Anda di halaman 1dari 8

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Gratifikasi pada dasarnya sama dengan hadiah, bandingkan kapan sebuah hadiah dapat
diseebut gratifikasi sehingga tersangkut dengan korupsi !
2. Jika pendidikan agama selama ini dianggap belum mampu mengatasi korupsi,menurut
anda adakah hal-hal lain yang dapat dijadikan alternatife ? Sebut dan berikan penjelasan !
3. Pemberantasan korupsi telah dilakukan di beberapa Negara seperti Hongkong, Cina dan
India, Dari pengalaman Negara-negara tersebut, jelaskan dua hal yang menurut anda bisa
dijadikan pelajaran untuk memberantas korupsi di Indonesia !
4. Korupsi di Indonesia sudah “MEMBUDAYA” sejak dulu, sebelum dan sesudah
kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi, Berbagai
upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh DARI
HARAPAN, Bagaimana menurut saudara terhadap permasalahan ini ?

1
JAWABAN

1. Sebuah hadiah dapat disebut gratifikasi sehingga tersangkut dengan korupsi :

Praktik gratifikasi atau pemberian hadiah di masyarakat tidak dilarang sejauh


memperhatikan adanya rambu tambahan, salah satunya larangan bagi penyelenggara
Negara atau pegawai negeri untuk menerima gratifikasi yang dapat dianggap suap.

Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi Setiap


gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi Ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK.

Jadi sebuah hadiah dapat dikatakan gratifikasi dan berkaitan dengan korupsi jika:

A. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya.
B. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.

2
2. Alternatif untuk mengatasi korupsi :
A. Pilihlah Pemimpin Yang Amanah
Langkah seperti ini memang bersifat moralis dan filosofis. Tidak mengapa.
Implementasinya dengan lelang jabatan. Walaupun namanya saya tidak setuju, tetapi
hakikatnya boleh juga jika proses itu harus melalui seleksi secara transparan, tanpa
gratifikasi. Tanpa sogok sana dan sogok sini, dan yang lebih penting lagi
dilaksanakan secara transparan, terutama tentang syarat dan kriteria, serta hasil
seleksi tersebut. Persyaratan dan kriterianya harus transparan, dan hasil penilaiannya
diumumkan secara terbuka.
Kalau lelang jabatan itu akhirnya juga dengan tujuan untuk memperbesar sogok-
menyogok, nah itu yang namanya juga korupsi. Lelang jabatan harus dilakukan
secara transparan dan akuntabel. Lagi-lagi masyarakat harus ikut mengawasi agar
akubtabilitasnya dapat dilaksanakan secara terbuka. Jangan ada main tunjuk tanpa
melihat kompetensi. Akhirnya melahirkan balas budi, yang ujung-ujungnya
gratifikasi dan korupsi lagi. Kuncinya demokratis, transparan, dan akuntabel.
B. Optimalkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara)
Mekanisme ini sebenarnya sudah dilaksanakan di negeri ini. PPATK (Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) belum dapat berjalan cepat, masih
“jalan thimik-thimik”. Sebagai contoh, hingga saat ini PPATK masih menunggu
pelaporan rekening para caleg, karena masih harus menunggu laporan melalui Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Pelaporan ini berdasarkan kesepakatan antara PPATK dan
KPU untuk menjaga pemilu bersih dari transaksi-transaksi gelap yang digunakan
untuk dana kampanye. Apalagi laporan ini kan memang sifatnya sukarela yang mau
melaporkan rekeningnya, baik parpol maupun caleg. Ya kami imbau untuk lapor,
masih ditunggu yang mau lapor. Jadi ya menunggu dan menunggu, ujar Wakil Ketua
(PPATK) Agus Santoso. Sanksi laporan itu pun hanya berupa sanksi moral, meskipun
PPATK akan mengumumkan para caleg yang tidak melaporkan rekeningnya, sampai
sang caleg terpilih oleh banyak pemilih yang tidak tahu bahwa caleg pilihannya
adalah caleg yang sebenarnya tidak jujur. Ya, sudah telanjur, nasi sudah jadi bubur.
3
Optimalisasi LHKPN melalui PPATK sangat strategis, dan bersifat preventif.
Jika berdasarkan laporan tersebut harta penyelenggara negara sudah melebihi angka
normal, maka LHKPN tersebut sudah harus diumumkan dan ditindaklanjuti dari
mana uang sebanyak itu. Jangan sampai menunggu pejabat tersebut melakukan
korupsi yang lebih besar lagi.
C. Gerakan Nasional Transparansi.
Ini sebenarnya sama dengan konsep yang diajukan oleh Anis Baswedan.
Rektor Universitas Paramadina, sekaligus sebagai calon konvensi Partai Demokrat,
mengatakan bahwa masyarakat sekarang ini hampir semuanya memiliki HP. Dengan
transparansi nasional, maka semua warga masyarakat dengan bebas untuk dapat
melakukan pengawasan dengan menggunakan HP-nya, dan dengan HP-nya
masyarakat dapat melaporkan kepada petugas pengawasan, petugas hukum, termasuk
KPK. Kita berharap agar gerakan nasional transparansi ini lebih merupakan gerakan
budaya yang dilaksanakan dalam jangka panjang. Bukan sehari-dua hari, sebulan-dua
bulan selesai. Bahkan dapat melalui proses penyelenggaraan pendidikan, seperti
dengan memberikan mata pelajaran atau mata kuliah “pendidikan anti korupsi’ atau
“pendidikan moral dan karakter”, “kantin kejujuran”, “tidak menyontek”, dan
sebagainya. Sebagai suatu sistem, gerakan nasional ini, tidak akan berjalan secara
sendirian, melainkan akan saling pengaruh mempengaruhi, mulai dari keluarga,
masyarakat, dan sudah tentu pemerintah, untuk bersama-rama secara sinergis
memecahkan masyalah korupsi di negeri ini.
D. Mengumumkan Anggaran Secara Terbuka
Untuk mendukung gerakan transparansi nasional tersebut, setiap awal tahun
anggaran, semua satuan kerja atau pengguna anggaran berkewajiban untuk
mengumumkan kepada masyarakat tentang program kegiatannya di media massa,
atau dipampang di papan pengumuman di depan kantor. Setiap kementerian, setiap
direktorat jenderal, direktorat, gubernur, kabupaten, walikota, dan badan hukum milik
negara, dan semua instansi pemerintahan harus mengumumkan anggaran yang akan
dilaksanakan oleh instansi yang bersangkutan. Dengan tranparansi ini, masyarakat
akan mengatahui uang rakyat tersebut digunakan untuk apa saja, dan dengan cara apa

4
(konraktual ataukah swakelola). Kalau di satuan pendidikan sekolah, dalam rangka
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) kepala sekolah diminta untuk memajang
RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) di papan pengumuman
sekolah, mengapa tidak di institusi yang lebih tinggi, seperti kementerian dan institusi
lain pengguna anggaran.
Jika pengumuman secara terbuka ini dapat dilaksanakan, maka proses
pengang-garan pun akan mudah ditelusuri tentang liku-liku dari sumbernya mulai dari
pemerintah, seperti Badan Perencanaan Pembangunan, Kementerian Keuangan, dan
pihak wakil-wakil rakyat di DPR. Proses awal perencanaan anggaran ini merupakan
proses penting yang harus dilaksanakan, kembali secara demokratis, transparan, dan
akuntabel juga.
E. Pelibatan Komponen Masyarakat Dalam Perencanaan
Bahkan sebelum RKAKL turun ke kementerian dan institusi jajarannya,
anggaran tersebut memang disusun oleh Pemerintah dan DPR atau yang sering kita
sebut sebagai Banggar, terkait dengan tahap perencanaan anggaran. Proses
penyusunan anggaran harus lebih terbuka lagi. Selain DPR, sebagai wakil yakyat
secara formal, perlu dilibatkan wakil rakyat secara informal, misalnya organisasi
massa yang ada di tingkat pusat sebagai mitra kementerian, seperti Dewan Pendidikan
Nasional (DPN) sebagai mitra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Demikian
juga komponen masyarakat sebagai mitra Kementerian lain. Saya dengar selentingan,
cara ini menjadi gagasan Bapak Kuntoro Mangkusubroto saat ini.

Masyarakat dapat melaksanakan perannya dalam perencanaan pendidikan,


baik melalui wakil rakyat dalam bidang politik (DPR dan DPRD), maupun
representasi masyarakat dalam bidang lain, seperti dalam bidang sosial, kesehatan,
dan lain-lain. Mekanisme pencegahan korupsi dalam sistem pemerintahan di negeri
ini sudah pasti telah dipikirkan oleh para penyelenggara negara secara matang.
Namun, pada umumnya implementasinya yang kurang dilaksanakan secara
konsekuen dan konsiten. Transparansi dalam proses perencanaan, pengawasan, dan
evaluasi programnya, seharusnya dapat dijabarkan secara lebih operasional lagi.

5
3. Menurut saya dua hal yang bisa dijadikan pelajaran untuk memberantas korupsi di
Indonesia :
1. Membuat lembaga antikorupsi independen dengan kewenangan yang sangat besar
dalam memerangi korupsi, seperti di Hongkong ada ICAC (Independent Commission
Against Corruption) yang dapat menangkap, menggeledah, maupun menyita tanpa
surat perintah dan membekukan harta, serta menyita dokumen atau paaspor tersangka
korupsi, sehingga sangt sulit baginya untuk melarikan diri ke luar negeri.
2. Indonesia seharusnya belajar dari China yang telah menerapkan pola pemberantasan
korupsi yang diterapkan Presiden China Hu Jiantio. China selama satu dasawarsa
terakhir melancarkan perang besar dengan korupsi. Para pejabat yang terbukti
melakukan tindak pidana korupsi tidak segan-segan dibawa ke tiang gantungan.
Tindakan ini cukup efektif menggurangi praktek korupsi di kalangan pejabat.
Presiden China saat itu bertekad memberantas korupsi di negaranya dengan
menggumumkan akan mempersiapkan 1.000 peti mati untuk pelaku pencurian uang
negara tersebut. Pemerintah China juga menggeluarkan aturan yang mengharuskan
pejabat yang hendak bepergian ke luar negeri melapor kepada atasannya terutama
yang membawa uang dalam jumlah besar.

6
4. Sejarawan di Indonesia umumnya kurang tertarik memfokuskan kajiannya pada sejarah
ekonomi, khususnya seputar korupsi yang berkaitan dengan kekuasaan yang dilakukan
oleh para bangsawan kerajaan, kesultanan, pegawai Belanda (Amtenaren dan Binenland
Bestuur) maupun pemerintah Hindia Belanda sendiri. Sejarawan lebih tertarik pada
pengkajian sejarah politik dan sosial, padahal dampak yang ditimbulkan dari aspek
sejarah ekonomi itu, khususnya dalam “budaya korupsi” yang sudah mendarah daging
mampu mempengaruhi bahkan merubah peta perpolitikan, baik dalam skala lokal yaitu
lingkup kerajaan yang bersangkutan maupun skala besar yaitu sistem dan pola
pemerintahan di Nusantara ini. Sistem dan pola itu dengan kuat mengajarkan “perilaku
curang, culas, uncivilian, amoral, oportunis dan lain-lain” dan banyak menimbulkan
tragedy yang teramat dahsyat. Ternyata upaya untuk memberantas korupsi tidak semudah
memba-likkan tangan. Korupsi bukan hanya menghambat proses pembangunan negara ke
arah yang lebih baik, yaitu peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan
rakyat. Ketidakberdayaan hukum di hadapan orang kuat, ditambah minimnya komitmen
dari elit pemerintahan rnenjadi faktor penyebab mengapa KKN masih tumbuh subur di
Indonesia. Semua itu karena hukum tidak sama dengan keadilan, hukum datang dari otak
manusia penguasa, sedangkan keadilan datang dari hati sanubari rakyat.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://beritanuansa.wordpress.com/2013/02/23/hadiah-atau-gratifikasi-yang-berakibat-pidana

http://solusi-memecahkan.blogspot.co.id/2011/09/budaya-korupsi-dan-alternatif-solusi.html

http://tulisan-nasiruddin-mm.blogspot.com/2011/12/meniru-cara-pemberantasan-korupsi-dari-
negara-tetangga

Anda mungkin juga menyukai