(DRAFT)
BUKU 2
TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN RUMAH KHUSUS
1. RUANG LINGKUP ................................................................ 1
2. ACUAN NORMATIF ............................................................. 1
3. ISTILAH DAN DEFINISI........................................................ 2
4. PERTIMBANGAN DALAM PERENCANAAN SITE ............... 5
4.1. DEMOGRAFI .............................................................. 5
4.1.1. Kependudukan ............................................... 5
4.1.2. Kajian Sosial Budaya Penduduk .................... 5
4.2. PERTIMBANGAN FISIK ............................................. 6
4.2.1. Topografi ........................................................ 6
4.2.2. Geografi ......................................................... 6
4.2.3. Iklim................................................................ 6
4.2.4. Rawan Bencana Alam.................................... 7
5. PERENCANAAN LOKASI..................................................... 7
5.1. KETENTUAN LOKASI RUMAH KHUSUS .................. 7
5.2. KEPADATAN LOKASI ................................................ 9
5.3. KOMPOSISI PERUNTUKAN ...................................... 9
5.4. BANGUNAN ............................................................. 10
5.4.1. Rumah Khusus Tunggal ............................... 10
5.4.2. Rumah Khusus Kopel .................................. 11
5.4.3. Rumah Khusus Deret ................................... 12
5.5. POLA PERENCANAAN LOKASI .............................. 14
5.5.1. Struktur Lokasi ............................................. 14
5.5.2. Pola Kapling dan penataan pola jalan ......... 16
5.6. PENGOLAHAN LAHAN BERKONTUR .................... 17
5.7. KETENTUAN PRASANA DAN UTILITAS ................. 20
5.7.1. Transportasi dan Drainase ........................... 20
5.7.2. Air Bersih ..................................................... 25
5.7.3. Air Kotor ....................................................... 27
5.7.4. Persampahan ............................................... 29
5.7.5. Jaringan Listrik ............................................. 30
5.7.6. Jaringan Telepon dan Komunikasi ............... 31
1. RUANG LINGKUP
Pedoman Teknis Tata Bangunan dan Lingkungan Rumah
Khusus ini meliput acuan yang dapat digunakan dalam proses
perencanaan tata bangunan lingkungan Rumah Khusus yang
mengatur ketentuan minimal sarana dan prasarana lingkungan
perumahan dengan mempertimbangkan aspek kesehatan,
keamanan, dan kenyamanan dalam proses perencanaan
lingkungan perumahan.
2. ACUAN NORMATIF
Pedoman Teknis Perencanaan Lingkungan Rumah Khusus
ini mengacu pada:
SNI 03-1728-1989, Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan
Bangunan Gedung
SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase
Perkotaan
SNI 03-3241-1994, Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat
Pembuangan Akhir Sampah
SNI 03-1736-2000, Tata cara perencanaan struktur bangunan
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah
dan gedung
SNI 03-6572-2001, Tata Cara Perencanaan Sistem Ventilasi
dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung
SNI 06-2459-2002, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan
Untuk Lahan Pekarangan
SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan Perkotaan
SNI 03-6981-2004, Tata cara perencanaan lingkungan
perumahan sederhana tidak bersusun di daerah perkotaan
SNI-3242-2008, Tata Cara Pengelolaan Sampah di
Permukiman
Keluaran dari hasil diatas serta informasi ini adalah pola dan
zoning lingkungan; kriteria dan karakter perumahan yang
kontekstual pada karakter setempat; pola tata ruang dari
bangunan dan sarana lingkungan; kebutuhan jenis sarana
lingkungan; kebutuhan program ruang pada sarana lingkungan;
dan distribusi sarana komunikasi dan transportasi.
4.2.2. Geografi
Data yang diperlukan meliputi;
letak geografis lokasi perencanaan terhadap lokasi lain;
sarana yang ada di sekitar area sesuai dengan tata guna
lahan; dan
batas administrasi.
4.2.3. Iklim
Data yang diperlukan meliputi:
orientasi matahari;
lama penyinaran matahari;
5. PERENCANAAN LOKASI
5.1. KETENTUAN LOKASI RUMAH KHUSUS
Ketentuan lokasi pembangunan rumah khusus di daerah
adalah sebagai berikut:
a) Kondisi topografi dan geologi tanah proyek pembangunan
perumahan harus mampu mendukung fisik bangunan, serta
prasarana dan sarana lingkungan perumahan yang
memenuhi persyaratan struktur/konstruksi bangunan dan
tanah yang akan dibangun.
b) Lokasi tidak berada pada lokasi lindung atau daerah
konservasi yang telah ditetapkan pemerintah, terutama di
daerah resapan air dan bersinggungan dengan hutan lindung
atau lokasi suaka alam dan margasatwa, atau disesuaikan
dengan Peraturan Daerah yang berlaku.
5.4. BANGUNAN
5.4.1. Rumah Khusus Tunggal
Merupakan sebuah tempat tinggal lengkap, dimana masa utama
tidak diletakkan tepat pada salah satu batas persil, atau tidak
menyatu dengan dengan sisi bangunan yang lain. Pada
bangunan tunggal, ketentuan unutk masa tambahan
dimungkinkan sisi-sisi masa tambahan tersebut berdempetan
dengan salah satu atau dua sisi masa tambahan tersebut
berhimpit dengan salah satu atau dua sisi persil.
Court
Sistem Court lebih
mengurangi persimpangan
lalu lintas, serta membuka
ruang terbuka/taman didepan
kaplingsehingga membuka
peluang kelancaran lalu
lintasnya, sistem ini sangat
baik diterapkan pada lahan
dengan kondisi lahan
berkontur. Pola ini lebih boros
lahan.
Curvilinear
Sistem Curvilinear lebih
memberikan sequen visual
yang baik pada lingkungan,
sistem ini sangat baik
diterapkan pada lahan
dengan kondisi lahan
berkontur.
1) PDAM/PAM
Air bersih/air minum yang digunakan berasal dari jaringan
perusahaan pengelolaan air minum (PDAM/PAM).
Setiap perencanaan unit rumah harus tersedia jaringan
air minum/air bersih yang dihubungkan dengan jaringan
2) Sumur pantek
Sumur pantek hanya melayani maksimum 4 (empat) unit
rumah dengan syarat debit air mencukupi pada musim
kemarau.
Jarak antara dinding sumur pantek dengan pembuangan
air kotor dan dinding rembesan tangki septik minimum 10
meter.
3) Artesis
Sumur artesis harus mampu melayani seluruh unit rumah
dengan syarat debit air mencukupi pada musim kemarau.
Jarak antara sumur artesis dengan jaringan air kotor
terdekat, dinding tangki septik minimum 25 (dua puluh
lima) meter.
Penggunaan sumur artesis harus mendapat rekomendasi
dari Gubernur atau instansi yang berwenang.
4) Mata air
Mata air yang digunakan harus memenuhi syarat debit air
dan tersedia bak penyadap, serta jaringan air atau pipa
distribusi.
Bak penyadap dan jaringan air harus terhindar dari
pengotoran dan kerusakan fisik/konstruksi, terutama
jaringan yang melewati wilayah di luar lokasi
pembangunan.
Penggunaan mata air harus mendapat rekomendasi dari
pemerintah daerah dan PAM.
Air bersih/air minum yang digunakan bukan berasal dari
pengelolaan PDAM/PAM seperti: sumur artesis dan mata
air, harus dikelola oleh kelompok pengguna air atau
disebut PAM Swakarsa, yang kualitas airnya telah
direkomendasikan oleh instansi berwenang.
Tempat Praktek
6. 5.000 - - 1.500 -idem-
Dokter