D
YANG MENGALAMI PNEUMONIA DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAFAS DI RUANG PICU RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
DIAH WULANDARI
NIM.P.14013
DI SUSUN OLEH :
DIAH WULANDARI
NIM.P.14013
ii
iii
MOTTO :
(wsydl)
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada An.A dan An.D Yang
Mengalami Pneumonia di Ruang PICU RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini9 penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan dan selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini, serta memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Joko Kismanto S.Kep., Ns, selaku selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Pihak Rumah sakit RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memfasilitasi
lahan untuk melakukan sebuah penelitian mengenai kasus pneumonia pada
anak.
viii
7. Kedua orangtuaku, adikku, dan orang terdekat yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan semangat, kepercayaan, kasih sayang, nasihat dan dukungan
dalam segala bentuk serta atas do’anya selama ini yang tidak terbalas oleh
apapun untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman seperjuangan kos bu purbo yang selalu memberikan semangat,
do’a dan dukungan dalam setiap proses yang di lalui bersama.
9. Teman-teman Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
3.7 Analisa Data ......................................................... 40
BAB IV HASIL
4.1 Hasil ..................................................................... 44
4.1.1 Gambaran lokasi ........................................ 44
4.1.2 Pengkajian .................................................. 45
4.1.3 Analisa Data ............................................... 56
4.1.4 Diagnosa .................................................... 59
4.1.5 Perencanaan ............................................... 59
4.1.6 Pelaksanaan ................................................ 62
4.1.7 Evaluasi ...................................................... 64
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan ......................................................... 68
5.1.1 Pengkajian .................................................. 68
5.1.2 Diagnosa .................................................... 77
5.1.3 Perencanaan ............................................... 78
5.1.4 Pelaksanaan ................................................ 78
5.1.5 Evaluasi ...................................................... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................... 93
6.1.1 Pengkajian .................................................... 93
6.1.2 Diagnosa ....................................................... 94
6.1.3 Perencanaan ................................................. 94
6.1.4 Pelaksanaan .................................................. 95
6.1.5 Evaluasi ........................................................ 95
6.2 Saran .................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.Gambar 2.1 Pathway Pneumonia ............................................. 15
xiii
LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan Para influenza virus (Athena
kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian
droplet ke udara pada saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya, kuman
(udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung, yaitu percikan
droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, dan berbicara
1
2
disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten killer of
menjadi 2,7 ‰ pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh
meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun
balita Provinsi Jawa Tengah, tahun 2013 sebesar 73.165 kasus (25,85%)
meningkat dibanding tahun 2012 (24,74%). Angka ini masih sangat jauh
3
dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%). Pada
menurut data dari rumah sakit RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada tahun
2016 angka kejadian kasus anak dengan pneumonia sebanyak 1.577 anak.
yang ditemukan pada anak yaitu sesak nafas, sesak nafas ini terjadi akibat
merupakan ruang rawat anak pediatrik rumah sakit dengan staf dan
kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi. Sesuai dengan penelitian ini
penelitian, anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan
bersihan jalan nafas ini tidak ditangani secara cepat maka bisa
sesak yang hebat bahkan bisa mengalami gagal nafas dan bahkan
menimbulkan kematian.
cara memasukan kateter suction melalui mulut, hidung atau jalan nafas
tepat dan efisien dapat membantu menekan angka kejadian gagal nafas dan
intensive.
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada
Surakarta.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini, antara lain sebagai berikut :
Moewardi Surakarta.
Surakarta.
1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis
pneumonia.
7
1.5.2 Praktis
Pneumonia.
khususnya keperawatan.
3) Bagi Penulis
intelektual.
TINJAUAN PUSTAKA
virus (RSV) dan Para influenza virus (Athena & Ika 2014).
2.1.2 Etiologi
8
9
2.1.3 Klasifikasi
1) Berdasarkan anatomi:
besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru
ganda.
a) Pneumonia komunitas
b) Penumonia aspirasi
1) Batuk nonproduktif
4) Demam
5) Ronkhi
11
6) Sianosis
8) Sesak nafas
9) Menggigil
Tanda pneumonia:
2.1.5 Patofisiologi
dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui
dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif
menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada
yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alevoli. Terjadi resolusi
retraksi dada.
2.1.6 Pathway
penimbunan infiltrat
Ketidakefektifan
3 bersihan jalan dalam dinding alveolus
nafas
sekresi yang
meningkat paru
alveolar-kapiler
pneumonia
4 metabolik
Ketidakseimbangan Intoleran aktifitas
5 nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
6
1) Pemeriksaan laboratorium
didaerah pneumonia.
2) Pemeriksaan radiologis
stafilokok.
16
4) Pemeriksaan mikrobiologik
6.1.2 Penatalaksanaan
penyebab infeksi.
mEq/500ml/botol infus.
nafasnya.
17
bronkus.
6.1.3 Komplikasi
2) Gagal pernafasan
3) Atelektasis
4) Efusi pleura
5) Delirium
6.2.1 Pengkajian
ringan.
muntah.
c) Pola eliminasi
ketidaknyamanan tersebut.
f) Pola kognitif
lain.
sebaya maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan
i) Pola seksualitas
Pada kondisi sakit dan anak kecil sulit dikaji. Pada anak yang
biasanya penundaan.
5) Pemeriksaan fisik
b) Tingkat kesadaran:
c) Tanda-tanda vital:
pelebaran nasal.
f) Integumen kulit:
g) Kepala:
(1) Inspeksi:
(2) Palpasi:
(3) Perkusi:
(4) Auskultasi:
terkena.
inspirasi.
6.2.2 Diagnosis
pneumonia adalah :
membran alveolar-kapiler.
pernafasan.
6.2.3 Perencanaan
2015).
24
yang tertahan.
Tujuan :
NOC:
Kriteria hasil :
Rencana keperawatan:
batuk.
gelembung.
Monitor pernafasan :
membran alveolar-kapiler.
Tujuan :
NOC:
b) Tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
Intervensi :
pernafasan.
pernafasan.
Tujuan :
NOC:
Kriteria hasil:
Intervensi :
Monitor pernafasan :
Pengaturan posisi :
Terapi oksigen :
Tujuan :
nomal.
NOC:
Tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
Intervensi :
Perawatan demam :
pada fase demam ( yaitu: selimut hangat pada fase dingin dan
pakaian atau linen tempat tidur ringan pada fase demam dan
fase bergejolak.
Pengaturan suhu :
Perawatan hipertermia :
b) Monitor AGD
Tujuan:
teratasi.
NOC:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Manajemen nyeri :
dengan cepat.
farmakologi.
Pemberian analgesik :
yang hebat.
Tujuan :
NOC:
a) Konservasi energi
b) Tingkat kelelahan
Kriteria hasil:
Intervensi:
Toleransi aktifitas :
hiperaktif.
Manajemen energi :
Tujuan :
dapat terpenuhi.
NOC:
Kriteria hasil :
Intervensi :
Manajemen nutrisi :
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi
informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang
Studi kasus karya tulis ilmiah ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah
asuhan keperawatan pada An.A dan An.D dengan Pneumonia Di Ruang PICU
yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu menentukan
fokus atau inti yang perlu diteliti. Fokus penelitian perlu dilakukan kerena
mengingat adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu serta supaya
32
33
hasil penelitian terfokus (Sukmadinata, 2010). Maka dari itu studi kasus ini
berfokus pada asuhan keperawatan pada An.A DAN An.D yang mengalami
sampai dengan evaluasi. Batasan istilah ini disusun secara naratif apabila
3.3 Partisipan
2013). Partisipan dalam studi kasus ini adalah dua anak dengan diagnosa
Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari
3.5.1 Wawancara
tanpa suatu pedoman sehingga peneliti lebih bebas dan mendalam untuk
1) Observasi
2) Pemerikasaan fisik
berikut:
36
a) Inspeksi
b) Palpasi
palpasi:
2014).
c) Perkusi
(2) Pekak: suara perkusi jaringan padat yang terdapat jika ada
2014).
d) Auskultasi
dihasilkan tubuh.
38
yaitu:
1) Dokumentasi
tersebut dapat berupa gambar, tabel, atau daftar periksa, dan film
2) Angket
adalah melakukan uji keabsahan data. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat
kebenaran data yang telah dikumpulkan dan agar hasil-hasil data dapat
apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah
benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek
kembali pada sumber data asli atau sumber lain ternyata tidak benar,
2013).
data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga pasien yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti yaitu pada An.A dan An.D yang
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan teknik
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data
unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
40
sendiri maupun orang lain (Swarjana, 2016). Dalam penelitian ini analisis data
dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
Dalam peneltian ini mereduksi data yang dimaksud adalah data hasil
3.7.4 Kesimpulan
atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas
hipotesis, dan data menjadi teori jika didukung oleh data-data yang lain.
BAB IV
HASIL
4.1. Hasil
43
44
Rumah sakit ini mempunyai 676 tempat tidur inap, dengan 232
dokter, dari 232 dokter dirumah sakit ini, 179 adalah spesialis,
4.1.2. Pengkajian
1. Data Bayi :
Surkarta
Tanggal 22-5-2017 22-5-2017
pengkajian
3. Riwayat penyakit :
4. Riwayat Bayi
5. Riwayat KPSP
6. Riwayat imunisasi
7. Riwayat ibu :
SPO2:85% SPO2:93%
Suhu : 38oC Suhu : 36,7oC
5. Tonus/aktivitas Tonus otot aktif, Tonus otot aktif, menangis
menangis lemah karena lemah karena terpasang
terpasang ETT ETT
6. Kepala/ leher Bentuk kepala Bentuk kepala mesochepal,
mesochepal, fontanel fontanel anterior teraba
anterior teraba tegas, lunak, sutura sagitalis tepat
sutura sagitalis tepat ditengah kepala, gambaran
ditengah kepala, wajah simetris, tidak
gambaran wajah terdapat pembesaran
simetris, tidak terdapat kelenjar Tyroid.
pembesaran kelenjar
Tyroid.
7. Mata Palpebra normal, Palpebra normal,
konjungtiva anemis, konjungtiva anemis, sklera
sklera tidak ikterik, tidak ikterik, pupil isokor,
pupil isokor, diameter diameter ka/ki sama, reflek
ka/ki sama, reflek cahaya +/+
cahaya +/+
8. THT - Hidung terpasang - Hidung terpasang
selang NGT, selang NGT, terdapat
terdapat sekresi, sekresi, tidak terdapat
tidak terdapat nafas nafas cuping hidung
cuping hidung - Telinga normal tidak
- Telinga normal ada kelainan, terdapat
tidak ada kelainan, sedikit serumen
terdapat sedikit
serumen
9. Wajah Mulut terpasang ETT, Mulut terpasang ETT,
tampak mengeluargkan tampak mengeluargkan
sekret, mukosa bibir sekret, mukosa bibir
kering, bentuk simetris kering, bentuk simetris
tidak terdapat kelainan tidak terdapat kelainan
seperti bibir sumbing. seperti bibir sumbing.
10. Abdomen - Inspeksi : - Inspeksi :
Bentuk simetris, Bentuk simetris,
terdapat kolostomi terdapat kolostomi pada
pada perut kiri perut kiri bagian bawah
bagian bawah - Auskultasi :
- Auskultasi : Bising usus 6x/menit
Bising usus - Palpasi :
5x/menit Tidak terdapat nyeri
- Palpasi : tekan
Tidak terdapat nyeri - Perkusi :
tekan Kuadran 1 pekak, 2,3,4
- Perkusi : tympani.
Kuadran 1 pekak,
2,4 tympani.
11. Thoraks Bentuk simetris, Bentuk simetris, terdapat
terdapat retraksi retraksi dinding dada
dinding dada
12. Paru-paru - Inspeksi : - Inspeksi :
Simetris tidak ada Simetris tidak ada jejas
jejas - Palpasi :
- Palpasi : Vokal fremitus ka/ki
Vokal fremitus sama
49
9. Riwayat sosial
An.D :
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
Perempuan Normal Imunisasi lengkap
Laki-laki Normal Imunisasi lengkap
Laki-laki Normal Imunisasi lengkap
An.D :
a. Pemeriksaan laboratorium tanggal 21-5-2017
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemogloblin 7,8 Gr/dl 9,4-13,0
Hematokrit 24 % 28-42
Leukosit 13,1 Ribu/ul 5,0-19,5
Trombosit 26 Ribu/ul 150-450
Eritrosit 2,51 Jt/ul 3,10-4,30
MCV 94,8 /um 80,0-96,0
MCH 31,1 Pg 28,0-33,0
MCHC 32,8 Gr/dl 33,0-36,0
RDW 18,2 % 11,6-14,6
MPV 7,6 Fl 7,2-11,1
PDW 19 % 25-65
Eosinofil 0,30 % 0,00-4,00
Basofil 0,10 % 0,00-1,00
Netrofil 68,20 % 18-74,0
Limfosit 25,50 % 60-66
Monosit 5,90 % 0,00-6,00
PT 37,2 Detik 10,0-15,0
APTT 65,5 Detik 20,0-40,0
INR 4,310 Mg/dl
GDS 195 Mg/dl 50-80
Albumin 3,3 Gr/dl 3,8-5,4
Creatinine 0,5 Mg/dl 0,2-0,4
Ureum 82 Mg/dl <42
An.D :
Tanggal Jenis terapi Dosis Cara Fungsi
pemberian
22 mei D5 ¼ Ns 4ml/jam IV Pengganti cairan dan
2017-24 kalori
mei 2017 Dexamethasone 0,6mg/6jam IV Mengobati inflamasi
dan peradangan
( gizi kurang)
- Biochemical :
Hb : 7,2 gr/dl
Albumin : 3,6 gr/dl
- Clinical :
Konjungtiva anemis
Mukosa bibir kering
Terdapat stomatis
Terpasang NGT
- Diet :
Diet ASB peptisol
6x40cc/hari melalui
selang NGT.
4. Data subjektif : Hipertermia (00007) Proses penyakit
Ibu pasien mengatakan demam
anaknya naik turun sudah 6
hari.
Data objektif :
- Badan teraba hangat
- Suhu tubuh 380C
- HR : 153x/menit
- SPO2 : 85 %
- RR : 34x/menit
- Leukosit 13,1 ribu/ul
An.D
1. Data subjektif : Ketidakefektifan Obstruksi jalan
Ibu pasien mengatakan bersihan jalan nafas
anaknya tampak sesak nafas nafas (00031)
Data objektif:
- Pasien tampak sesak
nafas
- HR : 139x/menit
- RR : 62x/menit
- SPO2 : 93%
- TD : 81/34mmHg
- Terdapat suara nafas
tambahan ronkhi
basah
- Mulut tampak
mengeluarkan sekret
- Pasien terpasang
ventilator mode AC
- Hasil foto thoraks :
Paru-paru : tampak
infiltrat pada kedua
paru
2. Data subjektif : Ketidakefektifan pola Hiperventilasi
Ibu pasien mengatakan nafas (00032)
anaknya tampak sesak nafas
Data objektif :
- Terpasang ventilator
mode AC
- RR : 62x/menit
- HR : 139x/menit
- SPO2 : 93 %
- Terdapat retraksi
dinding dada
57
4.1.5 Perencanaan
An.A
Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
Ketidakefekti - Mengobservasi - Mengobservasi - Memberikan terapi - Mengobservasi
fan bersihan sumbatan jalan nafas sumbatan jalan nafas sesuai program sumbatan jalan nafas
jalan nafas dan memonitor dan memonitor Cefoperazone 350mg dan memonitor
b.d obstruksi pernafasan pernafasan Metylprednisolone pernafasan
jalan nafas - Mengauskultasi - Memberikan terapi 31,25mg - Melakukan suction
suara nafas : ronkhi nebulizer - Mengobservasi melalui endotrakea/
basah Nacl masuk 5cc/8jam sumbatan jalan nafas nasotrakea
- Memberikan terapi - Melakukan suction dan memonitor - Mengauskultasi
obat sesuai indikasi melalui endotrakea/ pernafasan suara nafas terdengar
Metylprednisolone nasotrakea suara nafas tambahan
31,25mg dan - Mengauskultasi ronkhi basah dikedua
Cefoperazone 350mg suara nafasmasih paru
terdengar suara
ronkhi basah dikedua
paru
- Memberikan terapi
obat sesuai indikasi
metylprednisolone
31,25mg
Cefoperazone 350mg
4.1.7 Evaluasi
Tabel 4.19 Evaluasi
Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
An.A
Diagnosa 1 S: anak sesak nafas S: - S: - S: -
O: O: O: O:
RR: 44x/menit RR: 38x/menit RR: 30x/menit Sekret keluar berwarna
HR:153x/menit HR:150x/menit HR:136x/menit putih kental
SPO2: 85% SPO2: 90% SPO2: 94% RR: 34x/menit
TD:116/64 mmHg Sekret keluar berwarna Mulut mengeluarkan HR:140x/menit
Mulut mengeluarkan putih kekuningan sekret sedikit SPO2: 90%
sekret Masih terdapat ronkhi Obat masuk iv Obat masuk iv
Ronkhi basah basah dikedua paru- cefoperazone 350mg cefoperazone 350mg
dikedua paru-paru paru dan dan
Terpasang ventilator Obat masuk iv Methylprednisolone Methylprednisolone
mode AC. cefoperazone 350mg 31,25mg 31,25mg
A: dan A: Terpasang ventilator
Masalah belum Methylprednisolone Masalah teratasi mode AC.
teratasi 31,25mg sebagian A:
P: A: P: Masalah teratasi
Lanjutkan intervensi : Masalah teratasi Lanjutkan intervensi : sebagian
Observasi sumbatan sebagian Observasi sumbatan P:
jalan nafas P: jalan nafas Lanjutkan intervensi :
Monitor pernafasan Lanjutkan intervensi : Monitor pernafasan Observasi sumbatan
Auskultasi suara Observasi sumbatan Auskultasi suara nafas jalan nafas
nafas jalan nafas Lakukan suction Monitor pernafasan
Lakukan suction Monitor pernafasan melalui endotrakea Auskultasi suara nafas
melalui endotrakea Auskultasi suara nafas atau nasotrakea Lakukan suction
atau nasotrakea Lakukan suction Kelola nebulizer nacl melalui endotrakea
Kelola nebulizer nacl melalui endotrakea 5cc/8jam atau nasotrakea
5cc/8jam atau nasotrakea Kelola nebulizer nacl
Kelola nebulizer nacl 5cc/8jam
5cc/8jam
antipiretik (>37,5oC)
An.D
Diagnosa 1 S: anak sesak nafas S: anak sesak nafas S: -
O: O: O:
Sekret keluar putih Mulut mengeluarkan Sekret keluar putih
kental sekret sedikit kekuningan
RR: 56x/menit RR: 57x/menit RR: 50x/menit
HR:136x/menit HR:132x/menit HR:124x/menit
SPO2: 96% SPO2: 90% SPO2: 92%
Obat masuk iv Obat masuk iv Obat masuk iv
dexamethasone Methylprednisolone Methylprednisolone
0,6mg 4mg 4mg
Methylprednisolone A: A:
4mg Masalah teratasi Masalah teratasi
A: sebagian sebagian
Masalah teratasi P: P:
sebagian Lanjutkan intervensi : Lanjutkan intervensi :
P: Observasi sumbatan Observasi sumbatan
Lanjutkan intervensi : jalan nafas jalan nafas
Observasi sumbatan Monitor pernafasan Monitor pernafasan
jalan nafas Auskultasi suara nafas Auskultasi suara nafas
Monitor pernafasan Lakukan suction Lakukan suction
Auskultasi suara melalui endotrakea melalui endotrakea
nafas atau nasotrakea atau nasotrakea
Lakukan suction
melalui endotrakea
atau nasotrakea
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
5.1.1 Pengkajian
penelitian ini sesak napas dibagi menjadi dua kategori, anak datang
dengan lama onset sesak napas 24 jam pertama dan sesak napas lebih
dari 24 jam (Monita dkk, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa antara
hasil studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan
yaitu sesak nafas, sesak nafas ini terjadi akibat adanya penumpukan
sekresi.
dikedua paru-paru, dan dari hasil foto thoraks, tampak adanya infiltrat
67
68
pasien mengalami demam naik turun, batuk berdahak, pilek, dan sesak
napas cuping hidung sebanyak 92,7% anak dan retraksi dinding dada
73,21% (Yuniar dkk 2015). Hal ini menunjukkan bahwa antara hasil
studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan
(Misnadiaraly, 2008).
Atrial Septal Defect (ASD) dan Patent Ductus Arteriosus (PDA) akan
adekuat, pembentukan sinus dan mukosa hidung yang tidak baik, serta
bersih (Yuniar dkk, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa antara hasil
studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan
antara pedesaan dan perkotaan (Athena & Ika, 2014). Hal ini
didapatkan data pada pasien 1 total nilai praskrinning KPSP bayi usia
– 6,4) /(6,4 – 5,7) = -2,5/0,7 = -3,5 Jadi menurut kategorinya -3,5 (gizi
gizinya baik. Malnutrisi adalah faktor risiko yang paling penting untuk
Yulia dkk, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa antara hasil studi kasus
dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan bahwa berbagai
pneumonia pada anak balita yaitu umur, jenis kelamin, berat badan
Sukarmin, 2009).
72
pasien sudah lengkap mulai dari imunisasi hepatitis B (usia <7 hari),
yang sudah didapat pasien imunisasi hepatitis B (usia <7 hari), BCG +
bulan).
bahwa antara hasil studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat
jenis kelamin, berat badan lahir, imunisasi yang tidak lengkap, tidak
terjadi penurunan kesadaran atau koma (Yudhi dkk, 2015). Hal ini
mununjukkan bahwa antara hasil studi kasus dan teori yang sudah ada
2009).
93%, TD : 81/34 mmHg, S : 36,7oC. , hal ini sesuai dengan teori yang
ada bahwa hasil dari tanda-tanda vital didapatkan: frekuensi nadi dan
takipnea, suhu diatas normal (Sujono & Sukarmin 2009). Pada pasien
studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan
bahwa data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada
nafas. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal nafas adalah
sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi (Berty dkk,
75
2013). Hal ini menandakan bahwa antara hasil studi kasus dan teori
mekanik sebagai salah satu alat terapi gawat nafas sudah tidak
utama pasien dengan alat bantu nafas atau ventilator mekanik yang
terutama pada pasien bayi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
2015). Hal ini mununjukkan bahwa antara hasil studi kasus dan teori
2008).
sekret, Pasien terpasang ventilator + ETT mode AC, Hasil foto thoraks
ETT mode AC, hasil foto thoraks tampak infiltrat pada kedua paru-
paru.
bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, maka penulis menyusun
keperawatan selama 3x24 jam jalan nafas paten dengan kriteria hasil
observasi sumbatan jalan nafas, auskultasi suara nafas dan catat adanya
dari 3%.
tindakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Smeltzer & Bare,
mucus berlebih pada alat bantu nafas, adanya beban kerja lebih pada
sistem pernafasan dan juga tindakan suction ini tidak boleh dilakukan
lendir saja yang terhisap namun suplai oksigen yang ada disaluran
tindakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Smeltzer & Bare,
mucus berlebih pada alat bantu nafas, adanya beban kerja lebih pada
80
sistem pernafasan dan juga tindakan suction ini tidak boleh dilakukan
lendir saja yang terhisap namun suplai oksigen yang ada disaluran
tindakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Smeltzer & Bare,
mucus berlebih pada alat bantu nafas, adanya beban kerja lebih pada
sistem pernafasan dan juga tindakan suction ini tidak boleh dilakukan
lendir saja yang terhisap namun suplai oksigen yang ada disaluran
sebagai obat untuk infeksi saluran pernafasan atas dan bawah ( Fauzi
dkk, 2014).
82
5.1.5 Evaluasi
penelitian bahwa gejala klinis yang muncul bila terdapat masalah pada
tertahan akan tetapi suplay oksigen yang masuk melalui alat bantu
yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk
kesenjangan.
membuat saturasi oksigen tersebut tetap stabil atau berada pada nilai
Evaluasi hari kedua pada pasien 1 dan 2 pada tanggal 24 Mei 2017.
adalah dapat terjadi penurunan kadar saturasi oksigen lebih dari 3%.
Hal ini mununjukkan bahwa antara hasil evaluasi pasien 1 dan teori
85
suction tidak hanya lendir yang terhisap, suplai oksigen yang masuk
tindakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Smeltzer & Bare,
mucus berlebih pada alat bantu nafas, adanya beban kerja lebih pada
sistem pernafasan dan juga tindakan suction ini tidak boleh dilakukan
lendir saja yang terhisap namun suplai oksigen yang ada disaluran
Evaluasi pada hari ketiga pada pasien 1 dan 2 tanggal 24 Mei 2017.
95%.
tertahan akan tetapi suplay oksigen yang masuk melalui alat bantu
yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk
atau bisa membuat saturasi oksigen tersebut tetap stabil atau berada
dkk, 2015).
tindakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Smeltzer & Bare,
mucus berlebih pada alat bantu nafas, adanya beban kerja lebih pada
sistem pernafasan dan juga tindakan suction ini tidak boleh dilakukan
lendir saja yang terhisap namun suplai oksigen yang ada disaluran
menjadi 90%,
tertahan akan tetapi suplay oksigen yang masuk melalui alat bantu
yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk
oksigen 94% dan setelah dilakukan suction menjadi 90%. Pada pasien
tertahan akan tetapi suplay oksigen yang masuk melalui alat bantu
yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk
dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat
membuat saturasi oksigen tersebut tetap stabil atau berada pada nilai
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian
sakit, pasien mengalami sesak nafas, demam, batuk berdahak, pilek, dan
dikedua paru-paru, dan dari hasil foto thoraks, tampak adanya infiltrat
92
93
pasien mengalami demam naik turun, batuk berdahak, pilek, dan sesak
pucat, terdapat nafas tambahan ronkhi basah, hasil foto thoraks tampak
Berdasarkan hasil studi kasus ini didapati pada pasien bahwa kadar
penurunan nilai kadar saturasi oksigen dan sputum dapat keluar, untuk
terjadinya hipoksemia.
terjadinya hipoksemia.
6.2 Saran
yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain dalam
Anwar, Athena & Ika Dharmayanti. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8. No. 8. H. 359-360.
Berty dkk. 2013. Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir ETT Terhadap Kadar
Saturasi Oksigen Pada Pasien Diruang PICU. Jurnal Keperawatan. H. 5-
6.
Bulecheck, et al. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. 2016 .
Singapore : Elsevier.
Dharma, Kelana Kusuma. 2013. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans
Info Media.
Dinkes Kesehatan Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013 di lihat 8 Maret 2017. http://www.Dinkes Jateng
Prov.Go.Id.
Fauzi dkk. 2015. ISO Indonesia Volume 49. Jakarta: PT. ISFI.
Gordon, M. 2007. Manual Of Nursing Diagnosis (11th ed).Sudbury, MA: Jones &
Bartlett.
Hendra & Emil Huriani. 2012. Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada
Terhadap Kejadian Ventilator Associated Pneumonia Di Unit Perawatan
Intensif. Jurnal Keperawatan. Vol. 7. No. 2. H. 129.
Herdman, Heather T. Diagnosis keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi 10.
2015. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Kurniawan, Yudhi & Sang Ayu Kompyang Indryani. 2015. Karakteristik Pasien
Pneumonia Diruang Rawat Inap Anak. CDK-191. Vol. 39 No. 3. H.196.
Lestari, Yuniar & Finny Fitryani. 2015. Profil Pneumonia Komunitas Dibagian
Anak. Jurnal Kesehatan. Vol. 4 No. 1. H.220-223.
Lusi, Idarwati. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Maggiore et al. 2013. Decreasing The Adverse Effect Of Endotrakeal Suctioning
During Mechanicak Ventilation By Changing Practice.
Maidarti. 2012. Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Anak usia 1-5 Tahun. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.11. No 1. H. 50-52.
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory.
Jakarta: Trans Info Media.
Marini, Gita & Yuanita. 2012. Efektifitas Fisioterapi Dada (Clapping) Untuk
Mengatasi Masalah Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan
Pneumonia. Jurnal Keperawatan.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia. Jakarta: Buku
Pop.
Moorhead et al. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. 2016.
Singapore: Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurarif, Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Nanda NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ridha, Nabhiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatn Medikal Bedah. Jakarata: EGC.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sukmadinata. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Superdana & Retno Sumara. 2015. Efektifitas Hiperoksigenasi Pada Proses
Suction Terhadap Saturasi Oksigen. Jurnal the Sun. Vol.2 No.4. H. 20-
21.
Weber, J.R., & Kelly, J. 2009. Health Assessment in Nursing (4th ed).
Philadelphia, PA Lippincot.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SMPN 01 Gondang
SMA N 01 Gondang
ABSTRAK :
Keberhasilan pengobatan pada penderita dengan gagal nafas tidak hanya
tergantung pada deteksi sejak dini, tetapi juga dari pemahaman akan mekanisme
penyebabnya. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal nafas adalah
obstruksi jalan nafas, termasuk obstruksi pada Endotrakeal Tube (ETT). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir ETT
terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di ruang PICU RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ini menggunakan Metode Pre
Eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian One-Group Pretest-
Posttest Design. Penentuan sampel dilakukan purposive sampling, dengan jumlah
sampel sebanyak 16 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t-
Test dengan confidence interval 95% dan nilai a = 0,05. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kadar saturasi oksigen sebelum dan
sesudah diberikan tindakan penghisapan lender dimana terdapat selisih nilai kadar
saturasi oksigen sebesar 5,174 % dan nilai p-value =0,000 (a< 0.05). Kesimpulan,
ada pengaruh tindakan penghisapan lendir ETT terhadap kadar saturasi oksigen.
Saran, bagi tenaga kesehatan agar tindakan penghisapan lendir ETT dilakukan
sesuai dengan standar, Bagi Institusi Kesehatan perlunya pengawasan terhadap
kepatuhan tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan standard
dan perlu diberikan pelatihan baik inhouse maupun exhouse training bagi perawat
agar dapat terus mengasah ketrampilan kesehatan terbaru.
Kata kunci : Suction ETT, saturasi oksigen.
PENDAHULUAN
PrimerTabel
2013 5.6. Hasil Uji Statistik Pengaruh sampling berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi. Dari hasil penelitian
Tindakan Penghisapan Lendir
Terhadap Kadar Saturasi jumlah responden terbanyak berjenis
Endotrakeal
Oksigen
kelamin laki- laki yaitu 8 orang atau
Di Ruang PICU RSUP Prof.
Manado. 75 % dan responden perempuan 4
Dr. R. D. Kandou
orang atau 25 %. Penelitian ini
Std Std. menunjukkan jumlah responden
P
Variabel Mean Deviatio Erro T N terbanyak berumur < 1 tahun yaitu 4
Value
n r orang atau 35%, < 5 tahun 7 orang
Pre atau 54%, > 5 tahun 1 orang atau
98.13 1.310 .328 12
Suction 14.230 .000 11%. Menurut Kozier dan Erb tahun
Post 93.63 1.962 .491 2009, nilai saturasi oksigen yang
12
Suction normal untuk orang dewasa baik
laki-laki maupun perempuan adalah
Sumber : Data Primer 2013
95-100%.
Berdasarkan hasil penelitian ini
didapati bahwa kadar saturasi oksigen
setelah dilakukan tindakan suction
mengalami penurunan nilai kadar
saturasi oksigen. Hal ini sesuai dengan oksigen secara signifikan pada saat
penelitian yang dilakukan oleh dilakukan tindakan penghisapan lendir
Maggiore, et all (2013) dimana 46,8% ETT yaitu terdiagnosis dengan
responden yang ditelitinya mengalami penyakit pada sistem pernapasan,
penurunan saturasi oksigen. Maggiore terlebih pada responden nomor urut 13
juga menyatakan bahwa tindakan yang mengalami penurunan sebesar 7%
suction ETT dapat memberikan efek nilai kadar saturasi oksigen
samping antara lain terjadi penurunan terdiagnosis secara medis dengan
kadar saturasi oksigen >3%. Tindakan “Pneumonia gagal napas”.
suction tidak hanya menghisap lendir Price & Wilson (2005)
atau sputum yang tertahan akan tetapi mengatakan bahwa gagal napas
suplay oksigen yang masuk melalui merupakan tahap akhir dari penyakit
alat bantu pernafasan yang akan masuk kronik pada sistem pernapasan. Pada
ke saluran nafas juga akan terhisap, responden no.8 ini yang terjadi adalah
sehingga memungkinkan untuk terjadi gagal napas kronik, sebab terjadi akibat
hipoksemia sesaat ditandai dengan dari penyakit paru kronik yaitu
penurunan saturasi oksigen (SpO2) dan empisema (Muttaqin, 2008). Pasien
secara umum pasien yang terpasang yang mengalami masalah pada sistem
ETT memiliki respon tubuh yang pernapasan terutama iritasi kronis pada
kurang baik untuk mengeluarkan benda saluran pernapasan dapat menyebabkan
asing, sehingga sangat diperlukan terjadinya peningkatan jumlah sel-sel
tindakan penghisapan lendir (suction). globet penghasil mucus/ lendir
Tindakan penghisapan lendir melalui sehingga dapat meningkatkan jumlah
ETT sangat efektif digunakan untuk mucus pada pasien yang mengalami
membebaskan sumbatan jalan nafas masalah sistem pernapasan oleh karena
seperti mampu mengeluarkan sputum itu sangat diperlukan tindakan
yang tertahan (Nurachmah & penghisapan lendir.
Sudarsono, 2000). Dalam Saskatoon Health
Sebagian besar responden setelah Regional Authority (2010) mengatakan
dilakukan suction didapatkan hasil bahwa komplikasi yang mungkin
berupa suptum yang keluar dan pasien muncul dari tindakan penghisapan
mengalami penurunan kadar saturasi lendir salah satunya adalah
hipoksemia/hipoksia. Serta diperkuat mengalami penurunan saturasi oksigen
oleh Maggiore et al,. (2013) tentang dan 6,5% disebabkan karena tindakan
efek samping dari penghisapan lendir suction. Berdasarkan penelitian
ETT salah satunya adalah dapat terjadi tersebut dapat disimpulkan bahwa
penurunan kadar saturasi oksigen lebih tindakan suction dapat menyebabkan
dari 3%. Sehingga pasien yang terjadi penurunan kadar saturasi
menderita penyakit pada sistem oksigen.
pernapasan akan sangat rentan Adapun hambatan yang terjadi
mengalami penurunan nilai kadar dalam penelitian ini adalah tidak
saturasi oksigen yang signifikan pada adanya keseragaman dalam
saat dilakukan tindakan penghisapan menggunakan ukuran kanul suction.
lendir. Sebab ukuran dapat mempengaruhi dan
Hasil yang diperoleh dari memberikan perbedaan pada nilai
penelitian ini menunjukkan adanya saturasi oksigen pada pasien yang
perbedaan kadar saturasi oksigen dilakukan tindakan suctioning.
sebelum dan sesudah diberikan Menurut Muhamat Nofiyanto dalam
tindakan penghisapan lendir. Hasil penelitiannya tentang “Perbedaan Nilai
menunjukkan terjadi penurunan kadar Saturasi Oksigen Berdasarkan Ukuran
saturasi oksigen dari responden yaitu Kateter Suction
adanya selisih nilai kadar saturasi Pada Tindakan Open Suction Di
oksigen sebesar 5,174 %. Selain itu Ruang General Intensive Care Unit
dari hasil uji statistik t-Test pada RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”
responden yaitu terdapat pengaruh menyimpulkan bahwa ukuran kanul
yang signifikan dimana nilai p-value suction yang lebih besar (14 Fr) dapat
=0,000 (a< 0.05). menurunkan Kadar Saturasi Oksigen
Hasil penelitian ini sesuai juga lebih banyak dibandingkan dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh ukuran yang lebih kecil (12 Fr).
Maggiore, et al (2013), tentang Hambatan lain juga yang penulis
Decreasing the Adverse Effects of temui dan tidak dibahas secara
Endotracheal Suctioning During mendalam dalam penelitian ini yaitu
Mechanical Ventilation by Changing mengenai tingkat pendidikan dan masa
Practice, dimana 46,8% responden kerja perawat yang melakukan tindakan
suctioning tidak memiliki bisa sangat membahayakan nyawa
keseragaman. Sebab hal tersebut bisa pasien.
memberikan pengaruh secara tidak
langsung terhadap ketrampilan perawat SIMPULAN
dalam melakukan suatu tindakan. Kesimpulan dari penelitian ini
Mengingat tindakan suction ini adalah terdapat pengaruh tindakan
dapat menyebabkan bahaya, maka penghisapan lendir endotrakeal tube
sangat diperlukan kewaspadaan yang (ETT) terhadap kadar saturasi oksigen
dini, kepatuhan untuk melakukan pada pasien yang dirawat di ruang
tindakan sesuai dengan SPO yang PICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
benar dan ketrampilan yang baik bagi Manado serta terdapat perbedaan kadar
petugas kesehatan yang akan saturasi oksigen sebelum dan sesudah
melakukan tindakan tersebut, terlebih diberikan tindakan penghisapan lendir.
khusus bagi tenaga perawat. Sebab
DAFTAR PUSTAKA
tanpa hal-hal tersebut dapat
memberikan dampak yang buruk bagi Asmadi. 2008. Teknik Prosedural
pasien yang sementara dirawat. Salah Keperawatan - Konsep dan
satunya bisa terjadi penurunan kadar Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
oksigen dan jika petugas kesehatan/ Jakarta : Penerbit Salemba
perawat tidak peka terhadap masalah Medika
yang muncul bisa mengakibatkan
pasien mengalami gagal napas bahkan Bayuningsih, R. 2011. Efektivitas
ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan
2013. Buku Registrasi Pasien Keperawatan Klien Dengan
PICU Tahun 2013. BLU RSUP Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : EGC RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
2013. Profil RSUP Prof Dr. R. D.
Nofiyanto, M. Perbedaan Nilai
Kandou. Manado
Saturasi Oksigen Berdasarkan
Ukuran Kateter Suction Pada Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku
Tindakan Open Suction Di Diagnosis Keperawatan Edisi 7
Ruang General Intensive Care (Eny Meiliya & Monica Ester,
Unit RSUP Dr. Hasan Sadikin Penerjemah). Jakarta : EGC
Bandung.
A. DATA BAYI
Nama bayi : Nama orang tua :
Jenis kelamin : Pendidikan ayah/ ibu :
Tanggal lahir/ usia : Pekerjaan ayah/ ibu :
Tanggal dirawat : Usia ayah/ ibu :
Alamat : Diagnosa medis :
B. RIWAYAT BAYI
APGAR score :
Usia gestasi :
Berat badan : Panjang badan :
Komplikasi persalinan : tidak ada/ ada, apabila ada lengkapi data dibawah
ini :
- Aspirasi mekonium ( )
- Prolaps/ lilitan tali pusat ( )
- Ketuban pecah dini ( ) ; berapa jam ( )
- Masalah lain ( ) :
C. RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abortus
Jenis persalinan
- Pervaginam ( ), tindakan tambahan :
- Sectio caesaria ( ), alasan :
Komplikasi kehamilan : ada /tidak ada
- Hospitalisasi antenatal ( )
- Ruptur plasenta ( )
- Preeklamsia/toksemia ( )
- Suspect sepsis ( )
- Persalinan premature/ postmature ( )
- Masalah lain :
D. PENGKAJIAN FISIK NEONATUS
1. Reflek
Moro ( )
Menghisap ( ); kuat/ lemah
Menggenggam ( );kuat/ lemah
2. Tonus/ aktivitas
Aktif ( )
Menangis; kuat ( ), lemah ( ), melengking ( ),sulit menangis ( )
3. Kepala/ leher
- Fontanel anterior : lunak ( ), tegas ( ), cekung ( )
- Sutura sagitalis: tepat ( ), terpisah ( ),menajuh ( ),tumpang tindih ( )
- Gambaran wajah : simetris ( ), asimetris ( ), molding( ), caput
succedanum ( ), cephalhematom ( )
4. Mata
Bersih ( ), sekresi ( )
Jarak ikterus : skelra :
5. THT
Telinga : normal/ tidak normal
Hidung : simetris/ asimetris
Sekresi ( ), nafas cuping hidung ( )
6. Wajah
Bibir sumbing ( ) sumbing langit-langit/palatum
7. Abdomen
Lunak ( ), tegas ( ), datar ( ), kembung ( )
Lingkar perut :
Liver : teraba ( ), kurang dari 2cm ( ), lebih 2cm ( ), tidak teraba ( )
8. Toraks
Simetris ( ), asimetris ( )
Retraksi ( ), derajat 0 ( ), derajat 1 ( ), derajat 2 ( )
Klavikula : normal ( ) abnormal ( )
9. Paru-paru
Suara nafas tambahan kanan/ kiri : sama ( ), tidak sama ( )
Suara nafas : bersih ( ), ronkhi ( ), wheezing ( ), vesikuler ( ), stridor ( )
Respirasi : spontan ( ), tidak spontan ( )
Alat bantu nafas : oxygen hood ( ), nasal kanul ( ), O2/ inkubator ( )
Konsentrasi O2 :
10. Jantung
Bunyi normal irama sinus ( ), frekuensi ( )
Murmur ( )
Waktu pengisian kapiler ( ), denyut nadi ( )
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakhial kanan
Brakhial kiri
Femoral kanan
Femoral kiri
11. Ekstremitas
Gerakan bebas ( ), ROM terbatas ( ), tidak terkaji ( )
Ekstremitas atas : normal ( ), tidak normal ( )
Ekstremitas bawah : normal ( ), tidak normal ( )
Panggul : normal ( ), abnormal ( ), tidak terkaji ( )
12. Umbilikus
Normal ( ), abnormal ( ), inflamasi ( ), drainase ( )
13. Genetalia
Perempuan normal ( ), laki-laki normal ( )
14. Anus : paten ( ), imperforata ( )
15. Spina : normal ( ), abnormal ( ), sebutkan
16. Kulit
- Warna : pink ( ), pucat ( ), jaudiance ( )
- Sianosis pada kuku ( ), sirkumoral ( ), periorbital ( )
- Kemerahan/ rash ( )
- Tanda lahir ( ), sebutkan
- Turgor kulit : elastis ( ) tidak elastis ( ) edema ( )
- Lanugo ( )
17. Suhu :
- Lingkungan : penghangat radian ( ), pengatur suhu ( ), inkubator ( )
Suhu ruangan ( ), boks terbuka ( )
- Suhu kulit :
E. RIWAYAT SOSIAL
1. Struktur keluarga :
2. Antisipasi vs pengalaman nyata kekelahiran :
3. Budaya :
4. Suku :
5. Agama :
6. Bahasa utama :
7. Perencanaan makanan bayi :
8. Masalah sosial yang penting :
9. Hubungan orang tua dan bayi
IBU TINGKAH LAKU AYAH
Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak mata
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Hari/tgl/jam Jenis Hasil & Nilai Analisa
pemeriksaan satuan normal
b. Pemeriksaan diagnostik
Hari/tgl/jam Jenis pemeriksaan Hasil
c. Terapi medis
Tanggal Jenis terapi Cara Dosis Fungsi
pemberian pemberian