Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PEMILIK USAHA MIKRO, KECIL,

DAN MENENGAH (UMKM) DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN (Studi pada


Wajib
Pajak Pemilik UMKM Di KPP Pratama Malang Selatan)

Adi Ratno Pamuji


Mochammad Djudi Mukzam
Nengah Sudjana
(Ps Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
105030400111025@mail.ub.ac.id)

ABSTRACT
This research is based on the way of Government in giving facilitation to people regarding the implementation of tax
obligation by establishing Government Regulation No. 46 2013. This research is purposed to explain influence
variable of tax understanding, controlling, and Socialization significantly influence in taxpayers compliance.
Research method that is used is explanatory research with quantitative approach. Data collection method by using
questionnaire for 100 MSME owners who are registered in tax office pratama malang selatan. Using descriptive
analysis and multiple linear regression helped by SPSS software version 21, this study showed that the variable tax
understanding, controlling, and Socialization significantly influence in taxpayers compliance.
Keywords: Tax Understanding, Controlling, Socialization, and Taxpayer Compliance
Indonesia, UMKM terbukti berhasil memainkan
PENDAHULUAN peran sebagai katup pengaman perekonomian

Suatu Negara dapat dikatakan mandiri jika


Negara tersebut sudah mampu untuk membiayai
nasional pada masa krisis, serta menjadi
pembangunannya sendiri. Dalam hal ini
dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis.
Pemerintah lah yang berperan untuk
Kenyataan tersebut membuat Pemerintah perlu
menghimpun pemasukan Negara. Pemerintah
memberi ruang bagi UMKM untuk berkembang.
terus berusaha melakukan kegiatan
Maka dari itu, diterbitkanlah Undang-Undang
pembangunan nasional secara bertahap yang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
bertujuan untuk mensejahtrakan rakyat.
dan Menengah. Kemudian pada tahun yang sama
Pembangunan nasional yang dilakukan dapat
disusul dengan Undang-Undang yang mengatur
berupa perbaikan sarana dan prasarana serta
tentang Pajak Penghasilan, yaitu UU No. 36 Tahun
infrastruktur publik yang dapat dimanfaatkan
2008. Pada Pasal 31E UU No.
oleh masyarakat. Sumber dana dalam negeri
36 tahun 2008 disebutkan bahwa Wajib Pajak
yang digunakan untuk membiayai pembangunan
Badan UMKM mendapat pemberian fasilitas
nasional berasal dari sektor perpajakan. Waluyo
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (Irfanto,
(2011:2) menyatakan bahwa pajak merupakan
2011:2). Namun pada masa Juli tahun 2013
salah satu sumber pembiyaan Negara untuk
pemerintah menerbitkan peraturan baru yaitu PP
membiayaai pembangunan nasional demi
No. 46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas
kepentingan bersama.
Peredaran Bruto Tertentu, dengan demikian
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan BPS
pemberian fasilitas pada Pasal 31E UU No.36
(Badan Pusat Statistik) pada tahun 2013, diketahui
Tahun 2008 tidak diberlakukan lagi. PP 46 ini
penerimaan pajak ditargetkan pemerintah
bertujuan untuk memberikan kemudahan
mencapai Rp 1.192 triliun atau sekitar 79% dari
pengadministrasian bagi Wajib Pajak UMKM,
total pendapatan Negara. Selain itu, pada enam
karena tarif pajak bersifat final, yaitu 1% dari
tahun terakhir (2006-2012) rata- rata pajak
peredaran bruto tertentu.
memberikan kontribusi sebesar 71,71% dari total
Pemerintah dalam hal ini Direktorat
pendapatan Negara. Hal tersebut membuktikan
Jendral Pajak (DJP) berharap dengan
bahwa penerimaan negara yang berasal dari
dikeluarkannya PP 46 ini akan ada perluasan
sektor perpajakan tetap menjadi primadona bagi
partisipasi pembayarn pajak, meningkatkan
Indonesia dalam rangka mewujudkan
kepatuhan sukarela bagi Wajib Pajak UMKM,
pembangunan nasional.
dengan demikian penerimaan pajak akan
Salah satu Wajib Pajak yang memberikan
meningkat dan diikuti dengan kesejahtraan rakyat
kontribusi dalam bidang perpajakan adalah Usaha
(Anonim, 2013).
Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM). Di
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor yang
1
akan mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Selanjutnya adalah Stelsel Campuran, yang
UMKM yaitu Pemahaman Wajib Pajak, memberlakukan 2 (dua) kali perhitungan pajak
Pengawasan dan Sosialisasi. dengan meggunakan kombinasi antara Stelsel
Nyata dengan Stelsel Fiktif. Stelsel nyata
TINJAUAN PUSTAKA digunakaan pada saat awal periode pajak sehingga
Pajak pada akhir periode pajak di tahun pajak yang
Menurut UU KUP No. 28 Tahun 2007 pada sama perhitungan pajak menggunakan Stelsel
pasal 1 angka 1 bahwa secara garis besar, pajak Fiktif.
dapat didefinisikan sebagai pungutan yang Terdapat 3 (tiga) cara pemungutan pajak
dipaksakan oleh pemerintah kepada masyarakat penghasilan yang diterapkan di Indonesia (Lubis,
guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu 2011:134), diantaranya Asas Kebangsaan. Pada
kemakmuran masyarakat. Seseorang yang talah cara ini sumber penghasilan dan tempat tinggal
membayar kewajiban perpajakannya tidak Wajib Pajak tidak dilihat dalam pemungutan
mendapatkan imbalan secara langsung melainkan pajak, namun berdasarkan kebangsaan dan
melalui perbaikan sarana dan prasarana publik. kewarganegaraan dari Wajib Pajak yang
Di Indonesai pajak memiliki fungsi sebagai bersangkutan lah pemungutan pajak dapat
alat pengatur dan sebagai sumber keuangan dilasanakan.
Negara (Resmi, 2012:3). Adapun penjelasannya Selain itu terdapat pula Asas Sumber.
sebagai berikut. Dalam asas ini pemungutan pajak yang dilakukan
1. Fungsi regularend (pengatur) berdasarkan pendapatan atau penghasilan yang
Memiliki arti bahwa dalam pelaksanaan diterima oleh Wajib Pajak dalam suatu Negara
segala kebijakan pemerintah di bidang tanpa melihat dimana Wajib Pajak itu berasal.
sosial maupun ekonomi, pajak berperan Yang terakhir adalah Asas Domisili. Dimana
sebagai pengatur untuk mencapai tujuan pemungutan pajak pada Asas Domisili didasari
tersebut di luar bidang keuangan. oleh tempat tinggal Wajib Pajak. Jika Seseorang
2. Fungsi budgetair (sumber keuangan telah bertempat tinggal lebih dari 183 hari di
Negara)” Indonesia dan telah memperoleh penghasilan,
Hal ini menunjukkan bahwa segala maka Pemerintah Indonesia berhak mengenakan
kegiatan yang berkaitan dengan pajak penghasilan pada orang tersebut.
pembangunan serta pengeluaran untuk Seseorang yang mendapatkan penghasilan
kesejahteraan rakyat dibiayai oleh pajak dari Negara lain, kemungkinan besar dapat
yang merupakan sumber penerimaan dikenakan pajak berganda. Untuk menghindari
Negara. pengenaan pajak berganda, Pemerintah
Terdapat 3 macam stelsel pajak pada mengadakan suatu perjanjian perpajakan (tax
pemungutan pajak penghasilan yang biasa treaty) dengan Negara lain.
diterapkan di Indonesia (Suandy, 2008:32). Yang Sistem pemungutan pajak yang berlaku di
pertama yaitu Stelsel Nyata, yang memiliki arti Indonesia terbagi atas 3 (tiga) system (Waluyo,
penentuan besaran pajak akan diketahui melalui 2011:17) yaitu:
perhitungan pada akhir tahun pajak (periode 1. Official Assessment System
pajak), karena pada akhir tahun pajak besaran Artinya Pemerintah (fiskus) memiliki
jumlah penghasilan yang sebenarnya dapat dilihat wewenang penuh dalam menentukan
melalui objek pengenaan pajak yang merupakan besaran pajak terutang yang dibebankan
penghasilan yang diperoleh pada tahun pajak. kepada Wajib Pajak.
Stelsel pajak yang kedua adalah Stelsel 2. Self Assessment System
Fiktif. Yaitu pengenaan pajak didapat dari suatu Pada sistem ini kewajiban perpajakan
asumsi. Asumsi disini dapat diartikan sebagai dalam hal mengitung,
suatu anggapan. Jika penghasilan pada tahun memperhitungkan, membayar, dan
berjalan telah diketahui maka penghasilan tersebut melapor, Wajib Pajak diberi keleluasan
dianggap sama dengan penghasilan tahun lalu, dan kepercayaan untuk
perlakuan perpajakannya sesuai dengan peraturan melaksanakannya sendiri.
perpajakan yang berlaku pada tahun yang 3. Withholding System
bersangkutan. Sistem ini menjelaskan bahwa pihak
ketiga lah yang bertanggung jawab atas
pemotongan dan pemungutan besaran
pajak terutang yang dibebankan oleh Pajak Penghasilan
Wajib Pajak.
2
Maksud dari Pajak Penghasilan yaitu suatu 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
perlakuan perpajakan yang dikenakan kepada orang perorangan dan/atau badan usaha
Wajib Pajak atas segala pendapatan yang diterima perorangan.
di suatu Negara dalam 1 (satu) periode pajak. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
Pendapatan yang dimaksud dapat berupa gaji, produktif yang berdiri sendiri, yang
hadiah, bunga, dan penghasilan berupa laba usaha dilakukan oleh orang perorangan atau
(Nurazizah, 2011:1). badan usaha yang bukan merupakan anak
Terdapat 20 poin objek pajak penghasilan perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dijelaskan oleh IAI (Ikatan Akuntan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
Indonesia) (2013:142), diantaranya adalah bagian baik langsung maupun tidak
penggantian atau imbalan berkenaan dengan langsung dari Usaha Menengah atau
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh. Usaha Besar.
Imbalan tersebut dapat berupa gaji, honorarium, 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
komisi, bonus, upah, dan bentuk laiinya sesuai produktif yang berdiri sendiri, yang
dengan UU PPh. Hadiah dari undian atau dilakukan orang perorangan atau badan
pekerjaan/kegiatan dan penghargaan laiinya, laba usaha yang bukan merupakan anak
dari usaha, keuntungan karena penjualan atau perusahaan atau cabang perusahaan yang
karena pengalihan harta. Keuntun pajakngan dimiliki, dikuasai, menjadi bagian baik
karena penjualan atau pengalihan sebagian atau langsung maupun tidak langsung dengan
seluruh hak penambangan tanda turut serta dalam Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan jumlah kekayaan bersih atau hasil
pertambangan. penjualan tahunan.
Selanjutnya adalah penerimaan kembali
pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai Pajak atas Peredaran Bruto Tertentu
biaya, dan pembayaran tambahan pengembalian Perhitungan pajak atas peredaran bruto
pajak. Bunga termasuk premium, diskonto dan tertentu bukan berdasarkan pada keuntungan
imbalan karena jaminan pengembalian hutang. yang diperoleh, melainkan berdasarkan total
Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun. omzet. Kebijakan pengenaan PPh Badan yang
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan didasarkan pada omzet (bukan laba usaha)
dengan penggunaan harta, penerimaan atau sebenarnya bukan hal lazim, namun model ini
peolehan pembayaran berkala, keuntungan karena dapat dipahami karena pada umumnya UMKM
pembebasan hutang, keuntungan selisih kurs mata tidak memiliki sistem pembukuan yang baik
uang asing. Tambahan kekayaan neto yang berasal sehingga sulit menghitung kewajiban pajak
dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. terutangnya. Dengan lebih memudahkan
Enam poin yang terakhir yaitu selisih lebih penghitungan pajak, tarif yang dikenakan pun
karena penilaian kembali aktiva, premi asuransi, lebih rendah, yaitu sebesar 1%.
iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang Surat Pemberitahuan
menjalankan usaha/pekerjaan bebas. Penghasilan Diana (2009:121) menjelaskan fungsi Surat
dari usaha yang berbasis syariah dan yang terakhir Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan
surplus Bank Indonesia. adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
melaporkan tentang :
Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang
menurut UU RI No. 20 Tahun 2008 sebagai
telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
berikut :
pemotongan atau pemungutan pihak lain
dalam 1 Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak
dan/atau bukan objek pajak.
3. Harta dan kewajiban.
4. Pembayaran dari pemotong atau
pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak Orang Pribadi atau
Badan lain dalam
3
1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perUndang-Undangan Pajak tersebut tidak melanggar dan menerapkan
perpajakan. secara disiplin peraturan perpajakan yang berlaku.
Selain itu seperti yang dijelaskan Nurmantu
Variabel yang Mempengaruhi Kepatuhan (2005:148) bahwa hak dan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak yang telah dilaksanakan dengan disiplin, maka
1. Pemahaman Perpajakan Wajib Pajak dapat dikatakan patuh.
Arikunto (2009:118) menyatakan bahwa
“pemahaman (comprehension) adalah bagaimana Hipotesis
seorang mempertahankan, membedakan, menduga Variabel-variabel yang digunakan adalah
(estimates), menerangkan, memperluas, Pemahaman Perpajakan, Pengawasan,
menyimpulkan, menggeneralisasikan, Sosialisasi, dan Kepatuhan Wajib Pajak. Model
memberikan contoh, menuliskan kembali, dan penelitian sebagai berikut.
memperkirakan”. Pemahaman Perpajakan adalah Pemahaman Perpajakan (X )
segala hal terkait perpajakan yang dimengerti 1
dengan baik dan benar oleh Wajib Pajak dan dapat
menerjemahkan dan/atau menerapkan yang telah
Tingkat Kepatuha
dipahaminya. Pengawasan Wajib Pajak (Y)
2. Pengawasan (X 2)
Pengawasan adalah suatu usaha sistematis
yang dilakukan oleh aparat pajak untuk melakukan
Sosialisasi (X 3)
Pengawasan untuk menganalisis kinerja Wajib
Pajak, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan Gambar 1 Model Penelitian
terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja Berdasarkan model penelitian, hipotesis
sejalan dengan rencana. “Pengawasan dalam yang dihasilkan adalah :
konteks pajak, terdiri dari Intensifikasi dan 1. Pemahaman Perpajakan (X1) berpengaruh
Ekstensifikasi. Intesfikasi adalah memaksimalkan secara signifikan terhadap variabel tingkat
apa yang sudah ada yang berarti usaha menambah Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
penerimaan pajak tanpa menambah objek pajak. 2. Pengawasan (X2) berpengaruh secara
Sementara Ekstensifikasi adalah menambah objek signifikan terhadap variabel tingkat
pajak yang berarti usaha menambah penerimaan Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
pajak dengan menambah objek pajak yang 3. Sosialisasi (X3) berpengaruh secara
sebelumnya tidak ada” (Djuanda, 2012). signifikan terhadap variabel tingkat
3. Sosialisasi Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Basalamah (2004:196) menjelaskan
“Sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses METODE PENELITIAN
dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, Jenis pendekatan yang digunakan adalah
norma dan pola perilaku yang diharapkan oleh kuantitatif, karena menggunakan pengukuran
kelompok sebagai bentuk transformasi dari orang variabel-variabel penelitian dengan angka dan
tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
yang efektif”. Sehingga Sosialisasi perpajakan Jenis penelitian yang digunakan adalah
dapat diartikan sebagai suatu upaya dari Direktorat explanatory research atau confirmatory, karena
Jendral Pajak untuk memberikan pengertian, menjelaskan hubungan kausal antara variabel
informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada melalui pengujian hipotesis guna memperkuat atau
umumnya dan Wajib Pajak khususnya mengenai bahkan menolak teori tersebut.
segala sesuatu yang berhubungan dengan Penelitian yang dilakykan pada KPP
perpajakan. Pratama Malang setalan dengan
mempertimbangkan di daerah Malang Selatan
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan kawasan industry yang dapat
Kepatuhan memiliki arti suatu tindakan yang mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil,
sesuai aturan serta berperilaku disiplin dengan dan Menengah (UMKM). KPP Pratama Malang
mematuhi norma-norma yang berlaku. Hal ini Selatan beralamatkan di Jalan Merdeka Utara No.
sama dengan perlakuan pada perpajakan. Wajib 3 Malang.
Pajak dapat dikatakan patuh jika Wajib
Adapun jumlah pemilik UMKM pada KPP tersebut akan dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini. Dari
Pratama Malang Selatan adalah 17.691, jumlah populasi tersebut dapat diambil sampel sebanyak 100 responden
4
yang berasal dari penggunaan rumus slovin. Selain Wajib Pajak akan meningkat sebesar
itu, penggunaan teknik Probability Sampling 0,166 jika variabel Pengawasan
(secara acak) dengan metode disproportionate meningkat sebesar 1 satuan dengan
stratified random sampling yang dipilih oleh menganggap variabel bebas yang lain
peneliti dalam pengambilan sampel. bernilai 0/tetap.
Analisis deskriptif dan analisis inferensial 4. Nilai koefisien sebesar 0,244 memiliki
merupakan teknik analisis data yang digunakan arti jika variabel Sosialisasi meningkat
dalam penelitian ini. Peneliti juga menggunakan sebesar 0,244 maka akan diikuti dengan
kuesioner dan dokumentasi sebagai alat peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak
pengumpulan data. sebesar 0,244 dengan anggapan nilai
pada variabel Pemahaman Wajib Pajak
HASIL DAN PEMBAHASAN dan Pengawasan = 0/tetap.
Perhitungan pengaruh variabel bebas
(Kepatuhan Wajib Pajak) dan variabel terikat Uji Hipotesis
(Pemahaman Perpajakan, Pengawasan, dan 1. Uji Koefisien determinasi
Sosialisasi) dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Determinasi (uji R2) berguna
analisis regresi linear berganda dengan bantuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh
software SPSS versi 21. Adapun hasil arti variabel X secara keseluruhan terhadap variabel
perhitungan tersebut tersaji pada tabel 1. Y. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Tabel 1 Analisis Regresi Linear Berganda pengaruh variabel bebas (X) dalam model
terhadap variabel terikat (Y), sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel (faktor) lain. Berikut
penjelasanya :
Tabel 2 Koefisien Determinasi
Model Summaryb

5
Unstandardized Standardized R Adjusted R Std. Error of
Model R
Model Coefficients Coefficients T Sig. Square Square the Estimate
B Std.Error Beta ,672
1 a
,451 ,434 ,20958
(Constant) 1,405 ,291 4,832 ,000
X1 ,262 ,072 ,299 3,621 ,000 Dari hasil regresi linear berganda pada tabel
1
X 2 ,166 ,045 ,308 3,721 ,000 2 diketahui besarnya R Square atau koefisien
X3 ,244 ,066 ,301 3,684 ,000 determinasi sebesar 0,451 (45,1%) yang berarti
Maka didapatkan model regresi sebagai variabel Pemahaman Wajib Pajak, Pengawasan,
berikut: dan Sosialisasi dapat mempengaruhi Kepatuhan
Y = 1,405 + 0,262 X1 + 0,166 X2 + 0,244 X3 Wajib Pajak sebesar 45,1%. Selain itu, Kepatuhan
Dimana : Wajib Pajak juga dapat dipengaruhi oleh variabel
1. Dari hasil analisis regresi linear bebas yang lain diluar dari penelitian ini sebesar
berganda didapatkan nilai konstanta 54,9% (100%-45,1%).
sebesar 1,405. Hal ini mengartikan 2. Uji Simultan (Uji F)
bahwa jika nilai variabel Pemahaman Uji Simultan atau Uji secara bersama-sama
Wajib Pajak, Pengawasan, dan dilakukan untuk menguji apakah variabel
Sosialisasi tidak Pemahaman Wajib Pajak, Pengawasan, dan
mengalami perubahan tetap/konstan, Sosialisasi memiliki pengaruh secara bersama-
maka nilai variabel Kepatuhan Wajib sama terhadap Kepatuhan wajib Pajak.
Pajak sebesar 1,405. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
2. Variabel Pemahaman Wajib Pajak hipotesis, jika H0 benilai 0, maka variabel bebas
memiliki nilai koefisien sebesar 0,262. tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Hal ini berarti Kepatuhan Wajib Pajak variabel terikatnya. Namun jika Ha tidak bernilai 0
akan mengalami peningkatan sebesar maka variabel bebas memiliki pengaruh yang
0,262 jika variabel Pemahaman Wajib signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Pajak naik sebesar 1 satuan dengan Pengujian yang lain dapat dilakukan dengan
menganggap variabel Pengawasan dan cara membandingkan nilai Signifikasi F dengan
Sosialisasi bernial 0/tetap. nilai α = 0,05. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat
3. Nilai Koefisien pada variabel dilihat pada tabel 3.
Pengawasaan sebesar 0,166 yang Tabel 3 Uji Simultan
memiliki arti bahwa variabel Kepatuhan
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa Didapatkan nilai ttabel dengan nilai signifikansi 0,05 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari > α cara sebagai berikut :
= 0,05. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa H0 df = jumlah sampel – jumlah variabel bebas
ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan = 100 – 3
bahwa ke-tiga variabel bebas dalam penelitian = 97
ini akan mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Maka nilai ttabel pada df = 97 adalah 1,66. Sedangkan Nilai
3. Hasil Uji Parsial thitung diperoleh dari Coefficients dimana diketahui :
Penggunaan uji parsial dalam penelitian ini 1. Variabel Pemahaman Perpajakan
adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas, Dari hasil uji parsial pada tabel 4, dapat disimpulkan bahwa
yaitu Pemahaman Wajib Pajak, Pengawasan, dan variabel Pemahaman Perpajakan memiliki pengaruh signifikan
Sosialisasi memilik pengaruh yang signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hal tersebut di buktikan dengan
terhadap Kepatuhan ajib Pajak. Teknik pengujian hasil penelitian melalui analisis regresi linear beganda, nilai t hitung
dilakukan jika suatu variabel bebas memiliki t hitung pada variabel Pemahaman Perpajakan terhadap variabel
lebih besar dari ttabel atau nilai Sig. t lebih kecil Kepatuhan Wajib Pajak adalah 3,621 dengan signifikan sebesar
dari nilai α = 0,05 maka variabel bebas 0,000. Dengan demikian nilai thitung 3,621 lebih besar dari ttabel 1,66
tersebut memiliki pengaruh yang signifikan serta nilai signifikansi pada α = 0,05 yang berarti 0,05 > 0,000.
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Untuk lebih 2. Variabel Pengawasan
jelasnya lihat tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa thitung variabel Pengawasan
Tabel4 UjiParsial memiliki nilai lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t tabel
Unstandardized Standardized (3,721 > 1,66) dan nilai signifikansi pada variabel Pengawasan
Model Coefficients Coefficients t Sig. sebesar 0,000 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dibandingan
B Std.Error Beta
dengan taraf signifikansi α = 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan
(Constant) 1,405 ,291 4,832 ,000
X1 ,262 ,072 ,299 3,621 ,000 demikian variabel
1
X
2 ,166 ,045 ,308 3,721 ,000
X3 ,244 ,066 ,301 3,684 ,000

6
Pengawasan memiliki pengaruh yang 1. Pengaruh Pemahaman Perpajakan
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3. Variabel Sosialisasi Pemahaman Perpajakan memiliki pengaruh
Berdasarkan hasil uji parsial signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di
(uji t) untuk variabel Sosialisasi KPP Pratama Malang Selatan. Dengan melihat
pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil perhitungan dari analisis regresi linear
variabel memiliki pengaruh yang berganda, maka didapat nilai t tabel < thitung yaitu
signifikan terhadap variabel sebesar 1,66. Angka tersebut lebih kecil jika
Kepatuhan Wajib Pajak. Hal dibandingkan dengan nilai thitung yaitu sebesar
tersebut dibuktikan melalui uji 3,621. Selain itu, dapat diketahui juga nilai
parsial (uji t) yang telah dilakukan signifikansi dari variabel Pemahaman
oleh peneliti. Perpajakan sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih
Hasil dari pengujian tersebut kecil dibandingkan dengan toleransi kesalahan
adalah variabel Sosialisasi (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
memiliki nilai thitung sebesar 3,684 Kepatuhan Wajib Pajak mendapat pengaruh
dan nilai signifikansi sebesar yang signifikan oleh variabel Pemahaman
0,000. Hal tersebut menunjukkan Perpajakan, yang berarti Ha diterima dan Ho
bahwa thitung > ttabel (3,684 > 1,66) ditolak.
dan nilai signifikan sebesar 0,000. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
Nilai tersebut lebih kecil jika telah dilakukan Ekawati (2008:2) yang
dibandingkan dengan nilai menyatakan “Pemahaman Perpajakan meliputi
signifikansi α sebesar 0,05. pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dengan
benar, penghitungan pajak sesuai dengan pajak
Pembahasan terutang, dan penyetoran pajak secara tepat
Dengan menggunakan waktu sesuai tempatnya”. Jadi, dapat
software SPSS versi 21, maka disimpulkan bahwa selama ini para responden
hasil uji hipotesis yang didapat mampu memahami setiap kewajiban perpajakan
adalah sebagai berikut. yang harus dipenuhi.
Semakin tinggi tingkat Pemahaman oleh fiskus, maka semakin tinggi pula tingkat ketaatan yang
Model Sum of df Mean F Sig.
Perpajakan, maka semakin tinggi pula tingkat dimiliki oleh Squares
Wajib PajakSquaredalam memenuhi kewajiban
kepatuhan yang dimiliki oleh Wajib Pajak dalam perpajakannya,
Regression begitu
3,464 pula
3 sebaliknya.
1,155 26,290 ,000b
pemenuhan kewajiban perpajakan. Hal ini sesuai 1 Residual
Hal ini sesuai
4,217dengan
96 penjelasan
,044 dari Djuanda (2012) yang
dengan hasil penelitian terdahulu yang telah Total 7,681 99
mengatakan pengawasan dalam perpajakan dapat dibagi menjadi
dilakukan Prasetyo (2006) yang mengatakan 2, secara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi memiliki
bahwa variabel Pemahaman Perpajakan dengan arti menambah jumlah objek pajak yang telah dimiliki seseorang
Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh yang Wajib Pajak, sedangkan ekstensifikasi berarti menambah objek
positif. Pernyataan tersebut sesuai dengan pajak yang tidak dikenakan pajak sebelumnya.
penelitian yang telah dilakukan oleh Ningtyas Pengaruh variabel Pengawasan terhadap kepatuhan Wajib
(2012) yang menjelaskan diantara variabel Pajak dapat diketahui dari hasil uji t yang memiliki nilai t hitung
Pemahaman Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib lebih besar dari nilai ttabel (3,721>1,66) serta nilai sig. yang lebih
Pajak terdapat pengaruh yang saling berkaitan, kecil dari α=0,05 (0,000<0,05). Dengan demikian Ha diterima dan
sesuai dengan penjelasan Cahyono dalam H0 ditolak.
Priambudi (2012:100) yang menyatakan bahwa 3. Pengaruh Sosialisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
pemahaman perpajakan yang dimiliki oleh seorang Variabel Sosialisasi dengan variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan yang memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil
berlaku dapat dikatakan patuh jika Wajib Pajak riset yang telah dilakukan peneliti, diketahui nilai t hitung sebesar
tersebut melaksanakan apapun yang telah 3,684 dan nilai signifikan sebesar 0,000.
dipahaminnya, begitu pula sebaliknya.
2. Pengaruh Pengawasan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
Sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan, didapatkan pengawasan yang dilakukan
oleh pegawai pajak memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Semakin
tinggi atau sering pengawasan yang dilakukan
7
Dengan demikian nilai thitung pemanfaatan media cetak maupun elektronik
memiliki nilai yang lebih besar dalam memberikan Sosialisasi.
dibandingkan nilai ttabel (3,684 > Jadi Kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat
1,66), sementara nilai signifikansi mengikuti kegiatan Sosialisasi yang dilakukan
sebesar 0,000 memiliki nilai yang oleh kantor pajak, mengingat pajak 1% atas
lebih kecil dibandingkan dengan peredaran bruto tertentu ini merupakan pajak
nilai toleransi kesalahan sebesar penghasilan baru. Untuk memberikan edukasi
0,05 (α=0,05) sehingga dapat kepada Wajib Pajak secara menyeluruh, DJP dapat
dikatakan bahwa Ho ditolak dan melakukan pemasangan iklan di berbagai media,
Ha diterima. penyebaran brosur, serta menyamakan persepsi
Hasil penelitian tersebut antar fiskus dalam menjawab atas pertanyaan atau
selaras dengan hasil penelitian keluhan Wajib Pajak.
terdahulu yang telah dilakukan
Adiyati (2009), dalam KESIMPULAN DAN SARAN
penelitiannya dijelaskan bahwa Kesimpulan
Kepatuhan Wajib Pajak dapat Kesimpulan yang dapat diambil adalah
dipengaruhi oleh variabel sebagai berikut.
Sosialisasi. 1. Variabel Pemahaman Perpajakan memiliki
Sosialisasi dapat dinilai nilai Sig. sebesar 0,000. Jika dibandingkan
melalui 4 (empat) dimensi seperti dengan nilai α=0,05 maka nilai Sig. untuk
yang dijelaskan oleh Vedhayana variabel Pemahaman Perpajakan menjadi
(2012:20), yaitu penyuluhan lebih kecil. Hal ini menandakan bahwa
berupa ketepatan pelaksanaan variabel Pemahaman Perpajakan memiliki
penyuluhan yang dilakukan oleh pengaruh yang signifikan terhadap
kantor pajak, penyelenggaraan kepatuhan pemenuhan kewajiban
dapat berupa intensitas waktu perpajakan yang dilakukan oleh Wajib
pelaksanaan Sosialisasi, cara Pajak UMKM. Dengan kata lain semakin
Sosialisasi seperti pemaparan tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak,
materi yang dijelaskan sesuai semakin tinggi pula tingkat Pemahaman
dengan kebutuhan Wajib Pajak, Perpajakan yang dimiliki Wajib Pajak.
dan media yang digunakan berupa 2. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi
secara signifikan oleh variabel Pengawasan.
Dengan demikian, tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban tarif pajak berdasarkan jenis usaha dan/atau
perpajakannya tergantung dengan berdasarkan jumlah omzet.
Pengawasan yang dilakukan oleh DJP.
Semakin sering DJP melakukan DAFTAR PUSTAKA
Pengawasan, maka Wajib Pajak akan Anonim. 2009. Undang-Undang Usaha Mikro,
semakin patuh. Hal ini sesuai dengan Kecil, dan Menengah (UU RI No. 20
penelitian yang telah dilakukan, Tahun 2008). Jakarta : Sinar Grafika.
didapatkan nilai Sig. 0,000 lebih kecil dari . 2013. Modul Pelatihan Pajak Terapan
nilai α=0,05. variabel yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini
3. Tingkat intensitas pelaksanaan Sosialisasi perlu dilakukan mengingat nilai koefisien determinasi
yang dilakukan oleh kantor pajak dapat dalam penelitian ini sebesar 45,1% sehingga diharapkan
menggambarkan tingkat Kepatuhan Wajib penelitian selanjutnya mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pajak yang terdaftar pada kantor pajak 2. Penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini hanya
setempat. Hal ini sesuai dengan hasil yang mengambil sampel pada pemilik UMKM pada KPP
didapatkan bahwa nilai Sig. sebesar 0,000 Pratama Malang Selatan. Maka peneliti selanjutnya
lebih kecil dari level signifikansi 5% disarankan untuk melakukan penelitian pada pemilik
(α=0,05) yang menandakan bahwa UMKM dari berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini berguna
Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi secara untuk membandingkan kondisi pemilik UMKM di berbagai
signifikan oleh variabel Sosialisasi. wilayah Indonesia.
Saran 3. Mengingat pajak 1% atas peredaran bruto tertentu baru
Saran-saran penelitian sebagai berikut. ditetapkan pada tahun 2013, maka Direktorat Jendral Pajak
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan diharapkan dapat meningkatkan intensitas waktu Sosialisasi
variabel-variabel yang berbeda dengan pada KPP Pratama di seluruh Indonesia dan tetap konsisten

8
memberikan informasi melalui media cetak Brevet A & B Terpadu. Jakarta : Ikatan
maupun media elektronik. Sosialisasi yang Akuntan Indonesia.
konsisten dan sering diadakan sejalan
. 2013. PPh atas Wajib Pajak Peredaran
dengan tingkat pengetahuan perpajakan
Bruto Tertentu adalah Untuk Keadilan.
yang dimiliki Wajib Pajak untuk http://www.pajak.go.id (diakses pada
menjalankan kewajiban perpajakannya. tanggal 8 Oktober 2013).
4. DJP diharapkan untuk mengkaji ulang
. 2013. Realisasi Penerimaan Negara.
terkait peraturan pajak atas peredaran
http://www.bps.go.id (diakses pada
bruto tertentu agar pengenaan pajak lebih tanggal 3 Oktober 2013).
tepat sasaran. Dapat dengan cara
membedakan Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Basalamah, Anies S. 2004. Perilaku Organisasi


Memahami dan Mengelola Aspek
Humaniora dalam Organisasi. Depok :
Usaha Kami.

Diana, Anastasia dkk. 2009. Perpajakan Indonesia


Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis.
Yogyakarta : CV Andi OFFSET.

Djuanda, I. Nyoman. 2012. Fungsi Pengawasan.


http://kpp802.itgo.com (diakses pada
tanggal 8 Desember 2013).

Ekawati, Liana, dkk. 2008. “Survey Pemahaman


dan Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Kecil
dan Menengah di Kota Yogyakarta”.
Jurnal Teknologi & Manajemen Informatika.
Vol 6, September 2008: 185-191.

Irfanto, Heru. 2011. “Tinjauan Atas Penerimaan


Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Dan
Kontribusinya Terhadap Penerimaan
Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bantul”. Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara, Tangerang.

Lubis, Irwansyah. 2011. Kreatif Gali Sumber Pajak


Tanpa Bebani Rakyat. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.

Nurazizah, Yayuk dkk. 2011. OASIS


Pemotongan/Pemungutan PPh. Jakarta :
DJP.

Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan.


Jakarta : Granit.

Priambudi, Adam Adiansah Atsani. 2013.


“Pengaruh Pemahaman Perpajakan,
Tarif Pajak, Sanksi Pajak, Serta
Pelayanan Perpajakan Terhadap

9
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Kota
Surabaya”. Skripsi Universitas Brawijaya,
Malang.

Resmi, Siti. 2012. Perpajakan Teori dan Kasus.


Jakarta : Salemba Empat.

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta :


Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta :


Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai