SKRIPSI
OLEH :
Zubaidi Bajuri
NIM : 109101000024
ABSTRAK
Bengkel las memiliki bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang cukup
tinngi. Salah satu faktor yang berhubungan dengan potensi bahaya yang ada di lingkungan
kerja bengkel las adalah kurangnya pengetahuan pekerja las tentang bahaya K3 dan cara
pencegahannya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang pekerja
las yang berada di Ciputat Kelurahan Pisangan Timur, diketahui bahwa pengetahuan pekerja
las tentang bahaya K3 dan pencegahannya masih sangat kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan tentang bahaya K3
dan pencegahannya dengan metode penyuluhan menggunakan media lembar balik. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Quasi Experiment Nonequivalent
Control Group Design. Penelitian dilakukan mulai tanggal 25 April 2013 sampai bulan
Desember 2014 pada 11 bengkel las di Ciputat Kelurahan Pisangan Timur dengan jumlah
sampel sebanyak 25 orang pekerja las, yang terdiri dari kelompok pre-tes dan pos-test.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pre-test dan post-test, dan lembar balik.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan perubahan pengetahuan yang
terjadi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, yaitu kelompok intervensi lebih baik
dari pada kelompok kontrol dengan mean 6.24 dengan nilai range yang cukup panjang atau
bervariasi yaitu antara 3 hingga 9. Sementara itu, perbedaan mean skor kelompok intervensi
cukup jauh yaitu pre-test (3.04) dan post-test (6.24) sedangkan pada kontrol tidak terlalu jauh
yaitu pre-test (3.96) dan post-test (3.92).
Untuk memastikan apakah pengetahuan yang mereka dapatkan dari hasil penyuluhan
mendorong perilaku pekerja las bekerja dengan aman dan sehat, disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh penyuluhan terhadap
perilaku pekerja las tentang bahaya K3 dan pencegahannya. Selain itu, Disarankan untuk
melakukan penelitian komparatif untuk mendapatkan metode penyuluhan yang paling efektif
dalam aspek perubahan perilaku tentang bahaya K3 dan pencegahannya.
ABSTRACT
Welding workshop have high risk of occupational safety and health hazard. One of the
factors which related to potential hazard in welding workshop is the workers are lack of
knowledge about occupational safety and health hazard and its prevention. Based on
preliminary study conducted to 10 workers in welding workshop around Ciputat, Pisangan
Timur, it has been known that workers’ knowledge about occupational safety and health hazard
and its prevention was very poor.
This research was conducted to know any knowledge enhancement about occupational
safety and health hazard and its prevention by counseling method with using of flipchart. This
research is quantitative with Quasi Experiment Nonequivalent Control Group study design.
This research was conducted from April 25th 2013 until December 2014 in 11 different welding
workshop in Ciputat, Pisangan Timur with 25 workers as sample, which consist of workers as
pre-test group and post-test . Instrument used in this research is pre and post test questionnaire,
and flipchart.
Based on the result of research, it has been known that there is a significant change
occurred between intervention group and control group. Intervention group has better change
with mean 6.24 with longer or varied range value. Its between 3 to 9. Whereas, the mean
differences in intervention group is wide enough, they were pre-test (3.04) and post-test (6.24)
while in controlled group is not wide enough, they were pre-test (3.96) and post-test (3.92).
To ensure whether if their knowledge from counseling session enforce workers’
behavior to work safely and healthily, it is recommended to the next researcher to conduct
advanced research about the effect of counseling to welding workers’ behavior about
occupational safety and health hazard and its prevention. Futhermore, it is alo recommended
to conduct comparative research to get the most effective counseling mehod in behavior change
aspect about occupational safety and health hazard and its prevention.
iii
IDENTITAS PERSONAL
Nama : Zubaidi Bajuri
Alamat Asal : Jl. H. Maat no. 54 RT 002/003 Duren Seribu-Bojong Sari,
Depok.
TTL : Bogor, 28 Februari 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Golongan : -
Darah
No. Hp : 081297424402
Alamat Email : zubaidibaijuri@rocketmail.com
zubaidibajuri28@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
2009-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )
2007 - 2009 : SMA KHARISMAWITA Depok
2003 - 2006 : MTS Daarul Ihsan Bogor
1997 - 2003 : MI Misbahul Falah Depok
PENGALAMAN ORGANISASI
2010-2012 : Staff Departement Dana dan Usaha (DANUS) Badan
EksekutifMahasiswa (BEM)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
vii
Pikih, Defri, Sca, Novan). Khususnya mas Defri dan Fadil yang selalu siap
membantu dari awal sampe akhir
8. Pak Ajib yang memberikan info-info up to date kepada penulis, serta Ka Ami, Ka
Septi, dan Ka Ida selaku Laboran Kesmas yang telah memberikan arahan dalam
perjalanan penyelesaian skripsi ini.
9. Adik-adik kelas yang selalu menanyakan saya “kapan lulus ka?” makasih atas
pertanyaannya semakin banyak yang bertanya semakin semangat saya untuk
lulus.
10. Yaumi, Agin, Tsabit, Novaco, Riko, Ricad, Nizar, Lukman, Viral, dan Rohim
makasih sudah menemani selama saya berjuang untuk menyelesaikan skripsi
Penulis juga meminta maaf atas segala kesalahan perkataan maupun perbuatan
yang kurang berkenan selama ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini akan
bermanfaat baik bagi semua pihak yang membaca, baik dari kalangan mahasiswa
maupun umum dan dijadikan langkah awal bagi pengembangan ilmu serta bermanfaat
diwaktu mendatang.
Terima kasih.
Zubaidi Bajuri
viii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
PANITIA SIDANG v
RIWAYAT HIDUP vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Pertanyaan Penelitian 7
D. Tujuan 8
1. Tujuan Umum 8
2. Tujuan Khusus 8
E. Manfaat 8
ix
1. Bagi Peneliti 8
F. Ruang Lingkup 9
1. Definisi 10
B. Bengkel Las 14
1. Pengertian Las 14
2. Jenis-jenis Pengelasan 14
b. Las Listrik 15
1. Pengertian Bahaya 16
2. Jenis Bahaya 17
1) Pengertian Debu 18
x
3) Pencegahan Paparan Debu di Bengkel Las 21
C. Bahaya Kebakaran 31
1. Pengertian Kebakaran 31
D. Bahaya Radiasi 36
1. Pengertian Radiasi 36
1. Pengertian Promosi 40
2. Manfaat Promosi K3 42
E. Pengetahuan 46
G. Pengukuran Pengetahuan 53
H. Pendidikan Kesehatan 53
xi
a. Metode Pendidikan Individu 54
1. Media Cetak 58
2. Media Elektronik 60
J. Kerangka Teori 61
A. Kerangka Konsep 64
B. Definisi Oprasional 65
C. Hipotesis Penelitian 67
1. Hipotesis Utama 67
A. Desain Penelitian 68
1. Populasi 69
2. Sampel 70
D. Instrumen Penelitian 70
xii
1. Persiapan Penelitian 71
c. Teknik Penyuluhan 73
F. Pengolahan Data 76
1. Editing 76
2. Coding Data 77
3. Entry Data 78
4. Tahap Pemeriksaan 78
1. Analisis Univariat 78
2. Analisis Bivariat 79
2. Tahap Konsep 83
3. Desain Media 84
B. Analisis Univariat 97
xiii
1. Distribusi rata-rata Skor Pengetahuan Pekerja Las sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan 100
BAB VI PEMBAHASAN
D. Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja Las Sebelum dan Sesudah
E. Distribusi Rata-rata skor Pengetahuan Pekerja Las Sebelum dan Sesudah dilakukan
Penyuluhan 114
Pengetahuan 115
xiv
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 119
B. Saran 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori perilaku Lawrance Green dalam Patricia Goodson (2010) 62
Gambar 5.1 Potret Pekerja Las Baik Menggunakan APD Saat Bekerja dan Pekerja Las
Buruk tidak Menggunakan APD Saat Bekerja 84
Gambar 5.2 Potret Pekerja Las Baik Bekerja dengan Aman dan Fokus Saat Bekerja dan
Potret Pekerja Las Buruk tidak Aman dalam Bekerja Karena Merokok Saat
Bekerja dan Tidak Menggunakan APD Saat Bekerja 84
Gambar 5.3 Lembar Balik Bahaya K3 Sebelum dan Setelah Uji Media 88
Gambar 5.4 Lembar Balik Definisi K3 Sebelum Uji Media dan Setelah Uji Media 89
Gambar 5.5 Lembar Balik Macam-macam Bahaya Sebelum Uji Media dan Setelah Uji
Media 90
Gambar 5.6 Lembar Balik Bahaya Debu Sebelum Uji Media dan Setelah Uji Media 91
Gambar 5.7 Lembar Balik bahaya Listrik Sebelum Uji Media dan Setelah Uji Media 92
Gambar 6.1 Himbauan Emosional dan Sebab Akibat 105
Gambar 6.2 Bahasa yang digunakan dalam materi penyuluhan 107
Gambar 6.3 Warna gambar hijau, kuning dan putih 110
Gambar 6.4 Layout Seimbang Tulisan Dan Gambar 111
xvii
DAFTAR BAGAN
xviii
DAFTAR LAMIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan
dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan
sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Hal ini memberi dampak positif
dilakukan Badan Pusat Statistik RI (BPS-RI) selama tahun 20014 menyajikan data
sebanyak 118,2 juta jiwa (93,16%) penduduk Indonesia adalah bagian dari angkatan
pengangguran di Indonesia yaitu sebanyak 70,7 juta jiwa (59,81%) dari penduduk
Indonesia dan ekonomi formal sebanyak 47,5 juta jiwa (40,19%). Sektor informal
lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku
dan dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif
1
2
kerja dan penyakit akibat kerja karena sebagian besar dari usaha-usaha informal yang
terlibat dalam produksi dan distribusi cenderung berskala sangat kecil. Orang-orang
yang mendirikan sektor informal sangat kurang dalam hal pendidikan dan
ketrampilan, dan hanya memiliki sedikit sumber daya untuk investasi fisik seperti
pabrik dan perlengkapan, mesin-mesin, dan budaya keselamatan dan kesehatan dalam
Risiko operasi ekonomi informal cukup tinggi terutama risiko yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak potensi bahaya di lingkungan kerja
akibat kerja. Hal ini mengarah kepada prinsip bahwa bahaya adalah pelopor untuk
terjadinya sebuah kecelakaan (Ericson, 2005). Contoh bahaya yang sangat dekat
dengan ekonomi informal yaitu proses kerja dengan karakter tekanan suhu panas pada
pekerja bengkel las, keberadaan alat-alat berat yang moving part seperti besi, mesin
disel pada pekerja bengkel, zat-zat kimia yang mudah terbakar dan eksplosif yang
menimbulkan keracunan dan alergi, lingkungan kerja yang berdebu pada pekerja
mebel kayu yang menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja (Mellysa, 2011).
Bahan-bahan kimia yang menimbulkan iritasi kulit pada pekerja bengkel motor dan
penurunan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja membel dan bengkel las.
Bengkel las merupakan bagian dari ekonomi informal yang berisiko tinggi
untuk terjadinya kecelakaan karena untuk menunjang pekerjaan las bengkel las
menggunakan alat-alat berat yang memiliki bahaya tinggi serta lingkungan yang
kurang kondusif untuk kesehatan pekerja seperti terpaparnya debu berat hasil
3
pembakaran besi, terpapar panas, bahaya ledakan, dan bahaya sengatan listrik.
Kecelakaan yang diwaspadai pada pekerjaan bengkel las adalah terpleset, tersandung,
terjatuh, terjepit, tersengat listrik dan tertimpa (Suharno, 2008). Terjatuh dapat
seperti tangan. Salah satu bahaya yang dapat menyebabkan tangan terjepit adalah
posisi tangan yang berada di daerah engsel pengunci atau daerah titik jepit. Tersengat
listrik dapat mencelakakan pekerja bahkan menimbulkan kematian jika alus listrik
Tingginya risiko di kegiatan bengkel las tersebut disebabkan karena ada tujuh
bahaya besar. Tujuh bahaya besar tersebut adalah sengatan listrik, cedra tangan, benda
terjatuh, ledakan las karbit, jatuh dari ketinggian, bahaya mata dan paparan debu
secara terus menerus dapat membahayakan kesehatan pekerja. tanpa pengenalan yang
cukup akan sumber-sumber risiko yang ada di bengkel las serta perlakuan yang tidak
tepat bagi setiap sumber risiko maka akan sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja. Kebanyakan kecelakaan kerja yang terjadi adalah kurangnya pemahaman dan
tidak aman, atau adanya tindakan yang tidak aman yang pada akhirnya akan menjadi
April tahun 2013 pada 10 orang pekerja las dari empat bengkel las dengan cara
observasi sebagai tolak ukur peneliti dalam menentukan besaran risiko yang tercermin
dari kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkan dan kuisioner untuk mengetahui
sejauh mana pekerja las memahami bahaya apa yang ada dilingkungan kerja dan
langsung didapatkan bahwa seluruh pekerja las dari 4 bengkel las belum
4
menggunakan APD las yang memenuhi standar aman. Pekerja las hanya memakai
pakaian biasa, masker dari kain itupun tidak digunakan dengan baik hanya
menggantung di leher ataupun kantong celana, alas kaki berupa sandal, kaca mata
yang di pakai bukan dimata tapi di hidung. Hal ini diperparah dengan didapatkannya
beberapa pekerja las merokok disaat bekerja, sehingga hal tersebut memicu adanya
Selain itu, dari hasil kuisioner yang diberikan peneliti kepada 10 orang pekerja
las didapatkan bahwa sebanyak 8 orang pekerja las (95, 2%) tidak tahu tentang bahaya
K3 dan pencegahannya dan sebanyak 2 orang pekerja las (4,8%) sedikit mengetahui
bahwa prosedur kerja yang mereka lakukan sudah aman jauh dari bahaya K3. Namun
kerja menjadikan mereka tidak peduli dan enggan untuk menggunakan APD yang
menggunakan media lembar balik sebagai alat bantu penelitian. Penelitian ini
yang dilakukan oleh Prasetyo pada tahun 2010 yang meneliti tentang penurunan
kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di lokasi yang sama didapatkan bahwa
salah satu faktor terjadinya penurunan kapasitas paru pada pekerja las adalah
kurangnya pengetahuan pekerja las akan bahaya K3 yang ada dibengkel las.
didasari oleh tidak tahu yaitu pekerja tidak mengetahui tentang bahaya, peraturan atau
5
cara kerja yang aman sehingga melakukan kesalahan dalam menjalankan aktivitas
yang berakhir dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Salah satu penyebab
terjadinya kecelakaaan kerja pada pekerja bengkel las adalah kurangnya pemahaman
tentang bahaya K3, pentingnnya penggunaan APD, penyakit akibat kerja, serta
kurangnya pengetahuan pekerja bengkel mengenai risiko yang ada dilingkungan kerja.
Sejalan dengan permasalahan tersebut, salah satu intervensi yang dapat dilakukan
sederhana. Selain itu, metode penyuluhan juga efektif dalam upaya penyampaian
informasi secara cepat kepada kelompok sasaran berpendidikan rendah. Oleh sebab
itu, metode penyuluhan ini tepat digunakan untuk pekerja bengkel las yang rata-rata
belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia
akan nilai K3 dan pencegahannya sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya
menjadi perilaku sehat. Sedangkan dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3), George (1998) yang dikutip dalam Helliyanti (2009), menyatakan bahwa
menggunakan media atau alat bantu lihat semaksimal mungkin (Notoatmodjo, 2007).
Alat bantu penyuluhan dibengkel las Ciputat menggunakan alat bantu lembar balik.
Lembar balik membuat proses pendidikan atau belajar lebih mudah dan lebih menarik
bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Gambar dan tulisan serta komposisi
warna yang tepat dapat mempermudah proses pemahaman bagi penerima pesan.
Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang tertera pada halaman belakang dapat
membantu mempermudah penyampaian pesan. Selain itu, melalui media lembar balik
pesan yang disampaikan dapat lebih terperinci dan dapat digunakan untuk penyuluhan
kelompok kurang dari 12 orang (Dirjen PPM & PL, 2003). Berdasarkan hasil
didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok yang diberi
penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum pendidikan kesehatan adalah
B. Rumusan Masalah
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 April tahun 2013
orang pekerja bengkel las belum sepenuhnya memahami tentang bahaya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Mayoritas pekerja bengkel las berpendapat bahwa
prosedur kerja yang mereka lakukan sudah aman jauh dari bahaya K3. Namun
demikian, dari hasil observasi langsung ditempat kerja bengkel las Ciputat bahwa
seluruh pekerja las dari 4 bengkel las belum menggunakan APD las yang memenuhi
7
standar aman. Pekerja las hanya memakai pakaian biasa, masker dari kain itupun tidak
digunakan dengan baik hanya menggantung di leher ataupun kantong celana, alas kaki
berupa sandal, kaca mata yang di pakai bukan dimata tapi di hidung. Hal ini
sehingga hal tersebut memicu adanya kondisi yang tidak aman (unsafe condition).
tiga faktor yang mempengaruhi perilaku tidak aman tersebut, yaitu pengetahuan, sikap
dan tindakan.
C. Pertanyaan Penelitiaan
2014?
sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan pada pekerja bengkel las di Ciputat
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2014.
sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan pada pekerja bengkel las di Ciputat
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2) Pekerja las dapat memahami potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja
tempat kerja
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada pekerja las di Ciputat Kelurahan Pisangan Timur
Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2013 sampai
Februari 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi-
bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pencegahannya menggunakan alat
bantu sebagai media promosi berupa lembar balik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
bahaya K3 dan pencegahannya. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner pre-test dan post-test dan observasi terkait
1. Definisi
merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain
ditempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap produksi digunakan secara aman dan efisien (Ramli, 2010). Pada hakekatnya,
pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang
sedang bekerja. Kegiatan kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa. Adapun
tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatan setiap orang lain di tempat kerja, dan meningkatkan produksi. Adapun
Kesehatan kerja didefinisikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapan yang bertujuan
untuk mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta
10
11
terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Kesehatan kerja memiliki sifat medis dan sasarannya adalah tenaga kerja (Sumakmur,
2009).
b. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
c. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
d. Agar setiap pegawai atau tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan
pegawai/tenaga kerja.
Kerja (K3) mencangkup semua bahaya yang dapat mengganggu keselamatan dan
a. Pendekatan energi
administratif.
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi
upaya yaitu dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pendekatan ini
dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak
b. Pendekatan manusia
5. Audit K3
6. Komunikasi K3
c. Pendekatan Teknis
13
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
1. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan
standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja
d. Pendekatan Administratif
1. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan
e. Pendekatan Manajemen
B. Bengkel Las
1. Pengertian Las
pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang
kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang
dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas.
c. Bahwa car-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan
penyambungannya
2. Jenis-jenis Pengelasan
pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh
nyala gas asetilen melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa
logam pengisi. Pembakaran gas C2H2 oleh oksigen (O2) dapat menghasilkan suhu
15
yang sangat sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam. Gas asetilen
merupakan salah satu jenis gas yang sangat mudah terbakar dibawah pengaruh
suhu dan tekanan. Gas asetilen disimpan di dalam suatu tabung yang mampu
menahan tekanan kerja. Bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh gas asetilen
antara lain:
a. Polimerisasi, peristiwa ini akan menyebabkan suhu gas meningkat jauh lebih
tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini akan terjadi pada suhu
300°C, jika berada pada tekanan 1 atm. Oleh sebab itu, gas asetilen tidak boleh
b. Disosiasi, yaitu adanya panas yang ditimbulkan oleh proses pembentukan zat-zat.
Disosiasi terjadi pada suhu 600°C jika berada pada tekanan 1 atm atau 530°C jika
tekanan 3 atm. Jika terjadi disosiasi maka tekanan gas meningkat dan hal ini
b. Las listrik
Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan
benda kerja dengan tekanan yang cukup. Penyambungan dua buah logam atau
lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan dengan busur nyala
listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada bidang-bidang sentuhan
akan menimbulkan panas dan berguna untuk mencairkan permukaan yang akan
disambung.
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala
busur listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara ujung-
ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat menentukan
16
terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi
loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa tegangan yang
tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh manusia hanya mampu
menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain penggunaan arus dan tegangan
yang bisa membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar
ultra violet dan sinar infra merah yang berinteraksi sangat tinggi. Pancaran atau
radiasi dari sinar tersebut sangat membahayakan mata maupun kulit manusia
(Bintoro, 1999).
1) Pengertian Bahaya
kesakitan pada manusia, kerusakan peralatan dan lingkungan atau kombinasi dari
semua itu (Frank Bird-Loss Control Management dalam Ramli, 2010). Sedangkan
menurut Soehatman Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi
atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,
kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya
suatu barang atau kondisi tertentu yang mempunyai potensi menimbulkan efek
4360 : 1999 memaparkan bahwa bahaya adalah sumber atau situasi yang
Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari
suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Api misalnya, secara alamiah mengandung
sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan
17
kerusakan atau cedera. Pemahaman mengenai bahaya sangat penting, karena sering
salah paham dalam mendefinisikan bahaya. Bahaya sering diartikan sebagai faktor
kondisi fisik, faktor organisional, kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman.
Semuanya itu bukan bahaya, tetapi faktor yang memberikan kontribusi terjadinya
2) Jenis Bahaya
(Mulya, 2008) :
yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak bahaya keselamatan
a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang
c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
menerus, dan probabilitas untuk terjadi tinggi. Jenis-jenis health hazard, antara
lain:
b. Chemical Hazard, berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
Debu biasanya terlihat pada setiap operasi pengelasan. Debu ini terdiri
dari komponen yang dihasilkan dari elektroda, logam dasar, dan flux pada
Diameter debu dalam asap las berkisar antara 0,2 mikrometer s/d 3
mikrometer. Butiran debu dengan ukuran > 0,5 mikrometer bila terhisap akan
tertahan oleh bulu hidung dan bulu pada pipa pernapasan, sedangkan yang
jenis law hydrogen maka di dalam asap las akan terdapat fluor (F) dan oksida
kalium dan sebagainya. Fume dapat juga di hasilkan dari pelapisan residu
pada logam. Sebagai contoh logam yang di galvanis (pelapisan seng) akan
dalam fume yang terjadi pada pekerjaan pengelasan antara lain adalah karbon
lain yang terbentuk dari penguraian bahan pelapis, karat dan lain-lain.
dapat terjadi pada saat kita bernapas dengan menarik napas, udara yang
hidung, faring trakea, bronkus, bronchioli, dan alveoli. Partikel debu yang
dapat terhirup saat bernafas berukuran antara 0,1 mikron Pada hidung dan
a. 5-10 mikro, akan tertahan oleh cilia pada saluran pernapasan bagian atas
Debu aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleksi batuk atau
paru-paru maka akan terjadi bronkhitis toksik, endema paru atau pneumonitis
(Pudjiastuti, 2003).
yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk
pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebesar 0,15 mg/m3 untuk debu total
hasil industri adalah sebesar 10 mg/m3 untuk debu total dengan suhu 18-300
°C (Depkes RI, 2002). Salah satu akibat dari paparan debu secara terus
menerus adalah:
ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah
yang berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume
tersebut. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi juru las, namun usaha
ditempat yang tertutup/ kurang ventilasi. Untuk itu haruslah diingat pada
kebutuhan udara segar tiap juru las adalah 2000 cuft per menit.
Kecepatan udara yang ditiupkan atau disedot kira-kira 0,5 meter per
atau seluruh tubuh dari adanya potensi bahya atau kecelakaan. Alat ini
untuk melindungi dirinya dari sumber bahya tertentu baik yang berasal
dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini
secara teratur dan baik maka alat pelindung diri ini dapat mengurangi
pelindung diri. Alat pelindung diri yang baik adalah alat pelindung diri
Pilihan peralatan dibidang ini amat luas, mulai dari masker debu
sekali pakai biasa sampai alat pernapasan isi sendiri dan memiliki nilai
kerumitan yang kompleks dari mulai kapan alat ini digunakan samapi
pada untuk bahaya apa alat ini digunakan. Jika pilihankeliru maka dapat
sumber bahaya bila tidak diperlakukan dengan baik. Besarnya kejutan yang
timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan keadaan badan
manusia. Pada pengerjaan las, arus yang digunakan sangat besar, yaitu
elektroda, jenis bahan dan posisi pengelasan. Hal tersebut diatas sangat
membahayakan, bila salah satu anggota tubuh terkena aliran arus listrik.
aliran arus listrik akan lebih besar dan cepat, yang dapat menimbulkan
kematian. Maka untuk mencegah hal tersebut di atas, tubuh operator harus
tidak dalam keadaan basah juga pemegang elektroda harus selalu kering
a. Arus 1mA hanya menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan
b. Arus 5 mA akan memberikan simulasi yang cukup tinggi pada otot dan
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang
lain.
tergantung kepada:
tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan (voltase)
Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih
besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab. Resistensi kulit yang
kulit utuh yang lembab.Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak
kaki yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis.
permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan
kepala; dan paling sering keluar dari kaki. Arus listrik yang mengalir
26
jantung, karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik yang mengalir
1) Kejang.
2) Pendarahan otak.
3) Kelumpuhan pernapasan.
terkena arus listrik bisa mengalami luka bakar yang berat. Tetapi, jika
otak.
negatif yang bila bersentuhan dengan objek, objek tersebut akan bermuatan
adalah:
oleh adanya aliran arus listrik yang melewati tubuh manusia dan
Trauma ini dapat terjadi pada kontak dengan aliran listrik bertegangan
yang dapat berakibat fatal. Trauma akibat serangan listrik berada pada
urutan kelima sebagai salah satu risiko akibat kerja. Sekitar 60-70%
sehingga bila terjadi kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat
dalam yang serius, terutama pada jantung, otot, ataupun otak yang
pada kulit, kerusakan organ dalam dan jaringan lainnya, aritmia, serta
gagal nafas.
cara, yaitu henti jantung (cardiac arrest), perusakan otot, saraf, dan
jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh, serta luka bakar termal
akibat kontak dengan sumber listrik. Cedera akibat serangan arus listrik
dapat berupa luka bakar ringan hingga kematian. Tingkat cedera yang
terjadi tergantung pada beberapa faktor, antara lain jenis dan kekuatan
arus listrik, tegangan, ketahanan tubuh terhadap arus listrik, jalur arus
arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam
ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang
manusia. Sebagai contoh industri las tanpa adanya daya listrik proses
29
las listrik. Selain memberikan maanfaat yang cukup besar bagi industri
kecil sampai industri besar risiko listrik memberikan kerugian yang cukup
besar jika penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan dan standar yang
akibat sengatan listrik, trauma akibat sengatan listrik sampai risiko yang
besar maupun kecil dengan perawatan bisa di ketahui item listrik mana
mengakibatkan konsleting listrik karna daya yang ada di rol tidak sesuai
800 kali atau 2-3 kali kebakaran setiap harinya dan 70 % diakibatkan
cara menggunakan alus listrik tanpa izin dari pihak PLN bisa berisiko
sangat fatal selain hukuman pidana saksi pasal 378 yaitu pasal pencurian
ilegal.
d. Gunakan sarung tangan dan alas kaki (sepatu atau sandal) saat bekerja.
biasanya ditempat kerja banyak kabel kabel yang terkelupas dan robek
C. Bahaya Kebakaram
1. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu insiden akibat dari api yang bekerja tidak
pada tempatnya, yang terjadi antara api, bahan bakar, dan oksigen (Astra
bahkan kehilangan nyawa pekerja. Kebanyakan dari tempat kerja las yang
(Lestari, 2007).
walaupun berkobar besar dan tinggi, belum bisa disebut dengan kebakaran
karena masih dalam kendali dan diinginkan terjadinya. Api tidak terjadi
begitu saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar
dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segi tiga api
32
(fire triangle). Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor
1. Oksigen
mudah terbakar.
2. Sumber panas
untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen yang ada
campuran antara bahan bakar dan oksigen sumber panas juga merupakan
33
api yang tidak cukup besar. Sumber panas tidak mungkin tidak ada
3. Bahan bakar
Unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat terbakar
dibengkel las terjadi bukan hanya dipicu dengan adanya sumber panas
dan oksigen akan tetapi kebakaran yang terjadi dibengkel las dipicu
tinner dan bahan kimia lainnya yang rentan terhadap nyala api.
harta benda maupun lingkungan. Bahaya yang paling utama dari suatu
1) Derajat 1 merupakan luka bakar ringan, efek merah dan kering pada
asap. Kematian akibat asap dapat disebabkan dua faktor yaitu, karena
kekurangan oksigen dan kedua adalah karena terhirup gas beracun. Pada
saat kebakaran terjadi, asap yang terbentuk akan mengusir oksigen dari
kekurangan oksigen dan asap masuk kedalam paru-paru. Selain itu juga
terbakar. Bahaya ikutan lainnya yang bersumber dari ledakan bahan atau
material lainnya yang terdapat dalam ruangan yang terbakar. Salah satu
35
bahaya ikutan yang sering terjadi adalah ledakan gas yang terkena
paparan panas.
dipenuhi asap.
penyalaan sangatlah efektif karena tanpa tidak adanya percikan api maka
api tidak akan terjadi. Tanpa dimulai dengan adanya nyala api kebakaran
mudah terbakar dialokasikan ketempat yang aman jauh dari percikan api
penumpukan oksigen diruang las dan jika terjadi kebakaran ventilasi ini
D. Bahaya Radiasi
1) Pengertian Radiasi
terkena kecelakaan kerja. Salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dalam
intensitas cahaya yang terlalu lemah atau pun terlalu kuat adalah mata.
dengan cahaya intensitas tinggi akan memberi dampak pada sistem kerja
proses pengelasan tersebut dan terkait dengan indra mata yaitu salah
satunya sinar ultraviolet. Sinar ini dapat menembus alat pelindung diri
atau gelombang. Energi radiasi bisa terletak di rentang sinar tampak, tetapi
dapat pula lebih besar atau lebih kecil dibandingkan sinar tampak. Dua
a. Sinar ultraviolet
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya atau sinar yang dapat
membahayakan pekerja las dan pekerja lainnya yang ada dilingkungan las.
sinar ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap reaksi kimia yang
ditimbulkan didalam tubuh. Jika sinar ultraviolet tersebut diserap oleh lensa
mata dan kornea maka pada mata terasa seakan-akan terdapat benda asing
terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi
kimia yang terjadi dalam tubuh. Efek kesehatan akibat dari radiasi ultraviolet
dapat menyebabkan:
1. Mata
Mata merupakan organ vital bagi manusia tanpa indra mata manusia
sulit untuk melakukan aktivitas selain vital indra mata sangat sensitif
ultraviolet Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata
melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada
mata menjadi sakit selama 6 sampai 24 ja pada umumnya rasa sakit ini
akan hilang setelah 48 jam. Menurut jane blunt dan nigel C Balchin
busur las menyebabkan mata menjadi merah, berair dan menyakitkan dan
2. Kulit
Selain mata kulit juga merupakan indra yang sangat sensitif. Kulit
berfungsi untuk kepekaan kulit juga berguna untuk proses kimiawi tubuh
didalam tubuh. Ketika tubuh terpapar panas pada siang hari atau sedang
kulit.
menjadi mati dan tidak peka lagi terhadap respon yang ada dilingkungan
sehingga kulit sukar untuk merasakan apa-apa yang disentuh oleh kulit.
b. Sinar Inframerah
Sinar inframerah di sinari oleh benda-benda pijar seperti dapur atau tanur
atau bahan-bahan pijar lainnya, sinar inframerah berasal dari busur las listrik.
Sinar inframerah dapat menyebabkan katarak pada pekerja bengkel las. Sinar
inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena sinar inframerah itu lebih
berbahaya tidak diketahui, tidak terasa dan tidak terlihat. Pengaruh sinar
pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini
c. Cahaya tampak
Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las busur manual
akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini
terlalu kuat maka mata akan segera menjadi lelah dan jika terlalu lama
mungkin menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit pada mata bersifat sementara
(Prasetya, 2012).
keselamatan kerja.
40
3) Mebuat batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang lain tidak
terganggu
1. Pengertian Promosi
menghasilkan perubahan tingkah laku dan lingkungan yang mendukung praktik pola
masyarakat pekerja yang memang memiliki ciri-ciri khusus, yang membedakan ciri
tersebut dengan masyarakat umum dalam hal karakteristik lingkungan kerja, yaitu
adanya pola shift kerja, lokasi kerja, dan lain-lain. Pengertian atau definisi tersebut
berubah menjadi “Promosi Kesehatan di tempat kerja adalah ilmu dan seni untuk
menolong pekerja mengubah gaya hidup mereka agar bergerak menuju status
kesehatan dan kapasitas kerja yang optimal, sehingga berkontribusi bagi kesehatan
dan keselamatan di tempat kerja, dan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas
Kapasitas kerja optimal adalah kemampuan untuk bekerja dengan kuat dan
senang tanpa kelelahan yang berarti, dengan masih tersedia energi untuk menyenangi
hobi, aktivitas rekreasi dan menghadapi gawat darurat yang tak terduga. Perubahan
41
pendidikan dan lingkungan yang mendukung praktek hidup sehat (Modjo, 2007).
lingkungan ditempat kerja yang didesain khusus untuk memperbaiki dan mendukung
secara kondusif prilaku kesehatan baik prilaku hidup maupun prilaku bekerja untuk
terciptanya kapasitas kerja dan kondisi kesehatan dan keselamatan pekerja yang
optimal. Promosi kesehatan dan keselamatan pekerja adalah sebagai alat dan seni
untuk mengubah perilaku bekerja untuk terciptanya status kesehatan dan kapasitas
kerja yang optimal sehingga memberi peran baik untuk peningkatan produktivitas
dan pengurangan biaya (anggaran) untuk biaya pengobatan akibat kecelakaan dan
pekerja, tetapi bergerak dan berfokus juga terhadap promosi keselamatan dan
kesehatan pekerja. Hal ini sejalan dengan ruang lingkup keselamatan dan kesehatan
pekerja yang diperluas tidak hanya berfokus pada kesehatan dan keselamatan tetapi
juga mencakup pada aspek psikologi dan sosial serta kemampuan menjalankan
efektif apabila terjadi perubahan sikap dan prilaku pada pekerja. Undang-undang
42
no.23 tahun 1992 pasal 10, mengenai upaya kesehatan dengan pendekatan
kesehatan.
kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor – faktor yang menentukan
(faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Green perilaku ini
terjadinya perilaku, yang terdiri dari peraturan dan juga sikap serta perilaku tokoh
2. Manfaat Promosi K3
d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan
dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk
karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang. secara
signifikan dari jumlah anggota dari sebuah pusat kebugaran travelers yang tidak
masuk kerja lebih sedikit dari pada jumlah pekerja yang yang absen dihari kerja.
ditempat kerja menyumbang 1,42 US dolar lebih rendah pada biaya ketidak
hadiran pekerja selama priode lebih dari dua tahun. Selain itu juga perusahaan
Johnson mengurangi rata-rata absentisme mereka hingga 15% dalam dua tahun
melalui program kesehatan pekerja. Mereka juga memotong biaya rumah sakit
a. Incidence Rate
Number of workers absent
44
................................................. X 100
Total employeees
Ex. Menghitung incidence rate suatu perusahaan yang memiliki jumlah
karyawan 250 orang, jika dalam satu minggu ada 15 karyawan yang tidak
masuk (absent) maka berapakah incidence rate perusahaan tersebut?
Jawab :
Incidence rate :
15 : 250 x 100 = 6 %
Intepretasi : setiap 100 karyawan pada perusahaan ini, dalam seminggu ada 6
orang yang absent
b. Absence Rate
Number of hours absent
.................................................... X 100
Number of hours usually worked
Ex. Jika 250 karyawan pada perusahaan bekerja selama 40 jam setiap
minggunya, sementara 15 karyawan masing-masing tidak masuk selama 3
hari maka berapakah absence rate perusahaan tersebut?
Jawab :
15 (3 x 8 jam)
Absence rate = ............................ X 100
240 X 40 Jam
= 3,6%
Intepretasi :
ada sekitar 3,6 % dari jam kerja hilang karena karyawan absen/tidak masuk
c. Severity Rate
Average number of hours lost by absent employee
............................................................................................ X100
Average number of hours usually worked
Ex. Jika 3 karyawan di suatu perusahaan mengalami sakit selama 8 jam,
maka berpa saverity rate nya?
3x8 24
................. X 100 = ............. X 100 = 20 %
3 x 40 120
Intepretasi :
45
70% dari seluruh total biaya karena sakit. Sebagian besar dari biaya tersebut
mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan
menjadi merasa lebih nyaman dan bahagia dan tidak ingin keluar dari
pekerjaannya. Pekerja yang merasa nyaman dan sehat ditempat kerja dapat
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar dan
melatih pekerja yang baru. Sebuah studi di Tenneco menemukan bahwa pekerja
lebih besar untuk terus dapat bekerja dari pada yang tidak berpartisipasi. Sekitar
2008)
moral pekerja. hasil studi Union Pacific Railroad menemukan bahwa 80% dari
(Grosh, 2006).
3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja
5. Menurunnya lembur
6. Meningkatnya produktivitas
E. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
47
a. Tahu (know)
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
b. Memahami (comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
c. Menerapkan (application)
yang telah di pelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
d. Analisis (analysis)
masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
48
e. Sintesa (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
1. Umur
Semakin tua seseorang maka semakin sulit untuk menyerap ilmu pengetahuan
yang diajarkan, tidak seperti anak muda yang mudah dalam menerima pengetahuan
49
baru. Dilihat dari tuntutan hidup orang yang berkeluarga dan berusia tua lebih banyak
memiliki tuntutan hidup dibandingkan dengan orang dengan usia muda (remaja) usia
muda belum memikirkan tanggungan hidup yang berat sehingga lebih mudah
menyerap pengetahuan baru dibandingkan orang yang berumuran tua. Selain itu
intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam tujuan jangka
daya ingat yang menurun ketika informasi yang dicoba untuk diingat adalah
informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Daya ingat
juga cendrung menurut untuk mengingat (reall) dari pada untuk mengenali
(recognize).
2. Tingkat Pendidikan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
50
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek
tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, mereka akan
berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
3. Sumber Informasi
pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat baik teman bergaul
maupun tenaga kesehatan. Selain itu, sumber informasi juga dapata diperoleh dari
diperlukan alat bantu atau media. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa cendrung memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan orang yang lebih sedikit terpapar oleh media massa. Hal ini berarti
(Wulan, 2010).
4. Pekerjaan
5. Pengalaman
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat
52
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula
tahu pula orang tersebut akan objek tersebut pengalaman sebagai sumber
dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh
pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan
atau kakinya kena panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah
melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut
belum pernah memperoleh imunisasi polio. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
ilmiah dan etika yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.
terhadap pembentukan sikap kita. apa bila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
Segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
53
interaksi timbal balik ataupun tindakan yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu.
G. Pengukuran Pengengetahuan
pengetahuan didapatkan dari selisih skor pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi.
Pengetahuan dikatakan meningkat apabila selisih skor pengetahuan sebelum dan sesudah
pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi sebesar < 10 poin (Nurazizah, 2011).
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ketahui atau kita
(Notoatmodjo, 2003)
1. Baik: bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pertanyaan
2. Cukup: bila subjek mampu menjawab dengan benar 60-75% dari seluruh
pertanyaan.
3. Kurang: bila subjek mampu menjawab pertanyaan benar < 60% dari seluruh
pertanyaan.
H. Pendidikan Kesehatan
Untuk mencapai drajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial
menggantikannya dengan perilaku aman atau berisiko rendah (Depkes RI, 2004).
baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan
individu adalah karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-
pendidikan individu ini antara lain bimbingan dan penyuluhan serta wawancara.
Dengan pendekatan individu seseorang akan lebih merasa nyaman atau adanya
perilaku baru.
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok yang kecil. Efektivitas suatu
sikap dan gaya hidup. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan kesehatan
2007).
terlalu rendah, kepercayaan dan adat istiadat yang telah tertanam sehingga
diarea pubrik, jumlah sasaran terlalu banyak, alat peraga dalam memberikan
Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak
awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu
yang wajar.
Media promosi merupakan sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang akan disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya
yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan
mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau
mengurangi komunikasi yang verbalistik, dapat menampilkan objek yang tidak dapat
dilihat oleh mata, memperlancar komunikasi untuk lebih mudah diserap dan diterima
Adapun pemilihan media sebagai berikut pemilihan media didasarkan pada selera
dan kebutuhan khalayak sasaran bukan pada selera petugas (provider) atau pengelola
program, pemilihan media harus memberikan dampak yang luas bagi khalayak sasaran,
media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi dan
efektivitas pesan
Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi
membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip
pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang
58
diterima atau ditangkap melalui panca indra (Heri, 2009). Semakin banyak pancaindra
yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan
yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan
pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13%-25%
pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (D. J. Maulana,
2009).
1. Media Cetak
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Ada beberapa kelebihan media
cetak antara lain tahan lama, tidak memerlukan listrik, mempermudah pemahaman
dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak
dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat (Depkes RI, 2004).
a. Lembar Balik Salah satu contoh media yang sering digunakan dimasyarakat umum
adalah lembar balik (Depkes RI, 2004). Lembar balik merupakan lembaran-
lembaran kertas yang dibundel menjadi satu dengan jilid ring sehingga dapat
dibalikan, yang berisi pesan dan diterangkan dengan gambar yang menjelaskan
suatu topik secara cukup rinci. Setiap topik bahasan tertentu selalu terdiri dari 2
halaman, satu halaman bergambar dengan teks terbatas menghadap kearah peserta
pertanyaan diskusi yang mejadi acuan pembahasan topik tersebut (Dirjen PPM &
ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik
materi pembelajaran. Cara penggunaan lembar balik bergantung metode apa yang
akan digunakan. Jika metode yang digunakan ceramah maka lembar balik langsung
dibuka sesuai dengan topik pembicaraan untuk diterangkan atau ditulis hal-hal
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Dengan adanya
media lembar balik ini diharapkan dapat diperoleh bahan informasi yang bersifat
lebih mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Bagi
penerima pesan gambar dan tulisan serta komposisi warna tulisan dapat membantu
dan mempermudah proses pemahaman. Sedangkan bagi pemberi pesan teks yang
pesan. Cara menggunakan lembar balik yaitu langsung dibuka sesuai dengan topik
diantaranya adalah:
persentasi
f. Lebih praktis
persentasi
j. Fleksibilitas
2. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dinamis, dapat dilihat dan didengar
serta penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Seperti halnya media cetak,
61
media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih
menarik, sudah dikenal masyrakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca
dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih
untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
alat yang digunakan salah untuk dioprasikan maka bisa saja pesan yang disampaiakan
banner, dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah
seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkaunnya relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, perlu alat canggih untuk
J. Kerangka Teori
Bahaya K3 yang banyak terjadi di bengkel las disebabkan karena perilaku tidak
aman (unsafe act) serta kondisi atau lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe
sedangkan perilaku aman timbul dari kesadaran dan kesadaran itu sendiri timbul dari
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sikap
b. Faktor pemungkin (enabling factor) mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak
pengawasan.
Faktor Pendorong
a. Pengetahuan f. Tradisi
b. Sikap
c. Keyakinan
d. Kepercayaan
e. Nilai-nilai
Faktor Penguat
a. Peraturan
b. Tokoh masyarakat
c. Tokoh agama
d. Sikap dan perilaku petugas
kesehatan
Gambar 2.1
Teori Perilaku Lawrance Green dalam Patricia Goodson (2010)
perubahan prilaku kesehatan. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
1974). Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat intervensi atau
upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Kegiatan promosi kesehatan
harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku sendiri), salah
perilaku seseorang dimana faktor pengetahuan masuk kedalam faktor pendukung dalam
63
terbentuknya perilaku seseorang yang termasuk dalam faktor ini salah satunya adalah faktor
pengetahuan. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai dengan
faktor diantaranya adalah faktor umur, tingkat pendidikan, sumber informasi, pekerjaan,
pengalaman, budaya sekitar, dan hubungan sosial. Oleh karena itu dalam mengubah perilaku
tidak aman pekerja las dalam bekerja dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Dalam
oleh beberapa faktor diantaranya adalah metode pendidikan dan media pendidikan yang
digunakan.Mengacu pada teori tersebut dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka
Pendidikan Kesehatan
Metode
- Penyuluhan
- Seminar Faktor Pendorong
- Diskusi kelompok (predisposing factors)
- Bermain peran - Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
- Kepercayaan
Media - Nilai-nilai
- Leaflet - Film - Tradisi
- Lembar balik - Video
- Poster - booklet
A. Kerangka Konsep
Dibutuhkan pengenalan akan sumber-sumber bahaya dan perlakuan yang tepat untuk
setiap sumber, sehingga dapat meminimalisir bahaya yang ada. Salah satunya dengan
bengkel las dilakukan untuk menambah pengetahuan pekerja bengkel las sehingga
meraka lebih peka dan antisipasif terhadap bahaya yang ada dilingkungan kerja, dan
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
64
65
Dalam penelitian ini hanya diteliti variable pengetahuan (kognitif) saja. Hal ini
karena terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain pengetahuan (kognitif) ini, dalam arti subjek terlebih dahulu tahu terhadap
stimulus yang berupa materi atau objek. Dengan pengetahuan, seorang dapat
mempertimbangkan untuk bersikap dan bertindak. Hal ini mengacu pada teori
Benyamin Bloom (1908) yang menyatakan bahwa perilaku manusia dibagi menjadi
tiga domain ranah atau kawasan, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan
psikomotor (psychomotor).
B. Definisi Operasional
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Tabel 3.1
Definisi Oprasional
No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
.
1. Penyuluhan Intervensi yang diberikan sebagai upaya Kuesioner Soal pre- Nilai skor Rasio
pendidikan kesehatan mengenai bahaya K3 dan test dan
pencegahannya dengan menggunakan media pos-test
lembar balik
2. Pengetahuan Pre-test Hasil skoring 20 pertanyaan yang diberikan pada Kuesioner Soal pre- Nilai skor Rasio
responden sebelum penyuluhan mengenai bahaya test
K3 dan pencegahannya.
3. Pengetahuan Post-test Hasil skoring 20 pertanyaan yang diberikan pada Kuesioner Soal pos- Nilai skor Rasio
test
responden setelah penyuluhan mengenai bahaya
K3 dan pencegahannya.
6. Perubahan Pengetahuan Penialaian perubahan pengetahuan berdasarkan Kuesioner Soal pre- 0: Meningkat ( Ordinal
perbandingan jumlah jawaban benar post-test dan selisih≥1);
test dan
pre-test. 1: Tetap (selisih=0);
pos-test dan 2: Menurun
(selisih<0)
67
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Utama
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada pekerja bengkel las di Ciputat
b. Ada pengaruh yang signifikan dari penyuluhan menggunakan media lembar balik
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini ini termasuk pada penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
Keterangan :
X : Treatment yaitu bentuk perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada pekerja las
perkiraan yang mendekati hasil dari penelitian eksperimen sebenranya (true experiment).
Dalam penelitian eksperimen semu, variabel yang seharusnya dikontrol tidak dapat
dikontrol, sehingga validitas penelitian tidak cukup memadai untuk disebut sebagai
semu dengan desain one group pretest and posttest design memiliki kelebihan dan
68
69
kekurangan pada validitas penelitiannya. Kelebihan desain ini yaitu; (1) Dapat
mengontrol selection biases and mortality, dan (2) Dapat memberi landasan untuk
komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai perlakuan (treatment).
Adapun kelemahan desain ini yaitu; (1) Tidak ada jaminan bahwa perlakuan (treatment)
adalah satu-satunya faktor atau bahkan faktor utama yang menimbulkan perbedaan antara
pretest dan posttest, dan (2) Terdapat beberapa hipotesis tandingan (probable error) yang
(probable error), maka garis waktu (time line) antara pretest, penyuluhan, dan posttest
ditentukan dengan jarak yang relatif dekat. Pada penelitian ini, Pretest dilakukan 30 menit
sebelum penyuluhan, sedangkan posttest dilakukan satu jam setelah penyuluhan. Garis
Pretest Posttest
30 menit sebelum Penyuluhan 1 jam setelah
penyuluhan penyuluhan
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bengkel las yang ada di
Kelurahan Pisangan Ciputat. Untuk lebih valid dalam menggambarkan hasil intervensi
70
lembar balik dengan jumlah populasi sebanyak 25 orang pekerja bengkel las dengan
2. Sample
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh populasi terjangkau
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuesioner pre-test
dan post-test yang mencakup tentang bahaya K3, pencegahan, manfaat penggunan
APD saat bekerja, dampak bahaya K3,dan pencegahan bahaya K3 di tempat kerja.
Kuesioner pre-test dan post-test berisi 20 soal dan responden diberi waktu
mengerjakan soal selama 15 menit. Jawaban benar akan diberi nilai 1 dan jawaban
salah akan diberi nilai 0. Penilaian akan dihitung dengan cara jumlah skor dibagi 2.
Selain itu, selisih skor pengetahuan antara pre-test dan post-test juga akan dihitung
(hasil selisih skor pengetahuan positif) atau penurunan (hasil selisih skor pengetahuan
negatif).
71
ini juga menggunakan instrumen lembar balik sebagai instrumen bantu untuk
mempermudah peneiti melakukan penyuluhan. Media lembar balik ini berisi tentang
bahaya K3, pencegahan, manfaat penggunan APD saat bekerja, dampak bahaya K3,
setelah diberikan penyuluhan peneliti melakukan jeda waktu selama 1 jam untuk
1. Persiapan Penelitian
yang dilatar belakangi oleh ketidak tahuan pekerja bengkel las di Kelurahan
balik dipilih karena media ini membuat proses pendidikan atau belajar lebih
mudah dan menarik bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Gambar dan
pemahaman bagi penerima pesan. Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang
diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas
pula pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain media penyuluhan ini
yang digunakan pada penelitian ini adalah media lembar balik. Alasan
yang ada dilingkungan kerja bengkel las yang disesuaikan dengan teori-
peneliti dapatkan dari hasil langsung di bengkel las yang ada di Ciputat
untuk lebih menarik dan mudah dipahami responden gambar media lembar
2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hasil uji media lembar balik terdapat
c. Teknik Penyuluhan
1. Teknik penyuluhan
dengan tujuan agar penyuluhan yang dilakukan peneliti lebih terarah dan
mudah dimengerti oleh pekerja bengkel las dan untuk peneliti agar lebih
2. Metode penyuluhan
a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi jika
dan sebagainya.
penilai tau apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan peneliti dalam
menggerakan setiap gambar yang terdapat pada lembar balik tersebut lalu
dinyatakan valid apabila hasil “r hitung” lebih besar dari “r tabel” (r hitung > r
Tabel 4.1
Uji Validitas Instrumen Penelitiam
untuk pertanyaan nomor urut 1, 5, dan 11. Pertanyaan yang diketahui tidak
valid maka dirubah tata bahasa pertanyaannya agar lebih mudah dipahami
pada penelitian yang digunakan kali ini adalah 0.73 maka instrument
F. Pengolahan Data
1. Editing
lembaran kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah diisi dan kembali. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah
yang disebarkan atau ditentukan. Jika terdapat kekurangan, segera ditelusuri apa
adanya unit yang tidak termasuk dalam sampel. Dan jika terjadi hal demikian
maka dapat segera diketahui untuk kemudian diambil tindakan. Dalam kegiatan
Termasuk didalam kegiatan koreksi ini adalah untuk adalah untuk melihat
telah diisi oleh responden untuk menilai dan memeriksa isi kelengkapan data,
relevan pertanyaan dan jawaban dan konsistensi jawaban responden. Tahap ini
2. Coding Data
data hasil penelitian tersebut adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan. Misal: untuk jawaban “ya” diberi kode 1
dan untuk jawaban “tidak” diberi kode 0 dan bisa juga digunakan untuk mengkode
data yang sifatnya katagorik seperti pada variablel paparan informasi pada
penelitian ini yaitu dengan mengkode data pernah dengan angka 0 dan tidak
1) Intervensi penyuluhan :
a. Pretest (0)
b. Posttest (1)
2) Perubahan pengetahuan :
a. Meningkat (0)
78
b. Menurun (1)
3. Entry data
data tersebut kedalam perangkat lunak yang berfungsi untuk mengolah dan
menganalisis data. Sebelum data tersebut dientry terlebih dahulu dibuat template
kekomputer. Setelah itu membuat batasan nilai yang boleh masuk agar tidak
adalah membuat alur loncatan agar proses pemasukan data lebih cepat dan efesien,
dan kemudian data yang telah dikode tersebut dimasukkan kedalam program
4. Tahap pemeriksaan
Tahapini adalah tahap pemeriksaan kembali dimana data yang sudah dientry
diperiksa kembali untuk lebih efektif dalam hal validitas data pemeriksaan yang
1. Analisis Univariat
univariat ini juga digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi
variabel independen.
2. Analisis Bivariat
dilakukan uji normalitas. Setelah itu, uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji T.
Uji T yang digunakan dalam analisis bivariat pada penelitian ini adalah
uji beda mean independen dan uji beda mean dependen. Uji beda mean
dua kelompok data independen. Sedangkan uji beda mean dependen (Uji T
data yang dependen. Kedua sampel disebut dependen jika kedua sampel yang
≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan atau ada hubungan. Sebaliknya
bila Pvalue > 0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan atau
BAB V
HASIL PENELITIAN
dokumen, wawancara kepada ahli media, serta atas keputusan dari peneliti,
berikut uraiannya:
merupakan materi yang dibuat sesuai dengan kondisi lingkungan kerja dari
yang dibuat oleh penelitian merupakan materi hasil observasi dari lokasi
diambil oleh peneliti. Adapun materi yang ada pada penelitian ini terdapat
Tabel 5.1
Materi pada media lembar balik
No. Materi Isi Materi Keterangan
1. Kesehatan dan 1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan
Keselamatan Kerja Kerja adalah upaya
(K3) mengendalikan risiko yang ada
di tempat kerja sehingga tercipta
tempat kerja yang aman, efisien,
dan produktif
2. Tahap Konsep
indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan
Penelitian ini menggunakan media lembar balik yang terdiri dari dua
sisi gambar yaitu gmbar baik dan gambar buruk. Gambar buruk itu sendiri
terdiri dari gambar-gambar yang berisi contoh perilaku pekerja las yang
sala contohnya adalah gambar pekerja las yang sedang bekerja sambil
dan bisa dijadikan contoh pekerja las ketika bekerja contohnya adalah
84
pekerja las yang menggunakan APD saat bekerja terdapat pada gambar
dibawah ini.
(a) (b)
Gambar 5.1 Potret Pekerja Las Baik Menggunakan APD Saat
Bekerja (a) dan (b) Potret Pekerja Las Buruk Tidak Menggunakan
APD Saat Bekerja
(a) (b)
Gambar 5.2 Potret Pekerja Las Baik Bekerja Aman dan Fokus
Saat Bekerja dan Menggunakan APD Saat Bekerja (a) dan (b) Potret
Pekerja Las Buruk Tidak Aman Karena Merokok Saat Bekerja dan
Tidak Menggunakan APD Saat Bekerja
3. Desain Media
dengan seorang ahli media terkait lembar balik yang baik bagi pekerja las.
dan letak), dan bagaimana gambar yang tepat dan menarik untuk pekerja
las.
Dari hasil uji media dari 25 orang mahasiswa promkes UIN Syarif
sarankan memiliki bentuk bahasa pesan yang singkat namun jelas, lebih
banyak gambar daripada tulisan. Hasil uji juga menjelaskan bentuk bahasa
yang ada dalam media lembar balik tidak baku, dan tidak formal agar lebih
cepat dimengerti oleh mereka. Media yang menarik dan mudah dipahami
oleh pekerja las peneliti disarankan untuk membuat media yang lebih
banyak menggunakan panca indra dan materi atau pesan yang akan
pada tulisan yang menyebabkan responden merasa jenuh. Adapun hasil uji
media dari 25 orang mahasiswa promkes dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
86
Tabel 5.2
Hasil Uji Media Lembar Balik
Gambar 5.3
Lembar Balik Bahaya K3 Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)
(a)
(b)
89
Gambar 5.4
Lembar Balik Definisi K3 Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)
(a)
(b)
90
Gambar 5.5
Lembar Balik Macam-macam Bahaya Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)
(a)
(b)
91
Gambar 5.6
Lembar Balik Bahaya Debu Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)
(a)
(b)
92
Gambar 5.7
Lembar Balik bahaya Listrik Sebelum Uji Media (a) dan Setelah Uji Media (b)
(a)
(b)
97
B. Analisis Univariat
Tabel 5.3
Gambaran Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada Pekerja
Bengkel Las di Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pekerja las memiliki skor
lebih baik yaitu dengan mean 6.24 dari pada kelompok pre-test dengan nilai
mean 3.04. ada perbedaan yang signifikan pengetahuan pekerja las antara
Tabel 5.4
Distribusi Arah Perubahan Pengetahuan Pekerja Bengkel Las di
Ciputat Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Tingkat Pengetahuan Pretest Posttest
n % n %
Kurang 20 85 0 0
Cukup 2 6 0 0
Baik 3 9 25 100
Total 25 100 25 100
dilakukan penyuluhan dengan media lembar balik, tidak ada pekerja las yang
pada dasarnya harus dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok tertentu
agar suatu budaya dapat terwujud. Dalam hal ini banyaknya orang akan
99
akan dapat berlanjut ke tahap lebih lanjut atau tidak. Pada tabel informasi
yaitu penyuluhan.
Tabel 5.5
Distribusi Pengetahuan (Jawaban Benar Pre-test dan Post-test)
Berdasarkan Jumlah Orang Sebelum dan Setelah Penyuluhan pada
Pekerja Bengkel Lasdi Ciputat Kelurahan PisanganTahun 2014
stagnan. Hal ini dapat terjadi karena kelompok post-test diberikan perlakuan
lembar balik
C. Analisis Bivariat
dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam pengujian
hipotesis penelitian dengan data (rasio) harus memenuhi syarat uji normalitas
distribusi data sehingga dapat dianalisis dengan uji parametrik. Uji normalitas
distribusi data pada penelitian ini dilakukan pada skor pengetahuan baik sebelum
Selanjutnya variabel skor pengetahuan dianalisis dengan uji parametrik yaitu uji
hasil statistik uji parametrik t-dependent dapat dilihat pada tabel 5.6.
101
Tabel 5.6
Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan pada Pekerja Bengkel Las di Ciputat
Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Variabel Mean Sd Se P-value N
Pengetahuan pekerja las
Pre-test 3,04 1,428 0,286
0,0001 25
Post-test 6,24 1,809 0,362
standar deviasi 1,809. Terlihat nilai mean perbedaan antara sebelum dan
sesudah penyuluhan adalah 3,2 dengan standar deviasi 1,118. Hasil uji
selisih antar skor pre dan post-test. Asumsinya adalah jika selisih antara pre
dan post-test sama dengan 0 (nol) maka dikatakan tidak ada perubahan
102
pengetahuan yang terjadi. Jika selisihnya lebih dari sama dengan satu
terlebih dahulu terhadap “skor selisih” dan hasilnya adalah 0.116 yang
dalam analisis bivariat yang dapat dilihat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7
Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik terhadap
Perubahan Pengetahuan pada Pekerja Bengkel Las di Ciputat
Kelurahan Pisangan Tahun 2014
sedangkan pada kelompok post-test 3.20. Hasil uji statistik diperoleh nilai
antara kedua kelompok sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Seharusnya diberikan jeda waktu yang lebih lama dalam pemberian post-test
untuk mengetahui apakah pengetahuan yang pekerja bengkel las terima bersifat
jangka pendek (short term knowledge) atau jangka panjang (long term
103
104
perilaku.
mana yang mau dirubah dan sasarannya. Penelitian ini adalah penelitian
himbauan sebab akibat. Dari hasil penelitian dan melihat teori yang
materi media lembar balik pada penelitian ini berisi pesan sebab akibat
105
Gambar 6.1
Himbauan Emosional dan Sebab Akibat
jadi bahasa yang digunakan tidak baku agar menarik, mudah dimengerti
penerbitan khusus (buletin atau jurnal interen) dan lain-lain bisa saja
menempel di ingatan pembaca, pesan yang di buat tidak kaku dan segar
reaksi.
Hal ini sesuai dengan teori Jefkins (2004) dalam penulisan copy
kata unik yang terbukti sangat sukses digunakan dalam periklanan yaitu
disebut dengan buzz words atau topik atau kata-kata yang sedang
guna membantu copy iklan mengalir dan tidak kaku, kata-kata yang
Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan
bahasa yang semi formal sehingga mudah dipahami dan dibaca oleh
pekerja las yang ada di Ciputat. Adapun contoh kalimat yang mudah
Gambar 6.2
Bahasa yang digunakan dalam materi penyuluhan
2. Tahap Konsep
seseorang.
satunya adalah lembar balik, menurut hasil penelitian dan teori yang
pendekatan kelompok.
ukuran besar bisa juga berukuran kecil, tetapi dengan catatan konten
yang dibuat harus sesuai format yang dibuat dan kejelasan tulisan
disesuaikan dengan selera, psikologi dan tipe sasaran hal itu bertujuan
sasaran.
109
dan suasana hati bagi sasaran yang melihatnya, warna merupakan unsur
secara langsung dan segera (Holtzschue, 2006). Dari hasil uji media
biru dan kuning, warna tulisan biru, warna gambar merah, kuning,
menggunakan warna yang mencolok dan jelas untuk pekerja las dan
didapat warna lembar balik adalah biru, kuning, merah, putih, hitam dan
yang disebutkan oleh Isroi (2007) bahwa warna biru memiliki arti suatu
warna salah satu provider yang pasti pekerja las mudah mengingatnya.
imajinasi, jadi jika diartikan memakai warna biru dan kuning adalah
110
pekerja las yang mempunyai jiwa yang penuh kebebasan. Bebas buakn
berarti negatif tapi dalam hal positif bekerja aman bebas dari bahaya
Gambar 6.3
Warna gambar hijau, kuning dan putih
warna gambar di pilih warna merah, menurut Isroi (2007) warna merah
perang. Warna hijau, menurut Isroi (2007) warna hijau yaitu memiliki
arti kesehatan, warna hijau dipilih karena tema yang akan dibahas
dalam lembar balik adalah masalah bahaya K3 dan pekerja las harus
tersebut.
111
korporat, kombinasi warna yang dipilih harus tepat. Sesuai dengan teori
khusus.
Gambar 6.4
Layout Seimbang Tulisan Dan Gambar
tertentu. Dalam penelitian ini, pengetahuan pekerja bengkel las yang diukur
pengelasan dan pencegahannya kepada dua puluh lima orang pekerja bengkel
tentang bahaya K3 dan pencegahannya di bengkel las antara pre-test dan post-
test, yaitu kelompok post-test lebih baik dari pada pre-test dengan mean 6.24
dengan nilai range yang cukup panjang atau bervariasi yaitu antara 3 hingga 9.
Sementara itu, perbedaan mean skor cukup jauh yaitu pre-test (3.04) dan post-
test (6.24). Dari hasil uji statistik, dapat diketahui adanya perbedaan
kelompok yang diberi penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum
2010).
113
dilakukan penyuluhan dengan media lembar balik, pekerja las yang memiliki
orang (6%) dan pengetahuan baik sebanyak 3 orang (9%). Setelah dilakukan
penyuluhan dengan media lembar balik, tidak ada pekerja las yang memiliki
kelompok yang diberi penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum
2010).
intervensi pada pekerja las ini dipengaruhi oleh informasi yang didapat oleh
standar deviasi 1,809. Terlihat nilai mean perbedaan antara sebelum dan
sesudah penyuluhan adalah 3,2 dengan standar deviasi 1,118. Hasil uji
lembar balik.
adanya hasil pengindraan yang dilakukan oleh pekerja las setelah diberikan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini juga
Sedangkan dalam aspek K3, George (1998) yang dikutip dalam Helliyanti
tulisan yang terletak di halaman belakang gambar. Ukuran lembar balik yang
cukup besar dengan gambar, tulisan, dan komposisi warna yang tepat pada
lembar balik membuat proses pendidikan atau belajar menjadi lebih mudah dan
lebih menarik bagi peserta penyuluhan. Oleh karena itu, peserta penyuluhan
fokus untuk mendengarkan penyuluh serta melihat gambar dan penjelasan yang
peneliti kepada pekerja bengkel las merupakan salah satu bentuk penyaluran
arah dan metode dua arah. Metode satu arah dilakukan dengan penyuluhan
dengan diskusi dan tanya jawab. Dengan penyuluhan ini, diharapkan informasi
Pada saat diskusi dan tanya jawab, pekerja las dapat mengetahui secara
pekerja las yang baru menyadari adanya banyak bahaya yang ada di bengkel
las yang dapat merugikan mereka baik fisik (kesehatan) maupun material
117
(hilangnya jam kerja akibat sakit). Selain itu, banyak pekerja las yang mulai
merasa takut terhadap bahaya K3 yang ada di bengkel las terlebih setelah
mereka melihat gambar media lembar balik yang berisi tentang risiko yang bisa
2010). Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara skor pengetahuan pada
sebelum dan setelah diberikan penyuluhan yaitu -0,04 dan post-tes sebesar
3.20.
mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun pemberi pesan. Bagi
penerima pesan, gambar dan tulisan serta komposisi warna yang tepat dapat
membantu dan mempermudah proses pemahaman selain itu juga isi dari
lembar balik penelitian ini sesuai dengan apa yang ada di lapangan (bengkel
las) karena hampir semua objek gambar yang ada di media lembar balik
terdapat pada lembar balik juga menggunakan bahasa awam atau bahasa yang
dapat dimengerti oleh sasaran, seperti kata K3 yang dilengkapi dengan definisi
dan contoh-contoh yang nyata yang ada dilapangan. Bahasa yang digunakan
sasarannya, lembar balik efektif untuk khalayak kurang dari 12 orang. Pada
penelitian ini jumlah dalam satu bengkel las tidak lebih dari 12 orang pekerja
las sehingga penyuluhan dengan alat bantu media lembar balik pada penelitian
A. Simpulan
B. Saran
produktif
119
120
pencegahannya.
Adi, Tri. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja
Pembuatan Genteng. Skripsi. Semarang: UNNES
Angelina, Cory & Katharina Oginawati. 2009. Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata
dalam Kegiatan Pengelasan. Jurnal. Bandung: Institut Teknologi Bandung
American Thoracic Society. 1995. Standard for The Diagnosis and Care Of Patient With
Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) and Asthma. Am. Rev. Respir Dis
Blunt, Jane & Nigel C Balchin. 2002. Health and Safety in Welding and Allied Processes.
Fifth Edition. CRC Press: Boca Raton Boston New York Washington, D.C
Budiono, AM Sugeng. 2003. Bunga rampai hiperkes dan keselamatan kerja. Jakarta: bina
mitra press
Depkes RI. 1990. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Tenaga Kerja RI. 1996. Permenaker No. Per/05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.
Dirjen PPM & PL. 2003. Panduan Penggunaan Media Penyuluhan. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Direktorat Bina Kesehatan Kerja. 2007. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Departemen Kesehatan RI, Promosi Kesehatan di Tempat Kerja. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Ericson, Clifton A. 2005. Hazard Analysis Techniques For System Safety. Wiley
interesscience: Virginia
Harahap dan Sri Hastuty. 2006. Kajian Persepsi Harapan Sektor Informal Terhadap
Kebijakan Pemberdayaan Usaha Pemerintah. Tesis. UNNES
Harries, Jane. 2006. Promoting Personal Safety In PSHE. A Sage Publications Company:
London
Kurniawidjaja, L. Meily. 2011. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta, Indonesia:
Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Lombardi, D.A, R. Pannala, dkk. 2005. Welding Related Occupational Eye Injuries: a
Narrative Analysis. Liberty Mutual Research Insitute For Safety. USA
Modjo, Robiana. 2007. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta, Indonesia:
Universitas Indonesia (UI-Press)
Mubarok, Wahid Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Neldi, Melisa P. 2011. Analisis Pelaksanaan JSA Pada Pekerja Well Work dan Initial
Completion yang Dilakukan Kontraktor MIGAS Berdasarkan Teknik Management
Oversight and Risk Tree di Lokasi Kerja PT.X tahun 2011. Skripsi. Jakarta: UIN
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka
cipta
Nurazizah, Dhiena. 2011. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI Eksklusif
dan IMD Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan
Sawangan Depok Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia
Pasman, H.J. 19-12 June 2001. Loss Prevention and Safety Promotion in The Process
Industries. Stockholm: Sweden
Prasetyo, Dian R. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada
Pekerja Bengkel Las di Pisangan Ciputat. Skripsi. Jakarta: UIN
Pudjiastuti, Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : pusat
kesehatan kerja Departemen Kesehatan RI
Putri, Yunci Perdani. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Gangguan Restriksi
Paru pada Pengrajin Kayu Meubel Di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2011.
Skripsi. Jakarta: UIN
Rachbini, didik J. Kompas. 15 april, 2006. Ekonomi Informal di Tengah Kegagalan Negara.
Rahayu, Kusmaryati Dwi. 2008. Peran Perempuan Pekerja Di Sektor Informal Dalam
Peningkatan Pendapatan Keluarga Di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Janabadra
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Jakarta: PT. Dian Rakyat
Razi, Muhammad. 2001. Bahaya pada Bengkel Las Listrik (Sektor Informal) dan Usaha
Pembinaannya di Kota Depok Tahun 2011. Skripsi. Depok: FKM UI
Saraswati, Mila dan Ida Widaningsih. 2008. Be Smart IPS. Bandung: Grafindo Media
Pratama
Sarwono, Sarlito W. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Srikandi Fardiaz. 1999. Polusi air dan udara. Yogyakarta: Kanisius
Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko Gunung
Agung
Suprobo, Tara Bakti. 2007. Sektor Informal di Indonesia dan Jaminan Sosial. Jurnal. UNNES
Suriasumantri, J.S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC
Triatmo, Wenang et all. 2006. Paparan Debu Kayu dan Gangguan Fungsi Paru pada
Pekerja Mebel (Studi di PT. Alis Jaya Ciptatama). Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia
World Health Organization. 1993. Deteksi Penyakit Akibat Kerja. Penerbit Buku Kedokteran
Jakarta: EGC
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA
LAS
DI CIPUTATA - PISANGAN
No. : .........
Nama : .......................................................................................................
2. Selama bapak bekerja di bengkel las pernakah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan
dan keselamatan kerja (K3)? ......................... jika pernah berapa kali? ....................
Lampiran 2
A. PENGETAHUAN
a. Bahaya debu
b. Bahaya listrik
c. Bahaya kebakaran
d. Bahaya kesakitan
I. Bahaya debu
6. Debu dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur sebagai berikut:
a. Jalur pernafasan (terhirup) dan jalur pencernaan (tertelan atau terminum)
b. Jalur kulit dan jalur pencernaan (tertelan/ terminum)
c. Jalur pernafasan (terhirup) dan jalur kulit
d. Jalur kulit, jalur pernafasan (terhirup), dan jalur pencernaan (tertelan atau
terminum)
7. Apa akibat yang anda ketahui jika debu las terpapar secara terus-menerus ?
a. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), mual-mual dan bersin-bersin
b. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), hidung gatal dan bersin
c. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), metabolisme terganggu sehingga berat badan
turun dan kerusakan paru-paru (kanker paru)
d. Batuk-batuk, asma (sesak nafas), tenggorokan gatal-gatal dan batuk berdahak
8. Hal-hal berikut yang mempengaruhi tingkat gangguan debu terhadap kesehatan
adalah?
a. Dosis, Jalur masuk debu, pencahayaan lingkungan kerja
b. Dosis, lama kerja, jalur masuk debu
c. Dosis, suhu lingkungan kerja, toksisitas
d. Suhu lingkungan kerja, jalur masuk debu, lama kerja
9. Berikut ini yang bukan termasuk syarat pencegahan paparan debu las yang baik
adalah?
a. Melakukan pengelasan diruang terbuka adanya ventilasi udara (buangan udara) di
ruangan kerja
b. Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
c. Meminta bantuan teman saat bekerja jika merasa tidak nyaman karena debu las
d. Menggunakan masker di saat bekerja dan melakukan aktivitas fisik/olahraga
minimal 2 kali dalam seminggu.
Lampiran 4
20. Berikut ini yang bukan merupakan syarat Alat Pelindung Diri (APD) yang baik
adalah:
a. Nyamandiapakai, tidak mengganggu atau menyulitkan gerak pekerja
b. Memiliki nilai seni yang dapat menambah gaya dan penampilan pekerja
c. Memberikan perlindungan yang tepat terhadap bahaya
d. Desain dan bentuk APD yang teruji dan memenuhi standar