Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011, perencanaan di setiap
kawasan perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten /kota diatur dalam suatu RDTR (Rencana
Detail Tata Ruang). RDTR ialah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Dengan kata lain
Rencana Tata Ruang Kota mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang
direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Seperti halnya di dalam RTRW Sidoarjo, disebutkan bahwa salah satu kawasan strategis yang
potensial berada pada Bandara Ir. Juanda. Pengaturan rincian perencanaan kawasan strategis
Bandara Ir. Juanda inilah yang kemudian dimuat dalam RDTR.
Infrastuktur bandara merupakan salah satu infrastruktur pembentuk pusat kegiatan nasional,
sehingga adanya Bandara Ir. Juanda pada Kabupaten Sidoarjo ini akan memicu banyak aktivitas
manusia yang terjadi di dalamnya. Dengan alasan ini, kawasan bandara ditetapkan sebagai kawasan
strategis yang bisa memberikan keuntungan terhadap pembangunan kota. Selain sebagai kawasan
strategis, adanya bandara ini juga berpotensi menjadikan wilayah disekitarnya sebagai salah satu
bagian dari kawasan perkotaan Kabupaten Sidoarjo dari yang sebelumnya hanya berupa daerah
perdesaan dengan dominasi penggunaan lahan berupa pertanian dan tambak.
Konsep perkotaan dengan inti berupa Bandara disebut dengan Aerotropolis. Konsep ini
menyebutkan bahwa bandara bukanlah infrastruktur yang ditempatkan jauh dari perkotaan, namun
bandara adalah pembentuk kota. Sehingga dengan kata lain, tumbuhnya aktifitas perkotaan dipicu
oleh adanya aktivitas penerbangan pada bandara. Konsep ini pula yang akan kami terapkan pada
lokasi studi yakni merubah pola kegiatan eksisting yang masih didominasi perdesaan menjadi
kegiatan yang lebih menuju ke arah perkotaan seperti perdagangan dan jasa serta industri.
Pengembangan kawasan ini didukung dengan eksisting penggunaan lahan yang masih didominasi
oleh sawah dan tambak yang bisa dikonversi untuk fungsi lainnya.
Alasan pengembangan ini diperkuat dengan konsep aerotropolis yang menyebutkan bahwa
kawasan aerotropolis yang dikembangkan yakni kawasan di sekitar bandara dengan radius hingga
30 kilometer dan dampak ekonomi sampai 70 kilometer. Dengan arahan ini, Kecamatan Sedati dan
Kecamatan Waru termasuk dalam wilayah yang bisa dikembangkan sebagai kawasan aerotropolis.
Artinya, disini (kawasan sekitar) bandar udara yang mungkin berkembang menjadi aerotropolis
paling tidak memiliki dua syarat utama. Pertama, bandar udara tersebut merupakan (salah satu)
bandar udara utama yang melayani penumpang dan kargo. Kedua, bandar udara tersebut memiliki
daya tarik ekonomi tinggi. Keduanya, dengan diikuti dukungan regulasi yang tepat akan menjadi
dasar utama dalam pengembangan aerotropolis di Indonesia.
Jadi dengan adanya bandara yang berada di Kecamatan Sedati, kedepannya kawasan
aerotropolis bisa dikembangkan sebagai kawasan perkotaan yang dinamis. Pengembangan
kawasan aerotropolis dimaksudkan untuk membentuk fungsi kawasan perkotaan yang bisa
bersinergi dengan aktivitas penerbangan (dimana bandara punya peran sangat esensial terhadap
kawasan komersial, bisnis, logistik, dan industri di sekitarnya). Tentunya kegiatan yang dirancang
sesuai dengan kegiatan perkotaan yakni lebih condong ke arah perdagangan dan jasa serta industri.

1.2 Dasar Hukum


Dalam penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan, terdapat dasar hukum yang digunakan
sebagai acuan. Dasar hukum tersebut meliputi:
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

1
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
6. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Penyusunan Rencana Kota
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang di Daerah
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran serta
Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 650 – 658 tentang Keterbukaan Rencana Kota
Untuk Umum
15. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002
tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang
16. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 648-384 tahun 1992, Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 738/KPTS/M/1992 dan Menteri Negara
17. Perumahan Rakyat Nomor: 09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan
dan Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang
18. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah
19. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung
Propinsi Jawa Timur
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
21. Permendagri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Penyusunan Rencana Kota
22. Permendagri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah
23. Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peranserta Masyarakat Dalam Proses
Perencanaan Tata Ruang di Daerah
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan
25. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 20 tahun 2012 Tentang Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Perkotaan dan Peraturan Zonasi
26. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan ini adalah mewujudkan rencana
detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional
secara terpadu, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan serta berdaya guna sesuai dengan
fungsi dan manfaatnya.
Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

2
1. Teridentifikasinya dan terpilihnya kawasan aerotropolis yang akan direncanakan
2. Terdeliniasinya wilayah perencanaan
3. Tersusunnya gambaran awal wilayah perencanaan
4. Tersusunnya metode dan organisasi pelaksanaan kegiatan
5. Teridentifikasinya potensi, isu, dan masalah terkait penataan ruang yang berkembang pada
wilayah studi
6. Tersusunnya analisis kebutuhan pengembangan kawasan yang berbasis pada isu pokok dan
permasalahan di wilayah studi
7. Tersusunnya skenario, konsep, dan strategi pengembangan ruang
8. Tersusunnya rencana pola ruang dan pengembangan infrastruktur
9. Tersusunnya rencana implementasi pemanfaatan ruang kawasan
10. Tersusunnya pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
1.4 Ruang Lingkup Perencanaan
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah perencanaan ini adalah Kawasan Aerotropolis Kecamatan
Waru dan Sedati Kabupaten Sidoarjo, dengan luas wilayah perencanaan sebesar XXXX
km2. Wilayah perencanaan ini terdidi dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Tambak Sawah,
Kelurahan Semampir, dan Kelurahan Pranti. Secara khusus, kawasan aerotropolis ini
berbatasan dengan beberapa kelurahan/desa sebagai berikut.
Utara : Kelurahan Tambak Rejo
Timur : Kelurahan Segoro Tambak dan Kelurahan Banjar Kemuning
Barat : Kelurahan Tropodo, Keluraham Pabean, dan Kelurahan Semamlir
Selatan : Kelurahan Sedati Gede

3
4
1.4.2 Ruang Lingkup Perencanaan
Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Penyusunan Laporan Pendahuluan, pokok-pokok materi yang disampaikan adalah:
a. Identifikasi kawasan
b. Deliniasi kawasan
c. Gambaran awal kawasan
d. Penyusunan rencana kerja dan metodologi penyusunan rencana tata ruang
e. Penyusunan organisasi pelaksanaan pekerjaan
2. Penyusunan Survey, pokok-pokok pekerjaan yang dilakukan adalah:
a. Penyiapan metode pelaksanaan survey
b. Persiapan teknis dan administrasi yang berupa penyiapan surat menyurat, peta
dasar, daftar pertanyaaan, peralatan survey dan lain-lain yang digunakan
3. Survey/ Inventarisasi Data, pokok pekerjaan yang dilakukan meliputi kegiatan:
a. Survey data instansional, berupa pengumpulan data atau perekaman dari instansi
terkait. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi baik dalam bentuk data angka
atau peta mengenai keadaan wilayah studi, serta rencana dan kebijakan
pembangunan makro.
b. Identifikasi pemanfaatan ruang, merupakan upaya pemindahan situasi lapangan
terbaru kedalam format dua dimensi dengan dilengkapi data data teknis yang
diperlukan.
Output kegiatan ini meliputi :
a. Pemetaan jenis pemanfaatan ruang
b. Pemetaan penyebaran lokasi sarana dan prasarana
c. Identifikasi intensitas pemanfaatan lahan
- Koefisien dasar bangunan
- Koefisien lantai bangunan
- Garis sempadan bangunan
d. ldentifikasi jaringan jalan
- Fungsi jalan
- Karakter geometrik jalan yang meliputi lebar Damaja, Damija, dan Dawasja
- Karakter lalu lintas baik kendaraan bermotor rnaupun tidak bermotor (volume
lalu lintas), arus manusia pejalan kaki dan lain-lain, tempat parkir dan lainnya
- Permasalahan lalu lintas
e. Identifikasi prasarana
- Jaringan listrik
- Jaringan telepon
- Jaringan air bersih
- Jaringan air limbah (jika ada)
- Jaringan drainase
- Sistem pembuangan sampah
f. ldentifikasi kependudukan dan karakter sosial
- Jumlah dan laju pertambahan penduduk
- Kepadatan penduduk
- Komposisi penduduk
- Angka kemiskinan dan ketenagakerjaan
g. Identifikasi struktur ruang
- Orientasi keruangan

5
- Peran dan fungsi wilayah studi dalam konstelasi kawasan yang lebih luas
h. Identifikasi fasilitas pelayanan kota yang meliputi jenis, jumlah, distribusi / sebaran,
cakupan pelayanan, antara lain :
- Fasilitas pendidikan
- Fasilitas kesehatan
- Fasilitas peribadatan
- Fasilitas perniagaan
- Fasilitas olahraga dan rekreasi
- Fasilitas pemerintahan dan layanan umum
- Fasilitas ruang terbuka hijau
- Fasilitas lainnya

1.5 Sistematika Laporan


Adapun sistematika laporan ini adalah sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada penjelasan pendahuluan ini mencakup beberapa pembahasan, yakni latar
belakang, dasar hukum, maksud, tujuan serta sasaran Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan,
ruang lingkup, dan sistematika pelaporan
2. BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan serta teori yang berkaitan dengan wilayah
perencanaan yaitu Kecamatan Waru dan Sedati
3. BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah perencanaan antara lain ditinjau
dari kondisi fisik dasar, penggunaan lahan, sumberdaya manusia (kependudukan), sistem
transportasi, sistem utilitas, fasilitas pelayanan umum, serta kondisi, jenis dan tipe
bangunan di wilayah perencanaan.
4. BAB IV ANALISIS POTENSI DAN PERMASALAHAN
Pada bab ini menjelaskan potensi dan permasalahan yang diperoleh berdasarkan
analisis yang telah dilakukan
5. BAB V RENCANA STRUKTUR RUANG
6. BAB VI RENCANA POLA RUANG
7. BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
8. BAB VIII KETENTUAN UMUM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Anda mungkin juga menyukai