juga merugikan
konsumen yang memang menggemari “Mie Sedaap” karena mereka merasa tertipu apabila
mereka salah membeli produk hanya karena tidak memperhatikan jumlah huruf “a” pada
merek.

1. Solusi Penyelesaian Kasus

Dari sisi HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), produk dagang “Mie Sedaap” yang pertama
bisa menuntut perusahaan Supermi atas produk yang dianggap meniru produk dagangnya.
Dalam kasus ini, Supermi Sedaaap melanggar hak milik industri terkait dengan merek produk,
desain tulisan, atau kemasan yang sama atau hampir sama. Hak milik industri ini berlaku
selama 10 tahun, jika setelah jangka waktu tersebut produsen, dalam hal ini WINGSFOOD,
tidak mendaftarkan lagi produk dagangnya, maka perusahaan lain baru bisa mengambil alih
penggunaan merk dagang tersebut.

a. Produk Mie Sedaap yang pertama, dibawahi oleh perusahaan WINGSFOOD merupakan
produk dengan merk mi sedaap yang lebih dahulu muncul.
b. Mi Sedaaap (Supermi Sedaaap), adalah merk yang kedua (merk tiruan) yang diproduksi
oleh INDOFOOD.
c. PT WINGSFOOD (Mie Sedaap) menuntut PT INDOFOOD (Supermi Sedaaap) atas dasar
ketentuan yang terdapat dalam Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek yang menyebutkan bahwa pendaftaran harus ditolak jika merek tersebut
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek pihak lain yang telah terdaftar lebih
dulu. Persamaan pokoknya dalam hal ini adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya
unsur-unsur yang menonjol antara merek Mie Sedaap dengan merek Supermi Sedaaap, yaitu
persamaan bunyi dalam ucapan (Sedaap dengan Sedaaap), selain adanya kesamaan dalam
cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur tersebut.

Dari contoh kasus yang diduga sebagai merek generik tersebut, maka dapat dilihat,
permasalahan ini dapat menimbulkan kesimpang siuran dalam hal percakapan bertransaksi
antara penjual dan pembeli serta dapat menimbulkan kebingungan masyarakat pada saat
membeli produk tersebut. Kasus ini merupakan pelanggaran Pasal 5 ayat (d) pada Undang-
Undang No. 15 Tahun 2001 tentang merek yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan
barang atau jasa yang dimintakan pendaftarannya.

8
Pada dasarnya, merk adalah tanda berupa gambar, susunan warna, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki pembeda, dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan yang sama. Sedangkan merek dagang adalah merek barang yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya,
maksudnya adalah barang yang termasuk dalam satu cabang industri atau satu cabang
perdagangan yang sama.

Maka dalam hal ini pengusaha tersebut telah melanggar apa yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang HAKI, yaitu telah membuat logo merek sama dengan logo perusahaan lain
yang telah terdaftar, walaupun terdapat perbedaan pada namanya. Ini dapat dikategorikan
sebagai merek sama pada pokoknya.

Maka dalam hal ini pengusaha tersebut telah melanggar hak cipta dan perusahaan yang lain
tersebut berak mendapatkan keadilan atas hak kekayaan intelektual yang dimilikinya.
Perusahaan tersebut dapat menggugat pengusaha lainnya terkait dengan peniruan logo.
Pengaturan mengenai gugatan terhadap peniruan logo tersebut diatur dalam Undang-Undang
HAKI pasal 76-pasal 77. Pemilik terdaftar bisa mengajukan gugatan kepada perseorangan atau
badan hukum yang telah menggunakan merek tanpa hak merek barang atau merek jasa. Seperti
merek mempunyai persamaan pada pokok atau keseluruhan dengan mereknya, baik merupakan
gugatan ganti rugi dan atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan
merek tersbut. Dalam hal ini gugatan dapat diajukan melalui Pengadilan Niaga.

Terdapat beberapa ketentuan mengenai merek yang tidak diperbolehkan dalam pasal 6
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, seperti:
1. Merek orang lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang dan atau jasa yang
sejenis
2. Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan jasa sejenis
3. Indikasi geografis yang sudah terkenal

Dasar Hukum:
1. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek;
2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Berdasarkan kasus-kasus kemiripan merek pada produk mi di atas dapat disimpulkan bahwa
perlindungan terhadap merek masih sangat lemah. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
mengenal adanya sistem perlindungan terhadap merek yaitu sistem konstitutif, artinya adalah

9
perlindungan hak atas merek diberikan hanya berdasarkan adanya pendaftaran. Sistem ini
dikenal juga dengan istilah first to file system, yang artinya perlindungan diberikan kepada
siapa yang mendaftar lebih dulu. Pemohon sesudahnya yang mengajukan merek yang sama
atau mirip tidak akan mendapat perlindungan hukum.

2. Alasan Kedua Merek Tidak Saling Menuntut

Pada kenyataannya, perusahaan pembuat produk bermerk mie sedaap (WINGSFOOD) tidak
menuntut kepada perusahaan pembuat produk mie sedaaap (SUPERMI). Padahal, jikalau
perusahaan pioneer ini menuntut ke perusahaan imitator, maka persaingan pasar produk
bermerek “mie sedap” akan dimenangkan.
Ada yang beragumen jika sang pioneer menikmati hasil dari iklan yang dibuat perusahaan
imitator. Dikarenakan Supermi memang lebih terkenal dan berfokus pada produk mi, maka
Wingsfood mendapat keuntungan karena “sedap” diiklankan juga oleh Supermi.
Argumen lainnya ialah karena masalah prestise. Wingsfood yang sebelumnya tidak pernah
membuat mie, ternyata berhasi menjadi pioner merk dagang mie sedap mengalahkan Supermi.
Hal ini menyebabkan Wingsfood tidak menuntut Supermi agar mengharap konsumen
“memuja-muja” pioneer.
Ada pula yang beragumen bahwa Mie Sedaap Wingsfood tak perlu takut menghadapi Mie
Sedaaap Supermi karena masalah rasa. namun, masalah rasa kembali kepada selera/cita rasa
konsumen. Bisa jadi konsumen yang lain justru lebih menyukai mie sedaaap Supermi karena
lebih terbiasa mengkonsumsi produk supermi dibanding mie dari perusahaan lain.
Berbagai jawaban lainnya muncul, tapi ternyata alasan yang paling mungkin ialah karena
pertarungan paten. Memang benar Wingsfood merupakan pemilik merk dagang “mie sedap”
dan dapat menuntut Supermi. Tapi, apa jadinya jika Supermi menuntut juga kepada
Wingsfood? Yaitu masalah paten produknya. Boleh lah Wingsfood punya merk dagang “mie
sedap”, tapi soal asal muasal mie itu sendiri, yang punya Supermi. Jadi, Wingsfood berani
nuntut hak merk dagang, maka dikhawatirkan Supermi akan berbalik menuntut hak paten
produk (mie, tepung yang digunakan).
Merek mie sedaap sudah terdaftar dengan nomor IDM000077096 untuk barang mie. Mengacu
kepada pengertian dari Pasal 5 ayat (d) pada Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 dan aturan
dari WIPO bahwa kata mie sedaap termasuk merek deskriptif, karena merk mie sedaap terdiri
dari kata mie yang sama dengan nama barang mie dan kata sedaap adalah kata keterangan rasa

10
dari mie tersebut. Seharusnya merek mie sedaap tidak dapat di daftarkan, karena kata-kata mie
sedaap akan banyak digunakan oleh pihak dan produsen lain yang memproduksi mie dengan
promosi bahwa mie yang mereka hasilakn juga mie dengan rasa sedap alias mie sedaaap. Agar
dapat didaftarkan sesuai aturan, seharusnya ada kata atau gambar tambahan dibelakang kata
mie sedaap sebagai daya pembeda seperti mie sedaap XYZ, dan aturan dalam penulisan etika
merek juga hanaya tulisa XYZ dengan gambar pembeda yang diperbolehkan, sedangkan unsur-
unsur lainnya tidak boleh di sertakan.

KESIMPULAN

1. Kekayaan intelektual pada masa sekarang sudah diakui sebagai hak milik pribadi, untuk itu
dibentuklah undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan HAKI. Banyak kasus-
kasus pelanggaran terhadap HAKI saat ini, salah satunya adalah pemanfaatan atau
penyalahgunaan merek untuk mengambil keuntungan dari merek yang sudah ada.
2. Dari sisi HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), produk dagang “Mie Sedaap” yang
pertama bisa menuntut perusahaan Supermi atas produk yang dianggap meniru produk
dagangnya. permasalahan ini dapat menimbulkan kesimpang siuran dalam hal percakapan
bertransaksi antara penjual dan pembeli serta dapat menimbulkan kebingungan masyarakat
pada saat membeli produk tersebut. Kasus ini merupakan pelanggaran Pasal 5 ayat (d) pada
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang merek yang merupakan keterangan atau
berkaitan dengan barang atau jasa yang dimintakan pendaftarannya.
3. perusahaan pembuat produk bermerk mie sedaap (WINGSFOOD) tidak menuntut kepada
perusahaan pembuat produk mie sedaaap (SUPERMI). Karena, kata mie sedaap termasuk
merek deskriptif, karena merk mie sedaap terdiri dari kata mie yang sama dengan nama
barang mie dan kata sedaap adalah kata keterangan rasa dari mie tersebut. Seharusnya merek
mie sedaap tidak dapat di daftarkan, karena kata-kata mie sedaap akan banyak digunakan
oleh pihak dan produsen lain yang memproduksi mie dengan promosi bahwa mie yang
mereka hasilkan juga mie dengan rasa sedap alias mie sedaaap. Begitu pula dengan supermi.
4. Berdasarkan kasus-kasus kemiripan merek pada produk mie di atas dapat disimpulkan
bahwa perlindungan terhadap merek masih sangat lemah. Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 mengenal adanya sistem perlindungan terhadap merek yaitu sistem konstitutif, artinya
adalah perlindungan hak atas merek diberikan hanya berdasarkan adanya pendaftaran.
Sistem ini dikenal juga dengan istilah first to file system, yang artinya perlindungan

11
diberikan kepada siapa yang mendaftar lebih dulu. Pemohon sesudahnya yang mengajukan
merek yang sama atau mirip tidak akan mendapat perlindungan hukum.

REFERENSI

http://shofarahmania.blogspot.com/2015/05/kasus-hukum-dagang-beserta-contoh-dan.html

http://priskagustina96.blogspot.com/2015/05/mie-sedaap-vs-mi-sedaaap.html

https://dhimaskasep.wordpress.com/2008/12/20/mie-sedaap-vs-mie-sedaaap-contoh-
pertarungan-haki-di-indonesia/

https://gandengtangan.org/blog/hukum-bisnis/

http://labhukum.com/2017/07/11/hukum-dagang-pengertian-sumber-ruang-lingkup-dan-
kedudukan-beserta-contohnya-secara-lengkap/

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/534/jbptunikompp-gdl-ahmadannas-26693-7-unikom_a-
i.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai