Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer.


Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3
yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah
‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi
pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu
pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan
tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai
suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan
kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat
dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah
dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan
yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian
materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang
tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian
yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak
dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta
kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2
juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari
300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari
Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta

1
pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian
tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian
besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).

Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari


risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3,
diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja
yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas
perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban
manusia. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya
terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek
perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Apa pengertian risiko?


2. Bagaimana manajemen risiko?
3. Bagaimana factor hazard dan resiko di tempat kerja?
4. Bagaimana cara mengendalikan Hazard ?
5. Bagimana Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian risiko


2. Untuk mengetahui manajemen risiko
3. Untuk mengetahui faktor hazard dan risiko di tempat kerja
4. Untuk mengetahui cara pengendalian hazard.
5. Untuk mengetahui risiko yang bisa terjadi akibat adanya hazard

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko

Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti
pemberian. Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya
kerugian cedera, keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility
of loss, injury,disadventage or destruction). Menurut International Labour
Organization (ILO), risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau
kecelakaan yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan
tertentu.

Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan


kerugian yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi,
dengan kata lain risiko adalah probabilitas kerusakan atau kerugian
dari hazard yang melekat pada spesifik individu atau kelompok yang terpapar
oleh hazard tersebut. Risiko merupakan akumulasi dari potensi hazard,
konsekuensi yang diakibatkannya, durasi pemaparan dan probabilitas yang
ditimbulkannya. Risiko merupakan gambaran kuantitatif dari kemungkinan
kerugian yang mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang akan
mengakibatkan suatu peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru
(1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu :

1. Risiko keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan
konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung
terlihat efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta
lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di
tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan
konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit
diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia.

3
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara
populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada
dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari
sumber risiko.

4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari
kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian
asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan
aspek keuangan.

5. Risiko Terhadap Masyarakat


Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat
terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap
masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.

2.2 Manajemen Risiko

Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan


dari berbagai tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko
keselamatan dan kesehatan dalam suatu aktivitas kegiatan.

Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 : 2004) :

1. Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga


2. Mencari kesempatan atau peluang
3. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
4. Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
5. Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses pengambilan
keputusan
6. Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
7. Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja

4
8. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan,
dangovernance
9. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya

Tahapan proses manajemen risiko (AS/NZS 4360 : 2004), yaitu :

1. Penetapan ruang lingkup


Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau cara
pelaksanaan manajemen risiko, serta pencapaian yang ditargetkan oleh
perusahaan.
2. Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola, mencari tahu
jenis hazardapa saja yang mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan
mengapa risiko tersebut muncul.
3. Analisis risiko
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor probabilitas
ataulikelihood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya
pengendalian risiko yang telah dilakukan.
4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisis risiko
dengan kriteria evaluasi yang digunakan, menentukan apakah suatu risiko
dapat diterima atau tidak.
5. Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko, terutama risiko
dengan tingkat tinggi dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan
efisiensi
6. Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat risiko, serta
efektifitas program, penanganan risiko yang telah dilakukan agar
selanjutnya dapat ditentukan tindakan koreksi dan perbaikan yang perlu
dilakukan.
7. Komunikasi dan konsultasi

5
Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan pekerja untuk
mendapatkan masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat
kerja guna perbaikan system pengelolaan risiko tersebut.

2.3 Pengendalian resiko

Pengendalian resiko Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan


menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko
berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang ada sampai
tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian
risiko dilakukan melalui (Soputan, 2014):

a. Eliminasi: pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber


bahaya (hazard).
b. Substitusi: mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering: mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa
teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif: mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan
pembuatan prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda
peringatan, training dan seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin,
cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri: mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan
alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety,
coverall, kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

2.4 Faktor Risiko Dan Hazard Di Tempat Kerja

Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi


bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor
manusianya.

6
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang
potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian
yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan
potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun
“resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya
dilaksanakan dengan baik.

Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi


oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):

1. Beban Kerja
Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah
dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja
Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas
kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan
pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus
pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat
dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri
atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat
kerja.

7
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi,
Ferry. 2009: 233).

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang


berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan
masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat
kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata
kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233)

2.4 Hazard Dan Pengendaliannya


Berdasarkan National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah
faktor faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi
dan mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan
pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak buruk. Sedangkan menurut
Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau sifat alamiah yang berpotensi
menimbulkan kerusakan. Pengertian berdasarkan Frank Bird Jr, hazard adalah
suatu kondisi atau tindakan yang dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan
dan kerugian (AS/NZS, 1999).

Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi


pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada
property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses
produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya. Firence (1978)
mendefinisikan hazard sebagai suatu material atau kondisi yang berpotensi
ditempat kerja dimana dengan atau tanpa interaksi dengan variabel lain dapat
menyebabkan kematian, cedera, atau kerugian lain.

Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard tersebut
dapat diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996,

8
pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan
berbagai macam metode, yaitu :

1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,


ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,
penghargaan, dan motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5. Penegakan hukum.
6. Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan
untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini
disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali
lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel
akan lebih efektif.

2.5 Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja


Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci
sebagai berikut (Rachman. 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.
2.6 Upaya Pencegahan Hazard Dan Risiko Pada Tahap Evaluasi

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah satu
fungsi manajemen K3 rumah sakit yang berupa suatu langkah yang diambil
untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 rumah
sakit itu berjalan dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
dari suatu kegiatan K3 rumah sakit dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pemantauan dan evaluasi meliputi :

9
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS
(SPRS).
2. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara
umum dan tidak terlalu mendalam.Inspeksi K3 di rumah sakit dilakukan
secara berkala, terutama oleh petugas K3 rumah sakit sehingga kejadian
PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah
pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap
pekerja berisiko seperti biological monitoring (pemantauan secara
biologis)
3. Melaksanakan audit K3
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan
pengendalian. Tujuan audit K3 :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.

Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,


identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen
puncak.Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektivan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

2.6.1 Pengertian Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan


terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perlu dilakukan
evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari

10
rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.

2.6.2 Tahap Evaluasi

Evaluasi disusun menggunakan SOP secara operasional dengan sumatif


(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses
dan evaluasi akhir)

Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Evaluasi berjalan (sumatif)


Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga, format yang dipakai adalah format SOAP

2. Evaluasi akhir (formatif)


Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang
akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua
tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-
data, masalah atau rencana yangperlu dimodifikasi.

2.6.3 Metode Yang Dipakai Dalam Evaluasi

Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain;

1. Observasi langsung
Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang
terjadi dalam keluarga.
2. Wawancara keluarga
Yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran
yang diberikan perawat.
3. Memeriksa laporan
Dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan
yangdilaksanakan sesuai dengan rencana.
4. Latihan stimulasi

11
Berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan
asuhan keperawatan.

2.6.3 Risiko Yang Terjadi Pada Tahap Evaluasi

Dengan mempertimbangkan kriteria risiko masing-masing bahaya kerja,


dapat ditetapkan prioritas risiko bahaya kerjasebagai berikut:

1. Risiko ringan
Kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat yang ditimbulkannya ringan
maka bahaya kerja ini dapat diabaikan
2. Risiko sedang
Kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi akibat yang ditimbulkannya
cukup berat, atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan manajemen risiko
khusus
3. Risiko berat
Sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka harus
dilaksanakan penanggulangannya sesegera mungkin.

12
BAB III
STUDY KASUS
DetikNews, Minggu 10 Apr 2016, 16:37 WIB
Setelah Melahirkan Bayi Prematur, Perempuan Ini Kabur Dari
Rumah Sakit
Surabaya, seorang perempuan kabur dari rumah sakit setelah melahirkan.
Perempuan tersebut kabur setelah melihat tak ada peluang bagi bayinya untuk hidup
lebih lama lagi dan bayi yang dilahirkannya akhirnya memang meninggal.
Kasus ini kini ditangani oleh polisi. Polisi sedang mencari perempuan
tersebut.
“perempuan itu melahirkan sabtu dini hari sekitar pukul 03:00 WIB di
rumah sakit muji rahayu,”ujar kapolsek tandes tahirudin harahap saat dihubuungi
detikcom, minggu (10/4/2016).
Perempuanitu melahirkan prematur yang masih dikandungnya selama tujuh
bulan. Karena prematur, bayi itu memerlukan perawatan lebih intensif. Pukul 12:00
WIB, kondisi bayi berjenis laki-laki itu tak juga membaik. Kondisinya justru makin
buruk.
“dokter menyarankan agar bayi dirujuk ke RSU dr Soetomo, namun
perempuan itu tak mau,” kata harahap.
Saat perawat sedang sibuk mengurus si bayi, perempuan tersebut tiba-tiba
kabur. Perempuan itu sudah tak ada di kamar perawatan. Sebelumnya, perempuan
tersebut memang hendak pamit membeli sesuatu. Namun pada akhirnya dia tak
kembali lagi.
“perempuan itu tak sendiri. Dia bersama seorang laki-laki. Entah itu
suaminya atau tidak, kami tak tahu. Tapi kepada pihak rumah sakit mereka
mengaku sebagai suami istri,” lanjut harahap.
Kondisi bayi yang memburuk pada akhirnya memang membuat bayi
tersebut meninggal. Bayi malang itu meninggal sekitar pukul 15:00 WIB. Karena
tak ada yang bertanggung jawab, jenazah bayi dibawa ke kamar mayat RSU dr
soetomo. Pihak rumah sakit muji rahayu kemudian melaporkan kasus ini kepolisi.

13
Polisi kemudian melakukan penyelidikan. Perempuan yang melahirkan
bayinya tersebut bernama Noviana sera. Namaitu diberikan perempuan tersebut
kepada pihak rumah sakit saat masuk hendak bersalin.
Polisi juga mendatangi rumah kos yang menjadi tempat tinggal perempuan
itu di jalan bibis tama. Namun perempuan itu tak ada disitu. Menurut penghuni kos,
Noviana sudah tak ada di kos sejak dua hari yang lalu. “kami sedang mencarinya.
Melihat dari ciri-cirinya, perempuan itu asalnya dari indonesia timur,” tandas
harahap.
A. Risiko
1. Risiko keletihan pada perawat karena mondar-mandir disebabkan tempat bayi
dan ibu terpisah.
2. Risiko perawat mengalami stres karena diminta pertanggung jawaban atas
kaburnya pasien
B. Upaya dalam mencegah hazard dan risiko
1. Mengantarkan pasien bila membutuhkan sesuatu terutama setelah kelahiran
2. Menanyakan dengan jelas ketika pasien akan meninggalkan ruangan, seperti
akan pergi kemana, akan melakukan apa.
3. Menambah jumlah pekerja khusus nya perawat, yang satu bertanggungjawab
terhadap bayi, yang lainnya bertanggung jawab terhadap pasien

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cidera pada


manusia/kerusakan pada alat/lingkungan.Risk (resiko) didefinisikan sebagai
peluang terpaparnya seseorang/alat pada suatu hazard (bahaya). Pengkajian
adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, social, dan lingkungan. Pengkajian yang
sistematis (effendi,1996). Upaya mencegah dan meminimalkan resiko dan
hazard pada tahapan evaluasi meliputi :Pencatatan dan pelaporan K3
terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS (SPRS),Inspeksi dan pengujian,
Melaksanakan audit K3.

4.2 Saran

Sebaiknya tenaga kesehatan harus lebih bisa menjaga keamanan diri dengan
selalu memakai APD dan memenuhi SOP saat melakukan tindakan dan
menambah pengetahuan tentang upaya pencegahan resiko dan hazard agar
mampu menerapkannya dalam ruang lingkup keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Istiningrum A. (2011). Implementasi Peneliaian Risiko Dalam Menunjang


Pencapaian Tujuan Instansi Pendidikan, Pendidikan Akuntasi UNY, Yogyakarta :
Indonesia

Lokobal A., Sumajouw M.D., Sompie B.F. (2014). Manajemen Risiko Pada
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi di Propinsi Papua, Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi, Manado : Indonesia

OHSAS 18001:2007. Occupational Health and Safety Management System -


Guideline For The Implementation of OHSAS 18001.

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta :


Dian Rakyat

Ridha R. (2013). Identifikasi Bahaya Kerja Dengan Pendekatan Hazard


Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) pada CV. S. Agung,
Teknik Industri UNDIP, Semarang: Indonesia

Sadgrove, Kit. (2005). The Complete Guide To Business Risk Management.


Burlington: Gower Publishing.

Soputan G.E., Sompie B.F., Mandagi R.J., Manajemen Risiko Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar, Fakultas
Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado : Indonesia

Standard Australia License. (1999). AS/NZS 4360:1999 Risk management in


Security Risk Analysis, Brisbane, Australia, ISMCPI

Veronica S., Rumita R., Nugroho S. (2014). Analisis Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC, Teknik Industri
UNDIP, Semarang : Indonesia

Wijaya A., Panjaitan W.S., Palit H.C. (2015). Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal
Titra, Vol 5, No 1.

16
Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatn Pasien Rumah Sakit(patient
safety), 2 edn, Bakti Husada,Jakarta.

Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop Keselamatan


Pasien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS

17

Anda mungkin juga menyukai