Anda di halaman 1dari 12

BAB II

ISI
RUANGAN PRODUKSI STERIL
Ruangan produksi steril adalah tempat yang disiapkan secara khusus dari bahan-bahan dan
tata bentuk yang harus sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Ruangan ini
dipersiapkan untuk produksi obat steril, sehingga harus mempunyai syarat khusus. Obat atau
bahan obat yang akan diproduksi harus mempunyai kepastian bahwa obat tidak
terkontaminasi (pure).
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikn kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan
kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan , sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Menurut CPOB, ruangan steril dikategorikan ruang kelas I dan II atau sering disebut white
area, yang harus memenuhi syarat jumlah partikel dan mikroba. Kelas I sebenarnya berada
dalam ruangan kelas II, tetapi ruang kelas I memiliki alat LAF (Laminar Air Flow), yaitu alat
yang menjamin ruangan dalam kondisi steril dan bias dipakai untuk pembuatan secara
aseptik.
Sebaliknya, ruangan produksi steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Bebas mikroorganisme aktif
 Untuk mendapatkannya, udara yang ada di dalam ruangan disaring dengan HEPA filter agar
mendapatkan udara yang bebas mikroorganisme dan partikel.
 Ada batasan kontaminasi dengan partikel
 Tekanan positif, yakni tekanan udara di dalam ruangan lebih besar daripada udara di luar,
sehingga udara di dalam mengalir ke luar (udara di luar yang lebih kotor tidak dapat masuk
ke dalam ruangan yang lebih bersih)
 Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area), intermediate area (grey area),
dan area bersih (white area)
Tata letak ruang hendaklah dikaji sejak tahap perencanaan konstruksi bangunan demi
keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi, dan pengawasan serta untuk
menghindari ketidakteraturan. Tata letak ruang dalam area produksi yang harus dipenuhi
antara lain :
1. Untuk pengolahan produk yang mengandung bahan yang menimbulkan sensitisasi tinggi, disediakan
fasilitas tersendiri untuk masing-masing produk. Udara yang dikeluarkan dari fasilitas itu dilewatkan
atau melalui suatu sistem yang sesuai sebelum dilepaskan ke atmosfer.
2. Luas area kerja produksi minimal 2 kali luas yang diperlukan untuk penempatan peralatan (termasuk
wadah yang diperlukan untuk suatu kegiatan) ditambah luas area untuk keperluan pembersihan dan
perawatan mesin oleh operator produksi dan/atau teknisi.
3. Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu hendaklah :
 Kedap air
 Tidak terdapat sambungan untuk mengurangi pelepasan atau pengumpulan partikel.
 Tidak merupakan media pertumbuhan mikroba.
 Mudah dibersihkan, serta tahan terhadap proses pembersihan, bahan pembersih dan disinfektan yang
digunakan berulangkali dengan memperhatikan faktor kepadatan, porositas, tekstur, dan sifat
elektrostatis
Area produksi hendaknya memperhatikan
beberapa hal, antara lain :

1. Untuk memperkecil resiko bahaya medis


yang serius akibat terjadinya
pencemaran silang, suatu sarana khusus
dan self-container hendaklah disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang
dapat menimbulkan sensitif tinggi, produk lainya seperti antibiotik tertentu (missal penisilin).
Produk hormone seks, produk sitotoksik, produk tertentu dengan bahna aktif berpotensi
tinggi, produk biologi (misal: yang berasal dari mikroorganisme hidup ) dan produk non-obat
hendaklah diprodukdsi di bangunan terpisah.
2. Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan herbisida tidak
boleh dilakukan disarana produksi obat
3. Tata-letak ruangan produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk :

 Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara


satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas
kebersihan yang di persyaratkan.
 Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan dan
 Memungkinkan
terlaksananya komunikasi dan
pengawasan yang efektif.

4. Luas area kerja dan area


penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses hendaklah memadai untuk
memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses,
sehingga dapat memperkecil resiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen
obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko terlewatnya atau
salah melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
5. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan dimana terdapat bahan
baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau ruahan yamg terpapar ke lingkungan
hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka. Tidak melepaskan praktikulat, serta
memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
6. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air permukaannya
rata dan memungkinkan pelaksanaan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi
tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk
lengkungan.
7. Pipa, fiting lampu, titik fentilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah dirancang
sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk
kepentingan perawatan sedapat mungkin instalasi sarana penujang seperti ini hendaklah dapat
di jangkau dari luar area pengolahan.
8. Pipa yang terpasang didalam ruangan tidak boleh menempel diding tetapi digantung dengan
menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
9. Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam hendaklah dihindari. Apabila
tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah
dibuat dan di ikuti.
10. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
11. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan
bak control serta ventilasi yang baik maupun mencegah aliran balik sedapat mungkin saluran
terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan pembersihan
dan disinfeksi.
12. Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan mengunakan sistem pengendalian
udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan
pencemaran silang, pengendalian kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses
dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar
pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada
kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang
sebelumnya.
13. Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat pengambilan
sempel, penimbangan bahan /produk, pencampuran dan pengolahan bahan atau produk
pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah
pencemaran silang dan memudahkan pembersihan.
14. Tata letak ruang area pengemasan dirancang khusus untuk mencegah campur baur atau
pencemaran silang.
15. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama penerangan di mana
pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
16. Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan
tersebut tidak menimbulkan resiko terhadap produksi obat.
17. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, separti pintu bahaya
kebakaran, hendaklah ditutup rapat. pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa
sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu keluar. Pintu dalam
area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang hendaklah selalu
ditutup apabila sedang tidak digunakan.
Ruangan produksi didesain sedemikian rupa sehingga mengurangi risiko terkontaminasi
mikroorganisme, partikel, atau kotoran. Tahapan proses untuk mendapatkan ruangan
produksi steril bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Bersihkan lantai, dinding, dan langit-langit dari debu dan kotoran. Hampir seluruh benda-
benda yang di sterilkan harus secara fisik bersih terlebih dahulu sebelum proses standar
sterilisasi dilakukan. Kontaminasi mikroba pada dasarnya dapat dihilangkan melalui
pembersihan dengan menggunakan deterjen dan air atau dihancurkan dengan cara sterilisasi
atau desinfektisasi. Pembersihan yang dilanjutkan dengan pengeringan terhadap permukaan
hampir dapat dinyatakan efektif sebagaimana halnya jika menggunakan desinfektan.
2. Bersihkan lantai, dinding, dan langit-langit dengan cairan disinfektan hingga bebas
mikroorganisme. Beberapa disinfektan yang banyak digunakan :
a. Alcohol : Etil atau Isopropil alcohol (60-90 %)
Mekanisme kerjanya denaturasi protein.
Keuntungan : daya bunuh cepat dengan sifat bakterisidal, tuberkulosidal, fungsidal, dan
virusidal.
Kerugian :
 Perlu waktu kontak minimum 5 menit untuk mencapai tingkat desinfeksi
 Tidak memiliki aktivitas residual
 Mudah menguap dan terbakar
 Terinaktivasi oleh materi organic
 Tidak bersifat sporisidal
b. Halogen : Chlorine (Na-hipoklorit)
Mekanisme kerjanya kemungkinan menginhibisi reaksi enzimatik dalam sel, denaturasi
protein, dan inaktivasi asam nukleat.
Keuntungan : efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negative,
tuberkulosidal, fungsidal, dan virusidal dengan daya kerja yang cepat.
Dosis :
50 ppm dapat membunuh vegetatif vakteri dan virus HIV
200 ppm dapat membunuh virus-virus lain
500 ppm dapat membunuh hepatitis B
1000 ppm dapat membunuh Mycrobacterium tuberculosis
Kerugian :
 Terinaktivasi oleh materi organic
 Korosif terhadap alat dan wadah
 Tidak bersifat sporisidal
c. Glutaraldehid
Pada konsentarsi 2 %, pH 7,5-8,5 bertindak sebagai high level disinfectant (HLD) yang
berarti dapat menghancurkan semua mikroorganisme vegetative, basil TBC, fungi, virus
ukuran kecil dan non lipid, serta virus berukuran sedang kecuali sejumlah tertentu spora
bakteri.
Mekanisme kerjanya adalah membunuh mikroorganisme melalui proses alkilasi protein.
Keuntungan:
 Dapat membunuh vegetative bakteri dalam waktu 2 menit.
 Bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, virusidal, dan sporisidal. Waktu yang dibutuhkan
antara 10-30 menit, sedangkan proses sterilisasi perendaman butuh waktu sampai dengan 10
jam
Kerugian:
 Bau yang menyegat
 Dapat menyebabkan muntah-muntah bila ventilasi ruangan buruk
 Konsentrasi 0,2 ppm dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran pernafasan
 Dapat menguap
 Tidak mempunyai kemampuan membersihkan
d. Hidrogen peroksida
Pada konsentrasi 6 % berfungsi sebagai high Level disinfectant (HLD)
Mekanisme kerjanya menyerang membran lipid mikroorganisme.
Keuntungan :
 Bakterisidal, virusidal, tuberkulosidal, fungsidal, dan sporisidal.
Kerugian :
 Terpengaruh oleh perubahan pH
e. Formaldehid
Konsentrasi 8 % formaldehid + 70 % alcohol berfungsi sebagai HLD. Sebaliknya,
konsentrasi kurang dari 4 % berfungsi sebagai Low Level Disinfektan (LLD), yaitu:
disinfektan tidak memiliki daya bunuh terhadap spora bakteri, mikrobakterium, semua fungi,
serta semua virus ukuran kecil dan sedang.
Mekanisme kerjanya menginaktivasi mikroorganisme melalui reaksi alkilasi terhadap gugus
amino dan gugus sulfhidril pada protein.
Keuntungan :
 Bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal
 Sporisidal (8% formaldehid dalam 70 % alcohol)
Kerugian :
 Terinaktivasi oleh materi organic
 Potensial karsinogen
 Menimbulkan uap yang mengiritasi
 Korosif
f. Fenol
Mekanisme kerjanya penetrasi terhadap dinding sel dan mengendapkan protein sel. Fenol
biasa digunakan untuk melakukan desinfeksi dinding, lantai, dan permukaan meja
(permukaan keras)
Keuntungan :
 Spektrum luas, bakterisidal gram positif dan negative, fungisidal, tuberkulosidal, dan virus
lipofilik
 Toleransi cukup baik terhadap beban organic dan air sadah
 Mempunyai aktivitas residual
Kerugian :
 Tidak bersifat sporisidal
 Terinaktivasi oleh materi organik
 Korosif terhadap karet dan sebagian plastic
g. Campuran chlorhexidine dan cetrimide
Contoh :
Cairan Hibicet dari SSL International plc Oldham, England
Komposisi :
Chlorhexidine Gluconate 1,5% b/v, Cetrimide 15%b/v (masing-masing setara dengan 7,5%
v/v chlorhexidine gluconate solution Ph.Eur. 37,5% v/v strong cetrimide solution B.P 40%)
Pemakaian :
Satu bagian di dalam 100 bagian air; 10 ml + air hingga menjadi genap 1000 ml. fungsinya
sebagai pembersih dan antiseptik.
3. Bersihkan udara dengan alat pengasapan (fogging) yang mengandung cairan air borne
disinfectants of surfaces
Contoh : Anios Special DJP, Laboratories Anios.
Komposisi :
Formaldehyde, Didecyldimethylammonium chloride, Dimethicone.
Dapat membunuh mikroba : E. coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,
Streptococcus Faecalis dalam 4 ml/m3
4. Sinari ruangan dengan ultraviolet minimum selama 24 jam
5. Setelah itu, ruangan ditutup dan dialiri udara yang telah bebas mikroorganisme, sehingga
didapatkan ruangan clean area untuk produksi steril.
Clean area mempunyai klasifikasi atau grade A, B, C, dan D. Klasifikasi dibagi berdasarkan
jumlah maksimum partikel dan jumlah mikroba yang mengkontaminasinya per meter kubik
udara.
Grade Jumlah maksimum partikel dan jumlah mikrobakteri per meter kubik
0,5 µm 5 µm Jumlah mikroorganisme
A 3500 0 <1
B 3500 0 10
C 350000 2000 100
D 3500000 20000 200

Petugas yang akan bekerja di dalam ruangan produksi steril harus mengganti baju dan
membersihkan diri menggunakan cairan antiseptik di dalam ruangan clean changing area dan
dibilas dengan udara steril, sehingga diharapkan petugas bebas dari kotoran dan
mikroorganisme.
Petugas yang akan bekerja di dalam ruangan produksi steril saat masuk ke rumah changing
area, harus mengganti baju dan sepatu serta memakai topi dan kacamata steril yang telah
tersedia. Setelah itu, dia baru masuk ke ruangan clean filling room atau ruangan preparation
area.
Laminair airflow merupakan tempat bekerja secara aseptic, untuk tes sterilitas, aseptic
dispensing, dan i.v. mixture (pencampuran obat suntik). Tekanan yang ada di dalam ruangan
laminair airflow dibuat menjadi tekanan negatif. Artinya, aliran udara yang ada mengalir
kembali kedalam ruangan laminair airflow.
Penyebab kontaminasinya adalah :
 Udara yang masuk ke ruangan, baik dara dai dalam maupun dari luar.
 Hasil-hasil produksi yang ada di ruangan
Oleh karena itu, control kualitas diperlukan untuk :
1. Control udara
Dengan menggunakan HEPA filter, bila berasap menggunakan smoke detector.
2. Temperature dan humidity
Target temperature 20°C dan relative humidity 35-45% dengan tekanan positif.

Gb. 1. Teknik aseptik


menggunakan laminair airflow
Gb.2. Contoh denah ruangan steril
DAFTAR PUSTAKA
Stefanus Lukas. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi offset.
Anonim. 2006. Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI tentang
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: RI.
Suciati Tri. Layout dan Alur Kerja Laboratorium Steril. Bandung: ITB (Online)

Anda mungkin juga menyukai