Anda di halaman 1dari 13

Nama : Eko Putro.

S
Kelas : A (elektro)
NPM : 157002030
Mata Kuliah : kualitas daya elektrik
Macam macam alat ukur kualitas daya listrik :

1. Galvanometer
Istilah galvano meter diambil dari seorang yang bernama Luivi Galvani. Penggunaan
galvanometer yang pertamakali dilaporkan oleh johann Schweigger dari Universitas Halle di
Nurremberg pada 18 september 1820. Andre-Marie Ampere adalah seorang yang memeberi
kontibusi dalam mengembangkan galvanometer. Galvanometer pada umumnya dipakai untuk
penunjuk analog arus searah, dimana arus yang diukur merupakan arus-arus kecil misalnya yang
diperoleh pada pengukuran fluks magnet.
Spesfikasi dan cara penggunaan:
Galvanometer pertama, jarum magnetik bebas digantung disebuah lilitan dari kawat, magnet
itu tetap dan kumparan bergerak. Galvanometer modern saat ini kumparan type movable dan
disebut d’Arsoval galavanometers. Jika point melekat kekumparan bergerak maka akan
menunjukan skala yang sudah dikalibrasi, galvanometer dapat digunakan untuk mengukur secara
kuantitatif saat itu.
Galvanometer dikalibrasi seperti yang digunakan dalam banyak alat ukur listrik. Amperemeter
DC, alat untuk mengukur arus searah. Karena arus berat akan merusak galvanometer, maka
dsediakan bypass, atau shunt sehingga hanya dikenal presentase tertentu saat ini melewati
galbanometer.
Voltmeter DC, yang dapat mengukur tegangan langsung, terdiri dari galvanometer yang
dikalibrasi dan dihubungkan secara seri dengan hambatan tinggi. Untuk mengukur tegangan
antara dua titik, voltmeter dihubungkan satu sama lain. Arus yang melalui galvanometer akan
sebanding dengan tegangan.

2. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya alat
ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut avometer gabungan
dari fungsi amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter.
Kontruksi sederhana dari amperemeter DC adalah jenis PMMC. Karena kumpulan PMMC
kecil dan kemampuan hantar arusnya terbatas, maka hanya dapat dilalui oleh arus kecil saja. Jika
I yang besar akan diukur, maka sebagian arus dilewatkan pada tahanan yang dipasang paralel
dengan kumparan PMMC.
Spesifikasi dan cara penggunaan :

Ampere meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi
untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar
ditambahkan dengan hambatan shunt.

Ampere meter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada
kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya lorentz yang dapat
menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir, maka semakin besar pula
simpangannya.
Bagian – Bagian Ampere meter
1. Terminal positif (+) dan negatif (-)
2. Skala tinggi dan rendah
3. Batas ukur

Rumus Ampere meter:


I=V/R
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
R = Hambatan (ohm)
Dalam fisika, ampere dilambangkan dengan A, adalah satuan SI untuk arus listrik yang sering
dipendekkan menjadi amp. Satu ampere adalah suatu arus listrik yang mengalir dari kutup positif
ke kutup negatif, sedemikian sehingga di antara dua penghantar lurus dengan panjang tak
terhingga, dengan penampang yang dapat diabaikan, dan ditempatkan terpisah dengan jarak satu
meter dalam vakum, menghasilkan gaya sebesar 2 × 10-7 newton per meter.
Pengukuran daya ac
Pengukuran Daya Rangkaian AC dapat dilakukan menggunakan kombinasi volt meter dan amper
meter yang dikombinasikan. Secara teori daya rangkaian AC merupakan daya rata-rata pada
rangkaian listrik tersebut. Dalam arus bolak-balik daya yang ada setiap saat berubah sesuai
dengan waktu. Daya dalam arus bolak-balik merupakan daya rata-ratanya. Jika sedang dalam
kondisi steady state, daya yang ada pada saat itu dirumuskan :

Dimana :
P = merupakan harga daya saat itu,
V = tegangan
I = arus
Dimana V dan I merupakan harga rms dari tegangan dan arus. Cos ? merupakan faktor daya dari
beban. Dari hasil yang diperoleh didapatkan bahwa faktor daya (cos f ) berpengaruh dalam
penentuan besarnya daya dalam sirkit AC, ini berarti bahwa wattmeter harus digunakan dalam
pengukuran daya dalam sirkuit AC sebagai pengganti Ampermeter dan Voltmeter.

3. Voltmeter
Adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Dengan Kontruksi
voltmeter dasar atau sederhana dari voltmeter DC adalah jenis PMMC. Voltmeter digunakan
untuk mengukur beda potensial antara 2 titik pada rangkaian. Untuk membatasi arus yang
melalui kumparan PMMC agar tidak melampaui harga I maksimumnya, maka dipasang tahanan
yang seri dengan kumparan dan disebut tahanan multiplier.
.

Cara Pengukuran :
Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bisa memperkirakan
berapa besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan sebagai acuan menentukan Batas Ukur
yang harus digunakan. Pemilihan batas ukur yang tepat hendaknya harus lebih tinggi dari
tegangan yang diukur.

4. OHM METER
Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk menahan
mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat
ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur
besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan
ke satuan ohm.

Cara penggunaan :
1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk
dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih
sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm
atau setara dengan 2 Kohm.

5. MULTIMETER
Multimeter adalah alat pengukuran listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt-Ohm
meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus
(ampere meter). Ada dua kategori multimeter yauitu multimeter digital atau DMM (digital multi
meter) dimana multimeter ini merupakan yang baru dan lebh akurat hasilnya, serta multimeter
analog. Masing masing kategori dapat mengukur listrik AC maupun listrik DC. Sebuah
multimeter merupakan perangkat genggam yang berguna untuk menemukan kesalahan dan
pekerjaan lapangan, maupun perangkat yang dapat mengukur dengan derajat ketepatan yang
sangat tinggi.
A. Multimeter analog
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis
TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog ini. Kelebihannya adalah mudah
dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah
akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya
menggunakan multimeter digital.
Cara Menggunakan Multimeter Analog
· Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol apabila kedua
penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum belum tepat pada angka nol
(0).
· Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC mA
apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V
untuk mengukur tegangan DC.
· Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan nolkan
dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka
nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif
dan penjolok warna hidam ke jolok negatif.
· Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan negatifnya karena
bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.
Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan
fungsinya :
1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw),
berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan
atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.

2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust Knob),
berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya : saklar pemilih diputar pada
posisi (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur
kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0 .
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch),
berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri
dari empat posisi pengukuran, yaitu :
· Posisi (Ohm) berarti multimeter
· berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K
· Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter
· berfungsi sebagai voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan
1000.
· Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter
· berfungsi sebagai voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan
1000.
· Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter
· berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan
500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang lain batas
ukurannya belum tentu sama.
4.Lubang kutub + (V A Terminal),
berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub + yang berwarna merah.
5.Lubang kutub – (Common Terminal),
Berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub – yang berwarna hitam.
6.Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch),
berfungsi untuk memilih polaritas DC atau AC.
7.Kotak meter (Meter Cover),
berfungsi sebagai tempat komponen-komponen multimeter.
8. Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer),
Berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur.
9.Skala (Scale),
berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

B. Multimeter Digital

Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih
teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm
saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang
memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan
service center yang memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor
tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun,
sebaiknya menggunakan multimeter analog.

Cara menggunakan multimeter digital


ü hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena
menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
ü Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.
ü Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat
ukur.
ü Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena
display dapat memberitahu.

Fungsi multimeter dan Cara pengukuran dengan multimeter


1. Mengukur tegangan DC
a. Atur Selektor pada posisi DCV.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
c. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi
tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
d. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe
warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
e. Baca hasil ukur pada multimeter.

2. Mengukur tegangan AC
a. Atur Selektor pada posisi ACV.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
c. untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi
tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
d. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
e. Baca hasil ukur pada multimeter.

3. Mengukur kuat arus DC


a. Atur Selektor pada posisi DCA.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang
di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
c. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter
karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter
sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
d. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC,
karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan
dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
e. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada
input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
f. Baca hasil ukur pada multimeter.

4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
c. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum
nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
d. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
e. Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan
pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.

5. Mengecek hubung-singkat / koneksi


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
c. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek
koneksinya.
d. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka
semakin baik konektivitasnya.
e. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.

6. Mengecek transistor NPN


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
c. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
f. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
g. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
i. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
emitor.
j. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
k. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
l. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak
diperlukan.

7. Mengecek transistor PNP


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
c. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
kolektor.
f. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
g. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
i. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
emitor.
j. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
k. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
l. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak
diperlukan.

8. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko
diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah
10uF.
c. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
d. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko)
lalu kembali ke posisi semula.
e. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
f. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

9. Cara Menggunakan Amperemeter Pada Multimeter


a. Pastikan terlebih dahulu arus apakah yang akan diukur. AC atau DC
b. Putar saklar pemilih pada posisi mA atau A DC untuk mengukur arus DC dan mA atau A
AC untuk mengukur arus AC
c. Hitung terlebih dahulu berapa nilai arus yang akan diukur. Jika tidak bisa dihitung
tentukan nilai kira-kira arus yang akan mengalir melewati rangkaian tersebut
d. Letakkan saklar pemilih pada batas ukur yang terbesar jika nilai arus yang akan diukur
belum diketahui. Jika arus yang akan diukur telah diketahui perkiraannya, letakkan saklar
pemilih pada batas ukur yang paling mendekati
e. Untuk mengukur arus AC kabel penghubung dapat dihubungkan dengan sumber arus dan
rangkaian atau beban secara bebas. Mengukur arus DC kabel penghubung harus sesuai. Kabel
penghubung warna merah dihubungkan ke kutub positif sumber arus, sedangkan warna hitam ke
rangkaian.
f. Multimeter harus dipasang seri terhadap rangkaian yang diukur
g. Hubungkan kabel penghubung terhadap rangkaian yang akan diukur

10. Pengukuran Resistansi Pada Multimeter


a. Putar saklar pemilih pada posisi Ohm. Selanjutnya putar saklar pemilih sekaligus
mementukan batas ukur yang dipakai. Untuk mengetes kabel misalnya gunakan batas ukur x1.
Untuk mengukur resistor yang tidak diketahui nilainya gunakan batas ukur yang paling besar.
Jika nantinya setelah diukur jarum penunjuk hanya bergerak sedikit ke kiri, maka saklar putar
dapat ke batas ukur yang lebih kecil lagi.
b. Hubung singkatkan kabel hitam dan merah pada multimeter. Atur pengatur nol sehingga
jarum penunjuk berada pada tepat nol sebelah kanan skala
c. Hubungkan kabel hitam dan merah secara bebas ke komponen yang akan ditest. Lihat
skala apakah jarum bergerak atau tidak. Jika skala perlu dibaca untuk mengetahui resistansi
maka bacalah skalalnya.

11. Menguji Kondensator dengan multimeter


Caranya adalah dengan langkah-langkah berikut di bawah ini:
a. Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
b. Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+) dan
colok (-) dihubungkan. Putar adjusment untuk menyesuaikan.
c. Hubungkan colok (-) dengan kaki berkutub negatif kondensator, sedangkan colok (+)
dengan kaki positif kondensator. Lihat jarum. Apabila bergerrak dan tidak kembali berarti
komponen tersebut masih baik. Jika bergerak dan kembali tetapi tidak seperti posisi semula
berarti komponen rusak. Dan apabila jarum tidak bergerak sama sekali dipastikan putus.

12. Menguji Dioda dengan multimeter


Komponen ini memiliki sepasang kaki yang mana masing-masing berkutub negatif dan positif.
Oleh karena itu dalam menguji nanti hendaknya dilakukan dengan benar dan cermat. Tujuan
pengujian alat ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan akibat beberapa hal . Pada dioda
yang pernah dipakai dalam suatu rangkaian biasanya disebabkan besarnya tekanan arus sehingga
tidak mampu ditahan dan diubah menjadi DC.
Cara pengujian:
a. Saklar diputar pada posisi Ohmmeter, 1x dan Kalibrasi.
b. Hubungkan colok (-) dengan kaki negatif (anoda) dan colok (+) dengan kaki positif
(katoda).
c. Kemudian pindahkan pencolok (-) pada kaki anoda dan colok (+) pada kaki katoda. Bila
jarum bergerak berarti dioda tersebut rusak. Jika sebaliknya (tak bergerak) maka dioda dalam
keadaan baik.

13. Menguji Transformator


Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check apakah masih baik dan berfungsi.
Karena untuk trafo biasanya tidak diberi garansi apabila rusak setelah dibeli. Hal ini
dimungkinkan adanya pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau primer.
Langkah-langkah:
a. Putar multimeter saklar pada posisi Ohm 1x.Kalibrasi.
b. Hubungkan colok (-) dengan salah satu kaki di gulungan primer, colok (+) pada kaki yang
lain di gulungan primer. Bila jarum bergerak maka trafo dalam keadaan baik.
c. Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum multimeter bergerak-gerak
maka trafo dalam keadaan baik. Selisih nilai sama dengan selisih tegangan yang tertera pada
trafo.
d. Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer kemudian colok
yang lain ke gulungan sekunder. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik,
menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan sekunder dengan body trafo.
Lakukan hal sebaliknya.
e. Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer
atau sekunder kemudian colok yang lain ke plat pengikat gulungan yang berada di tengah.
Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya
korsleting gulungan dengan body trafo.

6. OSILOSKOP
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik
agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop biasanya digunakan untuk mengamati bentuk
gelombang yang tepat dari sinyal listrik. Selain amplitudo sinyal, osiloskop dapat mewujudkan
distorsi, waktu anatar dua peristiwa dan waktu relatif dari dua sintyal terkait. Alat ukur ini dapat
digunakan sebagai alat pengukuran rangkaian elektronika seperti TV, Radio dsb. Bentuk alat ini
hampir sama dengan alat yang digunakan dirumah sakit di ruang operasi. Namun untuk yang ini
ukuran nya kecil dari yang digunakan diruang operasi.

Oscilloscope terdiri dari tabung vacuum dengan sebuah cathode (electrode negative )
pada satu sisi yang menghasilkan pancaran electron dan sebuah anode ( electrode positive )
untuk mempercepat gerakannya sehingga jatuh tertuju pada layar tabung. Susunan ini disebut
dengan electron gun. Elektron-elektron disebut pancaran sinar katoda sebab mereka dibangkitkan
oleh cathode dan ini menyebabkan oscilloscope disebut secara lengkap dengan cathode ray
oscilloscope atau CRO.

7. WATTJAM / WATTHOUR METER


Wattjam adalah alat ukur energi listrik. Wattjam (Wh = watt-hour) atau kilowatt-jam (kWh)
sebetulnya alat ukur listrik yang banyak terpasang di setiap rumah. Kita sering salah memahami
mengira bahwa alat ukur yang terpasang dirumah adalah alat ukur daya listrik. Padahal
sebetulnya alat ukur listrik yang terpasang dirumah kita itu adalah Wattjam. Angka penunjuk
pun menyatakan nilai energi listrik yang terpakai dalam rentang waktu tertentu.
8. Total Harmonic Distortion (THD)
Sinyal harmonisa memiliki sifat distrukstif terhadap sinyal fundamental serta nilai RMS sinyal
secara keseluruhan. Prosentase besarnya gangguan dari harmonisa terhadap sinyal fundamental
dinotasikan dalam bentuk Prosentase Total Harmonic Distortion (THD).
Distorsi harmonisa adalah sebuah konsekwensi logis dari maraknya penggunaan jaringan
powerline untuk mensupply beban-beban non linier seperti komputer, Variabel Speed Driver,
UPS dsb

Dampak dari distorsi harmonisa?


a. Meningkatnya aliran arus pada kawat netral
b. Motor dan trafo akan lebih cepat panas sehingga mengurangi umur pemakaian
c. Mengurangi efisiensi dari kerja transformer karena sebagian besar kinerjanya digunakan
untuk mengakomodasi harmonisa
d. Munculnya noise berupa suara
e. Terbakarnya kabel/konduktor penghantar meskipun belum mencapai nilai maksimum

Bagian mana sajakah yang harus diperiksa?


Periksalah Motor, Trafo dan konduktor netral yang mensupply beban-beban elektronik.
Berapa batas toleransi THD yang diperbolehkan?
Batas THD untuk tegangan adalah 5%, bila alat ukur menunjukkan nilai THD tegangan diatas
5% maka segera lakukan pengecekan secepatnya. Sedangkan untuk THD arus, besarnya THD
yang diperbolehkan tergantung dari perbandingan arus hubung singkat pada Point of Common
Coupling (PCC) dengan arus beban fundamental nominal. Beberapa referensi menyatakan
bahwa tingginya THD arus adalah sesuatu yang wajar selama anda dapat memastikan level arus
dan temperature trafo tidak terlampau ekstrem. Demikian pula dengan arus netral, arus tersebut
tidak boleh melebihi kapasitas konduktor netral. Sinyal Arus yang terdistorsi harmonisa

Sinyal Voltage yang terdistorsi oleh Harmonisa Tegangan

9 Thermography Infrared
Pengukuran suhu dengan Thermal Infrared
Berbeda dengan Thermometer Infrared dan Infrared Camera, Thermography infrared memiliki
berbagai kelebihan yang tidak dimiliki alat Thermometer lainnya.

Thermography Infrared mengukur suhu suatu benda dengan melakukan pemetaan dan analisa
secara Non contact dari panas permukaan yang akan diukur.

Suhu suatu benda yang akan diukur masih dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya :
A. Jarak pengukuran
B. Emisivity
C. Ambient (suhu ruangan)
D. Suhu benda lain di dekat benda yang akan diukur
E. Pantulan / tembusan yang timbul karena perbedaan jenis material
F. Material benda yang akan diukur
(Black body adalah jenis benda yang sempurna. dan jika dipanasi pada suhu 100 derajat celcius
akan memancarkan energy 100 derajat celcius)
Oleh karena itu, dalam pemakaian alat Thermography Infrared, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain :
A. Field of View
B. Distance to Spot
C. Background Temperature
D. Wind Speed
E. Emisivity of UUT (Unit Under Test)

Anda mungkin juga menyukai