Penetrant Sip
Penetrant Sip
(PENETRANT TEST)
Disusun Oleh :
Noer Dinia Pratiwi 0516040069
Ahmad Yusqi Hidayat 0516040075
Raffits Fisabilillah 0516040079
Kelompok 2 ( K3-3C)
1
BABI
PENDAHULUAN
1. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test
dengan Liquid Penetrant.
1.2.1 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu komponen yang
dapat diuji dengan Liquid penetran dan mampu menjelaskan jenis-jenis
diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan Liquid Penetran.
2. DASAR TEORI
Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada
konstruksi yang menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara
rutin, untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan
mempermudah perawatannya. Untuk melakukan pengevaluasian atau
inspeksi tersebut diperlukan suatu metoda pengujian yang sekiranya mampu
mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis
NDT (Non-Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk
dilakukan.Uji liquid penetran ini dapat digunakan untuk mengetahui
diskontinyuitas halus pada permukaan seperti retak, berlubang atau
kebocoran.Pada prinsipnya metoda pengujian dengan liquid penetrant
memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk
kedalam diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan
dari dalam diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang
(developer) yang warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih).
Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya bercak-bercak
merah (liquid penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas
2
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah
diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada
gambar . Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada
ukuran, bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya.
Liquid penetrant dapat meresap kedalam celah diskontinyuitas yang sangat
kecil. Pengujian penetrant tidak dapat mendeteksi kedalaman dari
diskontinyuitas. Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan
permukaan (surface cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan,
dll. Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan
non ferrous saja tetapi juga pada ceramics, plastic, gelas, dan benda-benda
hasil powder metalurgi.
4
Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan
pada penampilannya uang contrast terhadap latar belakang warna
developernya. Proses ini tidak membutuhkan pencahayaan ultra
violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal 1000 lux untuk
pengamatan.
2. Fluorescent Penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disensivitas
fluorescent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultra violet yang lemah pada
ruangan yang gelap.
3. Dual Sensitivity Penetrant
Pada system ini, specimen mengalam idua kali pengujian dan dua kali
inspeksi untuk memperoleh hasil yang akurat.
Acceptance Criteria
Dalam uji ini material dapat dinyatakan memiliki cacat yang harus
direject apabila material tersebut secara umum memiliki ukuran cacat yang
lebih dari 1,6mm.dan material tersebut dapat diterima apabila
permukaannya bebas dari :
1. Linier indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier apabila pada cacat
tersebut memiliki panjang lebih dari 3 kali lebarnya.
2. Rounded indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila pada
cacat tersebut memiliki panjang kurang dari 3 kali lebarnya.
o Material tersebut akan direject apabila memiliki panjang
atau lebar indikasi lingkaran lebih dari 5 mm.
o Material tersebut akan direject apabila memiliki 4 atau
lebih indikasi lingkaran yang tersusun dalam satu baris,
5
dengan jarak antara indikasi lingkaran kurang dari 1,5
mm.
Maka, apabila permukaan suatu material bebas dari kedua indikasi
yang telah disebutkan di atas, material tersebut dapat diterima.
6
BAB II
METODOLOGI
1.2. Bahan
a. Spesiment uji berupa Weld part ( baja karbon )
b. Cleaner (SKC – S) ( magnaflux ) Batch No = 599231
c. Liquid Penetrant (SKL – SP1) ( Magnaflux ) Batch No = 10011
d. Developer (SKD –S2)( Magnaflux ) Natch No = 120513
e. Kain dan tissue
8
Gambar 2.2.PreCleaning
9
Gambar 2.3 Aplikasi Liquid Penetrant
10
Sebelum diberi (disemprotkan) developer terlebih dahulu dilihat
Dwell Time dari developer yang digunakan. Dwell Time dari
developer yaitu minimum 10 menit. Setelah itu barulah disemprotkan
ke material uji dengan jarak penyemprotan ± 25 centimeter sehingga
diperoleh penyemprotan yang rata ke seluruh permukaan material uji.
2.7 Evaluasi
Setelah spesiment disemprot dengan liquid penetrant dengan rata,
kemudian ditunggu selama 20 menit hingga benar-benar diperoleh
hasil yang baik lalu kita mengamati adanya warna liquid penetrant
yang tampak karena terangkat keluar kepermukaan oleh developer.
Warna yang tampak tersebut kemudian diukur panjangnya dan
didokumentasikan untuk diperoleh data yang lebih baik mengenai
diskontinyuitas yang diperoleh dari pengujian Non-Destructive Test
dengan menggunakan Liquid Penetrant.
11
BAB III
ANALISA DATA
20 cm
13
Pada percobaan ini kami menemukan diskontinuity pada
permukaan material yaitu :
Size Result
No Part/Item Type of defect
(mm) Accepted Reject
1 B3-Cacat 1 6 5 Rounded - √
2 B3-Cacat 2 5 4 Rounded √
3 B3-Cacat 3 2 3 Rounded √
4 B3-Cacat 4 3 2 Rounded √
5 B3-Cacat 5 1 1 Rounded √
6 B3-Cacat 6 1 0,5 Rounded √
7 B3-Cacat 7 1 0,5 Rounded √
8 B3-Cacat 8 2 2 Rounded √
14
BAB V
KESIMPULAN
Size
No Part/Item Type of defect
(mm)
1 B3-Cacat 1 6 5 Rounded
2 B3-Cacat 2 5 4 Rounded
3 B3-Cacat 3 2 3 Rounded
4 B3-Cacat 4 3 2 Rounded
5 B3-Cacat 5 1 1 Rounded
6 B3-Cacat 6 1 0,5 Rounded
7 B3-Cacat 7 1 0,5 Rounded
8 B3-Cacat 8 2 2 Rounded
15
DAFTAR PUSTAKA
Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS
Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
16
LAMPIRAN
17