ALERGI
Dr. R. SOETIONO GAPAR
Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Pada tahun 1940 untuk pertama kali diperkenalkan obat antihistamin. Sejak itu secara luas digunakan dalam
pengobatan simtomatik penyakit alergi. Pada umumnya antihistamin yang beredar di Indonesia mempunyai
spektrum luas artinya mempunyai efek lain seperti antikolinergik, anti serotonin, antibradikinin dan alfa
adrenoreseptor bloker. Golongan obat ini disebut antihistamin (AH1) klasik (1). Histamin adalah suatu alkoloid
yang disimpan di dalam mast sel. dan menimbulkan berbagai proses faalan dan patologik. Pelepasan histamin
terjadi akibat reaksi antitigen-antibodi atau kontak antara lain dengan obat, makanan, kemikal dan
venom. Histamin ini kemudian mengadakan reaksi dengan reseptornya (H1 dan H2)
yang tersebar di berbagai jaringan tubuh. Perangsangan reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos,
peningkatan permeabilitas kapiler dan reaksi mukus.Perangsangan reseptor H2 terutama menyebabkan sekresi
asam lambung.
Penderita yang mendapat obat AH1 klasik akan menimbulkan efek samping, mengantuk, kadang-kadang
timbul rasa gelisah, gugup dan mengalami gangguan koordinasi. Efek samping ini sering menghambat aktivitas
sehari-hari, dan menimbulkan masalah bila obat antihistamin ini digunakan dalam jangka panjang (1).
Dekade ini muncul antihistamin baru yang digolongkan ke dalam kelompok AH1 sedatif yang tidak bersifat
sedasi, yang memberikan harapan cerah. Termasuk dalam AH1 non sedatif ini adalah; terfenidin, astemizol,
loratadin, mequitazin.
FARMAKOLOGI
AH1 non sedatif berbeda dengan AH1 klasik oleh sifat farmakokinetiknya.
Secara in-vitro diketahui bahwa terfenidin, astemisol terikat lebih lambat kepada
reseptor H1 daripada AH1 klasik dan jika telah terikat akan dilepaskan secara lambat
dari ikatan reseptor.
TERFENIDIN (2)
Merupakan suatu derivat piperidin, struktur kimia. Terfenidin diabsorbsi
sangat cepat dan mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian. Mempunyai
mula kerja yang cepat dan lama kerja panjang. Obat ini cepat dimetabolisme dan
didistribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Terfenidin diekskresi melalui faeces
(60%) dan urine (40%). Waktu paruh 16-23 jam. Efek maksimum telah terlihat
sekitar 3-4 jam dan bertahan selama 8 jam setelah pemberian. Dosis 60 mg
diberikan 2 X sehari.
ASTEMIZOL (3)
Merupakan derivat piperidin yang dihubungkan dengan cincin benzimidazol, struktur kimia. Astemizol pada
pemberian oral kadar puncak dalam darah akan dicapai setelah 1 jam pemberian. Mula kerja lambat, lama kerja
panjang. Waktu paruh 18-20 hari. Di metabolisme di dalam hati menjadi metabolit aktif dan tidak aktif dan di
distriibusi luas keberbagai jaringan tubuh. Metabolitnya diekskresi sangat lambat, terdapat dalam faeses 54%
sampai 73% dalam waktu 14 hari. Ginjal bukan alat ekskresi utama dalam 14 hari hanya ditemukan sekitar 6%
obat ini dalam urine. Terikat dengan protein plasma sekitar 96%.
MEQUITAZIN (4)
Merupakan suatu derivat fenotiazin, struktur kimia lihat Gbr.1. Absorbsinya cepat pada pemberian oral, kadar
puncak dalam plasma dicapai setelah 6 jam pemberian. Waktu paruh 18 jam, Onset of action cepat, duration of
action lama. Dosis 5 mg 2 X sehari atau 10 mg 1 X sehari (malam hari).
LORATADIN (5,6,7)
Adalah suatu derivat azatadin, struktur kimia Gbr. 1. Penambahan atom C1 meninggikan potensi dan lama kerja
obat loratadin. Absorbsinya cepat. Kadar puncak dicapai setelah 1 jam pemberian. Waktu paruh 8-11 jam, mula
kerja sangat cepat dan lama kerja adalah panjang. Waktu paruh descarboethoxy-loratadin 18-24 jam. Pada
pemberian 40 mg satu kali sehari selama 10 hari ternyata mendapatkan kadar puncak dan waktu yang
diperlukan tidak banyak berbeda setiap harinya hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kumulasi, obat ini di
distribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Matabolitnya yaitu descarboetboxy-loratadin (DCL) bersifat aktif
secara farmakologi clan juga tidak ada kumulasi. Loratadin dibiotransformasi dengan cepat di dalam hati dan di
ekskresi 40% di dalam urine dan 40% melalui empedu. Pada waktu ada gangguan fiungsi hati waktu paruh
memanjang. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 1 X sehari. (Lihat tabel)
Penggunaan dan Efek Samping Steroid
Iris Rengganis
Subbagian AlergiImunologi Klinik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia /
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
PENDAHULUAN
Sejak penggunaannya pada tahun 1949 sampai sekarang,
hidrokortison atau kortisol yang merupakan glukokortikoid
atau kortikosteroid (KS) utama korteks adrenal merupakan obat
antiinflamasi dan imunosupresan yang sangat efektif. Istilah
KS berasal dari hasil penelitian awal yang menunjukkan
adanya efek poten ekstrak korteks adrenal terhadap
metabolisme glukosa dan glikogen. Dewasa ini telah tersedia
berbagai preparat KS yang dapat diberikan melalui berbagai
cara
(16)
BIOKIMIA/FARMAKOLOGI
Orang dewasa mensekresi sekitar 2030 mg kortisol per
hari. Lebih dari 90% KS dalam plasma diikat protein
transkortin (corticosteroid binding globulinCBG) dengan
afinitas kuat dan sekitar 5%8% oleh albumin dengan afinitas
rendah. Steroid yang diikat tidak aktif dan hanya sekitar 5% KS
endogen dan 35% KS sintetik eksogen bebas dalam sirkulasi.
Kemampuan transkortin untuk mengikat KS berubah bila KS
diberikan untuk jangka waktu lama. Hal tersebut akan
berpengaruh terhadap sekresi KS endogen. KS adalah hormon
steroid dengan 21carbon yang aktivitasnya tergantung dari
grup hidroksil pada rantai C11. Dua KS terpoten yang banyak
digunakan dalam praktek seharihari adalah kortison dan
prednison yang mempunyai grup keto pada rantai C11. Untuk
menjadi aktif, keto rantai C11 tersebut perlu dikonversikan
terlebih dahulu in vivo (dalam hati) ke dalam bentuk hidroksil
C11 (kortisol/hidrokortison atau metilprednisolon). Pada
pasien dengan penyakit hati, konversi prednison ke prednisolon
terganggu, jumlah KS yang diikat protein plasma menurun dan
akan meningkatkan kadar KS dalam darah. KS dimetabolisir di
hati, ginjal mensekresi 95% metabolitnya dan sisanya
dikeluarkan melalui saluran cerna. Berbagai preparat sintetis
KS mempunyai masa paruh yang berbeda. KS dengan klirens
yang lebih panjang akan cenderung lebih menimbulkan efek
samping
(1,3,4,79)
SINTESIS DAN SEKRESI KS
Sekresi KS endogen ada di bawah pengaruh sumbu
hipotalamuspituitariadrenal (HPA). Hipotalamus mensekresi
corticotropinreleasing hormone (CRH) yang merupakan
regulator utama dari sekresi kortisol. Sekresi CRH terjadi
dalam waktu yang pendek, puncaknya sekitar pukul 8.00 pagi
dan terendah pada malam hari. CRH merangsang pituitari/
hipofisis anterior untuk mensekresi ACTH yang selanjutnya
merangsang produksi adrenal untuk membentuk kortisol.
Sistem ini merupakan mekanisme umpan balik. KS yang
diberikan sinkron dengan puncak ACTH (pagi) tidak
menunjukkan efek supresi sumbu HPA dibanding dengan
pemberian sewaktu kadarnya terendah (malam). Dosis
prednison >15 mg/hari akan menunjukkan efek supresi dalam
seminggu. Dosis 7,515 mg/hari untuk 1 bulan biasanya tidak
menurunkan produksi ACTH. Efek supresinya akan kurang lagi
bila KS diberikan satu kali pada pagi hari. Lama supresi
tergantung dari dosis dan lama pemberian
(1,3,7,9)
MEKANISME KERJA
Setelah masuk dalam sirkulasi, KS bergerak pasif dan
melintas membran sel sasaran. Di dalam sitoplasma sel
tersebut, KS diikat reseptor (R) spesifik yang membentuk
kompleks KSR yang dengan segera ditranslokasikan kenukleus
untuk kemudian diikat oleh GRE (glucocorticoid response
element) spesifik dalam kromatin. Kejadian ini menimbulkan
transkripsi DNA yang membentuk transkrip messenger RNA
spesifik (mRNA). Transkriptranskrip tersebut mengalami
proses postranskripsi yang kemudian diangkut ke sitoplasma
sehingga terbentuklah protein baru. Reseptor KS ditemukan
pada berbagai jenis sel (limfosit, monosit/makrofag, osteoblast,
sel hati, sel otot, sel lemak dan fibroblast).Hal ini menerangkan
mengapa KS memberikan efek biologik terhadap begitu
banyak sel
(13)
Gambar 1. Struktur kimia dari glukokortikoid
EFEK KORTIKOSTEROID
KS mempunyai efek metabolisme, antiinflamasi dan
imunosupresi.
Efek metabolisme
KS berperan dalam metabolisme karbohidrat, lipid,
protein, asam nukleat, cairan, elektrolit, tulang dan kalsium. KS
diperlukan untuk mempertahankan berbagai fungsi fisiologi
seperti tekanan darah, volume darah, fungsi otot, gula darah
dan glikogen hepar. KS meningkatkan degradasi dan
penurunan sintesis protein dalam banyak jaringan,
meningkatkan glukoneogenesis dengan mobilisasi prekursor
glikogenesis asam amino, menurunkan transpor glukosa ke
dalam sel (fibroblas, sel limfoid, jaringan lemak dan otot) dan
pemakaian glukosa perifer. Hal tersebut akan meningkatkan
kadar gula darah dan toleransi glukosa yang menurun. Sel
pankreas memberi respons dengan mensekresi lebih banyak
insulin. Pemberian KS dosis besar yang lama dapat
menimbulkan diabetes melitus. Selanjutnya KS meningkatkan
glikogen hati
(1,4,7,11)
Efek antiinflamasi dan imunosupresi
Untuk membedakan efek antiinflamasi dari efek
imunosupresi adalah sulit oleh karena banyak sel yang sama,
jalur yang sama dan mediator yang sama berperan pada ke dua
proses tersebut. KS bekerja terhadap berbagai kaskade dari
proses inflamasi (produksi, pengerahan, aktivasi dan fungsi
efektor). KS dapat mengubah jalur dan kerja sel
imunokompeten dalam sirkulasi, memodulasi sintesis dan
penglepasan mediator inflamasi dan sitokin, mengurangi
ekspresi reseptor sitokin, menginduksi kematian limfosit,
memodifikasi interaksi antar sel imunokompeten
(1,3,7,12,13)
.
Efek terhadap mediator inflamasi
Produksi dan fungsi imunoglobulin: KS menekan produksi
imunoglubulin terutama IgG, IgA, IgE yang terjadi maksimal
24 minggu setelah pemberiannya, kembali ke semula setelah
KS dihentikan. KS mengurangi produksi mediator inflamasi
(prostaglandin. leukotrin, tromboksan dan platelet activating
factor), mencegah produksi dan penglepasan histamin pada
basofil dan sel mast, menghambat produksi berbagai sitokin,
KS terlihat bekerja pada banyak tahap inflamasi dengan efek
akhir mengurangi gejala, tandatanda lokal dan kerusakan oleh
inflamasi. Produksi nitrit oksida dicegah sehingga nitrit oksida
yang menurun akan mengurangi edema, eritema pada sendi
dengan inflamasi
(1,3,12,13)
.
Efek terhadap komponen seluler
Kebanyakan sel di tempat inflamasi terdiri atas leukosit
asal sirkulasi. KS mampu merubah lintas selsel leukosit dalam
sirkulasi. Efek yang sangat penting dari KS ialah
kemampuannya untuk mengubah lalulintas berbagai leukosit
dalam sirkulasi. Setelah diberikan satu kali suntikan KS IV,
jumlah neutrofil mendadak meningkat; hal ini disebabkan oleh
peningkatan penglepasan neutrofil yang belum matang dari
sumsum tulang dan demarginasi dari endotel vaskuler yang
disebabkan penurunan ekspresi molekul adhesi ICAM1 dan
ELAM1. Selsel lainnya dalam sirkulasi seperti limfosit,
monosit, eosinofil dan basofil justru menurun. Penurunan
limfosit disebabkan karena redistribusi sel ke jaringan limfoid
dan sumsum tulang. Jumlah eosinofil dalam sirkulasi berkurang
disebabkan karena survival sel dan migrasinya ke tempat
inflamasi menurun disertai redistribusi sel ke limpa, timus dan
kelenjar limfe. Monosit dan makrofag mempunyai peranan
sentral pada inflamasi. KS menurunkan jumlah sel dalam
sirkulasi serta migrasinya ke jaringan inflamasi dan juga
menurunkan respons sel terhadap berbagai sitokin. Supresi
delayed hypersensitivity kulit adalah tanda dari supresi
terhadap monosit. Jumlah dan penglepasan histamin serta
granul spesifik sel mast dan basofil diturunkan. KS
menghambat proliferasi dan aktivitas limfosit. Agregasi
trombosit, metabolisme asam arakidonat, fibroblas dan endotel
vaskuler dicegah
(13,12,13)
EFEK SAMPING KS DAN PRINSIP UMUM PENG
GUNAAN KS
(1,4,8,12)
KS dapat menimbulkan banyak sekali efek samping yang
kompleks (Tabel 2 dan 3) sehingga banyak dokter yang takut
untuk memberikan dosis KS besar yang sebenarnya sering
diperlukan pada berbagai pengobatan penyakit inflamasi. Pada
pemberian KS sistemik, perlu diperhatikan beberapa fase
pengobatan.
Induksi: Usaha yang cukup untuk menghentikan inflamasi
harus dilakukan pada dosis awal 1mg/kg/hari dengan dosis
terbagi 3 kali/hari. Janganlah memulai dengan dosis kecil lalu
mencari dosis yang cocok dan lebih besar.
Konsolidasi: Bila penyakit sudah menunjukkan perbaikan,
dosis terbagi dapat dijadikan dosis tunggal pagi hari. Bila
perbaikan menetap atau gejala menghilang, dosis selanjutnya
dikurangi.
Tapering off: Dosis diturunkan, bila mungkin sampai
dihentikan. Banyak dokter yang menurunkan terlalu cepat lalu
perlahan. Beberapa dokter tidak melakukan tapering off tetapi
menghentikan dengan mendadak yang dapat menimbulkan
kembalinya inflamasi dan fenomena rebound sehingga dosis
harus dimulai lagi seperti semula. Pemakaian kurang dari satu
minggu tidak memerlukan tapering off, yang kurang dari satu
bulan diturunkan 2,55mg/hari, sedangkan pemakaian lebih
dari satu bulan diturunkan lebih perlahan misalnya 2,5 mg setiap 23 minggu. Bila sudah mencapai 7 mg penurunan lebih
kecil lagi misalnya 1 mg setiap 24 minggu.
Dosis perawatan: Pada beberapa kondisi, KS tidak
mungkin dihentikan karena akan menimbulkan kekambuhan.
Maka dianjurkan untuk memberikan dosis sekecil mungkin
yang efektif sekali pada pagi hari. Hal tersebut akan
mempertahankan ritme diurnal dan meminimalkan supresi
sumbu HPA.
Efek samping kortisol terutama tampak pada penggunaan
lama dengan dosis tinggi, yakni lebih dari 50 mg sehari atau
dosis setara dari derivat sintesisnya. Ada tiga kelompok efek
samping, berdasarkan khasiat faali pokoknya, yakni efek
glukokortikoid, mineralokortikoid serta efek umum
(1,4,8)
.
1.
Efek glukokortikoid yang terpenting berupa:
a) Gejala
Cushing.
Sindrom Cushing sering disebabkan oleh suatu tumor di
hipofisis dan hiperproduksi ACTH. Gejala utamanya adalah
retensi cairan di jaringanjaringan yang menyebabkan naiknya
berat badan dengan pesat, wajah menjadi tembem dan bundar
(moon face), adakalanya kakitangan gemuk (bagian atas).
Selain itu, terjadi penumpukan lemak di bahu dan tengkuk.
Kulit menjadi tipis, lebih mudah terluka dan timbul garis
kebirubiruan (striae).
b) Atrofi dan kelemahan otot (myopathy steroid)
Khususnya mengenai anggota badan dan bahu, lebih sering
terjadi pada hidrokortison daripada derivat sintesisnya.
c) Osteoporosis (rapuh tulang) karena menyusutnya tulang
dan risiko besar fraktur bila terjatuh. Efek ini terutama pada
penggunaan lama dari dosis di atas 7,5 mg prednison sehari
(atau dosis ekivalen dari glukokortikoid lain), seperti pada
asma berat. Prevensi efektif dapat dilakukan dengan vitamin
D3 + kalsium, masingmasing 500 UI dan 1000 mg sehari.
Senyawa bifosfonat (etidronat, alendronat) dapat digunakan.
d) Menghambat pertumbuhan anakanak, akibat dipercepat
nya penutupan epifisis tulang pipa.
e) Atrofi kulit dengan striae, yakni garis kebirubiruan akibat
perdarahan di bawah kulit, juga luka/borok sukar sembuh
karena penghambatan pembentukan jaringan granulasi (efek
katabolik).
f) Diabetogen
Penurunan toleransi glukosa dapat menimbulkan
hiperglikemia menyebabkan munculnya atau memperhebat
diabetes. Penyebabnya adalah stimulasi pembentukan glukosa
berlebihan dalam hati.
g) Imunosupresi
Jumlah serta aktivitas limfosit B, limfosit T dan makrofag
dikurangi, pada dosis amat tinggi juga produksi antibodi.
Efeknya adalah turunnya sistem imun dan tubuh menjadi lebih
peka terhadap infeksi oleh jasadjasad renik. TBC dan infeksi
parasit dapat diaktifkan, begitu pula tukak lambung usus
dengan risiko meningkatnya perdarahan dan perforasi.
2.
Efek mineralokortikoid berupa:
a) Hipokalemi akibat kehilangan kalium melalui urin.
b) Edema dan berat badan meningkat karena retensi garam
dan air, juga risiko hipertensi dan gagal jantung.
3.
Efekefek umumnya adalah:
a) Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa takut, sukar
tidur, depresi dan psikosis. Euforia dengan ketergantungan fisik
dapat pula terjadi. b) Efek androgen, seperti akne, hirsutisme dan gangguan
haid.
c) Katarak dan kenaikan tekanan intraokuler, juga bila
digunakan sebagai tetes mata, risiko glaukoma meningkat.
d) Bertambahnya selsel darah: eritrositosis dan granulo
sitosis.
e) Bertambahnya napsu makan dan berat badan.
f) Reaksi
hipersensitivitas.
STRATEGI PENGGUNAAN KS
(1,8,12)
.
Aplikasi topikal
Terapi topikal adalah cara untuk mengantarkan dosis
tinggi KS ke permukaan jaringan inflamasi. Telah tersedia
berbagai preparat topikal terhadap setiap permukaan tubuh
yang kontak dengan dunia luar seperti paru, hidung, kulit,
mata, telinga dan saluran cerna. Pemberian topikal dapat
menggantikan pemberian sistemik sehingga KS dalam dosis
besar diberikan langsung ke tempat inflamasi dengan absorpsi
minimal.
Meskipun demikian KS topikal belum dapat mengeliminir
keperluan KS sistemik, harganya mahal dan sebenarnya juga
mempunyai efek samping. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk membuat molekul KS lebih lipofilik dan mempunyai
afinitas besar terhadap KSR dibanding dengan KS sistemik.
Mekanisme unik efek antiinflamasinya belum diteliti
seluruhnya, tetapi dalam beberapa hal berbeda dari KS sistemik
sebagai berikut : KS topikal yang diberikan melalui paru,
hidung dan kulit mencegah baik fase dini maupun fase lambat
respons alergi, sedang KS sistemik hanya mencegah respons
fase lambat.
Hal ini mungkin disebabkan karena redistribusi sel mast
yang disensitisasi IgE. Pemberian topikal dapat mengurangi
dosis sistemik atau menggantikan dosis yang tidak tinggi. Meskipun ada perbedaan, diduga mekanisme molekuler dan
seluler yang terjadi pada KS sistemik juga terjadi pada KS
topikal.
Tabel 2. Efek samping steroid berdasarkan kekerapannya
Sangat sering dan perlu diantisipasi pada semua pasien
Napsu makan meningkat
Obesitas sentripetal
Gangguan penyembuhan luka
Risiko infeksi meningkat
Supresi sumbu HPA
Gangguan pertumbuhan pada anakanak
Osteoporosis
Sering terlihat
Miopati
Nekrosis avaskuler
Hipertensi
Edema sekunder
Hiperlipidemia
Psikosis
Diabetes melitus
Katarak subkapsuler posterior
Kadangkadang, tetapi penting diantisipasi sejak awal
Glaukoma
Hipertensi intrakranial benigna
Silent intestinal perforation
Ulkus
peptikum
Alkalosis
hipokalemi
Koma nonketosis hiperosmolar
Gastritis hemoragi
Jarang
Pankreatitis
Hirsutisme
Panikulitis
Amenore sekunder
Impotensi
Lipomatosis epidural
Alergi terhadap steroid sintetik
PENGGUNAAN KS TOPIKAL
KS topikal pada asma
Di samping pengaruh terhadap redistribusi sel mast, KS
yang diberikan per inhalasi juga efektif terhadap inflamasi pada
asma, dapat mengurangi jumlah dan aktivasi leukosit di saluran
napas, mencegah peningkatan eosinofil nokturnal, menurunkan
hipereaktivitas bronkus dan memperbaiki gejala asma. Pada
asma berat, semprotan KS dapat mengurangi dosis KS oral
yang diperlukan dan penggunaannya yang teratur dapat
mengurangi frekuensi dan berat serangan.
Terapi standar asma sekarang ialah penggunaan semprotan
KS dan semprotan
agonis jika perlu (mungkin dengan
tambahan KS sistemik selama serangan). Apakah penggunaan
semprotan KS yang lama dapat mengubah riwayat asma
alamiah penting untuk diketahui pada anak. Pada asma anak
derajat ringan sedang, penggunaan sodium kromoglikat dan
nedokromil masih dianggap lebih aman. Betametason
diproprionat, budesonide dan triamsinolon asetonide semua
efektif, dan belum ada studi untuk membandingkan efeknya.
Pemberian 4 kali/hari diperlukan untuk mendapatkan hasil
optimal (dosis pada asma berat atau selama eksaserbasi). Pada
asma ringansedang pemberiannya 2 kali/hari memberikan
hasil baik. Pada keadaan ideal, hanya 10% dari dosis yang
disemprotkan mencapai paru.
Tabel 3. Efek samping steroid berdasarkan dosis yang diberikan 13
Pada pemberian KS yang lama dan menetap
Sindroma Cushing
Supresi sumbu HPA
Berat meningkat
Gangguan emosi
Gangguan penyembuhan luka
Risiko infeksi meningkat
Hiperkalsiuria
Katabolisme protein meningkat
Pada pemberian dosis tinggi yang kumulatif
Osteoporosis
Katarak kapsul posterior
Atrofi kulit
Gangguan pertumbuhan (pada anak)
Aterosklerosis
Eksaserbasi yang disebabkan terapi dengan KS (tergantung dosis)
Hipertensi
Intoleransi glukosa
Tukak lambung
Akne vulgaris
Kadangkadang, yang tergantung dosis
Nekrosis avaskuler
Miopati
Perlemakan hati
Hirsutisme
Jarang terlihat, tak terduga
Psikosis
Lipomatosis
Alergi steroid
Pseudotumor serebri
Glaukoma
Pankreatitis
KS topikal nasal
Seperti halnya dengan asma, KS sistemik efektif terhadap
inflamasi hidung. Deksametason yang pertama diberikan dalam
bentuk semprotan telah mengecewakan karena menimbulkan
efek samping sistemik. Obat yang baru menunjukkan afinitas
tinggi terhadap KSR dan tidak menunjukkan absorpsi sistemik
pada dosis konvensional (beklometason diproprionat,
budesonide dan flutikason). Rinitis alergi, rinitis nonalergi
dengan eosinofil (NARES), polip nasal dan sinusitis kronik
noninfeksi merupakan indikasi untuk penggunaan KS nasal.
Respons terbaik ditemukan pada rinitis alergi dan NARES.
Sebenarnya KS nasal lebih efektif dibanding dengan
antihistamin meskipun antihistamin efeknya segera, sedang KS
memerlukan beberapa hari sebelum perbaikan terlihat. Tidak
seperti paru, organ sasaran dari KS nasal lebih mudah dicapai,
sehingga teknik penggunaannya tidak sulit.
KS topikal pada penyakit kulit.
Preparat KS untuk kulit dapat dibagi dalam 5 kategori:
Potensi terendah, rendah, sedang, tinggi dan superpoten. Pada
umumnya, efikasi dan efek samping meningkat seiring dengan
potensi. KS yang superpoten dapat menyebabkan atrofi kulit
dan dapat menekan sumbu HPA.
Efek seluler utama KS topikal terhadap kulit adalah
pencegahan atau pengurangan proses inflamasi, penurunan
derajat proliferasi epidermal dan peningkatan diferensiasi
epidermal. Oleh karena itu KS topikal efektif terhadap penyakit
proliferatif seperti psoriasis dan penyakit inflamasi seperti
dermatitis atopi, dermatitis kontak, dermatitis stasis dan
dermatitis seboroik.
KS topikal pada penyakit telinga dan mata
KS topikal untuk jangka waktu pendek pada umumnya
efektif terhadap penyakit mata seperti iritis, keratitis punktata
superfisial, pemphygoid cicatrical dan konjungtivitis alergi
(diberikan setelah antihistamin dan antiinflamasi topikal
alternatif gagal). KS topikal juga digunakan untuk membatasi
inflamasi dari infeksi tertentu seperti blepharokonjungtivitis
stafilokokus dan keratitis herpes, meskipun untungruginya
(risiko infeksi memburuk) perlu dipertimbangkan. Otitis
eksterna juga memberikan respons baik terhadap KS topikal
meskipun standar regimennya juga menyertakan pemberian
antibiotik.
KS oral
Pemberian KS oral dengan interval 48 jam memberikan
keuntungan tidak menimbulkan supresi sumbu HPA. Efek
samping seperti sindrom Cushing, supresi pertumbuhan,
obesitas dan infeksi lebih kecil, tetapi osteoporosis dan katarak
terjadi pada derajat yang sama dibanding dengan pemberian
setiap hari. KS yang semula diberikan setiap hari lalu
diturunkan selang sehari memberikan hasil baik pada
pengobatan sindrom nefrotik, glomerulonefritis, nefritis lupus,
kolitis ulseratif, miastenia gravis, asma, pemfigus vulgaris,
vaskulitis sistemik dan penolakan transplan.
Suntikan lokal
KS dapat disuntikkan intermiten untuk mengurangi
inflamasi pada satu atau dua sendi. Absorpsi sistemik tidak
menjadi masalah bila suntikan diberikan 1 kali/bulan. KS
diberikan intraartikuler pada pasien dengan sinovitis yang
disertai artritis reumatoid, pirai dan osteoartritis. KS dapat pula
disuntikkan untuk mengobati bursitis, epikondilitis dan
tenosinovitis dan lesi kulit yang refrakter seperti keloid, likhen
planus, likhen simpleks kronis, psoriasis, lupus diskoid dan
alopesia areata.
KS parenteral
Inflamasi sistemik kadang memerlukan KS intravena/iv
misalnya bila pasien tidak dapat mentolerir KS oral. Perlu
diperhatikan bahwa KS oral tidak mahal dan mudah diabsorpsi.
KS iv mahal dan lebih sulit pemberiannya. Pemberian 250 mg
metilprednisolon tiap 6 jam terbukti memberikan hasil baik.
Regimen lainnya ialah stress dosis yang diberikan kepada
pasien yang sudah mendapat KS yang akan menjalani operasi
atau yang tidak dapat minum KS oral, biasanya berupa 100 mg
hidrokortison setiap 8 jam. Pemberian KS im dalam bentuk
lepas lambat sekali sebulan tidak dianjurkan karena dapat
mensupresi sumbu HPA. Di samping itu meskipun jarang,
abses lokal dan nekrosis lemak dapat terjadi. KS oral: Banyak
pasien memilih prednison oral, selain absorpsinya baik,
harganya murah dan masa paruhnya pendek (sekitar 90 menit)
sehingga kadar plasmanya sudah diperoleh dalam beberapa
jam. Metilprednisolon lebih mahal tetapi dari segi klinis, 4 mg
metilprednisolon lebih efektif dibanding dengan 5 mg
prednison. Hal tersebut disebabkan karena plasmalife
metilprednisolon adalah 2 kali prednison. KS lain seperti
triamsinolon dan deksametason memiliki masa paruh yang
lebih panjang, juga tidak diikat globulin, sehingga cenderung
lebih sering menimbulkan efek samping di samping miopati.
Terapi pulse
Terapi pulse ialah pemberian bolus 1001000 mg
metilprednisolon atau yang setara setiap hari sampai 3 hari.
Tindakan tersebut biasanya langsung memberikan perbaikan
pada berbagai penyakit autoimun (artritis reumatoid, lupus
yang mengancam nyawa, nefritis lupus, serebral lupus dan
vaskulitis). Perbaikan dapat dicapai untuk beberapa hari sampai
beberapa bulan. Efek toksik KS pada pemberian tersebut
kurang dibanding dengan pemberian KS dengan jumlah yang
sama dalam beberapa hari minggu.
KESIMPULAN
KS mempunyai efek poten terhadap banyak komponen
dari inflamasi dan respons imun. KS menghambat produksi
mediator humoral, proliferasi dan aktivasi berbagai sel sistem
imun. Pada banyak penyakit inflamasi akut, kronis dan
autoimun KS dapat menyelamatkan nyawa banyak pasien.
Sebaliknya pada individu normal atau bila penggunaannya
berlebihan (tidak rasional), KS dapat menimbulkan berbagai
efek samping. Strategi penggunaannya pada dosis besar dan
jangka waktu lama perlu dikuasai dengan baik