Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari lima negara berkembang yaitu, India, Pakistan,
Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada pertambahan penduduk dunia
karena jumlah peningkatan penduduk yang tinggi (Sari, Indrayani, & Vidyarini, 2016). Oleh
karena itu, kegagalan pengendalian penduduk dapat berdampak pada kemiskinan, rendahnya
kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kejahatan (Sunarsih, Evrianasari, & Damayanti
2015).
Indonesia merupakan peringkat ke 4 dunia yang memiliki jumlah penduduk yang
besar. Dari hasil sensus penduduk tahun 2016 menunjukkan, jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 258.704.986 jiwa (Ritonga, R.,2015). Tingginya angka kelahiran di Indonesia
menjadi masalah yang harus dikendalikan untuk pemerataan kependudukan. Peningkatan
jumlah penduduk yang pesat membuat pemerintah menyadari pentingnya penduduk yang
berkualitas, sebagai modal utama dalam mempercepat pembangunan yang pada akhirnya
dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar dan
tidak berkulitas, justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan (Nurekawati, Santosa, & Sarwono,
2016).
Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia adalah melalui program Keluarga Berencana (KB) menggunakan alat kontrasepsi
(Sunarsih, Evrianasari, & Damayanti, 2015).
Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% per tahun hingga 2,49%
per tahun. Indonesia menerapkan pengendalian penduduk dengan menggalakkan program
KB (Prawirohardjo, 2008). Gerakan KB di Indonesia telah berhasil dengan baik. Total
fertility rate (TFR) turun dari angka 2,6 anak per wanita sesuai hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menjadi angka 2,4 anak per wanita sesuai hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017.
Secara nasional pada bulan Maret 2013 peserta keluarga berencana sebanyak
696.558. apabila dilihat secara menyeluruh maka presentasenya adalah sebagai berikut :
304.744 peserta suntikan (48,92%) ,pada bulan juni 2013 peserta keluarga berencana
sebanyak 710.247 pesera,apabila dilihat secara menyeluruh maka presentasi untuk KB suntik
49%,sedangkan pada bulan oktober 2013 peserta keluarga berencana sebanyak 723.456
peserta ,apabila dilihat secara menyeluruh maka presentasinya 334.011 peserta suntikan
(52%) ( BKKBN,2013)
Jumlah peserta KB mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 4.784.150
peserta dengan jumlah peserta terbanyak yaitu 3.008.402 (56.69 %) jumlah ini kemudian
kembali mengalami peningkatan 9.85% di tahun 2014 sebesar 5.307.068 peserta (BKKBN,
2014).
Berdasarkan penelitian dari Laili dan Anjarwati ( 2009) dengan judul Faktor-faktor
yang mempengaruhi keikutsertaan ibu menjadi akseptor KB suntik 3 bulan di BPS Umu
Hani,hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi peningkatan
penggunaan KB suntik 3 bulan adalah faktor usia yakni dengan 46 orang responden (
82%),tingkat pengetahun dengan 42 orang responden (75%),tingkat pendidikan dengan 35
orang responden (62%),dan status ekonomi dengan 29 orang responden ( 52%). Dari
penelitian diatas disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan
penggunaan kb suntik 3 bulan adalah faktor usia sedangkan faktor yang paling kecil
pengaruhnya yaitu status ekonomi.
Berdasarkan data dari profil Kesehatan Indonesia (2016) persentase KB aktif menurut
alat kontrasepsi hormonal yakni KB suntik 51,53%. Adapun profil Kesehatan Jawa Tengah
(2012) ditemukan jumlah akseptor baru suntik 54% .
Berdasarkan data dari profil Kesehatan daerah Kabupaten Kudus ( 2015) kontrasepsi
yang paling banyak adalah suntik (60 %) dan data yang diperoleh dari dinas Kabupaten
Kudus (2017) jumlah peserta keluarga berencana yang terhitung dalam KB aktif sebanyak
117.250 peserta. Dari data tersebut KB terbanyak yang dipilih oleh peserta yaitu KB suntik
sebanyak 71.477 peserta. Jumlah Kecamatan dengan akseptor suntik tertinggi berada pada
Kecamatan Dawe sebesar 6.478 ( 50%) sedangkan jumlah Kecamatan dengan akseptor suntik
rendah berada pada Kecamatan Mejobo sebesar 1.586 ( 20%) peserta.
Dari data yang diperoleh dari BLUD UPT Puskesmas Dawe jumlah peserta keluarga
berencana yaitu sebesar 10.116 ( 89,3%) peserta. Dari jumlah tersebut KB yang paling
diminati adalah KB suntik sebesar 7.406 (53%).
Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormone
progesterone yang disuntikan kedalam tubuh wanita secara periodik ( 1 bulan sekali atau 3
bulan sekali). Keunggulan menggunakan KB suntik adalah praktis,efektif,dan aman dengan
tingkat keberhasilan lebih dari 99%. Tidak membatasi usia dan obat KB suntik 3 bulan sekali
tidak mempengaruhi ASI dan cocok untuk ibu menyusui ( Koes Irianto,2014)
Efek samping dari penggunaan kontrasepsi depo provera adalah Amenorrhea (tidak
terjadi perdarahan),perdarahan/perdarahan bercak ( spotting) dan meningkatnya/menurunkan
berat badan ( Affandi,2014)
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-
turut.Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Kita
berbicara tentang ammenorhea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak
pernah mendapat haid,sedang pada ammenorhea sekunder penderita pernah mendapat
haid,tetapi kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro,2008).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh ibu Yeti Trisnawati dan Sri Handayani Dosen
Program Studi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta,2014 dengan judul Hubungan
antara lama pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorrhea dapat di
distribusikan sebagai berikut : responden dengan lama pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan
dalam jangka panjang,yang mengalami amenorrhea 36 responden (43,4%) dan yang tidak
mengalami amenorrhea sebanyak 9 responden (10,8%) dari total responden sebanyak 45
responden ( 54,2%). Sedangkan responden dengan lama pemakaian kontrasepsi suntik 3
bulan dalam jangka pendek yang mengalami amenorrhea sebanyak 13 responden (15,6%)
dan yang tidak mengalami amenorrhea sebanyak 25 responden ( 30,1%) dan total responden
sebanyak 38 responden ( 45,8%).
Berdasarkan data diatas KB suntik 3 bulan merupakan alat kontrasepsi yang
pemakaiannya sangat diminati oleh masyarakat.Gangguan pola haid merupakan efek
samping dari suntik KB 3 bulanan.Hal ini yang menjadikan penulis tertarik untuk memilih
judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.S Umur 45 Tahun P4A0 Akseptor KB Suntik 3 Bulan
Dengan Keluhan Efek Samping Amenorrhea Di Blud Upt Puskesmas Dawe”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas,maka Rumusan Masalah Dalam Karya Tulis Ilmiah
Ini Adalah : “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny.S Umur 45 tahun P4A0 Akseptor KB
Suntik 3 Bulan Dengan Efek Samping Aminorrhea Di BLUD UPT Puskesmas Dawe?”

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.S Umur 45 tahun Akseptor KB Suntik 3
Bulan dengan efek samping Amenorrhea di BLUD UPT Puskesmas Dawe dengan
menggunakan pendekatan 7 langkah manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek
samping amenorrhea.
b. Penulis mampu menginterprestasi data pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek
samping amenorrhea.
c. Penulis mampu menentukan diagnosa atau masalah potensial pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan efek samping amenorrhea.
d. Penulis mampu melakukan tindakan segera atau antisipasi pada akseptor KB suntik 3
bulan dengan efek samping amenorrhea.
e. Penulis mampu menentukan rencana asuhan yang menyeluruh pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan efek samping amenorrhea.
f. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan pada akseptor KB suntik 3 bulan
dengan efek samping amenorrhea.
g. Penulis mampu mengevaluasi tindakan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek
samping amenorrhea.
D. RUANG LINGKUP
1. Sasaran
Ny.S Umur 45 Tahun P4A0 Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan efek samping
amenorrea.
2. Tempat
Lokasi yang digunakan yaitu di BLUD UPT Puskesmas Dawe.
3. Waktu
Waktu yang dibutuhkan adalah 4 kali observasi. Jarak antara observasi satu kali observasi
dengan observasi selanjutnya yaitu 1 minggu. Dimulai pada tanggal 31 Maret 2018-20
April 2018.
E. MANFAAT
1. Manfaat untuk penulis
a. Untuk membandingkan antara teori dan praktik di lahan.
b. Dapat mengerti,memahami,dan menerapkan asuhan kebidanan pada pengguna KB
suntik 3 bulan dengan efek samping amenorrhea.
c. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya tentang asuhan kebidanan
pada pengguna KB Suntik 3 bulan dengan efek samping amenorrhea.
2. Manfaat untuk Pendidik
a. Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan kepustakaan atau referensi terhadap
pembelajaran dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB Suntik 3 bulan
dengan efek samping amenorrhea.
b. Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan
pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek samping amenorrhea.
3. Manfaat untuk Puskesmas
a. Dapat memberikan informasi dalam meningkatkan mutu bagi kebidanan dalam
memberikan pelayanan kesehatan tentang KB suntik 3 bulan dengan efek samping
amenorhhea.
b. Dapat menambah masukan dalam asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan.
4. Manfaat untuk masyarakat
a. Dapat meningkatkan pemahaman masyarakat serta ibu dalam pengetahuan mengenai
akseptor KB suntik 3 bulan dan efek sampingnya.
b. Dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih alat kontrasepsi.

F. METODE MEMPEROLEH DATA


Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah adalah deskriptif,yaitu
suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan tujuan umum membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Dalam penulisan ilmiah ini penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu :
1. Wawancara
Wawancara adalah proses interaksi antara pewawancara dengan orang yang
diwawancarai melalui komunikasi langsung. (A.Muri Yusuf, 2017)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah yang
dialami oleh pasien, yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien ,
menambah informasi, menyangkal data yang didapat dari riwayat pasien,
mengidentifikasi masalahpasien menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi
pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. (Musrifat Uliyah dan A. Aziz Alimul
Hidayat, 2008)
3. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data meliputi penglihatan visual dengan
menggunakan panca-indra, mencatat hasil observasisecara khusus tentang apa yang
dilihat, dirasakan, didengar, dicium dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan
mencatat interpretasi seseorang tentang hal tersebut. (Asmadi,2008)
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan
perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan. (dainty Maternity, Ratna Dewi Putri, dan Devi Lestari Nurul Aulia, 2017)

Anda mungkin juga menyukai