Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DESAIN INSTRUKSIONAL

(Evaluasi Desain Instruksional, Perangkat Desain Instruksional, Perancangan


Asynchronous dan Synchronous e-learning)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Perencanaan Pembelajaran

Oleh
Adie Prayoega 160533611511
Aimmatul Azizah 160533611463
Ainal Mardiyya 160533611497
Septian Victor K 170533628598

UNIVERSITAS NEGERI MAALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
NOVEMBER 2018
1. PENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh

elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pendidikan dituntut untuk lebih

kreatif dan profesional untuk mengembangkan pendidikan. Selain itu, para pelaku pendidikan

juga diharapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan

kebutuhan dan tantangan pendidikan.

Untuk itulah perlu adanya cara atau metode untuk menjawab tantangan – tantangan yang

muncul seiring dengan berkembangnya waktu, maka muncul-lah cara atau metode yang disebut

perencanaan dan desain pembelajaran yang diharapkan akan lebih memudahkan proses belajar

mengajar.

2. PEMBAHASAN

A. Evaluasi Desain Instruksional

Pada dasarnya kegiatan Instruksional dilakukan dalam tiga tahap yakni tahap 1

merupakan tahap mengidentifikasi dan mengembangkan Desain Instruksional kegiatan

dalam tahap ini antara lain 1) merumuskan tujuan instruksional itu sendiri seperti apa, 2)

menulis hasil rumusan instruksional yang sudah di deskripsikan 3) melakukan analisis

instruksional, 4) mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik awal peserta didik, 5)

menulis tujuan instruksional khusus 6) menulis tes acuan patokan 7) menyusun strategi

instruksional

Tahap kedua yaitu tahap implementasi, di mana pada tahap ini hasil rancangan

instruksional yang sudah di buat di implementasikan dalam proses belajar mengajar,

sehingga dalam kegiatan pembelajaran terdapat panduan atau petunjuk untuk membantu

berjalannya kegiatan belajar mengajar.


Tahap ketiga yaitu tahap evaluasi di mana tahap ini adalah langkah terakhir dalam

kegiatan instruksional, tujuan-nya untuk menilai apakah Desain Intruksional yang sudah

kita rancang sudah berhasil atau tidak dalam menunjang proses belajar mengajar. Dari

penilaian ini dapat di-deskripsikan hal-hal apa saja yang harus direvisi pada desain

intruksional yang sudah diterapkan sehingga memperbaiki kekurangan-kekurangan pada

saat kegiatan belajar mengajar berlangsung

B. Perangkat Desain Instruksional

Pembelajaran merupakan suatu sistem intruksional yang mengacu kepada pengertian

sebagai perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Selaku suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen diantaranya :

1. Tujuan pembelajaran.

2. Bahan ajar.

3. Siswa yang menerima pelayanan belajar

4. Guru

5. Metode dan pendekatan

6. Situasi

7. Evaluasi kemajuan belajar

Agar tujuan itu dapat tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan

dengan baik sehingga sesama komponen itu terjadi kerjasama. Karena itu guru tidak boleh

hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan

evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Berbagai

persoalan yang biasa dihadapi guru antara lain adalah:


1. Tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai

2. Materi pelajaran apa yang perlu diberikan

3. Metode alat mana yang harus dipakai

4. Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.

Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar,

pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu

wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti:

1. Kecerdasan dan bakat khusus serta cita-cita

2. Prestasi sejak permulaan sekolah

3. Perkembangan jasmani dan kesehatan

4. Kecenderungan emosi dan karakternya

5. Sikap dan minat belajar

6. Kebiasaan belajar dan bekerja

7. hobi dan penggunaan waktu senggang

8. Hubungan sosial disekolah dan dirumah

9. Latar belakang keluarga

10. Lingkungan tempat tinggal

11. Sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik


C. Asynchronous e-Learning

Asynchronous Learning adalah teknik mengajar yang berpusat pada siswa di mana

sumber daya online pembelajaran yang digunakan untuk mengaktifkan berbagi informasi

antara orang-orang dalam jaringan . Dalam pembelajaran asynchronous, berbagi informasi

tidak dibatasi oleh tempat atau waktu.

Asynchronous learning difasilitasi oleh media, seperti email, forum diskusi online,

daftar email, blog dan wikipedia.

Asynchronous Learning memfasilitasi hubungan kerja antara guru dan peserta didik,

bahkan jika peserta didik tidak online pada saat yang sama, membawa tingkat fleksibilitas

yang tinggi untuk e-learning. Sifat berpartisipasi dalam asynchronous adalah kunci dalam

kursus online. Hal ini memungkinkan peserta untuk bisa menggabungkan waktu pendidikan

dengan keluarga, pekerjaan dan tanggung jawab lainnya.

Peserta dapat dengan mudah masuk ke platform e-learning dari setiap lokasi virtual

dalam kondisi yang nyaman dan kemudian men-download / berbagi dokumen dan mengirim

email ke rekan-rekan mereka dan / atau guru. Siswa juga memiliki kemampuan untuk

menghabiskan waktu polishing tugas dan kontribusi mereka.

1. Keuntungan Asynchronous E-learning

Keuntungan dari kursus belajar mandiri adalah kenyamanan. Orang-orang bisa

mendapatkan pelatihan yang mereka butuhkan setiap saat. Hal ini dapat mencakup

pelatihan just-in-time di mana seseorang mendapat pelatihan yang dibutuhkan untuk

melakukan tugas. Kursus belajar mandiri dibuat dengan alat e-learning authoring.
Kursus belajar mandiri dapat disampaikan dengan berbagai cara termasuk:

- Internet

- Intranet atau Local Area Networks

- CD - ROM atau DVD

Kursus belajar mandiri biasanya memiliki fitur-fitur berikut ini :

- Multimedia : campuran dari teks, grafik , animasi , audio dan video untuk

meningkatkan proses belajar

- Interactivity : strategi pembelajaran yang membantu peserta didik mempelajari apa

yang telah mereka pelajari

- Bookmarking : membuat peserta didik dapat menghentikan pembelajaran setiap saat

dan mengulangnya dari pembelajaran yang sama

- Tracking: melaporkan kinerja peserta didik dalam program untuk Learning

Management System (LMS)

Beberapa kursus belajar mandiri memiliki fitur lanjutan :

- Simulation : Memberikan latihan dengan gambaran tampilan sebenarnya atau secara

nyata

- Online Experts: Menyediakan akses kepada ahlinya melalui chat atau diskusi online

- Multiple Bookmarks: Mentukan satu atau lebih halaman program untuk diakses

pada saat bekerja

- Search: Mencari melalui program untuk menemukan informasi yang diperlukan

untuk menyelesaikan tugas


- Notes and Highlights: Tandai satu atau lebih bagian dari program yang berisi

informasi yang paling penting

Agar kursus belajar mandiri ini sukses, anda harus bisa menyelesaikan beberapa

tantangan. Banyak peserta memerlukan dukungan dari luar agar dapat memilih dan

menyelesaikan suatu kursus pembelajaran. Karena metode belajar mandiri ini dapat

dilakukan tanpa memerlukan pengajar, dan tanpa ada jangka waktu tertentu yang harus

dipenuhi, banyak peserta yang mungkin tidak sanggup atau tidak mampu menyelesaikan

kursus ini. Tapi, harus Anda pahami, bahwa ada beberapa peserta yang memiliki tujuan

profesional mapun personal, untuk menyelesaikan kursus belajar mandiri.

Beberapa peserta mungkin memerlukan bantuan dalam memahami bahan pelajaran

yang disajikan. Karena kursus belajar mandiri yang tanpa pengajar, peserta tersebut

mungkin saja gagal/tidak lulus. Beberapa tenaga ahli harus ada/tersedia, untuk

membantu apabila peserta mengalami kesulitan

D. Synchronous e-Learning

Synchronous Learning merupakan salah satu dari tiga kategori interaksi antara sistem

dengan manusia. Synchronous learning ini juga merupakan metode penyampaian bahan ajar

e-learning. Masing-masing kategori tersebut pada dasrnya mengacu pada bagaimana

perasaan seorang peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran dengan sistem e-

learning.

Synchronous berarti "waktu yang sama". Pembelajaran ini adalah tipe dimana

pembelajaran eletronik dilakukan atau dilaksanakan pada saat yang sama dimana pengajar

sedang mengajar, dan siswa sedang belajar. Hal tersebut memungkinkan interaksi langsung

antara guru dan siswa, baik itu melalui internet, maupun melalui intranet. Penggunaan E-
Learning tipe ini biasanya digunakan pada konferensi yang pesertanya berasal dari beberapa

daerah. Aktivitas tersebut dikenal juga dengan istilah 'web conference' atau 'webinar'. Selain

digunakan pada aktivitas tersebut, synchronous learningjuga sering digunakan pada kelas

online. Synchronous learningmengharuskan guru dan siswa untuk mengakses sistem E-

Learning secara bersamaan. Singkatnya, e-learning tipe ini hampir sama dengan

pembelajaran langsung di ruang kelas (konvensional) hanya saja pada Synchronous

Learning hal ini tidak ditandai dengan kehadiran secara fisik. Namun kelasnya

bersifat virtual dan menggunakan media komputer yang terkoneksi dengan internet.

1. Kelebihan Synchronous E-learning

- Familiar bagi peserta didik, karena mirip dengan pembelajran konvensional

- Adanya komiunikasi antara pesertadidik dan instruktur

- Keberadaan pendidik menjadikan proses belajar terjamin

2. Kekurangan Synchronous E-learning

- Memerliukan waktu khusus

- Adanya biaya untuk instruktur

- Memerlukan bandwidth dan kecepatan internet yang memadai dan setara

untuntuk semua peserta didik

3. Ciri-ciri Synchronous E-learning

- Dipandu oleh instruktur

- Terjadwal

- Kolaboratif
E. Perencanaan Pembelajaran Asynchronous dan Synchronous E-learning
1. Pemilihan Media
Pemilihan Media pada proses pembelajaran Asynchronous dan synchronous harus
sesuai dengan konten yang akan diajarkan misalnya pada suatu pembelajaran
asynchronous harus mengunakan media yang efektif misalanya penggunaan gogle
dengan akses internet atau menggunakan media email, begitupun dengan pembelajran
dengan synchronous harus sesuai dan konsisten dalam sebuah pembelajaran misalnya
dengan menggunakan edmodo dalam 1 forum dan harus semua pengguna aktif dalam
satu waktu tersebut.
- Faktor Logis
Faktor logis yakni dalam sebuah perancangan harus sudah sesuai dengan akl sehat
atau logis dimana harus menggunakan media yang logis di gunakan dengan
mempertimbangkan segala kondisi yang digunakan khususnya pada synchronous
yakni harus mempertimbangkan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran
elektronik dengan cara tatap muka.
- Faktor Edukatif
Pembuatan media harus dengan mempertimbangkan faktor edukatif atau faktor
ketergunaaannya atau faktor yang dapat digunakan dalam sebuah pembelajaran
dengan kesesuain konten bahasan dimana dalam faktor edukatif, media harus
memiliki sebuah pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik. Faktor
edukatif juga harus mempertimbangkan hal hal berikut :
a. Sosial Presence
b. Congnitive load
c. Visualisasi
d. Tipe Interaksi
2. Interaksi
Dalam pembuatan atau perancangan synchronous atau asynchronous harus dapat
membedakan interaksi yang digunakan. Sebagai pembelajaran e-learning interaksi
merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah pembelajaran. Namun yang
dimaksud dengan interaksi di sini bukanlah interaksi antar orang melainkan interaksi
antara pembelajar dengan materi (content) (Hyder, 2007). Pada synchronous pengajar
mengendalikan dan mengontrol secara penuh proses pemberian materi dan langsung
melakukan feedback dalam waktu itu juga, dan pada pembelajaran asynchronous maka
peserta didik harus melakukan pembelajaran secara mandiri. Interaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni :
a. Frekuensi Partisipasi
b. Kolaborasi
c. Partisipasi individu
d. Feedback dan penugasan
3. Visualisasi
Pada setiap pembelajaran visualisasi menjadi hal yang sangat penting agar materi
dapat tertangkap dengan celas dan dimengerti oleh orang lain. Visualisasi juga dapat
mengugah minat seseorang agar mempelajari suatu materi tersebut Oleh karena itu,
ketika mengimplementasikan sebuah pembelajaran synchron dan asynchron, instruktur
harus mampu mengembangkan literatur visual baik melalui gambar, skema, grafik,
diagram, dan sebagainya. Visualisasi sangat penting untuk menjaga motivasi
pembelajar dalam membaca dan memahami materi yang disampaikan oleh instruktur
atau pengajar. Salah satu contoh visualisasi yang bisa dilakukan adalah
mengembangkan materi pembelajaran yang didesain seperti halaman komik sehingga
menarik bagi pembelajar. Minat dan ketertarikan pembelajar terhadap materi adalah
salah satu faktor penting bagi kesuksesan proses pembelajaran. Jika pembelajar sudah
tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan, tentunya proses pembelajaran tidak
akan berhasil karena pembelajar sudah tidak termotivasi untuk berinteraksi dengan
materi. Pemilihan teknik dan bentuk visualisasi materi menjadi sangat penting untuk
menjamin kelangsungan sebuah pembelajaran e-learning yang efektif.

Tipe visualisasi

Beragam fasilitas visualisasi yang disediakan pada VC memungkinkan pengajar


menampilkan berbagai jenis visualisasi. Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis fungsi
komunikasi dari sebuah visualisasi, yaitu (Hyder, 2007):
a. Decorative visual
yaitu bentuk visualisasi yang ditujukan untuk memperindah tampilan
materi atau hanya sekedar menambahkan humor sebagai selingan. Yang
perlu diingat adalah pengajar tidak boleh menampilkan visualisasi yang
bersifat dekoratif secara berlebihan karena dapat mengganggu para
pembelajar untuk dapat fokus pada pesan yang terdapat pada materi
pembelajaran.
b. Representational visual
yaitu bentuk visualisasi yang berkaitan langsung dengan materi
pembelajaran yang sedang disampaikan oleh instruktur. Contoh visualisasi
jenis ini adalah foto, screen capture dari suatu perangkat lunak, ilustrasi
produk atau peralatan yang relevan dengan topik pembicaraan, dan lain-lain.
c. Explanatory visual
yaitu bentuk visualisasi yang menggambarkan suatu hal yang tida bisa
dilihat secara nyata pada kehidupan sehari-hari. Contoh dari visualisasi jenis
ini adalah diagram venn,line graphs, bar charts, pie charts, dan lain-lain.
Gambar 9 menunjukkan explanatory visual yang diwujudkan dalam bentuk
flow chart yang menggambarkan alur proses suatu penugasan. Tampak
bahwa flow chart tersebut ditampilkan dalam bentuk yang sederhana namun
bekerja secara efektif dan efisien dibandingkan jika instruktur harus
menjelaskan secara verbal.
3. PENUTUP

Seperti halnya bidang studi lain, teknologi pembelajaran juga berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman. Mengikuti perkembangan teknologi elektronika, khususnya

komputer dan komunikasi (internet), mau tak mau perlu pula diikuti di bidang pendidikan.

Salah satu aspek yang menonjol di bidang pendidikan ialah perkembangan media instruksional.

Kalau pada awalnya pembelajaran di kelas hanya menggunakan papan tulis dan kapur (black /

green board), selanjutnya diganti dengan white board dan spidol. Belakangan ini muncul

Overhead Projector dan Overhead Transparencies, yang kemudian disusul oleh LCD Projector

atau Infocus. Di samping itu, penggunaan Komputer dalam pembelajaran juga semakin populer,

sehingga dimungkinkan untuk menggunakan Computer-Based Learning dan Computer

Assisted Learning. Perkembangan di bidang komunikasi akhir-akhir ini malahan telah ikut

mengembangkan e-learning dan Distance Learning. Kemajuan dalam penggunaan media

instruksional ini memang sangat membantu dalam pembelajaran, namun konsekuensinya ialah

meningkatnya biaya pendidikan karena memerlukan peralatan (multi) media yang sangat

mahal.

DAFTAR RUJUKAN

Jamil, Robit. 2017. Orientasi Dalam Desain Instruksional.

https://www.academia.edu/35321323/ORIENTASI_DALAM_DESAIN_INSTRUKSIO

NAL. (Dilihat Pada 12 November 2018).

Admin, http://blog.efrontlearning.net/2013/08/synchronous-vs-asynchronous-elearning.html.

Sumber materi diakses pada 14 november 2013.

Anda mungkin juga menyukai