Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun
faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga
yang menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang
kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.
b) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan
diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang). Pada orang
dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa muda di
serebelum, dan pada umumnya berisi cairan atau kistik.
c) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan
cenderung mengalami klasifikasi biasanya di jumpai pada hemisfer otak
orang dewasa muda.
2) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung araknoid. Tumor ini
umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar
(broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran
araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak
dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis.
Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid
ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae
(10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena
tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat
(disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak
timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis
dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii
sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan
gangguan visus yang progresif. Secara mikroskopis, sel tumor terlihat bundar,
oligonal, oval, atau bentuk spindle. intinya teratur, bundar atau oval,
leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor ini
vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan operatif mutlak
dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat hiperdens. post kontras
enhancemennya homogen, kecuali bila terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis.
Gambar 3. Meningioma
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management
keperawatan selama 1x24 jam nyeri 1) Mengurangi/menghilangkan faktor-
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat faktor yang memimbulkan /
diadaptasi oleh klien dengan kriteria meningkatkan pengalaman nyeri
hasil : 2) Memilih dan mengimplementasikan
a. Klien mengungkapkan nyeri satu jenis tindakan (farmakologi,
yang dirasakan berkurang atau non-farmakologi, interpersonal)
dapat diadaptasi ditunjukkan untuk memfasilitasi pertolongan
penurunan skala nyeri. Skala = 2 nyeri
b. Klien tidak merasa kesakitan. 3) Mempertimbangkan jenis dan
c. Klien tidak gelisah sumber nyeri ketika memilih strategi
Domain-Health Knowledge & pertolongan nyeri
Behaviour 4) Mendorong klien untuk
Pain Control menggunakan pengobatan nyeri
Klien dapat mengenal onset nyeri yang adekuat
Klien dapat menggambarkan faktor 5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
penyebab melaporkan nyeri dengan segera jika
Klien mengenal gejala yang nyeri timbul.
berhubungan dengan nyeri 6) Mengajarkan tehnik relaksasi dan
Melaporkan kontrol nyeri metode distraksi
Pain: Disruptive Effects 7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri
Hubungan interpersonal tidak non verbal seperti ekspresi wajah,
terganggu gelisah, menangis/meringis,
Tindakan peran seperti semula perubahan tanda vital.
Dapat melakukan ktivitas sehari-hari Kolaborasi: Analgesic Administration
Aktivitas fisik tidak terganggu Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan keparahan nyeri sebelum pengobatan
klien
1) Mengecek permintaan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi dari
analgesik yang telah ditentukan
(resep)
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management
keperawatan selama 1x24 jam pola 1) Monitor status respirasi dan
pernafasan kembali normal dengan oksigenasi, yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management
a. Pola nafas efekif 1) Monitor kecepatan, irama,
b. GDA normal kedalaman dan upaya pernafasan.
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
3) Monitor tingkat saturasi oksigen
Domain-Physiologic Health dalam klien yang tenang
Class-Cardiopulmonary 4) Auskultasi suara napas, mencatat
Respiratory Status area penurunan ketiadaan ventilasi
Respiraroty Rate normal dan keberadaan suara tambahan
Respiraory Rhytm normal
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal
Tidak ada sianosis
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi 1) Monitor kualitas dan karakteristik
jaringan klien membaik ditandai dari bentuk gelombang TIK
dengan tanda-tanda vital stabil dengan 2) Monitor tekanan perfusi cerebral
kriteria hasil : 3) Monitor status neurologis
a. Tekanan perfusi 4) Monitor TIK klien dan respon
serebral >60mmHg, tekanan neurologis untuk merawat aktivitas
intrakranial <15mmHg, tekanan dan stimuli lingkungan
arteri rata-rata 80-100mmHg 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
b. Menunjukkan tingkat kesadaran karakteristik dari aliran cairan
normal serebrospinal (CSF)
c. Orientasi pasien baik 6) Memberikan agen farmakologi
d. RR 16-20x/menit untuk menjaga TIK pada batas
e. Nyeri kepala berkurang atau tertentu
tidak terjadi 7) Memberi jarak waktu intervensi
Domain-Physiologic Health keperawatan untuk meminimalkan
Class-Cardiopulmonary PTIK
Perfusi Jaringan: Serebral 8) Monitor secara berkala tanda dan
Tekanan intracranial normal gejala peningkatan TIK
Tekanan darah sistolik normal a. Kaji perubahan tingkat
Tekanan darah diastolic normal kesadaran, orientasi, memori,
Mean Blood Pressure normal periksa nilai GCS
Sakit kepala hilang b. Kaji tanda vital dan bandingkan
Tidak mengalami penurunan tingkat dengan keadaan sebelumnya
kesadaran c. Kaji fungsi autonom: jumlah dan
Tidak ada gangguan reflek neurologik pola pernapasan, ukuran dan
reaksi pupil, pergerakan otot
d. Kaji adanya nyeri kepala, mual,
muntah, papila edema, diplopia,
kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
1. Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala
15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai
secara berlebihan
2. Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
4. Hindari faktor yang dapat
meningkatkan TIK
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Fall Prevention
keperawatan selama 1x24 jam 1) Identifikasi tingkah laku dan faktor
diagnosa tidak menjadi masalah actual yang berpengaruh pada risiko jatuh
dengan kriteria hasil : 2) Memberikan tanda untuk
a. Pasien dapat mengingatkan klien untuk meminta
mengidentifikasikan kondisi- tolong ketika pergi dari tempat tidur,
kondisi yang menyebabkan yang tepat
vertigo 3) Menggunakan teknik yang sesuai
b. Pasien dapat menjelaskan untuk mengantar klien ked an dari
metode pencegahan penurunan kursi roda, tempat tidur, toilet dan
aliran darah di otak tiba-tiba lainnya
yang berhubungan dengan 4) Kaji tekanan darah pasien saat
ortostatik. pasien mengadakan perubahan
c. Pasien dapat melaksanakan posisi tubuh.
gerakan mengubah posisi dan 5) Diskusikan dengan klien tentang
mencegah drop tekanan di otak fisiologi hipotensi ortostatik.
yang tiba-tiba. 6) Ajarkan teknik-teknik untuk
d. Menjelaskan beberapa episode mengurangi hipotensi ortostatik
vertigo atau pusing. a. Untuk mengetahui pasien
Domain-Health Knowledge & mengakami hipotensi ortostatik
Behaviour ataukah tidak.
Class-Risk Control & Safety b. Untuk menambah pengetahuan
Falls Occurrence klien tentang hipotensi
Tidak terjadi jatuh ketika posisi ortostatik.
berdiri, berjalan, duduk dan ketika c. Melatih kemampuan klien dan
tidur memberikan rasa nyaman ketika
Domain-Health Knowledge & mengalami hipotensi ortostatik.
Behaviour
Class-Risk Control & Safety
Physical Injury Severity
Cedera bedah kepala tidak ada
Gangguan mobilitas tidak ada
Penurunan tingkat kesadaran tidak
terjadi
Perdarahan tidak terjadi
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam 1) Kaji tanda dan gejala kekurangan
kebutuhan nutrisi klien dapat nutrisi: penurunan berat badan,
terpenuhi dengan adekuat dengan tanda-tanda anemia, tanda vital
kriteria hasil: 2) Monitor intake nutrisi pasien
a. Antropometri: berat badan tidak 3) Berikan makanan dalam porsi kecil
turun (stabil) tapi sering.
b. Biokimia: albumin normal 4) Timbang berat badan 3 hari sekali
dewasa (3,5-5,0) g/dl 5) Monitor hasil laboratorium: Hb,
c. Hb normal (laki-laki 13,5-18 albumin
g/dl, perempuan 12-16 g/dl) 6) Kolaborasi dalam pemberian obat
1) Clinis: tidak tampak kurus, antiemetic
terdapat lipatan lemak,
rambut tidak jarang dan
merah
2) Diet: klien menghabiskan
porsi makannya dan nafsu
makan bertambah
Nutritional Status
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan adekuat
Hidrasi
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam, gangguan 1) Kaji fungsi motorik secara berkala
mobilitas dapat diminimalkan dengan 2) Menjaga pergelangan kaki 90
kriteria Hasil : derajat dengan papan kaki.
1. Mempertahankan posisi fungsi yang Gunakan trochanter rolls sepanjang
dibuktikan dengan tidak adanya paha saat di ranjang
kontraktur. Foodtrop 3) Ukur dan pantau tekanan darah
2. Meningkatkan kekuatan tidak pada fase akut atau hingga stabil.
terpengaruh/ kompenssi bagian Ubah posisi secara perlahan
tubuh 4) Inspeksi kulit setiap hari. Kaji
3. Menunjukan teknik eprilaku yang terhadap area yang tertekan dan
meingkinkan dimulainya kembali memberikan perawatan kulit secara
kegiatan teliti
Mobility 5) Membantu mendorong pulmonary
Keseimbangan terjaga hygiene seperti napas dalam,
Koordinasi terjaga batuk, suction
Bergerak dengan mudah 6) Kaji dari kemerahan,
bengkak/ketegangan otot jaringan
betis
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam 1) Kaji rentang gerak leher klien
memberikan kenyamanan gerak leher 2) Memberi helth education kepada
pada klien dengan kriteria Hasil : pasien mengenai penurunan fungsi
a. Klien dapat menggerakan leher gerak leher
secara normal 3) Kolaburasi dengan fisioterapi
b. Klien dapat beraktifitas secara 4) Mengetahui kemampuan gerak leher
normal klien
5) Membantu pasien untuk dapat
menerima kondisi yang dialami
6) Terapi dapat membantu
mengembalikan gerak leher klien
secara normal
3.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dari diagnose
yang ditegakkan sesuai hasil pengkajian yang dilakukan kepada klien.
3.5 Evaluasi
Dari intervensi yang ada dan implementasi yang dilakukan diharapkan:
1. Menunjukkan penurunan rasa nyeri atau tidak merasa kesakitan
2. Menunjukkan pola nafas efektif
3. Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil
4. Klien dapat mengatasi penyebab masalah vertigo
5. Nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
6. Gangguan mobilitas dapat diminimalkan
7. Klien merasa nyaman terhadap gerak leher
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/30929/1
3/naskah_publikasi_.pdf&ved=2ahUKEwjilPSN5c3eAhXINI8KHakqDAkQFjABegQICBA
B&usg=AOvVaw07mbNXc-odlop-mffnAiiQ
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://kanker.kemkes.go.id/guide
lines/PPKOtak.pdf&ved=2ahUKEwjilPSN5c3eAhXINI8KHakqDAkQFjADegQIBxAB&usg
=AOvVaw1KcVhICn_SubTWhYlMO1Pt