Makalah Nuklir Kamar Ionisasi
Makalah Nuklir Kamar Ionisasi
PENDAHULUAN
Radioaktif adalah kesimpulan beragam proses di mana sebuah inti atom yang
tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi). Peluruhan terjadi pada
sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah nukleus anak. Ini adalah sebuah
proses acak sehingga sulit untuk memprediksi peluruhan sebuah atom. Satuan
internasional (SI) untuk pengukuran peluruhan radioaktif adalah becquerel (Bq). Zat
radioaktif dan radioisotop berperan besar dalam ilmu kedokteran yaitu untuk
mendeteksi berbagai penyakit, diagnosa penyakit yang penting antara lain tumor
ganas. Kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat radioaktif dan radioisotop
memudahkan aktifitas manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
Hal yang paling mendasar untuk mengendalikan bahaya radiasi adalah
mengetahui besarnya radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi (zat
radioaktif atau mesin pemancar radiasi), baik melalui pengukuran maupun
perhitungan. Keberadaan radiasi tidak dapat dirasakan secara langsung oleh sistem
panca indera manusia. Radiasi tidak bisa dilihat, dicium, didengar, maupun dirasakan.
Oleh sebab itu, untuk keperluan mengetahui adanya dan mengukur besarnya radiasi,
manusia harus mengandalkan pada kemampuan suatu peralatan khusus.
Pada prinsipnya, pendeteksian dan pengukuran radiasi dengan menggunakan
alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan interaksi antara radiasi
dengan materi. Setiap alat ukur radiasi selalu dilengkapi dengan detektor yang
mampu mengenali adanya radiasi. Apabila radiasi melewati bahan suatu detektor,
maka akan terjadi interaksi antara radiasi dengan bahan detektor tersebut (terjadi
pemindahan energi dari radiasi yang datang ke bahan detektor). Perpindahan energi
ini menimbulkan berbagai jenis tanggapan (response) yang berbeda-beda dari bahan
detektor tersebut. Jenis tanggapan yang ditunjukan oleh suatu detektor terhadap
radiasi tergantung pada jenis radiasi dan bahan detektor yang digunakan.
Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya radiasi dilakukan dengan mengamati
tanggapan yang ditunjukan oleh suatu detektor.
1.3 Tujuan
1. Memahami prinsip kerja detektor radiasi
2. Dapat mendeteksi adanya radiasi dengan ionization chamber
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Americium adalah unsur transuranium sintetis keempat dari seri aktinida yang
telah ditemukan. Americium-241 pertama kali diidentifikasi pada tahun 1944 oleh
Seaborg, James dan Morgan di laboratorium metalurgi di University of
Chicago. Unsur ini diproduksi oleh peluruhan partikel beta plutonium-241, yang telah
diproduksi di reaktor nuklir oleh pemboman neutron plutonium-239.
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila
dikenai radiasi akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah
dibahas sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa suatu bahan yang sensitif terhadap
suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai
contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron.
Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk
mengukur radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan negatif, serta
berisi gas di antara kedua elektrodanya. Elektroda positif disebut sebagai anoda,
yang dihubungkan ke kutub listrik positif, sedangkan elektroda negatif disebut
sebagai katoda, yang dihubungkan ke kutub negatif. Kebanyakan detektor ini
berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding
silindernya sebagai katoda sebagaimana berikut.
Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju elektroda
yang sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa atau arus listrik.
Pergerakan ion tersebut di atas dapat berlangsung bila di antara dua elektroda terdapat
cukup medan listrik. Bila medan listriknya semakin tinggi maka energi kinetik ion-
ion tersebut akan semakin besar sehingga mampu untuk mengadakan ionisasi lain.
Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut sebagai ion sekunder. Bila
medan listrik di antara dua elektroda semakin tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan
oleh sebuah radiasi akan sangat banyak dan disebut proses ‘avalanche’.
2.3.2 Detektor Kamar Ionisasi (ionization chamber)
Merupakan detector yang terdiri dari 2 elektroda yaitu positif dan negative.
Elektroda positif disebut sebagai anoda yang dihubungkan ke kutub listrik positif
sedangkan elektroda negative sebagai katoda. Detektor ini berbentuk silinder dengan
kawat sumbu sebagai anoda dan dinding silider sebagai katoda.
Pengukuran yang menggunakan detektor ionisasi menerapkan cara arus. Bila
menggunakan detektor ini dengan cara pulsa maka dibutuhkan penguat pulsa yang
sangat baik. Keuntungan detektor ini adalah dapat membedakan energi yang
memasukinya dan tegangan kerja yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi.
pada percobaan kali ini cara kerja pendeteksian dan pengukuran radiasi yaitu
dengan menggunakan alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan
interaksi antara radiasi dengan materi. Setiap alat ukur radiasi selalu dilengkapi
dengan detektor yang mampu mengenali adanya radiasi. Apabila radiasi melewati
bahan suatu detektor, maka akan terjadi interaksi antara radiasi dengan bahan
detektor tersebut (terjadi pemindahan energi dari radiasi yang datang ke bahan
detektor). Perpindahan energi ini menimbulkan berbagai jenis tanggapan (response)
yang berbeda-beda dari bahan detektor tersebut. Jenis tanggapan yang ditunjukan
oleh suatu detektor terhadap radiasi tergantung pada jenis radiasi dan bahan detektor
yang digunakan. Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya radiasi dilakukan
dengan mengamati tanggapan yang ditunjukan oleh suatu detektor.
dalam hal ini kita menggunakan LED sebagai indikator untuk mendeteksi
apakah ada radiasi atau tidak. percobaan kali ini LED menyala ketika amerecium
didekatkan, tetapi LED yang menyala sangat redup. hal ini dikarenakan kapasitas
baterai dan resistor yang kecil sehingga arus output pun kecil, hal ini dapat dibuktikan
sesuai dengan teori Hukum Ohm sebagai berikut.
V baterai = 9 volt
R resistor = 4700 Ω
𝑉 9
I output = 𝑅 = 4700 = 0,001915 𝐴 = 1,9 𝑚𝐴
Dari perhitungan tersebut, percobaan ini dapat dikatakan berhasil. Berikut adalah
hasil percobaan ionization chamber dengan variasi LED yang telah dilakukan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
[1] Loveland, W.; Morrissey, D.; Seaborg, G.T. (2006). Modern Nuclear Chemistry.
Wiley-Interscience. hlm. 57. ISBN 0-471-11532-0.