Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR ASUHAN PERSALINAN


Definisi persalinan
Asuhan pada ibu bersalin yaitu asuhan yang dibutuhkan ibu saat proses prsalinan (Azrul,
2007).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seoarang bayi
juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
1. Pengertian persalian
Persalianan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9
bulan. Ketika persalian dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin
(saiffudin, 2006). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin
(sarwono, 2002).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai
alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (prawirahardjo, 1997 hal 180). Persalianan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran Janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (saifuddin, 2006).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

1
(setelah 37 minggu) tanpa di sertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta sacara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007).
a. persalinan berdasarkan teknik
persalinan spontan, yaitu persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
Persalinan buatan yaitu persalianan dengan tenaga dari luar dengan ektraksi forceps,
ektraksi vakum dan secio sesaria.
Persalianan anjuran yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin aprostaglandin (mochtar,
1983: 221-223).
b. persalinan berdasarkan umur kehamilan
abortus: pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan
berat badan kurang dari 500 gram dan 999 gram.
Partus prematurus : pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 33 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
Partus maturus atau aterm: pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
munggu dengan berat badan bayi di atas 2500 gram.
Partus postmaturus ( serotinus) : pengeluaran buah kehamilan setelah 2 minggu atau lebih
dari waktu persalianan yang di tafsirkan (mochtaria, 1998:91).
c. klasifikasi persalinan
partus matur atau aterm dengan kahamilan 37-40 minggu, janin matur, berat janin di atas
2500 gram, partus prematur dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum
aterm/cukup bulan, janin 100-2500 gram atau umur kehamilan 28-36 minggu. Partus post
matur/ serotinus adalah partus terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu yang telah
diperkirakan atau tafsiran partus. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin
viable, berat janin kurang dari 1000 gram, umur kehamilan kurang dari 28 minggu.

2. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALIAN

2
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis merupakan kumpulan teoritis yang
kompleks teori yang turut memberikan andil dalam proses terjadinya persalian antara lain
;teori hormonal, prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan
nutrisi hal inilah yang diduga memberikan pengaruh sehingga partus dimulai.
1. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaiknya estrogen
meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara
kadar progesterone dan estrogen didalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi
otot-otot rahim.
3. Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot rahim sehingga
timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
4. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan penting oleh karena
itu pada ancephalus kelahiran sering lama.
5. Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan minggu ke-15 hingga aterm terutama pada saat
persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium (mochtar, 1983:223).
Secara mikrokopis perubahan-perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil sangat
menentukan hasil perubahan hormone estrogen dan hormone progesterone. Seperti
kita ketahui bahwa hormone estrogen merupakan penenang bagi otot-otot uterus,
menurunnya hormone ini terjadi kira-kira 1-2 sebelum partus dimulai.
Kadar prostaglandin cenderung meningkat ini terjadi mulai kehamilan usia 15 minggu
hingga aterm lebih pada saat partus berlangsung, plasenta yang mulai menjadi tua
seiring dengan tuanya usia kehamilan. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menegang mengakibatkan terjadinya ishkemik otot-otot uterus hal ini juga yang
diduga yang menyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-plasenter sehingga
plasenta mengalami degenarasi.

3
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah nutrisi, hal ini pertama kali
dikemukakan oleh hipokrates bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan adalah tekanan pada ganglion
servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang servik, bila ganglion ini
tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan (his dapat dibangkitkan).
Untuk selanjutnya dengan berbagai tindakan persalinan dapat dimulai hal ini dapat
dikena dengan persalinan induksi (induction of labor) misalna dengan: memasukkan
gagang laminaria dalam kanalis servikalis untuk merangsang plekus frankenhauser
sehingga dapat mengakibatkan kontraksi, pemecahan ketuban, penyuntikan oksitosin
sebaiknya diberikan melalui intravena, pemakaian prostaglandin, dan sebagainya.
Dalam melakukan induksi persalinan yang perlu diperhatikan adalah servik sudah
matang, (sudah pendek dan lembek) dan dapat digunakan skor bishop yaitu bila nilai
bishop lebih dari 8 maka induksi persalinan kemungkinan akan berhasil.
3. Tanda-tanda dan gejala dalam menegakan diagnosis tahapan persalinan :kala I-IV
Tanda-tanda persalinan
Sebelum terjadinya persalinan, didahului dengan tanda-tanda sebagai berikut:
kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek. Dapat terjadi pengeluran pervaginam yaitu pengeluaran lender atau
pengeluaran lender bercampur darah. Dapat juga disertai ketuban pecah. Pada
pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks yaitu: pelunakan serviks, pendataran
serviks dan terjadinya pembukaan serviks. (Manuaba, 1998).
Tahapan persalinan
Kala I (pembukaan).
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala 1, jika sudah terjadi pembukaan serviks
dan kontraksi terjadi teratur minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik. Kala 1
adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan
lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam ) dimana serviks membuka dari 3-10 cm.
kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang
bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung

4
12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. berdasarkan kurvie friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan perbukaan multigravida 2
cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan.
Kala II (pengeluaran bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong
bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Gejala utama kala II adalah sebagi berikut:
1. his semakin kuat dengan interval 2-3 menit , dengan durasi 50-100 detik.
2. menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3. ketuban pecah pada pembukaan mendekati diikuti keinginan meneran karena
tertekannya fleksus frankenhouser.
4. dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala membuka pintu; suboksiput bertindak sebagai hipomochlion, berturut-turut
lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
5. kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian
kepala pada punggung.
6. setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan berikut.
a. pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian ditarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk
melahirkan bahu belakang.
b. setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.
c. bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
7. lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.

Kala III (pelepasan plasenta)


5
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala II yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.
Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas nitabusch.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda
sebagai berikut:

1. uterus menjadi berbentuk bundar.


2. uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
3. tali pusat bertambah panjang.
4. terjadi perdarahan.

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus
uterus.

Sebab-sebab terlepasnya plasenta

1. saat bayi dilahirkan, rahim sengat kecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan
organ dengan dinding yang tebal dan rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus
uterus turun sedikit dibawah pusat, karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat
perlekatan plasenta juga sangat mengecil. Plasenta harus mengikuti proses
pengecilan ini sehingga tebalnya menjadi 2 x lipat dari pada permulaan
persalinan, dan karena pengecilan tempat perlekatannya maka plasenta menjadi
berlipat-lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tidak dapat
mengikuti pengecilan dari dasar. Jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan
plasenta ialah retraksi dan kontraksi uterus setelah anak lahir.
2. ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua basalis terjadi
perdarahan , karena hematom ini membesar maka seolah-olah plasenta terangkat
dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.

Kala IV (observasi)

6
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam dilakukan observasi terhadap
pendarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan sebagai berikut:

1. tingkat kesadaran pasien


2. pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah , nadi dan pernafasan.
3. kontraksi uterus.
4. terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500 cc.

4.MEKANISME PERSALINAN

Gerakan utama kepala janin pada proses persalian:

1. Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai kepala masuk
lewat PAP, umunya dengan presentasi biparietal (diameter lebar yang paling Panjang
berkisar 8,5-9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid.
Masuknya kepala:
- Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan.
- Pada multi terjadi pada permulaan persalinaan.
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus
dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan
pintu atas panggu (asinklitismus anterior/posterior).
Masuknya kepala kedalam PAP →dengan fleksi ringan, sutura segitalis/ss
melintang.
Bila ss di tengah-tengah jalan lahir : asynklitismus
Asinklitismus posterior: ss mendekati simfisis.
Asinklitismus anterior : ss mendekati promontorium.
2. Desent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan hubungan ukuran
kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala berlangsung lambat.

7
Kepala turun kedalam rongga panggul, akibat : tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong , tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut
dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Flexion
Pada umumnya terjadi flexi penuh/sempurna sehingga sumbu panjang kepala sejajar
sumbu panggul → membantu penurunan kepala selanjutnya.
Fleksi : kepala janin fleksi , dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito – bregmatikus
(belakang kepala). Dengan majunya kepala→fleksi bertambah→ukuran kepala yang
melalui jalan lahir lebih kecil(diameter suboksipito bregmatika menggantikan suboksipito
frontalis).
Fleksi terjadi karena anak didorong maju, sebaliknya juga mendapat tahanan dari PAP,
serviks, dinding panggul /dasar panggul.
A. poor flexi
B. flexi moderate
C. flexi advanced
D. flexi complate
4. Internal rotation
Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunannya kepala, putaran ubun-
ubun kecil kearah depan (kebawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
Perputaran kepala (penunjuk) dari samping kedepan atau kearah posterior (jarang)
disebabkan :
o Adanya his selaku tenaga/gaya pemutar
o Ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan. Bila tidak
terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan
diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi.

Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah memutar kedepan kebawah
simfisis

o Mutlak perlu terjadi, karena untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir.

8
o Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya kepala
o Tidak terjadi sebelum sampai hodge III
o Sebab-sebab terjadi putaran paksi dalam:
- Pada letak fleksi → bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
- Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit, yaaitu didepan atas (terdapat
hiatus genitalis)
- Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul → diameter anteroposterior.
5. Extension
Dengan kontraksi perut yang benar dan agak kuat kepala makin turun dan menyebabkan
perineum distensi. Pada saat ini, puncak kepala berada disimfisis dan dalam keadaan
begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus
vaginae.
 Defleksi dari kepala
 Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak kepala kebawah dan
tahanan dasar panggul yang menolak keatas → resultantenya kekuatan
kedepan atas.
 Pusat pemutaran : hipomoklion
 Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksipur
melewati bawah simfisis pubis bagaian posterior. Lahir berturut-turut :
oksiput, pregma, dahi, hidung, mulut, dagu.

6. Ekternal rotation (restitution)


Setelah seluruh kepala telah lahir terjadi perputaran kepala ke posisi pada saat
engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih dahulu dan
diikuti dada , perut, bokong dan seluruh tungkai.
 Setelah kepala lahir → memtar kembali kebarah punggung untuk menghilangkan torsi
pada leher (putaran restitusi)

9
 Selanjutnta putaran dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadikun sefihak →putaran paksi luar sebenarnya
 Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari PAP
 Setelah putaran paksi luar → bahu depan dibawah simfisis menjadi hipomiklion
kelahiran bahu belakang.
 Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.

10

Anda mungkin juga menyukai