Anda di halaman 1dari 40

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 21 TAHUN 2004
TENTANG
PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan untuk mencapai tujuan berne gara
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, disusun Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, yang merupakan wujud pengelolaan keuangan negara dan
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang;
c. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud dalam huruf
b diatas disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan;
d. bahwa dalam rangka menindaklanjuti ketentuan PasaI 14 ayat (6) Undang- undang
Nomor 17 Tahun 2003 perlu disusun peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyusuna n rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan
perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4286);
3. Undang.undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4405);

Memutuskan:

Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan Republik Indonesia yang
dipimpin oleh menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang
tertentu.
2. Lembaga adalah organisasi non-kementerian .negara dan instansi lain pengguna
anggaran yang dibentuk untuk me~nksanakan tugas tertentu berdasarkan
Undang.Undang Dasar 1945 atau peraturan perundang.undangan lainnya.
3. Unit organisasi adalah bagian dari suatu Kementerian Negara/ Lembaga yang
bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian dan/ atau pelaksanaan suatu program.
4. Satuan kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian
Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program.
5. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut
dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun
berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.
6. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran
tahun berikutnya.
7. Penganggaran Terpadu (umfjed budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian
efisiensi alokasi dana.
8. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasiona l.
9. Program adalah penjabaran kebijakan Kementerian Negara/Lembaga dalam bentuk
upaya yang berisi satu. atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya
yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi Kementerian
Negara/Lembaga.
10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil
(sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan
(input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
11. Sasaran (target) adalah hasil,Yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
12. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
13. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
14. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya
disebut RKA-KL, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
program dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan
penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakannya.
15. Pagu indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada
Kementerian Negara/Lembaga untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga.
16. Pagu sementara merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum dan
prioritas anggaran hasil pembahasan Pemerintah Pusat dengan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sebagai acuan dalam penyusunan RKA-KL.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disebut APBN, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
18. Menteri Perencanaan adalah menteri yang bertanggung jawab dibidang perencanaan
pembangunan nasional.
19. Kementerian Perencanaan adalah Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpin oleh
menteri yang bertanggung jawab di bidang perencanaan pembanguna n nasional.
20. Menteri Keuangan adalab menteri yang bertanggung jawab dibidang keuangan
negara.
21. Kementerian Keuangan adalah Kementerian Negara yang dipimpin oleh menteri yang
bertanggung jawab di bidang keuangan negara.

BAB II
POKOK-POKOK PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Bagian Pertama
Dasar Penyusunan RKA-KL

Pasal 2
(1) Kementerian Negara/Lembaga menyusun RKA-KL berpedoman kepada Rencana
Kerja Pemerintah.
(2) Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur
dalam Peraturan Pemerintah tersendiri.

Bagian Kedua
Isi dan Susunan RKA -KL

Pasal 3
(1) RKA-KL terdiri dari rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga dan anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakan rencana kerja tersebut.
(2) Di dalam rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diuraikan visi, misi,
tujuan, kebijakan, program, hasil yang diharapkan, kegiatan, keluaran yang
diharapkan.
(3) Di dalam anggaran yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diuraikan
biaya untuk masing- masing program dan kegiatan untuk tahun anggaran yang
direncanakan yang dirinci menurut jenis belanja, prakiraan maju untuk tahun
berikutnya, serta sumber dan sasaran pendapatan Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangk utan.
(4) RKA-KL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi seluruh kegiatan satuan
kerja di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga termasuk kegiatan dalam rangka
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Bagian Ketiga
Pendekatan Penyusunan RKA-KL

Pasal 4
RKA-KL disusun dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:
a. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah;
b. Penganggaran Terpadu;
c. Penganggaran berbasis kinerja.

Pasal 5
(1) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal
secara berkelanjutan.
(2) Kementerian Negara/Lembaga; mengajukan usulan anggaran untuk membiayai
program dan kegiatan dalam tahun anggaran yang direncanakan dan menyampaikan
prakiraan maju yang merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan
program dan kegiatan tersebut paga tahun berikutnya.
(3) Prakiraan maju yang diusulkan Kementerian Negara/Lembaga disetujui oleh Presiden
dalam Keputusan Presiden tentang Rincian APBN untuk menjadi dasar bagi
penyusunan usulan anggaran Kementerian Negara/Lembaga pada tahun anggaran
berik utnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.

Pasal 6
(1) Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga untuk
menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran belanja menurut
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
(2) Klasifikasi menurut organisasi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
Kementerian Negara/Lembaga yang berlaku.
(3) Klasifikasi menurut fungsi dan sub fungsi dilakukan sesuai dengan Lampiran I.
(4) Klasifikasi menurut program dan kegiatan ditetapkan oleh Menteri Perencanaan
berkoordinasi dengan Menteri Keuangan berdasarkan usulan Menteri/Pimpinan
Lembaga.
(5) Klasifikasi menurut rincian jenis belanja dilakukan sesuai dengan La mpiran II.
(6) Perubahan terhadap klasifikasi menurut organisasi, fungsi, sub fungsi dan rincian
jenis belanja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (5), ditetapkan
oleh Kementerian Keuangan.

Pasal 7
(1) Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan
antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
(2) Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar
biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan.
(3) Tingkat kegiatan yang direncanakan dan standar biaya yang ditetap pada permulaan
siklus tahunan penyusunan anggaran menjadi dasar untuk menentukan anggaran
untuk tahun anggaran yang direncanakan dan prakiraan maju bagi program yang
bersangkutan.
(4) Menteri Keuangan menetapkan standar biaya, baik yang bersifat umum maupun yang
bersifat khusus bagi Pemerintah Pusat setelah berkoordinasi dengan Kementerian
Negara/Lembaga terkait.

Pasal 8
(1) Dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja, Kementerian Negara/Lembaga
melaksanakan pengukuran kinerja.
(2) Kementerian Negara/Lembaga melakukan evaluasi kinerja. kegiatan satuan kerja
Kementerian Negara/Lembaga setiap tahun berdasarkan sasaran dan/ atau standar
kinerja kegiatan yang telah ditetapkan sebagai umpan balik bagi penyusunan RKA-
KL tahun berikutnya.
(3) Kementerian Negara/Lembaga melakukan evaluasi kinerja program sekurang-
kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun berdasarkan sasaran daniatau standar kinerja
yang telah ditetapkan.

BAB III
PROSES PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Pasal 9
(1) Kementerian Negara/Lembaga menyusun rencana kerja Kementerian
Negara/Lembaga untuk tahun anggaran yang sedang disusun dengan mengacu pada
prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif yang ditetapkan dalam Surat
Edaran Bersama Menteri Perencanaan dan Menteri Keuangan.
(2) Rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan
menggunakan pagu indikatif untuk tahun anggaran yang sedang disusun dan
prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya.
(3) Kementerian Perencanaan menelaah rencana kerja yang disampaikan Kementerian
Negara/Lembaga berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.
(4) Perubahan terhadap prcgram Kementerian Negara/Lembaga disetujui oleh
Kementerian Perencanaan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, berdasarkan
usulan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.
(5) Ketentuan lebih lanjut tentang penyusuna n rencana kerja Kementerian
Negara/Lembaga ditetapkan oleh Menteri Perencanaan.

Pasal 10
(1) Menteri/Pimpinan Lembaga setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan
tentang pagu sementara bagi masing- masing program pada pertengahan bulan Juni,
menyesuaikan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga menjadi RKA-KL yang
dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan.
(2) Kementerian Negara/Lembaga membahas RKA-KL sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), bersama-sama dengan komisi terkait di DPR.
(3) Hasil pembahasan RKA-KL sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), disampaikan
kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan selambat- lambatnya
pada pertengahan bulan Juli.
(4) Kementerian Perencanaan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan
bersama DPR dengan Rencana Kerja Pemerintah.
(5) Kementerian Keuangan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan
bersama DPR dengan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara,
prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan standar biaya
yang telah ditetapkan.

Pasal 11
(1) Menteri Keuangan menghimpun RKA-KL yang telah ditelaah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (5), untuk selanjutnya bersama-sama dengan nota keuangan dan
Rancangan APBN dibahas dalam Sidang Kabinet.
(2) Nota keuangan dan Rancangan APBN beserta himpunan RKA-KL yang telah dibahas
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disampaikan Pemerintah kepada DPR
selambat- lambatnya pertengahan bulan Agustus untuk dibahas bersama dan
ditetapkan menjadi Undang-undang APBN selambat-lambatya pada akhir bulan
Oktober.

Pasal 12
(1) RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Keputusan Presiden tentang
Rincian APBN selambat- lambamya akhir bulan November.
(2) Keputusan Presiden tentang Rincian APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
menjadi dasar bagi masing- masing Kementerian Negara/Lembaga untuk menyusun
konsep dokumen pelaksanaan anggaran.
(3) Konsep dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara selambat-
lambatnya minggu kedua bulan Desember.
(4) Dokumen pelaksanaan anggaran disahkan oleh Menteri Keuangan selambat-
lambamya tanggal 31 Desember.

Pasal 13
(1) Tata cara pengisian formulir RKA-KL dilakukan sesuai dengan Lampiran III.
(2) Perubahan terhadap tata cara pengisian formulir sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 14
Hubungan antar lembaga dalam proses penyusunan RKA-KL serta indikasi jadwal
waktunya .digambarkan dalam Lampiran IV.

BAB IV
KETENTUAN LAIN- LAIN

Pasal 15
(1) Penerapan Penganggaran Te rpadu, penganggaran dengan Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah dan penganggaran berdasarkan kinerja sebaga imana dimaksud
dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8, dilakukan secara bertahap mulai
Tahun Anggaran 2005.
(2) Kementerian Keuangan menetapkan rencana pentahapan pelaksanaan sistem
penganggaran yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

BABV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16
Segala ketentuan yang mengatur penyusunan anggaran Kementerian Negara/Lembaga
dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan dan/atau belum diatur
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanga n Peraturan Pemerint.ah


ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2004 -
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRl
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2004
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDO NESIA,
ttd.
BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLlK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 75


PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERITAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2004
TENTANG
PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

I. UMUM
1. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat
berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-
perubahan ini didorong oleh beberapa faktor termasuk diantaranya perubahan-
perubahan ya ng berlangsung begitu cepat di bidnag politik, desentralisasi, dan
berbagai perkembangan tantangan pembangunan yang dihadapi pemerintah.
Berbagai perubahan ini membutuhkan dukungan sistem penganggaran yang lebih
responsif, yang dapat memfasilitasi upaya me menuhi tuntutan peningkatan kinerja
dalam artian dampak pembangunan, kualitas layanan dan efisensi pemanfaatan
sumber daya.
Penganggaran memiliki tiga tujuan utama: stabilitas fiskal makro, alokasi sumber
daya sesuai prioritas, dan pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disusun
berdasarkan pemahaman bahwa ketiga tujuan penganggaran tersebut terkait erat
satu sama lain. Berbagai inisiatif yang terkandung dalam undang- undang ini:
penerapan prinsip perencanaan dan penganggaran dengan perspektif jangka
menengah, penganggaran terpadu, dan penganggaran berbasis kinerja ditujukan
untuk mendukung upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut. Berbagai elemen tujuan
penganggaran ini perlu dikelo1a dengan baik agar ketiganya saling mendukung.
Kebijakan fiskal yang baik dan penerapan sistem perencanaan dan penganggaran
dengan perspektif jangka menengah merupakan kunci bagi kepastian pendanaan
kegiatan pemerintah, dalam keadaan dimana dana yang tersedia sangat terbatas
sedangkan kebutuhan begitu besar. Alokasi sumber daya secara strategis perlu
dibatasi dengan pagu yang realistis agar tekanan pengeluaran/pembelanjaan tidak
merongrong pencapaian tujuan-tujuan fiskal. Dengan penetapan pagu indikatif
dan pagu sementara pada tahap awal sebelum dimulai penganggaran secara rinci,
para pelaku anggaran (Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah) harus menentukan kebijakan dan prioritas anggaran, termasuk keput usan
mengenai "trade-off” antara keputusan yang telah diambil masa lalu dan yang
akan diambil pada masa yang akan datang.
2. Lingkungan yang Mendukung
Untuk mencapai hasil yang dimaksudkan, sistem penganggaran harus
menciptakan lingkungan yang mendukung (enabling environment), dengan
karakteristik:
• Mengaitkan kebijakan, Perencanaan, dan Penganggaran;
• Mengendalikan pengambilan keputusan pada hal- hal yang dalam kendala
anggaran;
• Memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan;
• Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan review
kebijakan;
• Memberikan media/forum bagi alternatif kebijakan berkompetisi satu sama
lain, suatu yang sangat penting bagi tumbuhnya dukungan pada tahap
pelaksanaan nantinya;
• Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian prioritas
kembali alokasi sumber daya.
Lingkungan yang mendukung semacam ini memungkinkan sistem penganggaran
untuk memfasilitasi review kebijakan dan program, sejalan dengan prioritas-
prioritas yang mengalami perubahan, yang pada gilirannya mencerminkan
tekanan dari berbagai sumber, yang utama berasal dari perkembangan politik,
fluktuasi ketersediaan sumber daya, dan informasi baru mengenai efisiensi dan
efektivitas program yang didukung oleh anggaran.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menciptakan
lingkungan pendukung dengan menciptakan landasan bagi tatanan kontraktual
kinerja antara lembaga-lembaga pusat (central agency) seperti Kementerian
Keuangan dengan Kementerian Negara/Lembaga teknis. Kesepakatan-
kesepakatan ini mencerminkan platform politik Pemerintah. Undang- undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara secara eksplisit menguraikan
hubungan antara Presiden, Kementerian Keuangan sebagai Chief Financial
Officer (CFO), dan Kementerian Negara/Lembaga yang menjalankan fungsi Chief
Operational Officer (COO).
Lembaga pusat (central agency) mengkoordinasikan penyusunan prioritas
pembangunan dan prioritas anggaran, menelaah rencana kerja dan anggaran
sesuai dengan kewenangan masmg- masmg, dan menetapkan prosedur
perencanaan dan penganggaran. CFO memberikan kepastian pendanaan dalam
kerangka, keberlanjutan fiskal, dan menetapkan aturan mam dan praktek- praktek
yang mendukung dan menuntut pemanfaatan sumber daya secara efisien. Sebagai
imbalan dari penerapan kerangka penganggaran yang disiplin, COO sebagai
pengguna anggaran mendapatkan kewenangan yang memadai dalam penyediaan
Iayanan umum. Kemudian, tanggung jawab COO meliputi: merumuskan strategi
Kementerian Negara/Lembaga yang jelas, menyusun rencana kerja dan anggaran,
menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif, melaporkan kinerja dan
penggunaan sumber daya yang tersedia, serta melakukan evaluasi atas hasil
kinerja.
3. Prinsip-prinsip Perubahan
Perubahan-perubahan kunci yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara meliputi aspek-aspek penting sebagai
berikut :
a. Penerapan Pendekatan Penganggaran dengan Perspektif Jangka Menengah.
Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka yang
menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan
penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber
daya agar lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada Pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan
lebih efisien.
Dengan melakukan proyeksi jangka menengah, dapat dikurangi ketidakpastian
di masa yang akan datang dalam penyediaan dana untuk membiayai
pelaksanaan berbagai inisiatif kebijakan baru dalam penganggaran tahunan
tetap dimungkinkan, tetapi pada saat yang sama harus pula dihitung implikasi
kebijakan baru tersebut dalam konteks keberlanjutan fiskal dalam jangka
menengah (medium term fiscal sustainabilty). Cara ini juga memberikan
peluang kepada Kementerian Negara/Lembaga dan Kementerian Keuangan
untuk melakukan analisis apakah perlu melakukan perubahan terhadap
kebijakan yang ada, termasuk menghentikan program-program yang tidak
efektif, agar kebijakan- kebijakan baru dapat diakomodasikan.
Dengan memusatkan perhatian pada kebijakan-kebijakan yang dapat dibiayai,
diharapkan dapat tercapai disiplin fiskal, yang merupakan kunci bagi tingkat
kepastian ketersediaan sumber daya untuk membiayai kebijakan-kebijakan
prioritas. Sebagai konsekuensi dari menempuh proses penganggaran dengan
perspektif jangka menengah secara disiplin, manajemen mendapatkan imbalan
dalam bentuk keleluasaan pada tahap implementasi dalam kerangka kinerja
yang dijaga dengan ketat.
b. Penerapan Penganggaran Secara Terpadu
Memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN yang disusun
secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan
anggaran belanja pembangunan merupakan tahapan yang diperlukan sebagai
bagian upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih
transparan, dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang
berorientasi kinerja. Dalam kaitan dengan menghitung biaya input dan
menaksir kinerja program sangat penting untuk melihat secara bersama-sama
biaya secara keseluruhan, baik yang bersifat investasi maupun biaya yang
bersifat operasional. Dualisme/perbedaan ya ng ada saat ini antara anggaran
rutin dan anggaran pembangunan mengalihkan fokus dari kinerja secara
keseluruhan. Memadukan (unifying) anggaran sangat penting untuk
memastikan bahwa investasi dan biaya operasional yang berulang (recurrent)
dipertimbangkan secara simultan pada saat-saat kunci pengambilan keputusan
dalam siklus penganggaran.
c. Penerapan Penganggaran Berdasakan Kinerja
Memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan
sistem penganggaran berdasarkan kinerja akan mendukung perbaikan efisiensi
dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses
pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.
Sesuai amanat Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dalam rangka penyusunan Ra.ncangan APBN,
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang
menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun
berikutnya. Selanjutnya pada ayat (2) pasal yang sama disebutkan bahwa
rencana kerja dan anggaran yang disusun harus berdasarkan prestasi kerja
yang akan dicapai.
Berdasarkan ketentuan tersebut penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) merupakan tindak lanjut dari
Rencana Kerja Pemerintah yang telah ditetapkan dalam rangka penyusunan
Rancangan APBN. RKA yang disusun berdasarkan prestasi kerja
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, program dan
kegiatan Kementerian Negara/Lembaga harus diarahkan untuk mencapai hasil
dan keluaran yang telah ditetapkan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah.
Selain itu, penyusunan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan harus didasarkan atas harga per unit satuan atas keluaran atau
kegiatan guna mencapai efisiensi.
4. Tahapan Pelaksanaan Perubahan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
memungkinkan implementasi proses reformasi dalam jangka waktu lima
tahun. Untuk itu, tahapan implementasi yang tepat sangat dibutuhkan.
Pertama-tama, perlu menerapkan penganggaran yang disiplin, yang
diberlakukan untuk seluruh Kementerian Negara/Lembaga. Ini meliputi
penerapan pendekatan penganggaran jangka menengah, dengan pagu anggaran
yang tegas (hard budget constrain/) untuk mendisiplinkan proses
penganggaran dan memastikan bahwa, paling tidak, keberlanjutan fiskal dan
kepastian ketersediaan sumber daya benar-benar terjaga.
Bersamaan dengan itu, perlu diterapkan penganggaran secara terpadu,
Kementerian Negara/Lembaga juga melakukan review terhadap prioritas
pembangunan dan prioritas anggaran, yang ditetapkan berdasarkan landasan
program yang diajukan oleh presiden terpilih. Di samping itu, harus dilakukan
evaluasi terhadap program dan kegiatan untuk menghilangkan program-
program dan kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih, dan untuk membuat
sasaran program lebih transparan dan dapat diukur.
Tahapan paling lanjut dalam rangkaian penyempurnaan penganggaran adalah
menerapkan penganggaran berbasis kinerja dengan penekanan pertama-tama
pada ketersediaan rencana kerja, yang benar-benar mencerminkan komitmen
Kementerian Negara/Lembaga sebagai bagian dari proses penganggaran.
Kementerian Negara/Lembaga dituntut memperkuat diri dengan kapasitas
dalam mengembangkan indikator kinerja dan sistem pengukuran kinerja
mereka sendiri dan dalam meningkatkan kualitas penyusunan kebutuhan
biaya, sebagai persyaratan untuk mendapatkan anggaran. Sejalan dengan
tumbuhnya orientasi kinerja dan perbaikan informasi indikator kinerja,
pendekatan yang lebih sistematik terhadap penganggaran berbasis kinerja
akan terbentuk. Sebagai langkah antara sejumlah uji coba ctapat dilakukan
pada beberapa Kementerian Negara/Lembaga, khususnya yang berkaitan
langsung dengan pelayanan masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Rencana kerja yang dituangkan dalam RKA-KL juga merupakan penjabaran
Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga.
Rencana Kerja Pemerintah adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1
(satu) tahun.
Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga adalah dokumen perencanaan
Kementerian Negara/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Dalam RKA-KL termasuk juga rencana kerja dan anggaran untuk badan layanan
umum yang ada pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan tahun anggaran yang sedang disusun adalah tahun
anggaran yang direncanakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) .
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Koordinasi dimaksud menyangkut implikasi pembiayaan serta pemberian kode
program dan kode kegiatan.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Perubahan k1asifikasi menurut organisasi didasarkan kepada peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar perubahan organisasi Kementerian
Negara/Lembaga.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Standar biaya yang ditetapkan dapat berupa standar biaya masukan pada awal
tahap penerapan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya menjadi standar biaya
keluaran.
Pasal 8
Ayat{1)
Dalam rangka pelaksanaan pengukuran kinerja ditetapkan sasaran dan/atau
standar kinerja program dan kegiatan di lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga.
Ayat (2)
Evaluasi dalam ayat ini diartikan sebagai penilaian atas relevansi dan efektifitas,
serta konsistensi program dan/ atau kegiatan terhadap tujuan kebijakan.
Ayat (3)
Cukupjelas .
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Koordinasi dengan Kementerian Keuangan berkaitan dengan pendanaan dan
pengkodean.
Ayat (4)
Koordinasi dengan Kementerian Keuangan berkaitan dengan pendanaan dan
pengkodean.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
SE Menteri Keuangan tentang pagu sementara berasal dari Kebijakan umum dan
prioritas anggaran yang telah disepakati oleh Pemerintah bersama D PR.
Dalam SE Menteri Keuangan dimaksud sudah termasuk pagu sementara untuk
masing- masing Pemerintah Daerah.
Pagu anggaran sementara disampaikan juga oleh Panitia Anggaran DPR kepada
komisi-komisi di DPR yang menjadi .mitra kerja Kementerian Negara/Lembaga
terkait sebagai bahan dalam pembahasan RKA-KL.
Penyesuaian rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga dimaksud termasuk
alokasi sementara untuk program dan kegiatan dalam rangka dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan Rencana Kerja Pemerintah adalah dokumen perencanaan
nasional untuk periode I (satu) tahun sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah tersendiri.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Nota keuangan adalah ringkasan kebijakan umum dan prioritas anggaran dalam
rangka mengantarkan Rancangan Undang- undang APBN dengan lampiran RKA-
KL.
Ayat (2)
Cukupjelas
Pasal 12
Ayat (1)
Keputusan Presiden tentang Rincian APBN disusun menurut Kementerian
Negara/Lembaga dan unit organisasi yang memuat antara lain:
a. fungsi, sub fungsi, program, dan kegiatan;
b. pagu anggaran yang dirinci menurut fungsi, belanja, dan sumber dana;
c. alokasi pagu anggaran untuk pusat dan daerah;
d. prakiraan maju.
Ayat (2)
Konsep dokumen pelaksanaan anggaran disusun untuk setiap satuan kerja/unit
pelaksana teknis Kementerian Negara/Lembaga yang memuat antara lain:
a. program dan hasil yang diharapkan;
b. kegiatan dan keluaran yang diharapkan;
c. lokasi kegiatan;
d. pagu anggaran belanja yang dirinci menurut fungsi, jenis belanja dan sumber
dana untuk masing- masing kegiatan pada satuan kerja/unit pelaksana teknis
Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah;
e. pendapatan yang diperkirakan pada masing- masing satuan kerja/unit
pelaksana teknis Kementerian Negara/Lembaga;
f. rencana penarikan dana pada masing- masing satuan kerja/unit pelaksana
teknis Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah;
g. pimpinan satuan kerja/unit pelaksana teknis Kementerian Negara/ Lembaga
dan penanggungjawab pelaksanaan kegiatan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Dokumen pelaksanaan anggaran yal;lg telah disahkan disampaikan antara lain
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga, kuasa Bendahara Umum Negara, Badan
Pemeriksa Keuangan.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4406


LAMPIRAN I A
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2004
TANGGAL 5 AGUSTUS 2004

KLASIFIKASI FUNGSI DAN SUB FUNGSI

Kode Fungsi dan Sub Fungsi


01 Pelayanan Umum
01 01 Lembaga Eksekutif dan Legislatif, Keuangan dan Fiskal, serta Urusan
Luar Negeri
01 02 Bantuan Luar Negeri
01 03 Pelayanan Umum
01 04 Penelitian Dasar dan Pengembangan Iptek
01 05 Pinjaman Pemerintah
01 06 Pembangunan Daerah
01 07 Litbang Pelayanan Umum Pemerintah
01 90 Pelayanan Umum Pemerintahan Lainnya

02 Pertahanan
02 01 Pertahanan Negara
02 02 Dukungan Pertahanan
02 03 Bantuan Militer Luar Negeri
02 04 Litbang Pertahanan
02 90 Pertanahan lainnya

03 Ketertiban dan Keamanan


03 01 Kepolisian
03 02 Penanggulangan Bencana
03 03 Pembinaan Hukum
03 04 Peradilan
03 05 Lembaga Pemasyarakatan
03 06 Litbang Ketertiban, Keamanan dan Hukum
03 90 Ketertiban, Keamanan dan Hukum lainnya

04 Ekonomi
04 01 Perdagangan, Pengembangan Usaha, Koperasi dan UKM
04 02 Tenaga Kerja
04 03 Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan
04 04 Pengairan
04 05 Bahan Bakar dan Energi
04 06 Pertambangan
04 07 Industri dan Konstruksi
04 08 Transportasi
04 09 Telekomunikasi dan Informatika
04 10 Litbang Ekonomi
04 90 Ekonomi lainnya

05 Lingkungan Hidup
05 01 Manajemen Limbah
05 02 Manajemen Air Limbah
05 03 Penanggulangan Polusi
05 04 Konservasi Sumberdaya Alam
05 05 Tata ruang dan Pertanahan
05 06 Litbang Perlindungan Lingkungan Hidup
05 90 Perlindungan Lingkungan Hidup Lainnya
06 Perumahan dan Fasilitas Umum
06 01 Pengembangan Perumahan
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
06 02 Pemberdayaan Komunitas Pemukiman
06 03 Penyediaan Air Minum
06 04 Penerangan jalan
06 05 Litbang Perumahan dan pemukiman
06 90 Perumahan dan Pemukiman Lainnya

07 Kesehatan
07 01 Obat dan Perbekalan Kesehatan
07 02 Pelayanan Kesehatan Perorangan
07 03 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
07 04 Keluarga Berencana
07 05 Litbang Kesehatan
07 90 Kesehatan lainnya

08 Pariwisata dan Budaya


08 01 Pengembangan Pariwisata dan Budaya
08 02 Pembinaan Kepemudaan dan Olahraga
08 03 Pembinaan Penerbitan dan Penyiaran
08 04 Litbang Pariwisata, Budaya, Kepemudaan dan Olahraga
08 90 Pariwisata dan Budaya Lainnya

09 Agama
09 01 Peningkatan Kehidupan Beragama
09 02 Kerukunan Hidup Beragama
09 03 Litbang Agama
09 90 Pelayanan Keagamaan Lainnya

10 Pendidikan
10 01 Pendidikan Anak Usia Dini
10 02 Pendidikan Dasar
10 03 Pendidikan Menengah
10 04 Pendidikan Non Formal & In Formal
10 05 Pendidikan Kedinasan
10 06 Pendidikan Tinggi
10 07 Pelayanan Bantuan terhadap Pendidikan
10 08 Pendidikan Keagamaan
10 09 Litbang Pendidikan
10 90 Pendidikan Lainnya

11 Perlindungan Sosial
11 01 Perlindungan dan Pelayanan Orang Sakit dan Cacat
11 02 Perlindungan dan Pelayanan Lansia
11 03 Perlindungan dan Pelayanan Sosial Keluarga Pahlawan, Perintis
Kemerdekaan dan Pejuang
11 04 Perlindungan dan Pelayananan Sosial Anak-anak dan Keluarga
11 05 Pemberdayaan Perempuan
11 06 Penyuluhan dan Bimbingan Sosial
11 07 Bantuan Perumahan
11 08 Bantuan dan Jaminan Sosial
11 09 Litbang Perlindungan Sosial
11 90 Perlindungan Sosial lainnya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
LAMPIRAN I B
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2004
TANGGAL 5 AGUSTUS 2004

PENJELASAN LAMPIRAN I A TENTANG


KLASIFIKASI FUNGSI DAN SUB FUNGSI

Kode Fungsi dan Sub Fungsi


01 PELAYANAN UMUM
01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN
FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI
§ Administrasi, operasi atau dukungan unt uk lembaga eksekutif,
legislatif, keuangan dan fiskal, manajemen kas negara, utang
pemerintah, operasional perpajakan
§ Kegiatan kementerian keuangan
§ Kegiatan luar negeri termasuk menlu, kegiatan diplomat, misi- misi
internasional dll.
§ Penyediaan dan penyebaran informasi, dokumentasi, statistik
keuangan dan fiskal

Termasuk:
§ Kegiatan kantor kepala eksekutif pada semua level-presiden, wakil
presiden, gubernur, bupati/walikota dll. Semua tingkatan lembaga
legislatif- MPR, DPR, BPK, DPRD; lembaga penasehat, administrasi
serta staf yang ditunjuk secara politis untuk membantu lembaga
eksekutif dan legislatif; serta semua badan atau kegiatan yang bersifat
tetap atau sementara yang ditujukan untuk membantu lembaga
eksekutif dan legislatif;
§ Kegiatan keuangan dan fiskal dan pelayanan pada seluruh tingkatan
pemerintahan;
§ Kegiatan politik dalam negeri;
§ Penyediaan dan penyebaran informasi, dokumentasi, statistik
mengenai politik dalam negeri

Tidak termasuk:
§ Kantor-kantor kementerian, baik di pusat maupun di daerah, komite
antar departemen dll, yang terkait dengan fungsi tertentu
(diklasifikasikan sesuai dengan fungsi masing- masing);
§ Pembayaran cicilan utang dan berbagai kewajiban pemerintah
sehubungan dengan utang pemerintah (01.05);
§ Bantuan pemerintah RI kepada negara lain dalam rangka bantuan
ekonomi (01.02).
01.02 Bantuan Luar Negeri
§ Administrasi kerjasama ekonomi dengan negara-negara berkembang
dan negara- negara transisi, administrasi bantuan luar negeri yang
disalurkan melalui lembaga internasional;
§ Operasional untuk misi- misi bantuan ekonomi terhadap negara-negara
tertentu;
§ Kontribusi untuk dana pembangunan ekonomi yang diadministrasikan
oleh lembaga internasional/regional;
§ Bantuan ekonomi dalam bentuk hibah atau pinjaman
Tidak termasuk bantuan militer untuk negara asing (02.03), bantuan untuk
operasi perdamaian internasional (02.03)
01.03 Pelayanan Umum
§ Pelayanan umum yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat yang tidak
dilakukan oleh fungsi tertentu, antara lain administrasi kepegawaian,
bidang perencanaan, ekonomi nasional, statistik, dan administrasi
kependudukan.
Tidak termasuk:
§ Administrasi kepegawaian yang terkait dengan fungsi- fungsi tertentu;
§ Administrasi perencanaan, ekonomi, statistik nasional, yang terkait
dengan fungsi- fungsi tertentu.
01.04 Penelitian Dasar dan Pengembangan Iptek
§ Administrasi, operasi dan koordinasi dari lembaga pemerintah yang
berhubungan dengan penelitian dasar dan pengembangan Iptek;
§ Hibah, pinjaman atau subsidi dalam rangka mendukung penelitian
dasar dan pengembangan Iptek yang dilaksanakan oleh lembaga-
lembaga non pemerintah, seperti lembaga penelitian dan perguruan
tinggi;
Tidak termasuk penelitian terapan dan pengembangan yang terkait dengan
fungsi tertentu.
01.05 Pinjaman Pemerintah
Pembayaran bunga dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terkait dengan
pinjaman.
Tidak termasuk biaya administrasi untuk pengelolaan hutang pemerintah
(01.01)
01.06 Pembangunan Daerah
§ Transfer umum antar level pemerintahan yang tidak ditentukan
penggunaannya;
§ Administrasi dan operasi dalam rangka pembangunan daerah,
pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat.
01.07 Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Umum Pemerintahan
§ Administrasi dan operasi dari lembaga pemerintah yang berhubungan
dengan penelitian terapan dan pengembangan yang ada hubungannya
dengan pelayanan umum pemerintahan;
§ Hibah, pinjaman atau subsidi dalam rangka mendukung penelitian
terapan yang berhubungan dengan pelayanan pemerintah umum yang
dilaksanakan oleh lembaga- lembaga non pemerintahan, seperti lembaga
penelitian dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk :
§ Penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
§ Biaya administrasi untuk pengelolaan utang pemerintah (01.01)
01.90 Pelayanan Umum Pemerintahan Lainnya
Administrasi dan operasi terhadap pelayanan umum pemerintahan yang
tidak termasuk kegiatan-kegiatan yang sudah diklasifikasikan dalam 01.01
s.d. 01.07, seperti: tugas-tugas pemilihan umum
Tidak termasuk pemberdayaan komunitas pemukiman
02 Pertahanan
02.01 Pertahanan Negara
§ Administrasi dan operasi militer untuk seluruh angkatan
§ Operasi untuk rekayasa, perhubungan, komunikasi, intelejen,
kepegawaian dan kekuatan pertahanan non tempur lainnya.
Termasuk atase militer di luar negeri, rumah sakit militer di lapangan
Tidak termasuk misi bantuan militer (02.03), rumah sakit militer tetap
(07.03), sekolah/pendidikan militer (10.05), pensiunan militer (11.03)
02.02 Dukungan Pertahanan
Administrasi dan operasi kekuatan pertahanan sipil, perumusan keadaan
darurat, organisasi yang melibatkan lembaga sipil dan penduduk
Tidak termasuk pelayanan perlindungan masyarakat (03.02), pembelian
dan penyimpanan alat dan bahan dalam keadaan darurat untuk bencana
alam (03.02)
02.03 Bantuan Militer Luar Negeri
§ Administrasi dan bantuan militer serta operasi perdamaian kepada
pemerintah asing, lembaga internasional, dan sekutu.
02.04 Penelitian dan Pengembangan Pertahanan
§ Administrasi dan operasi dari lembaga pemerintah yang berhubungan
dengan penelitian terapan dan pengembangan yang ada hubungannya
dengan pertahanan;
§ Hibah, pinjaman atau subsidi dalam rangka mendukung penelitian
terapan yang berhubungan dengan pertahanan yang dilaksanakan oleh
lembaga- lembaga non pemerintah, seperti lembaga penelitian dan
perguruan tinggi.
Tidak termasuk penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
02.90 Pertahanan Lainnya
Administrasi dan operasi terhadap pertahanan yang tidak termasuk
kegiatan-kegiatan yang sudah diklasifikasikan dalam 02.01 s.d 02.04.
Tidak termasuk veteran militer (11.03)
03 Ketertiban dan Keamanan
03.01 Kepolisian
§ Administrasi dan operasi kepolisian, termasuk pendaftaran orang
asing, pengesahan izin kerja dan jalan, pemeliharaan data dan statistik
kepolisian, ketentuan lalu lintas, pencegahan penyeludupan;
§ Operasi rutin dan luar biasa kepolisian, laboratorium kepolisian,
pendidikan kepolisian
Tidak termasuk pendidikan umum yang diajarkan dalam lembaga
kepolisian (10.05)
Tidak termasuk dukungan pertahanan (02.02), angkatan yang khusus
dibuat untuk pemadaman hutan (04.03).
03.02 Penanggulangan Bencana
Administrasi dan operasional dari penanggulangan bencana, pencegahan
kebakaran, SAR nasional, dan badan-badan lain yang bertujuan untuk
melaksanakan penanggulangan bencana, perlindungan dan keselamatan
masyarakat umumnya, dukungan pencegahan kebakaran dan SAR
nasional, dan training.
Termasuk pelayananan perlindungan sipil untuk penjaga gunung, penjaga
pantai.
Tidak termasuk pertahanan sipil (02.02), angkatan yang khusus dibuat
untuk pemadaman hutan (04.02).
03.03 Pembinaan Hukum
§ Administrasi dan operasi untuk lembaga hukum; pembinaan aparatur
penegak hukum;
§ Pengembangan hukum nasional;
§ Pelayanan hukum dari pemerintah dan non pemerintah.
Tidak termasuk lembaga pemasyarakatan (03.05)
03.04 Peradilan
§ Administrasi dan operasi untuk peradilan;
§ Operasi dan dukungan atas program dan kegiatan yang berhubungan
dengan peradilan;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi, dan statistik yang
berhubungan dengan peradilan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program peradilan.
Tidak termasuk administrasi untuk pengadilan tinggi, ombudsmen,
peradilan agama.
Tidak termasuk administrasi lembaga pemasyarakatan (03.05)
03.05 Lembaga Pemasyarakatan
Administrasi, operasional dan dukungan lembaga pemasyarakatan dan
lembaga penahanan lainnya
03.06 Penelitian dan Pengembangan Ketertibah, Keamanan dan Hukum
§ Administrasi dan operasional dari lembaga pemerintah yang
berhubungan dengan penelitian terapan dan pengembangan yang ada
hubungannya dengan hukum, ketertiban, dan keamanan;
§ Hibah, pinjaman atau subsidi dalam rangka mendukung penelitian
terapan yang berhubungan dengan hukum, ketertiban dan keamanan
yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga non pemerintah, seperti
lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk pene litian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
03.90 Hukum, Ketertiban dan Keamanan Lainnya
Administrasi dan operasi terhadap hukum, ketertiban, dan keamanan yang
tidak termasuk kegiatan-kegiatan yang sudah diklasifikasikan dalam 03.01
s.d 03.06.
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
04 Ekonomi
04.01 Perdagangan , Pengembangan Usaha, Koperasi, dan UKM
§ Administrasi atas hubungan dan pelayanani, perdagangan luar negeri,
pengembangan usaha, koperasi dan UKM, penyusunan dan penerapan
kebijakan;
§ Peraturan tentang perdagangan dan pengembangan usaha, koperasi dan
UKM, pasar komoditas dan modal;
§ Operasi dan dukungan atas lembaga yang berhubungan dengan paten,
hak cipta dll;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program perdagangan dan pengembangan usaha, koperasi dan UKM,
04.02 Tenaga Kerja
§ Administrasi dan operasi yang berhubungan dengan bidang
ketenagakerjaan;
§ Operasi dan dukungan atas lembaga yang berhubungan dengan mediasi
ketenagakerjaan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program ketenagakerjaan.
04.03 Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan
§ Administrasi dari pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan
§ Operasi dan dukungan atas program dan kegiatan yang berhubungan
dengan pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi, dan statistik yang
berhubungan dengan pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan.
Termasuk penanaman bibit kehutanan;
Tidak termasuk proyek pembangunan multi guna (04.90), dan pengairan
(04.04)
04.04 Pengairan
§ Administrasi dan operasi yang berhubungan dengan pengairan;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi, danstatistik yang
berhubungan dengan pengairan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program pengairan.
Termasuk proyek pembangunan jaringan pengairan
04.05 Bahan Bakar dan Energi
§ Administrasi dari bahan bakar padat, minyak dan gas bumi, bahan
bakar nuklir, energi dan non listrik;
§ Konservasi, penemuan, pengambangan dan eksploitasi dari bahan
bakar padat, minyak bumi, bahan bakar nuklir, energi listrik dan non
listrik;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi dokumentasi, dan statistik yang
berhubungan dengan bahan bakar padat, minyak dan gas bumi, bahan
bakar nuklir, energi listrik dan non listrik;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program bahan bakar padat, minyak dan gas bumi, bahan bakar nukllir,
energi listrik dan non listrik.
Tidak termasuk transportasi dengan bahan bakar padat, bahan bakar
minyak dan gas, bahan bakar nuklir (04.08);
04.06 Pertambangan
§ Administrasi dan operasi yang berhubungan dengan pertambangan;
§ Konservasi, penemuan, pengembangan dan eksploitasi dari
pertambangan;
§ Pengawasan dan pengaturan yang berhubungan dengan pertambangan;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi, dan statistik yang
berhubungan dengan pertambangan
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program pertambangan.
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
Termasuk pengeluaran izin, aturan tingkat produksi dan keselamatan,
pengawasan keselamatan yang berhubungan dengan pertambangan.
Tidak termasuk :
§ Industri pengolahan batu bara, penyulingan minyak, dan nuklir (04.05);
§ Hibah, pinjaman, dan subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program pertambangan.
Termasuk pengeluaran izin, aturan tingkat produksi dan keselamatan,
pengawasan keselamatan yang berhubungan dengan pertambangan.
Tidak termasuk:
§ Industri pengolahan batu bara, penyulingan minyak, dan nuklir (04.05)
§ Hibah, pinjaman, dan subsidi untuk kontruksi perumahan, bangunan
industri, jalan, fasilitas umum (diklasifikasikan berdasar fungsinya);
04.07 Industri dan Konstruksi
§ Administrasi dan operasi yang berhubungan dengan industri dan
kontruksi;
§ Konservasi, penemuan, pengembangan dan eksploitasi dari industri dan
kontruksi;
§ Pengawasan dan pengaturan yang berhubungan dengan industri dan
kontruksi;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi, dan statistik yang
berhubungan dengan industri dan kontruksi;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program industri dan kontruksi
Termasuk pengeluaran izin, aturan tingkat produksi dan keselamatan,
pengawasan keselamatan yang berhubungan dengan industri dan
kontruksi.
Tidak termasuk:
§ Industri pengolahan batu bara, penyulingan minyak, dan nuklir (04.05);
§ Hibah, pinjaman, dan subsidi untuk kontruksi perumahan, bangunan
industri
§ Peraturan standar perumahan (06.01)
04.08 Transportasi
§ Administrasi dari operasi, penggunaan, kontruksi, pemeliharaan dari
transportasi jalan raya, transportasi air, transportasi kereta api,
transportasi udara, dan bentuk transportasi lainnya;
§ Pengawasan dan pengaturan yang berhubungan dengan dari transportasi
jalan raya, transportasi air, transportasi kereta api, transportasi udara,
dan bentuk transportasi lainnya;
§ Kontruksi atau operasi dari fasilitas lainnya pendukung transportasi
jalan raya, transportasi air, transportasi kereta api, transportasi udara,
dan bentuk transportasi lainnya;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi, dan statistik yang
berhubungan dengan transportasi jalan raya, transportasi air,
transportasi kereta api, transportasi udara, dan bentuk transportasi
lainnya ;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program transportasi jalan raya, transportasi air, transportasi kereta api,
transportasi udara, dan bentuk transportasi lainnya.
04.09 Telekomunikasi dan Informatika
§ Administrasi dan kontruksi, perbaikan pengembangan, operasi dan
pemeliharaan sistem telekomunikasi dan informatika;
§ Peraturan yang berhubungan dengan sistem telekomunikasi;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi, dan statistik
tentang telekomunikasi;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mengembangkan kebijakan dan
program telekomunikasi
Termasuk pengembangan teknologi telematika.
Tidak termasuk radio dan satelit navigasi untuk transportasi air (04.08),
penyiaran radio dan televisi (08.03)
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
04.10 Penelitian dan Pengembangan Ekonomi
§ Administrasi dan operasi dari lembaga pemerintahan dalam penelitian
terapan dan pengembangan yang berhubungan dengan ekonomi,
perdagangan, pengembangan usaha koperasi dan UKM,
ketenagakerjaan, pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, bahan
bakar dan energi, pertambangan, industri dan kontruksi, transportasi,
komunikasi dan industri lainnya;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan perdagangan pengembangan
usaha koperasi dan UKM, ketenagakerjaan, pertanian, kehutanan,
perikanan, kelautan, bahan bakar dan energi, pertambangan, industri
dan kontruksi, transportasi, dan telekomunikasi;
Tidak termasuk penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04).
04.90 Ekonomi Lainnya
§ Termasuk meterologi dan geofisika, multi proyek, penyimpanan dan
distribusi;
§ Administrasi, operasi atau dukungan yang berhubungan dengan
ekonomi yang tidak terklasifikasi dalam 04.01 s.d 04.10
05 Perlindungan Lingkungan Hidup
05.01 Manajemen Limbah
§ Administrasi, pengawasan, pemeriksaan, operasi atau dukungan untuk
pengelolaan limbah
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung operasi, kontruksi,
pemeliharaan ataupun peningkatan sistem pengelolaan limbah
Termasuk: pengembangan sistem persampahan (daerah) dan Limbah
bahan beracun dan berbahaya (B3) (pemerintah pusat)
05.02 Manajemen Air Limbah
§ Administrasi, pengawasan, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan
untuk pengelolaan air limbah;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mend ukung operasi, kontruksi,
pemeliharaan ataupun peningkatan sistem pengelolaan air limbah.
05.03 Penanggulangan Polusi
§ Administrasi, pengawasan, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan
untuk penanggulangan polusi;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk menduk ung operasi, kontruksi,
pemeliharaan ataupun peningkatan sistem penanggulangan polusi.
05.04 Konservasi Sumber Daya Alam
§ Administrasi, pengawasan, pemeriksaan operasi ataupun dukungan
untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan konservasi sumber
daya alam;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung operasi, kontruksi,
pemeliharaan ataupun peningkatan sistem konservasi sumber daya
alam.
05.05 Tata ruang dan Pertanahan
§ Administrasi, pengawasan, pemeriksaan, operasi untuk pengelolaan tata
ruang dan pertanahan;
§ Hibah, pinjaman atau subsidi untuk mendukung operasi untuk
pengelolaan tata ruang dan pertanahan.
05.06 Penelitian dan Pengembangan Perlindungan Lingkungan Hidup
§ Administrasi dan operasi dari lembaga- lembaga pemerintah yang
terlibat dalam penelitian terapan dan pengembangangan yang
berhubungan dengan perlindungan lingkungan hidup;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan perlindungan lingkungan
hidup yang dilaksanakan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga
penelitian dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
05.90 Perlindungan Lingkungan Hidup Lainnya
§ Administrasi, pengelolaan, peraturan, pengendalian, operasi dan
dukungan untuk kegiatan-kegaitan yang berhubungan dengan
kebijakan, perencanaan, program dan anggaran untuk meningkatkan
perlindungan lingkungan hidup; penyiapan dan penegakan peraturan
dan standar untuk perlindungan lingkungan hidup; penyiapan dan
penyebaran informasi, dokumen dan statistik tentang lingkungan hidup;
§ Termasuk kegiatan perlindungan lingkungan hidup yang tidak termasuk
dalam 05.01 s.d 05.06
06 Perumahan dan Pemukiman
06.01 Pengembangan Perumahan
§ Administrasi perumahan; peningkatan, pemantauan dan evaluasi
kegiatan pengembangan perumahan; peraturan standar perumahan;
§ Perumahan pengganti perumahan kumuh, penyediaan tanah,
pengembangan perumahan untuk orang cacat;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi dan statistik
mengenai perumahan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung pengembangan,
peningkatan dan pemeliharaan atas penyediaan perumahan.
Tidak termasuk:
§ Peraturan dan standar kontruksi (04.07);
§ Bantuan uang dan barang untuk perumahan (11.07)
06.02 Pemberdayaan Komunitas Pemukiman
§ Administrasi pemukiman, dan peraturan pendukung pemukiman;
§ Perencanaan untuk pemukiman baru dan yang direhabilitasi,
perencanaan pengembangan fasilitas pemukiman;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi dan statistik
mengenai pemukiman
06.03 Penyediaan Air Minum
§ Administrasi, penyediaan air minum, pengawasan dan pengaturan
mengenai penyediaan air minum;
§ Kontruksi dan operasi dari sistem pendukung penyediaan air minum;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi dan statistik
penyediaan air minum;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung operasi, kontruksi,
pemeliharaan ataupun peningkatan sistem penyediaan air minum
06.04 Penerangan Jalan
§ Administrasi penerangan jalan, pengembangan dan pengaturan tentang
standarisasi penerangan;
§ Instalansi, operasi, pemeliharaan, peningkatan dan lain- lain untuk
penerangan jalan.
Tidak termasuk penerangan untuk jalan bebas hambatan (04.05)
06.05 Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman
§ Administrasi dan operasi dari lembaga pemerintah dalam penelitian
terapan dan pengembangan yang berhubungan dengan perumahan dan
pemukiman
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan perumahan dan pemukiman
yang dilaksanakan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga
penelitian dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
06.90 Perumahan dan Pemukiman Lainnya
§ Administrasi, operasi atau dukungan dalam kebijakan, perencanaan,
program dan anggaran yang berhubungan dengan perumahan dan
pemukiman lainnya;
§ Penyiapan dan penegakan peraturan dan standarisasi yang berhubungan
dengan perumahan dan permukiman lainnya;
§ Penyiapan dan penyebaran informasi, dokumentasi dan statistik
menge nai perumahan dan permukiman lainnya.
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
Termasuk administrasi, operasi ataupun dukungan yang berhubungan
dengan perumahan dan pemukiman yang tidak dapat diklasifikasikan
dalam 06.01 s.d. 06.05
07 Kesehatan
07.01 Obat dan Perbekalan Kesehatan
§ Penyediaan obat-obatan, alat-alat medis, peralatan terapi medis;
§ Administras, operasi ataupun dukungan untuk penyediaan obat-obatan,
alat-alat medis, dan peralatan terapi medis.
Termasuk perbaikan peralatan terapi medis
Tidak termasuk sewa peralatan terapi medis (07.02)
07.02 Pelayanan Kesehatan Perorangan
§ Penyediaan pelayanan medis umum, pelayanan medis khusus,
pelayanan gigi, pelayanan paramedik;
§ Administrasi, inspeksi, operasi atau dukungan untuk penyediaan medis
umum, pelayanan medis khusus, pelayanan gigi, pelayanan paramedik.
§ Penyediaan pelayanan rumah sakit umum, rumah sakit khusus, rumah
sakit ibu anak, kebidanan;
§ Administrasi, inspeksi, operasi atau dukungan untuk penyediaan
pelayanan rumah sakit umum, rumah sakit ibu anak, kebidanan.
Termasuk:
§ Pelayanan spesialis ortodensi;
§ Pemeriksaan gigi;
§ Sewa peralatan terapi medis;
§ Lembaga pelayanan lansia dengan pengawasan medis, pusat pelayanan
medis yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien.
Tidak termasuk alat kedokteran gigi (07.01), laboratorium pemeriksaan
kesehatan (07.03)
07.03 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
§ Penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi atau dukungan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat;
§ Penyusunan dan penyebaran informasi berkenaan kesehatan
masyarakat.
Termasuk pelayanan kesehatan untuk kelompok tertentu, pelayanan
kesehatan yang tidak berhubungan dengan rumah sakit, klinik,
laboratorium kesehatan masyarakat.
Tidak termasuk laboratorium analisis medis (07.02)
07.04 Keluarga Berencana
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan untuk kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kebijakan, perencanaan, program dan anggaran
keluarga berencana;
§ Penyiapan dan penegakan peraturan dan standarisasi kesehatan,
penyusunan dan penyebaran informasi, dokumen, dan statistik keluarga
berencana.
07.05 Litbang Kesehatan
§ Administrasi dan operasi dari lembaga- lembaga pemerintah yang
melakukan penelitian terapan dan pengembangan yang berhubungan
dengan kesehatan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan kesehatan yang dilaksanakan
oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga penelitian dan perguruan
tinggi.
Tidak termasuk penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
07.90 Kesehatan Lainnya
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan untuk kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kebijakan, perencanaan, program dan anggaran
kesehatan, penyiapan dan penegakan peraturan dan standarisasi
kesehatan, penyusunan dan penyebaran informasi, dokumen, dan
statistik kesehatan.
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
§ Termasuk kegiatan kesehatan lainnya yang tidak terklasifikasi dalam
07.01 s.d 07.05
08 Pariwisata dan Budaya
08.01 Pengembangan Pariwisata dan Budaya
§ Penyediaan pelayanan budaya, administrasi budaya, pengawasan dan
pengaturan tempat kebudayaan;
§ Operasi atau dukungan untuk fasilitas kebudayaan;penyelenggaraan
even kebudayaan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung seniman dalam rangka
promosi budaya.
Termasuk perayaan lokal, regional dan nasional yang tidak ditujukan
untuk menarik wisatawan.
Tidak termasuk even budaya di luar negeri (01.01), even budaya asing
yang ditujukan untuk menarik wisatawan (04.10), pembuatan materi
budaya untuk disiarkan media (08.03).
08.02 Pembinaan Kepemudaan dan Olahraga
§ Operasi atau dukungan untuk fasilitas organisasi kepemudaan dan
olahraga;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung kepemudaan dan
olahraga.
08.03 Pembinaan Penerbitan dan Penyiaran
§ Administrasi penyiaran dan penerbitan, pengawasan dan pengaturan
penyiaran dan penerbitan;
§ Operasi atau dukungan untuk penyiaran dan penerbitan;
§ Hibah, pinjaman atau subsidi untuk mendukung pengadaan fasilitas
media televisi dan radio; pengadaan fasilitas penerbitan.
08.04 Litbang Pariwisata dan Budaya
§ Administrasi dan operasi dari lembaga- lembaga pemerintah yang
melakukan penelitian terapan dan pengembangan yang berhubungan
dengan pariwisata dan budaya;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan pariwisata dan budaya yang
dilaksanakan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga penelitian
dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk penelitian terapan dan pengembangan Iptek (01.04)
08.90 Pariwisata dan Budaya Lainnya
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kebijakan, perencanaan, program dan anggaran
pariwisata, olahraga, dan budaya, penyiapan dan penegakan peraturan
dan standarisasi pariwisata, olahraga, dan budaya, penyusunan dan
penyebaran informasi, dokumen, dan statistik pariwisata, olahraga dan
budaya lainnya.
§ Termasuk kegiatan pariwisata, olahraga dan budaya lainnya yang tidak
terklasifikasi dalam 08.01 s.d 08.04
09 Agama
09.01 Peningkatan Kehidupan Beragama
§ Penyediaan pelayanan agama, administrasi keagamaan;
§ Operasi atau dukungan atas penyediaan fasilitas keagamaan;
§ Pembayaran untuk petugas keagamaan, hibah, pinjaman, atau subsidi
untuk peningkatan kehidupan beragama.
09.02 Kerukunan Hidup Beragama
§ Pengawasan dan pengaturan atas keagamaan
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung kerukunan hidup
beragama
09.03 Penelitian dan Pengembangan Keagamaan
§ Administrasi dan operasi dari lembaga-lembaga pemerintah yang
melakukan penelitian terapan dan pengembangan yang berhubungan
dengan keagamaan;
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan keagamaan yang
dilaksanakan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga penelitian
dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk penelitian terapan dan pengembangan Iptek (01.04)
09.90 Pelayanan Keagamaan Lainnya
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan untuk kegiatan-kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kebijakan, perencanaan, program
dan anggaran keagamaan, penyiapan dan penegakan peraturan dan
standarisasi masalah keagamaan, penyusunan dan penyebaran
informasi, dokumen, dan statistik keagamaan
§ Termasuk kegiatan keagamaan lainnya yang tidak terklasifikasi dalam
09.01 s.d. 09.03
10 Pendidikan
10.01 Pendidikan Anak Usia Dini
§ Penyediaan pendidikan anak usia dini baik umum maupun agama;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
pendidikan anak usia dini;
§ Beasiswa, hibah, pinjaman dan tunjangan untuk mendukung pendidikan
anak usia dini.
10.02 Pendidikan Dasar
§ Penyediaan pendidikan dasar baik umum maupun agama;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
pendidikan dasar;
§ Beasiswa, hibah, pinjaman dan tunjangan untuk mendukung siswa
tingkat pendidikan dasar.
Tidak termasuk pelayanan bantuan terhadap pendidikan (10.07)
10.03 Pendidikan Menengah
§ Penyediaan pendidikan menengah baik umum maupun agama;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
pendidikan menenganh;
§ Beasiswa, hibah, pinjaman dan tunjangan untuk me ndukung siswa
tingkat menengah.
Tidak termasuk pendidikan non formal dan informal (10.04)
10.04 Pendidikan Non Formal & Informal
§ Penyediaan pendidikan nonformal dan informal;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
pendidikan nonformal dan informal;
§ Beasiswa, hibah, pinjaman dan tunjangan untuk mendukung pendidikan
nonformal dan informal.
10.05 Pendidikan Kedinasan
§ Penyediaan pendidikan kedinasan;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
pendidikan kedinasan;
§ Beasiswa, hibah, pinjaman dan tunjangan untuk mendukung siswa
pendidikan kedinasan
10.06 Pendidikan Tinggi
§ Penyediaan pendidikan tinggi;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
pendidikan tinggi;
§ Beasiswa, hibah, pinjaman dan tunjangan untuk mendukung
mahasiswa;
§ Penyediaan pendidikan tinggi keagamaan.
Tidak termasuk pendidikan nonformal dan informal (10.04)
10.07 Pelayanan Bantuan Terhadap Pendidikan
§ Penyediaan pelayanan bantuan terhadap pendidikan;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
transportasi, makanan, penginapan, kesehatan umum dan gigi yang
ditujukan untuk siswa pada berbagai tingkatan.
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
10.08 Pendidikan Keagamaan
§ Penyediaan pendidikan keagamaan;
§ Administrasi, pemeriksaan, operasi ataupun dukungan untuk
pendidikan keagamaan;
§ Beasiswa, hibah, pinjaman dan tunjangan untuk mendukung siswa
pendidikan keagamaan.
10.09 Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
§ Administrasi dan operasi dari lembaga-lembaga pemerintah yang
melakukan pene litian terapan dan pengembangan yang berhubungan
dengan pendidikan;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan pendidikan yang
dilaksanakan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga penelitian
dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
10.90 Pendidikan Lainnya
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan untuk kegiatan-kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kebijakan, perencanaan, program
dan anggaran pendidikan, penyiapan dan penegakan peraturan dan
standarisasi pendidikan, penyusunan dan penyebaran informasi,
dokumen dan statistik pendidikan.
§ Termasuk kegiatan pendidikan lainnya yang tidak terklasifikasi dalam
10.01 s.d. 10.09.
11 Perlindungan Sosial
11.01 Perlindungan dan Pelayanan Orang Sakit dan Cacat
§ Penyediaan perlindungan dan pelayanan sosial dalam bentuk uang dan
barang secara keseluruhan ataupun sebagian pendapatan sebagai akibat
tidak dapat bekerja sementara ataupun cacat;
§ Administrasi, operasi ataupun dukungan atas skema perlindungan orang
sakit dan cacat;
§ Manfaat uang dan barang lainnya untuk orang sakit dan cacat.
11.02 Perlindungan dan Pelayanan Lansia
§ Penyediaan perlindungan dan pelayanan sosial dalam bentuk uang dan
barang kepada lansia;
§ Administrasi, operasi ataupun dukungan atas skema perlindungan
lansia;
§ Manfaat uang dan barang lainnya untuk lansia;
§ Termasuk pensiunan PNS dan TNI/Polri
Tidak termasuk orang tua yang pensiun dini karena sakit dan cacat
(11.01)
11.03 Perlindung an dan Pelayanan Sosial Keluarga Pahlawan, Perintis
Kemerdekaan dan Pejuang
§ Penyediaan perlindungan dan pelayanan sosial dalam bentuk uang dan
barang kepada keluarga pahlawan, perintis kemerdekaan dan pejuang
maupun ahli warisnya;
§ Administrasi, operasi ataupun dukungan atas skema perlindungan
keluarga pahlawan, perintis kemerdekaan dan pejuang;
§ Manfaat uang dan barang lainnya untuk keluarga pahlawan, perintis
kemerdekaan dan pejuang.
11.04 Perlindungan dan Pelayanan Sosial Anak-anak dan Keluarga
§ Penyediaan perlindungan dan pelayanan sosial dalam bentuk uang dan
barang kepada anak-anak dan keluarga tertentu;
§ Administrasi, operasi ataupun dukungan atas skema perlindungan anak-
anak dan keluarga;
§ Manfaat uang dan barang lainnya untuk anak-anak dan keluarga.
Tidak termasuk pelayanan keluarga berencana (07.04)
11.05 Pemberdayaan Perempuan
§ Penyediaan perlindungan sosial kepada perempuan;
§ Administrasi, operasi ataupun dukungan atas pemberdayaan
perempuan;
Kode Fungsi dan Sub Fungsi
11.06 Penyuluhan dan Bimbingan Sosial
§ Penyediaan perlindungan sosial dalam bentuk uang dan barang
untuk/kepada orang yang dapat bekerja tetapi belum mendapatkan
pekerjaan yang sesuai;
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan atas skema perlindungan
pengangguran;
§ Manfaat uang dan barang lainnya untuk pengangguran.
Tidak termasuk program dan skema untuk memobilisasi tenaga kerja dan
menurunkan pengangguran (04.02) dan penyediaan uang dan barang
untuk pengangguran yang memasuki usia pensiun
11.07 Bantuan Perumahan
§ Penyediaan perlindungan sosial dalam bentuk non kas untuk membantu
rumah tangga dalam pemenuhan biaya perumahan;
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan atas skema bantuan
perumahan;
§ Manfaat non kas lainnya, seperti bantuan sewa, penyediaan rumah
dengan harga terjangkau.
11.08 Bantuan dan Jaminan Sosial
§ Penyediaan perlindungan sosial dalam bentuk uang dan barang untuk
masyarakat tertinggal dan terlantar;
§ Administrasi, operasi ataupun dukungan atas skema perlindungan
masyarakat tertinggal dan terlantar;
§ Manfaat uang dan barang lainnya untuk masyarakat tertinggal dan
terlantar.
11.09 Penelitian dan Pengembangan Perlindungan Sosial
§ Administrasi dan operasi dari lembaga- lembaga pemerintah yang
melakukan penelitian terapan dan pengembangan yang berhubungan
dengan perlindungan sosial;
§ Hibah, pinjaman, atau subsidi untuk mendukung penelitian terapan dan
pengembangan yang berhubungan dengan perlindungan sosial yang
dilaksanakan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga penelitian
dan perguruan tinggi.
Tidak termasuk penelitian dasar dan pengembangan Iptek (01.04)
11.90 Perlindungan Sosial Lainnya
§ Administrasi, operasi, ataupun dukungan untuk kegiatan-kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kebijakan, perencanaan, program
dan anggaran sosial, penyiapan dan penegakan peraturan dan
standarisasi kesejahteraan sosial, penyusunan dan penyebaran
informasi, dokumen, dan statistik perlindungan sosial.
§ Termasuk kegiatan perlindungan sosial lainnya yang tidak terklasifikasi
dalam 11.01 s.d. 11.09.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
LAMPIRAN IIA
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2004
TANGGAL 5 AGUSTUS 2004

KLASIFIKASI BELANJA

Kode Belanja dan Jenis Pengeluaran


Belanja Penyelenggaraan Pemerintah Pusat dan Daerah

51 Belanja Pegawai
51 1 Gaji dan Tunjangan
51 2 Honorarium, Vakasi, Lembur dan Lain- lain.
51 3 Kontribusi Sosial
51 3 1 Pensiun & Uang Tunggu
51 3 2 Asuransi Kesehatan

52 Belanja Barang
52 1 Barang dan Jasa
52 2 Pemeliharaan
52 3 Perjalanan

53 Belanja Modal
53 1 Tanah
53 2 Peralatan dan Mesin
53 3 Gedung dan Bangunan
53 4 Jaringan
53 9 Aset Fisik Lainnya

54 Pembayaran Bunga Utang


54 1 Utang Dalam Negeri
54 1 1 Pemerintah
54 1 2 Bank Indonesia
54 1 3 Lainnya

54 2 Utang Luar Negeri


54 2 1 Pemerintah
54 2 2 Lainnya

55 Subsidi
55 1 Perusahaan Negara
55 1 1 Lembaga Keuangan
55 1 2 Non-Lembaga Keuangan

55 2 Perusahaan Swasta
55 2 1 Lembaga Keuangan
55 2 2 Non-Lembaga Keuangan

56 Bantuan Sosial
56 1 Dana Kompensasi Sosial
56 2 Lembaga Pendidikan dan Peribadatan

58 Belanja Lain-lain

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT

61 Dana Perimbangan
61 1 Dana Bagi Hasil
61 1 1 Perpajakan
Kode Belanja dan Jenis Pengeluaran
61 1 2 Sumber Daya Alam
61 2 Dana Alokasi Umum
61 2 1 Propinsi
61 2 2 Kabupaten/Kota
61 3 Dana Alokasi Khusus
61 3 1 Dana Reboisasi
61 3 2 Non Dana Reboisasi

62 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian


62 1 Dana Otonomi Khusus
62 1 1 Papua
62 2 Dana Penyesuaian
62 2 1 Murni
62 2 2 Ad-hoc

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
MEGAWATI SOEKARONOPUTRI
LAMPIRAN II B
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2004
TANGGAL 5 AGUSTUS 2004

PENJELASAN LAMPIRAN II A TENTANG KLASIFIKASI BELANJA

Kode Belanja dan Jenis Pengeluaran


51 Belanja Pegawai
Kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan
kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di luar
negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
51 1 Gaji dan Tunjangan
Kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah berupa
gaji pokok dan berbagai tunjangan yang diterima berkaitan dengan jenis
dan sifat pekerjaan yang dilakukan (tunjangan istri/suami, tunjangan anak,
tunjangan jabatan struktural/fungsional, uang makan/lauk pauk, tunjangan
beras, tunjangan PPh, tunjangan kemahalan), baik dalam bentuk uang
maupun barang.
51 2 Honorarium, Vakasi, Lembur
Kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah berupa
honorarium tim dan sebagainya, lembur, vakasi, tunjangan khusus, dan
berbagai pembiayaan kepegawaian lainnya sesuai dengan peraturan yang
berlaku, termasuk pegawai lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku,
termasuk pegawai di lingkungan kementerian negara/lembaga yang
dialihkan ke daerah dan kantor-kantor di lingkungan kementerian
negara/lembaga yang dilikuidasi
51 3 Kontribusi Sosial
Pembayaran yang dilakukan terhadap unit organisasi/lembaga/badan
tertentu untuk mendapatkan hak tunjangan sosial bagi pegawai Pemerintah
51 3 1 Pensiun dan Uang Tunggu
Pengeluaran/belanja pensiun/uang tunggu pegawai pemerintah yang
disalurkan melalui PT Taspen dan PT Asabri.
51 3 2 Asuransi Kesehatan
Pengeluaran/belanja pemerintah yang disalurkan melalui PT.
Askes.Pengeluaran/belanja pemerintah yang
52 Belanja Barang
Pembelian barang dan jasa yang habis dipakai untuk memproduksi barang
dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan
52 1 Barang dan Jasa
Pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-
hari, pengadaan/pengantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa dan
lain- lain pengeluaran yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan yang
bersifat nonfisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi
Kementerian negara/lembaga.
52 2 Pemeliharaan
Pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai pemeliharaan gedung
kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor, dan lain- lain yang berhubungan
dengan penyelenggaran pemerintahan, termasuk perbaikan peralatan dan
sarana gedung.
52 3 Perjalanan
Pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam
rangka pelaksanaan tugas, dan fungsi serta jabatan.
53 Belanja Modal
Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal, baik
dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan,
maupun dalam bentuk fisik lainnya, seperti buku, binatang dan lain
sebagainya
Kode Belanja dan Jenis Pengeluaran
53 1 Tanah
Pengeluaran yang diperlukan untuk
pengadaan/pembelian/pembebasan/penyelesaian, balik nama dan sewa
tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat tanah, serta lain- lain yang bersifat administratif sehubungan
dengan pembentukan modal
53 2 Peralatan dan Mesin
Pengeluaran yang diperlukan untuk pengadaan alat-alat dan mesin- mesin
yang dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal, termasuk di
dalamnya biaya untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kualitas
peralatan dan mesin
53 3 Gedung dan Bangunan
Pengeluaran yang diperlukan untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan pembentukan modal untuk pembangunan gedung dan
bangunan, termasuk didalamnya pengadaan berbagai barang kebutuhan
pembangunan gedung dan bangunan
53 4 Jaringan
Pengeluaran yang diperlukan untuk penambahan, penggantian,
peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan prasarana dan
sarana yang berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan, seperti jalan,
jembatan dan jaringan irigasi atau air bersih
53 9 Aset Fisik Lainnya
Pengeluaran dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal dalam
bentuk aset fisik lainnya seperti buku, binatang dan lain- lain yang tidak
termasuk dalam klasifikasi 53.1 s.d 53.4
54 Pembayaran Bunga Utang
Pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang
(principal Outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar
negeri, yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman
54 1 Utang Dalam Negeri
Pembayaran bunga utang dalam mata uang rupiah
54 1 1 Pemerintah
Pembayaran bunga utang atas surat utang negara. Obligasi dalam negeri,
dan lainnya yang harus dibayar Pemerintah
54 1 2 Bank Indonesia
Pembayaran bunga utang kepada pemerintah negara/lembaga internasional
pemberi pinjaman
54 1 3 Lainnya
Pembayaran bunga utang selain atas surat utang negara dan selain kepada
Bank Indonesia
54 2 Utang Luar Negeri
Pembayaran bunga utang dalam mata uang negara pemberi pinjaman
54 2 1 Pemerintah
Pembayaran bunga utang kepada pemerintah negara/lembaga internasional
pemberi pinjaman
54 2 2 Lainnya
Pembayaran bunga utang luar negeri, selain pemerintah negara/lembaga
internasional
Subsidi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang
memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa
yang memenuhi hajat hidup orang banyak, sedemikian rupa sehingga
harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat
55 1 Perusahaan negara
Subsidi Pemerintah kepada Perusahaan Negara
55 1 1 Lembaga Keuangan
Subsidi Pemerintah kepada Perusahaan Negara yang merupakan lembaga
keuangan
Kode Belanja dan Jenis Pengeluaran
55 1 2 Non-Lembaga Keuangan
Subsidi Pemerintah kepada Perusahaan Negara yang merupakan non-
lembaga keuangan
55 2 Perusahaan Swasta
Subsidi Pemerintah kepada Perusahaan Swasta
55 2 1 Lembaga Keuangan
Subsidi Pemerintah kepada Perusahaan Swasta yang merupakan lembaga
keuangan
55 2 2 Non-Lembaga Keuangan
Subsidi Pemerintah kepada Perusahaan Swasta yang merupakan non-
lembaga keuangan
56 Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat
dan/atau lembaga kemasyarakatan antara lain, bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan
56 1 Dana Kompensasi Sosial
Transfer dalam bentuk uang yang diberikan kepada masyarakat, sebagai
dampak dari adanya kenaikan harga BBM.
56 2 Lembaga Pendidikan dan Keagamaan
Transfer dalam bentuk uang yang diberikan kepada lembaga pendidikan
dan/atau lembaga keagamaan
57 Hibah
Transfer rutin/modal yang sifatnya tidak wajib kepada negara lain atau
kepada organisasi internasional
57 1 Pemerintah Luar Negeri
Pemberian hibah kepada pemerintahan negara lain
57 2 Organisasi Internasional
Pemberian hibah kepada organisasi internasional
58 Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam jenis belanja pegawai (51) s.d. hibah (57)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
61 Dana Perimbangan
61 1 Dana Bagi Hasil
Perpajakan
Pengeluaran yang bersumber dari perpajakan (PPh, PBB dan BPHTB)
yang dibagihasilkan kepada daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku
61 2 Sumber Daya Alam
Pengeluaran yang bersumber dari sumber daya alam (minyak bumi, gas
alam, pertambangan umum, kehutanan dan perikanan) yang dibagihasilkan
kepada daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
61 2 1 Propinsi
Pengeluaran DAU yang merupakan bagian Propinsi
61 2 2 Kabupaten/Kota
Pengeluaran DAU yang merupakan bagian kabupaten/kota
61 3 Dana Alokasi Khusus
61 3 1 Dana Reboisasi
61 3 2 Non Dana Reboisasi
62 Dana otonomi khusus dan penyesuaian
62 1 Dana otonomi khusus
62 2 Dana Penyesuaian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
LAMPIRAN III
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2004
TANGGAL 5 AGUSTUS 2004

TATA CARA PENGISIAN FORMULIR RKA-KL

I. Pendahuluan
RKA-KL sebagai dokumen usulan anggaran (budget request) memuat sasaran
terukur yang penyusunannya dilakukan secara berjenjang dari tingkat kantor/satuan
kerja ke tingkat yang lebih tinggi (bottom-up) untuk melaksanakan penugasan dari
menteri/pimpinan lembaga (top down). Dengan demikian dalam menyusun suatu
Rencana Kerja dan Anggaran yang menerapkan anggaran berdasarkan prestasi/kinerja
perlu terlebih dahulu ditentukan atau ditetapkan:
1. Program yang akan dilaksanakan oleh suatu kemeterian negara/lembaga dan unit
yang bertanggungjawab atas pelaksanaannya;
2. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran dari program dan
unit kerja yang bertanggungjawab atas pelaksanaannya;
3. Keluaran yang akan dihasilkan oleh suatu satuan kerja sebagai unit operasional
terkecil dari suatu kementerian negara/lembaga dari unit kerja yang
bertanggungjawab atas pelaksanaannya;
4. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu keluaran tertentu yang
diharapkan oleh kementerian negara/lembaga dari unit kerja yang
bertanggungjawab atas pelaksanaannya;
5. Anggaran untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan menghasilkan suatu
keluaran berdasarkan target kinerja yang ingin dicapai dan biaya per unit
keluaran;
6. Penghimpunan anggaran dari masing- masing satuan kerja menjadi RKA unit kerja
eselon I dan RKA-KL.
II. Formulir dan Petunjuk Pengisian RKA-KL
Formulir yang digunakan dalam penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut:

No Kode dan Informasi Pokok Penyusun


Nama Formulir
1 2 3 4
1. Formulir 1.1 Satuan kerja, lokasi, program Satuan Kerja
Rincian Kegiatan dan (dengan kode fungsi dan sub
Keluaran fungsi), kegiatan indikator
kinerja, sasaran keluaran
(pada tahun berjalan dan
tahun yang direncanakan),
dan pelaksana kegiatan, baik
yang dilakukan oleh kantor
pusat atau kantor daerah.
2. Formulir 1.2 Satuan Kerja, fungsi dan Satuan Kerja
Rincian Anggaran sub- fungsi, program,
Belanja kegiatan, jumlah belanja
masing- masing kegiatan
untuk tahun anggaran
berjalan, tahun yang
direncanakan dan tahun
berikutnya
3. Formulir 1.3 Rincian anggaran belanja Satuan Kerja
Rincian Anggaran masing- masing kegiatan per
Belanja per Jenis jenis belanja dan sumber
Belanja dana

No Kode dan Informasi Pokok Penyusun


Nama Formulir
1 2 3 4
4. Formulir 1.4 Satuan Kerja, fungsi dan Satuan Kerja
Rincian Anggaran sub- fungsi, program,
Pendapatan per MAP kelompok pendapatan, Mata
Anggaran Penerimaan
(MAP) mulai dari realisasi
TA setahun yang lalu,
sasaran tahun berjalan, TA
yang direncanakan dan TA
berikutnya
5. Formulir 1.5 Rincian Biaya dalam rangka Satuan Kerja
Rincian Perhitungan menghitung biaya untuk
Biaya per Kegiatan masing- masing kegiatan dan
sub kegiatan
6. Formulir 2.1 Unit Organisasi, program Unit Organisasi
Rincian Kegiatan dan (dengan kode fungsi dan sub
Keluaran fungsi), kegiatan, indikator
kinerja, sasaran keluaran
(pada tahun berjalan dan
tahun yang direncanakan),
dan pelaksana kegiatan, baik
yang dilakukan oleh kantor
pusat atau kantor daerah
7. Formulir 2.2 Unit organisasi, sub- fungsi, Unit Organisasi
Rincian Anggaran program, kegiatan, jumlah
Belanja belanja masing- masing
kegiatan untuk tahun
anggaran berjalan, tahun
yang direncanakan dan tahun
berikutnya
8. Formulir 2.3 Unit organisasi, sub- fungsi, Unit Organisasi
Rincian Anggaran program, kegiatan, rincian
Belanja per Jenis anggaran belanja untuk tahun
Belanja anggaran yang direncanakan
9. Formulir 2.4 Unit Organisasi, sub- fungsi, Unit Organisasi
Rincian Anggaran program, kelompok
Belanja dan pendapatan, Mata Anggaran
Pendapatan Penerimaan (MAP) mulai
dari realisasi TA setahun
yang lalu, sasaran tahun
berjalan, TA yang
direncanakan dan TA
berikutnya
10. Formulir 3.1 Kementerian Kementerian
Rincian Kegiatan dan Negara/Lembaga, Unit Negara/Lembaga
Keluaran Organisasi, program (dengan
kode fungsi dan sub fungsi),
kegiatan indikator kinerja,
sasaran keluaran (pada tahun
berjalan dan tahun yang
direncanakan), dan pelaksana
kegiatan, baik yang
dilakukan oleh kantor pusat
atau kantor daerah
No Kode dan Informasi Pokok Penyusun
Nama Formulir
1 2 3 4
11. Formulir 3.2 Kementerian Kementerian
Rincian Anggaran Negara/Lembaga, Unit Negara/Lembaga
Belanja Organisasi, sub- fungsi,
program kegiatan, jumlah
belanja masing- masing
kegiatan untuk tahun
anggaran berjalan, tahun
yang direncanakan dan tahun
berikutnya
12. Formulir 3.3 Kementerian Kementerian
Rincian Anggaran Negara/Lembaga, Unit Negara/Lembaga
Belanja per Jenis Organisasi, sub- fungsi,
Belanja program, kegiatan, rincian
anggaran belanja untuk tahun
anggaran yang direncanakan
13. Formulir 3.4 Kementerian Kementerian
Rincian Anggaran Negara/Lembaga, Unit Negara/Lembaga
Belanja dan Organisasi, sub fungsi,
Pendapatan program, kelompok
pendapatan, Mata Anggaran
Penerimaan (MAP) mulai
dari realisasi TA setahun
yang lalu, sasaran tahun
berjalan, TA yang
direncanakan dan tA
berikutnya.
Arus dokumen dalam penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut:
Di Biro Hukum BPKP

Pengisian formulir dimulai dengan masing- masing Satuan Kerja mengisi Formulir 1.1 .
(Rincian Kegiatan dan Keluaran untuk Satuan Kerja) kemudian mengisi Formulir 1.2
(Rincian Anggaran Belanja Satuan Kerja), Formulir 1.3 (Rincian Anggaran Belanja per
Jenis Belanja) dan Formulir 1.4 (Rincian Anggaran Pendapatan per MAP). Untuk
mengisi alokasi biaya untuk masing- masing kegiatan pada Formulir 1.2 dan 1.3 perlu
membuat perhitungan sesuai dengan Formulir 1.5.
Selanjutnya untuk masing- masing organisasi tingkat Eselon I dan kementerian
negara/lembaga tinggal menjumlahkan sesuai dengan urutan diagram di atas.
Pengisian masing- masing formulir adalah sebagai berikut:
Formulir 1.1
1. Header diisi dengan:
a. Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode kementerian negara/lembaga dan
kode unit unit organisasi) .
b. Nama dan kode lokasi (termasuk kode propinsi dan kabupaten/kota).
c. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi).
d. Sasaran program, yaitu uraian tentang hasil (outcome) yang menjadi sasaran
program.
2. Kolom 1 diisi dengan nomor masing- masing kegiatan dan sub nomor untuk masing-
masing indikator keluaran dari kegiatan dimaksud.
3. Kolom 2 diisi dengan nama masing- masing kegiatan dan indikator keluaran dari
kegiatan dimaksud.
a. Kegiatan adalah sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa
personil (sumberdaya manusia), barang modal terma suk peralatan dan teknologi,
dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang/jasa.
Contoh Nama Kegiatan:
− Administrasi Umum.
− Peningkatan Efisiensi Pengeluaran Negara.
b. Indikator Keluaran adalah sesuatu yang akan dihasilkan dari suatu kegiatan
berupa barang atau jasa.
Contoh Indikator Keluaran :
− Pelayanan Administrasi Umum.
− Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM).
4. Kolom 3 diisi dengan satuan keluaran yang akan digunakan untuk menilai atau
mengukur barang atau jasa yang dihasilkan.
Contoh Satuan Keluaran :
− Orang (yang dilayani).
− Km (jalan yang yang diperbaiki).
− Buah (Surat ijin yang diterbitkan).
5. Kolom 4 sampai dengan Kolom 7 diisi dengan sasaran keluaran yaitu jumlah atau
kuantitas yang hendak dicapai oleh Satuan Kerja pada T A tertentu.
a. Kolom 4 diisi dengan sasaran keluaran yang telah dicapai oleh Satuan Kerja pada
tahun 200X-2 atau 2 tahun sebelum tahun yang direncanakan.
b. Kolom 5 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh
Satuan Kerja pada tahun 200X- l atau setahun sebelum tahun yang direncanakan.
c. Kolom 6 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh
Satuan Kerja pada tahun 200X atau tahun yang direncanakan.
d. Kolom 7 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh
Satuan Kerja pada tahun 200X+1 atau setahun setelah tahun yang direncanakan.
6. Kolom 8 diisi dengan tingkat kewenangan pelaksanaan kegiatan dimaksud, yaitu
a. KP untuk Kantor Pusat.
b. KD untuk Kantor Daerah (Instansi Pusat di daerah).
c. DK untuk Dekonsentrasi.
d. TP untuk Tugas Pembantuan.
7. Kolom 9 diisi dengan kode lokasi tempat kegiatan dilaksanakan.
8. Kolom 10 diisi dengan pejabat pelaksana kegiatan yang bertanggung jawab atas
penyelesaian kegiatan atau pencapaian keluaran.
Formulir 1.2...
1. Header diisi dengan :
a. Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode kementerian negara/lembaga dan
kode unit unit organisasi).
b. Nama dan kode lokasi (termasuk kode propinsi dan kabupaten/kota).
c. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi).
2. Kolom 1 diisi dengan kode kegiatan.
3. Kolom 2 diisi dengan uraian kegiatan yang dilaksanakan.
4. Kolom 3 diisi dengan jumlah realisasi anggaran untuk kegiatan dimaksud pada 2
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-2).
5. Kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran untuk kegiatan dimaksud pada tahun anggaran
yang berjalan atau setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-1).
6. Kolom 5 s.d. Kolom 7 diisi diisi dengan jumlah anggaran untuk kegiatan dimaksud
pada tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X), dengan rincian :
a. Kolom 5 diisi dengan jumlah dana yang telah ditetapkan atau disepakati tahun
anggaran sebelumya (Prakiraan Maju TA 200X-1).
b. Kolom 6 diisi dengan perubahan yaitu perkiraan biaya atas pengaruh
inflasi/deflasi, tambahan ataupun pengurangan atas perubahan kapasitas atas
program dan kegiatan, ataupun tambahan atau pengurangan atas perubahan
program dan kegiatan setelah dilakukan evaluasi program dan kegiatan.
c. Kolom 7 diisi dengan jumlah kumulatif kolom 5 dan kolom 6.
7. Kolom 8 diisi sumber dana membiayai jumlah belanja tersebut pada kolom 7, yaitu
Rupiah Murni (RM), Pinjaman Luar Negeri (PLN) atau Hibah Luar Negeri (HLN).
8. Kolom 9 diisi dengan Prakiraan Maju TA 200X+l, yaitu jumlah perkiraan biaya untuk
melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan perkiraan kapasitas tahun yang
akan datang (TA 200X+1) dengan perkiraan biaya tahun berjalan.
9. Kolom 10 diisi sumber dana membiayai jumlah belanja tersebut pada kolom 9, yaitu
Rupiah Murni (RM), Pinjaman Luar Negeri (PLN) atau Hibah Luar Negeri (HLN).

Formulir 1.3
1. Header diisi dengan:
a. Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode kementerian negara/lembaga dan
kode unit unit organisasi).
b. Nama dan kode lokasi (termasuk kode propirsi dan kabupaten/kota).
c. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi) .
2. Kolom 1 diisi dengan kode kegiatan.
3. Kolom 2 diisi dengan uraian kegiatan yang dilaksanakan.
4. Kolom 3 s.d. Kolom 9 diisi dengan jumlah biaya untuk melaksanakan masing- masing
program dan kegiatan yang dirinci berdasarkan jenis belanja. Perhitungan biaya
masing- masing program dan kegiatan untuk tiap jenis belanja disesuaikan dengan
Formulir 1.5.
a. Kolom 3 diisi dengan jumlah belanja pegawai yang sudah mengikat, yaitu untuk
pembayaran gaji dan tunjangan.
b. Kolom 4 diisi dengan jumlah belanja pegawai yang tidak mengikat, yaitu untuk
pembayaran honor, lembur dan lain- lain belanja pegawai.
c. Kolom 5 diisi dengan jumlah belanja barang yang sudah mengikat, sebagai contoh
biaya langganan daya dan jasa serta pengeluaran lain yang tidak dapat
dihindarkan untuk dibiayai.
d. Kolom 6 diisi dengan jumlah belanja barang yang tidak mengikat, yaitu untuk
pembayaran belanja barang dan jasa selain tersebut pada kolom 5.
e. Kolom 7 dan 8 masing- masing diisi dengan belanja modal dan bantuan sosial
yang tidak mengikat.
f. Kolom 9 diisi dengan jumlah belanja dari kolom 3 sampai dengan kolom 8.
5. Kolom 10 diisi sumber dana membiayai jumlah belanja tersebut pada kolom 9, yaitu
Rupiah Murni (RM) , Pinjaman Luar Negeri (PLN) atau Hibah Luar Negeri (HLN).
6. Kolom 11 diisi dengan tingkat kewenangan penggunaan dana sebagaimana tersebut
pada kolom 9. Cara pengisian sama dengan Formulir 1.5 kolom 8.
7. Kolom 12 diisi dengan keterangan lain yang diperlukan.

Formulir 1.4
4. Header diisi dengan :
a. Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode kementerian negara/lembaga dan
kode unit unit organisasi).
b. Nama dan kode lokasi (termasuk kode propinsi dan kabupaten/kota).
c. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi).
5. Kolom 1 diisi dengan kode kegiatan.
6. Kolom 2 diisi dengan uraian kegiatan, kelompok pendapatan, sub kelompok
pendapatan dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) yang akan menjadi penerimaan
negara pada kegiatan dimaksud.
7. Kolom 3 diisi dengan jumlah realisasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada 2
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-Z).
8. Kolom 4 diisi dengan jumlah sasaran pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada
setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-1) atau tahun berjalan.
9. Kolom 5 diisi dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada
tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X).
10. Kolom 6 diisi dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada satu
tahun setelah yang tahun anggaran ya ng direncanakan (TA 200X+1).
11. Kolom 7 diisi dengan keterangan tambahan yang diperlukan.

Formulir 1.5
1. Header diisi dengan:
a. Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode kementerian negara/lembaga dan
kode unit unit organisasi).
b. Nama dan kode lokasi (termasuk kode propinsi dan kabupaten/kota).
c. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi) .
2. Kolom 1 diisi dengan kode kegiatan diisi dengan kode yang sesuai dengan kolom 2,
seperti kode kegiatan, kode sub kegiatan, kode jenis belanja dan kode jenis
pengeluaran.
3. Kolom 2 diisi dengan uraian yang sesuai, yaitu kegiatan, sub kegiatan, jenis belanja
dan jenis pengeluaran.
a. Nama kegiatan sebagaimana tersebut pada Formulir 1.1 kolom 2.
b. Sub Kegiatan merupakan bagian dari kegiatan yang mempunyai pelaksana
tersendiri di bawah kontrol pelaksana kegiatan.
c. Jenis Belanja diisi dengan nama jenis belanja sebagaimana Klasifikasi Anggaran
menurut Jenis Belanja terlampir.
d. Jenis perhitungan biaya untuk masing- masing jenis belanja dan/atau pengeluaran
yang pengeluaran adalah rincian lebih lanjut dari Jenis Belanja.
4. Kolom 3 penyediaan biaya untuk masing- masirig jenis belanja dan/atau pengeluaran
pada tahun anggaran berjalan.
5. Kolom 4,5 dan 6 direncanakan pada tahun anggaran yang direncanakan.
a. Kolom 4 diisi dengan volume masukan yang dibutuhkan.
b. Kolom 5 diisi dengan harga satuan atau indeks biaya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku untuk masing- masing masukan.
c. Kolom 6 diisi dengan biaya pada masing- masing jenis belanja dan atau jenis
pengeluaran/(perkalian kolom 4 dengan kolom 5) .
6. Kolom 7 diisi dengan sumber dana dan cara penarikan dana yang digunakan untuk
membiayai perhitungan biaya tersebut pada kolom 6, yaitu:
a. Untuk Sumber dana diisi dengan: Rupiah Murni (RM) atau Pinjaman Luar Negeri
(PLN) dan Hibah Luar Negeri (HLN).
b. Untuk Cara Penarikan Pinjaman dan/ atau Hibah Luar Negeri diisi dengan: PL
(Pembayaran Langsung), RK (Rekening Khusus) atau PP (Pembiayaan
Pendahuluan) . Sedangkan untuk Rupiah Murni dikosongkan.
7. Kolom 8 diisi dengan tingkat kewenangan penggunaan dana sebagaimana tersebut
pada kolom 6, yaitu:
a. KP untuk Kantor Pusat.
b. KD untuk Kantor Daerah (Instansi Pusat di daerah).
c. DK untuk Dekonsentrasi.
d. TP untuk Tugas Perbantuan.
8. Kolom 9 diisi perhitungan biaya untuk masing- masing jenis belanja dan/atau
pengeluaran yang dilakukan pada tahun anggaran berikutnya.
9. Kolom 10 diisi dengan sumber dana dan cara penarikan yang digunakan untuk
membiayai perhitungan biaya tersebut pada kolom 9. Cara pengisian sama dengan
kolom 7.
10. Kolom 11 diisi dengan tingkat kewenangan penggunaan dana sebagaimana tersebut
pada kolom 9. Cara pengisian sama dengan kolom 8.

Formulir 2.1
1. Header diisi dengan:
a. Nama dan kode Unit Organisasi (termasuk kode kementerian negara/lembaga).
b. Nama dan kode Sub Fungsi (termasuk kode fungsi).
c. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi).
d. Sasaran, program, yaitu uraian tentang hasil (outcome) yang menjadi sasaran
program.
2. Kolom 1 diisi dengan nomor masing- masing kegiatan dan sub nomor untuk masing-
masing indikator keluaran dari kegiatan dimaksud.
3. Kolom 2 diisi dengan nama masing- masing kegiatan dan indikator keluaran dari
kegiatan dimaksud. Cara pengisian sama dengan Formulir 1.1 kolom 2.;
4. Kolom 3 diisi dengan satuan keluaran yang akan digunakan untuk menilai atau
mengukur barang atau jasa yang dihasilkan.
5. Kolom 4 sampai dengan Kolom 7 diisi dengan sasaran keluaran yaitu jumlah atau
kuantitas yang hendak dicapai oleh Unit Organisasi pada TA tertentu.
a. Kolom 4 diisi dengan sasaran keluaran yang telah dicapai pada tahun 200X-2 atau
2 tahun sebelum tahun yang direncanakan.
b. Kolom 5 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh Unit
Organisasi pada tahun 200X-1 atau pada tahun anggaran berjalan.
c. Kolom 6 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh Unit
Organisasi pada tahun 200X atau tahun yang direncanakan.
d. Kolom 7 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh Unit
Organisasi pada tahun 200X + 1 atau setahttn setelah tahun yang direncanakan.
6. Kolom 8 diisi dengan keterangan tambahan.

Formulir 2.2
1. Header diisi dengan :
a. Nama dan kode Unit Organisasi (termasuk kode kementerian negara/lembaga).
b. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi) .
2. Kolom 1 diisi dengan kode program dan kegiatan
3. Kolom 2 diisi dengan uraian program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit
Organisasi.
4. Kolom 3 diisi dengan jumlah realisasi anggaran untuk kegiatan dimaksud pada 2
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-2).
5. Kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran untuk kegiatan dimaksud pada tahun anggaran
yang berjalan atau setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X- l).
6. Kolom 5 s.d. Kolom 7 diisi diisi dengan jumlah anggaran untuk kegiatan dimaksud
pada tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X), dengan rincian :
a. Kolom 5 diisi dengan jumlah dana yang telah ditetapkan atau disepakati tahun
anggaran sebelumya (Prakiraan Maju TA 200X- l).
b. Kolom 6 diisi dengan perubahan yaitu perkiraan biaya atas pengaruh inflasi/
deflasi, tambahan ataupun pengur angan atas perubahan kapasitas atas program
dan kegiatan, ataupun tambahan atau pengurangan atas perubahan program dan
kegiatan setelah dilakukan evaluasi program dan kegiatan.
c. Kolom 7 diisi dengan jumlah kumulatif kolom 5 dan kolom 6.
7. Kolom 8 diisi sumber dana membiayai jumlah belanja tersebut pada kolom 7, yaitu
Rupiah Murni (RM), Pinjaman Luar Negeri (PLN) atau Hibah Luar Negeri (HLN).
8. Kolom 9 diisi Kolom 8 diisi dengan tingkat kewenangan penggunaan dana, yaitu:
a. KP untuk Kantor Pusat.
b. KD untuk Kantor Daerah (Instansi Pusat di daerah).
c. DK untuk Dekonsentrasi.
d. TP untuk Tugas Perbantuan.
9. Kolom 10 diisi dengan Prakiraan Maju T A 200X + 1, yaitu jumlah perkiraan biaya
untuk melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan perkiraan kapasitas tahun
yang akan datang (TA 200X+1) dengan perkiraan biaya tahun berjalan.

Formulir 2.3
1. Header diisi dengan :
a. Nama dan kode Unit Organisasi (termasuk kode kementerian negara/lembaga.
b. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi'dan sub fungsi).
2. Kolom 1 diisi dengan kode program dan kegiatan.
3. Kolom 2 diisi dengan uraian program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit
Organisasi.
4. Kolom 3 s.d. Kolom 9 diisi dengan jumlah biaya untuk melaksanakan masing- masing
program dan kegiatan yang dirinci berdasarkan jenis belanja. Perhitungan biaya
masing- masing program dan kegiatan untuk tiap jenis belanja disesuaikan dengan
Formulir 1.5.
a. Kolom 3: diisi dengan jumlah bela nja pegawai ya ng sudah mengikat, yaitu untuk
pembayaran gaji dan tunjangan.
b. Kolom 4 diisi dengan jumlah belanja pegawai yang tidak mengikat, yaitu untuk
pembayaran honor, lembur dan lain- lain belanja pegawai.
c. Kolom 5 diisi dengan jumIah belanja barang yang sudah mengikat, sebagai
contoh biaya langganan daya dan jasa serta pengeluaran lain yang tidak dapat
dihindarkan untuk dibiayai.
d. Kolom 6 diisi dengan jumlah belanja barang yang tidak mengikat, yaitu untuk
pembayaran belanja barang dan jasa selain tersebut pada kolom 5.
e. Kolom 7 dan 8 masing- masing diisi dengan belanja modal dan bantuan sosial
yang tidak mengikat.
f. Kolom 9 diisi dengan jumlah belanja dari kolom 3 sampai dengan kolom 8.
5. Kolom 10 diisi sumber dana membiayai jumlah belanja tersebut pada kolom 9, yaitu
Rupiah Murni (RM), Pinjaman Luar Negeri (PLN) atau Hibah Luar Negeri (HLN).
6. Kolom 11 diisi dengan tingkat kewenangan penggunaan dana sebagaimana tersebut
pada kolom 9. Cara pengisian sama dengan Formulir 1.5 kolom 8.
7. Kolom 12 diisi dengan keterangan lain yang diperlukan.

Formulir 2.4
1. Header diisi dengan :
a. Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode kementerian negara/lembaga dan
kode unit unit organisasi) .
b. Nama dan kode fungsi dan sub fungsi.
2. Kolom 1 diisi dengan kode program dan kode kegiatan.
3. Kolom 2 diisi dengan uraian program, kegiatan, kelompok pendapatan, sub kelompok
pendapatan dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) yang akan menjadi penerimaan
negara pada program dan kegiatan dimaksud.
4. Kolom 3 diisi dengan jumlah realisasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada 2
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-2).
5. Kolom 4 diisi dengan jumlah sasaran pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada
setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-1) atau tahun berjalan.
6. Kolom 5 diisi dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada
tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X).
7. Kolom 6 diisi dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada satu
tahun setelah yang tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X+1).
8. Kolom 7 diisi dengan keterangan tambahan yang diperlukan.

Formulir 3.1
1. Header diisi dengan:
a. Nama dan kode kode kementerian negara/lembaga.
b. Nama dan kode Sub Fungsi (termasuk kode fungsi) .
c. Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub fungsi).
d. Sasaran program, yaitu uraian tentang hasil (outcome) yang menjadi sasaran
program.
2. Kolom 1 diisi dengan nomor masing- masing kegiatan dan sub nomor untuk masing-
masing indikator keluaran dari kegiatan dimaksud.
3. Kolom 2 diisi dengan nama masing- masing kegiatan dan indikator keluaran dari
kegiatan dimaksud. Cara pengisian sama dengan Formulir 1.1 kolom 2.
4. Kolom 3 diisi dengan satuan keluaran yang akan digunakan untuk menilai atau
mengukur barang atau jasa yang dihasilkan.
5. Kolom 4 sampai dengan Kolom 7 diisi dengan sasaran keluaran yaitu jumlah atau
kuantitas yang hendak dicapai oleh Unit Organisasi pada kementerian negara/lembaga
pada TA tertentu.
a. Kolom 4 diisi dengan sasaran keluaran yang telah dicapai pada tahun 200X-2 au 2
tahun sebelum tahun yang direncanakan.
b. Kolom 5 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh Unit
Organisasi pada tahun 200X-1 atau pada tahun anggaran berjalan.
c. Kolom 6 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh Unit
Organisasi pada tahun 200X atau tahun yang direncanakan.
6. Kolom 7 diisi dengan sasaran keluaran atau kuantitas yang akan dicapai oleh Unit
Organisasi pada tahun 200X + 1 atau setahun setelah tahun yang direncanakan.
7. Kolom 8 diisi dengan keterangan tambahan.

Formulir 3.2
1. Header diisi dengan nama dan kode kementerian negara/lembaga.
2. Kolom 1 diisi dengan kode unit organisasi, program dan kegiatan.
3. Kolom 2 diisi dengan nama unit organisasi, uraian program dan kegiatan.
4. Kolom 3 diisi dengan jumlah realisasi anggaran untuk kegiatan dimaksud pada 2
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-2).
5. Kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran untuk kegiatan dimaksud pada tahun anggaran
yang berjalan atau setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X-1).
6. Kolom 5 s.d. Kolom 7 diisi diisi dengan jumlah anggaran untuk kegiatan dimaksud
pada tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X), dengan rincian :
a. Kolom 5 diisi dengan jumlah dana yang telah ditetapkan atau disepakati tahun
anggaran sebelumya (Prakiraan Maju TA 200X-1).
b. Kolom 6 diisi dengan perubahan yaitu perkiraan biaya atas pengaruh
inflasi/deflasi, tambahan ataupun pengurangan atas perubahan kapasitas atas
program dan kegiatan, ataupun tambahan atau pengurangan atas perubahan
program dan kegiatan setelah dilakukan evaluasi program dan kegiatan.
c. Kolom 7 diisi dengan jumlah kumulatif kolom 5 dan kolom 6.
7. Kolom 8 diisi sumber dana membiayai jumlah pelanja tersebut pada kolom 7, yaitu
Rupiah Murni (RM), Pinjaman Luar Negeri (PLN) atau Hibah Luar Negeri (HLN).
8. Kolom 9 diisi Kolom 8 diisi dengan tingkat kewenangan penggunaan dana, yaitu:
a. KP untuk Kantor Pusat.
b. KD untuk Kantor Daerah (Instansi Pusat di daerah).
c. DK untuk Dekonsentrasi.
d. TP untuk Tugas Perbantuan.
9. Kolom 10 diisi dengan Prakiraan Maju TA 200X+1, yaitu jumlah perkiraan biaya
untuk melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan perkiraan kapasitas tahun
yang akan datang (TA 200X+l) dengan perkiraan biaya tahun berjalan.

Formulir 3.3
1. Header diisi dengan nama dan kode kementerian negara/lembaga.
2. Kolom 1 diisi dengan kode unit organisasi, program dan kegiatan.
3. Kolom 2 diisi dengan nama unit organisasi, uraian program dan kegiatan.
4. Kolom 3 s.d. Kolom 9 diisi dengan jumlah biaya untuk melaksanakan masing- masing
program dan kegiatan yang dirinci berdasarkan jenis belanja. Perhitungan biaya
masing- masing program dan kegiatan untuk tiap jenis belanja disesuaikan dengan
Formulir 1.5.
a. Kolom 3 diisi dengan jumlah belanja pegawai yang sudah mengikat, yaitu untuk
pembayaran gaji dan tunjangan.
b. Kolom 4 diisi dengan jumlah belanja pegawai yang tidak mengikat, yaitu untuk
pembayaran honor, lembur dan lain- lain belanja pegawai.
c. Kolom 5 diisi dengan jumlah belanja barang yang sudah mengikat, sebagai contoh
biaya langganan daya dan jasa serta pengeluaran lain yang tidak dapat
dihindarkan untuk dibiayai.
d. Kolom 6 diisi dengan jumlah belanja barang yang tidak mengikat, yaitu untuk
pembayaran belanja barang dan jasa selain tersebut pada kolom 5.
e. Kolom 7 dan 8 masing- masing diisi dengan belanja modal dan bantuan sosial
yang tidak mengikat.
f. Kolom 9 diisi dengan jumlah belanja dari kolom 3 sampai dengan kolom 8.
5. Kolom 10 diisi sumber dana membiayai jumlah belanja tersebut pada kolom 9, yaitu
Rupiah Murni (RM), Pinjaman Luar Negeri (PLN) atau Hibah Luar Negeri (HLN).
6. Kolom 11 diisi dengan tingkat kewenangan penggunaan dana sebagaimana tersebut
pada kolom 9. Cara pengisian sama dengan Formulir 1.5 kolom 8.
7. Kolom 12 diisi dengan keterangan lain yang diperlukan.

Formulir 3.4
1. Header diisi dengan nama dan kode kementerian negara/lembaga.
2. Kolom 1 diisi dengan kode Unit Organisasi, kode program dan kode kegiatan.
3. Kolom 2 diisi dengan nama Unit Organisasi, uraian program, kegiatan, kelompok
pendapatan, sub kelompok pendapatan dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) yang
akan menjadi penerimaan negara pada program dan kegiatan dimaksud.
4. Kolom 3 diisi dengan jumlah realisasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada 2
tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X~2).
5. Kolom 4 diisi dengan jumlah sasaran pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada
setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 200X- l) atau tahun berjalan.
6. Kolom 5 diisi dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada
tahun anggaran yang direncanakan (T A 200X).
7. Kolom 6 diisi dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada satu
tahun setelah yang tahun angzaran yang direncanakan (TA 200X+1).
8. Kolom 7 diisi dengan keterangan tambahan yang diperlukan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Anda mungkin juga menyukai