I. INFEKSI VIRUS
a. Virus Varisela Zoster (VZV)
Infeksi primer varisela atau cacar air (chicken pox) ditularkan melalui kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi.
Manifestasi Klinis
- Gejala mirip flu yang berlangsung 1 atau 2 hari
- Lesi vesicular gatal yang mengalami krustasi dalam 3 – 7 hari
- Jika infeksi primer varisela mengalami reaktivasi beberapa tahun
kemudian, timbullah herpes zoster atau shingles (cacar ular)
Diagnosis
Virus dapat diisolasi dan melakukan apusan Tzanck, biakan jaringan atau
uji antibody fluoresen langsung. Dapat juga dengan teknik amplifikasi
asam nukleat.
Infeksi Varisela pada Janin dan Neonatus
Wanita dengan cacar air selama paruh pertama kehamilan, janin dapat
mengalami sindrom varisela kongenital.
Pajanan varisela perinatal tepat sebelum atau sewaktu pelahiran dapat
mengancam bayi.
Penatalaksanaan
- Pajanan ke virus
Wanita hamil yang terpajan dan rentan perlu diberi VariZIG dalam 96
jam pajanan untuk mencegah atau memperlemah virus varisela.
- Infeksi
Wanita hamil yang terinfeksi varisela primer harus diisolasi dari
wanita hamil lainnya. Sebagian besar wanita hanya memerlukan
terapi suportif, tetapi ada juga yang diberikan cairan IV.
- Vaksinasi
Vaksinasi untuk VZV ini adalah varivax, namun vaksin ini tidak
dianjurkan untuk wanita hamil dan jangan diberikan kepada wanita
yang mungkin hamil dalam 1 bulan setelah setiap pemberian dosis
vaksin.
b. Influenza
Infeksi pernapasan ini disebabkan oleh anggota dari family Orthomyxoviridae.
Influenza A dan B membentuk 1 genus dari virus RNA ini, dan keduanya
menyebabkan epidemic pada manusia.
Gejala
Virus influenza A : demam, batuk kering, gejala sistemik, dan bisa
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
Terapi
Saat ini terdapat 2 kelas obat antivirus.
1. Adamantan
Merupakan obat dan kemoprofilaksis influenza A. ada 2 jenis yaitu
amantadine dan rimantadin.
2. Inhibitor neuramidase
Merupakan obat influenza A dan B
Ada 2 jenis yakni Oseltamivir yang merupakan obat oral untuk
mengobati dan kemoprofilaksis dan Zanamivir yaitu inhalan untuk
obat.
Efek pada Janin
Banyak pendapat yang bertentangan
Pencegahan
Vaksin inaktif mencegah penyakit klinis pada 70-90% orang dewasa sehat
dan tidak terdapat bukti teratogenisitas.
c. Gondongan
Disebabkan oleh suatu paramyxovirus RNA. Virus terutama menginfeksi kelenjar
liur dan dapat juga menginfeksi gonad, meningen, pancreas dan organ lain. Virus
ditularkan melalui kontak langsung dengan sekresi saluran napas, liur, atau
barang yang tercemar.
Vaksin Jeryl-Lynn merupakan bagian dari vaksinasi MMR (measles, mumps,
rubella) dan dikontraindikasikan untuk wanita hamil.
Efek pada Janin
Wanita yang terjangkit gondongan pada trimester 1 mungkin mengalami
resiko abortus spontan.
d. Rubeola (Campak)
Infeksi ini sangat menular. Vaksinasi aktif dilakukan pasca partum.
Sign and Symptom
- Demam, coryza, konjungtivitis, dan batuk
- Ruam khas –bercak koplik- timbul di wajah dan leher lalu menyebar
ke punggung badan dan ekstremitas. Terapinya bersifat suportif
Efek pada Janin
- Virus tidak teratogenik
- Peningkatan frekuensi abortus, persalinan kurang bulan dan BBLR
pada wanita hamil dengan campak.
- Terdapat resiko signifikan yaitu neonates kurang bulan
e. Rubella (German measles / Campak Jerman)
Infeksi pada trimester 1 berperan langsung menyebabkan abortus dan
malformasi kongenital berat. Penularan terjadi melalui sekresi nasofaring.
Gambaran Klinis
- Demam ringan disertai ruam makulopapular generalisata yang
dimulai di wajah dan menyebar ke badan dan ekstremitas. Biasanya
terdapat lymphadenopathy.
- Artralgia atau artritis, limfadenopati kepala dan leher dan
konjungtivitis.
- Masa tunas 12 – 23 hari
- Viremia biasanya mendahului tanda-tanda klinis sekitar seminggu
- Hamper separuh infeksi pada ibu hamil bersifat sub klinis meskipun
terjadi viremia yang dapat menyebabkan infeksi dan malformasi pada
janin
Sindrom Rubella Kongenital
- Infeksi paling teratogenik dengan sekuele infeksi janin paling buruk
selama fase organogenesis
- Sign and symptom :
Cacat mata – katarak dan glaucoma kongenital
Penyakit jantung – duktus arteriosus paten dan stenosis arteri
pulmonaris
Tuli sensorineural – cacat tunggal tersering
Cacat susunan saraf pusat – mikrosefalus, hambatan perkembangan,
retardasi mental, dan meningoensefalitis
Retinopati pigmentasi
Purpura neonates
Hepatosplenomegali dan icterus
Penyakit tulang radiolusen
- Neonatus yang lahir dengan rubella kongenital dapat mengeluarkan
virus selama berbulan-bulan dan karena itu merupakan ancaman bayi
lain serta orang dewasa yang rentan berkontak dengan mereka.
Patogenesis dan Patofisiologi
Diawali dengan masuknya organisme pathogen melalui upper respiratory
tract baik secraa langsung atau kontak droplet dari respirasi orang yang
terinfeksi. Virus menempel dan menginvasi epitel respiratory tract. Lalu
menyebar secara hematogen (viremia primer) ke lymphatic local dan
yang jauh, bereplikasi dalam reticuloendothelial system terutama di
nasofaring. Hal ini diikuti dengan viremia sekunder yang terjadi 6-20 hari
setelah infeksi. Viremia memuncak sebelum serangan ruam dan
menghilang sesaat setelahnya. Orang yang terinfeksi mulai untuk
menebarkan virus dari nasofaring 3 – 8 hari setelah paparan selama 6 –
14 hari setelah serangan ruam.
Pada infeksi fetus, virus bermultiplikasi dan virus menghasilkan
abnormalitas kromosom, pertumbuhan sel yang lambat, dan
menyebabkan lisis pada sel dan kematian pada beberapa tipe, terjadi
penghambatan mitosis pada sel, nekrosis jaringan tanpa inflamasi. Hal ini
menyebabkan karakteristik struktur dan fungsi sel yang abnormal. Infeksi
rubella juga menginduksi angiopathy pada jaringan embrionik dan
placenta, menyebabkan gangguan supply darah untuk fetus dan
membahayakan untuk pertumbuhan atau malformasi pada fetus.
Diagnosis
Virus rubella dapat diisolasi dari urin, nasofaring, dan CSF, tapi diagnosis
biasanya dibuat dari analisis serologis. Antibody IgM spesifik dapat
dideteksi dengan menggunakan enzyme-linked immunoassay.
Pada wanita hamil yang terinfeksi rubella, konfirmasi infeksi janin dapat
dilakukan pada paruh pertama kehamilan. USG dapat mendeteksi
beberapa kelainan.
RNA rubella dapat ditemukan dalam villus korion, cairan amnion atau
darah janin.
Penatalaksanaan dan Pencegahan
Tidak ada terapi spesifik untuk rubella
Pencegahan primer : vaksin MMR pada wanita tidak hamil pada usia
subur. Vaksinasi rubella harus dihindari 1 bulan sebelum atau selama
kehamilan karena vaksin mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan.
f. Virus Pernapasan
Rhinovirus, koronavirus, dan adenovirus dapat menyebabkan penyakit yang
gejalanya mirip dengan common cold. Koronavirus dan rhinovirus dapat
menyebabkan penyakit ringan swasirna yang ditandai oleh rinorea, bersin dan
hidung tersumbat. Adenovirus dapat menyebabkan batuk dan infeksi saluran
napas bawah contohnya pneumonia.
Efek Janin
Efek teratogenik masih diperdebatkan
g. Hantavirus
Virus ini berkaitan dengan reservoir hewan pengerat, dan penularan terjadi
melalui inhalasi virus yang diekskresikan dalam urin dan tinja hewan pengerat.
Frekuensi penularan transplacental rendah dan bervariasi.
h. Enterovirus
Coxsackievirus
- Biasanya asimtomatik, bila simtomatik (biasanya grup B) : meningitis
aseptic, penyakit mirip polio, penyakit tangan, kaki, dan mulut, ruam,
penyakit pernapasan, pleuritis, pericarditis dan miokarditis
- Belum ada terapi atau vaksinasi
- Penularan : sekresi ibu ke janinnya saat persaliann maupun
transplacental
- Viremia coxsackievirus dapat menyebabkan hepatitis, lesi kulit,
miokarditis dan ensefalomielitis janin.
Poliovirus
- Infeksinya ringan
- Bersifat trofik bagi CNS dan dapat menyebabkan poliomyelitis
paralitik
- Vaksin polio inaktif subkuitis dianjurkan untuk wanita hamil rentan
yang harus bepergian ke daerah endemic. Vaksin polio hidup per-oral
tidak memiliki efek merugikan bagi janin.
Parvovirus
- Parvovirus manusia B19 menyebabkan eritema infeksiosum dan Fifth
disease
- Cepat berproliferasi di sel misalnya prekursos eritroblas sehingga
dapat menyebabkan anemia
- Penularan : kontak tangan ke mulut atau respiratorik
- Viremia terjadi 4 – 14 hari setelah terpajan
- Manifestasi klinis :
Demam, nyeri kepala dan gejala mirip flu dalam beberapa hari
terakhir fase viremia
Ruam merah terang, eritroderma pada wajah, slapped cheek
(gambaran pipi habis ditampar). Ruam kemudian jadi seperti
anyaman dan menyebar ke badan dan ekstremitas
- Infeksi Janin :
Infeksi janin dilaporkan berkaitan dengan abortus, hidrops non-imun
dan lahir mati
- Diagnosis :
Uji serologis untuk antibody IgG dan IgM spesifik
- Penatalaksanaan :
USG serial setiap 2 minggu pada wanita yang baru terinfeksi
Evaluasi Doppler arteri serebri media memperkirakan anemia janin.
Pengambilan sample darah janin untuk melihat derajat anemia janin
Transfuse janin
- Pencegahan :
Belum ada vaksin untuk parvovirus B19 manusia
V. INFEKSI BARU
a. Virus West Nile
- Flavivirus yang ditularkan oleh nyamuk ini adalah suatu neuropatogen
manusia
- Masa tunas 3 – 14 hari
- Gejala ringan atau asimtomatik. Pada wanita hamil, gejala awal adalah
demam, perubahan status mental, kelemahan otot dan koma.
- Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan deteksi IgG dan IgM virus West
Nile dalam serum dan IgM spesifik dalam CSF
- Belum ada terapi antivirus yang efektif dan penanganan bersifat suportif
- Efek samping virus terhadap kehamilan belum diketahui secara pasti
b. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
- Disebabkan oleh koronavirus baru (SARS-Co.V) yang ditularkan melalui
percikan ludah, kontak erat dengan sekresi yang terinfeksi, cairan dan
kotoran.
- Masa tunas 2 – 16 hari
- Gambaran klinis awal serupa dengan community acquired pneumonia
Minggu 1 : demam, myalgia, nyeri kepala, dan diare
Minggu 2 : demam rekuren, diare cair, dan batuk kering non-produktif
disertai dyspnea ringan dan gejala ini bersamaan dengan serokonversi IgG
dan penurunan jumlah virus
- Terdapat limfopenia, trombositopenia, dan peningkatan LDH serum
- Efek pada kehamilan belum jelas