Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIK

Benign Prostate Hyperplasia/BPH/Pembesaran Prostat Benigna


Nomor Dokumen …………………………………..
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur Utama
RS PANTI RAPIH
Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta
………………………………
dr. Teddy Janong, M.Kes.

Pengertian Bertambahnya volume prostat akibat adanya perubahan histopatologis


(Definisi) berupa hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar yang jinak pada
prostat

Anamnesis Anamnesis pada pasien BPH meliputi:


1. Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah
mengganggu
2. Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah
mengalami cedera, infeksi, atau pembedahan)
3. Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual
4. Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan
miksi
5. Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan
pembedahan
6. IPSS (International Prostate Symptom Score) atau QoL (Quality of Life)

Pemeriksaan Pemeriksaan fisik pada pasien BPH meliputi:


Fisik 1. Colok dubur atau DRE (Digital Rectal Examination) untuk memperkirakan
adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang
merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat, serta menilai tonus
sfingter ani dan reflex bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya
kelainan pada busur reflex di daerah sakral
2. Pemeriksaan fisik regio suprapubik untuk mencari adakah distensi buli-
buli
3. Pemeriksaan neurologis
4. Pemeriksaan status mental pasien secara umum
5. Pemeriksaan fungsi neuromuskuler ekstremitas bawah

Kriteria Diagnosis pasien BPH ditegakkan berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan


Diagnosis yang sistematis mulai dari pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan yang harus
dikerjakan pada semua pasien dan pemeriksaan tambahan yang hanya
dikerjakan pada pasien-pasien tertentu.
Pemeriksaan awal bisa dilakukan oleh semua petugas kesehatan dengan
berbagai ragam kemampuan dan ketersediaan sarana. Pemeriksaan ini
dibedakan menjadi pemeriksaan yang harus dikerjakan pada setiap pasien
(mandatory) dan pemeriksaan yang harus dikerjakan jika fasilitas untuk
pemeriksaan itu tersedia (recommended). Pemeriksaan tambahan yang
bersifat optional dikerjakan pada kasus-kasus tertentu dan terutama
dikerjakan oleh spesialis urologi. Berbagai pemeriksaan itu adalah:
1. Pemeriksaan awal yang bersifat mandatory, meliputi: anamnesis,
pemeriksaan fisik, urinalisis
2. Pemeriksaan awal yang bersifat recommended, meliputi: PSA, tes faal

Halaman 1 dari 3
ginjal, IPSS atau QoL, catatan harian miksi
3. Pemeriksaan tambahan, meliputi: USG transabdominal atau transrektal,
pancaran urine dengan uroflowmeter, volume residual urine sehabis miksi
4. Pemeriksaan spesialistik, meliputi: urodinamika (pressure flow study),
uretrosistoskopi, kultur urine, IVP, uretrografi retrograd, sitologi urine

Diagnosis & Pembesaran Prostat N 40


Kode ICD-10 - Pembesaran prostat TANPA lower urinary track - N 40
symptoms
- Pembesaran prostat DENGAN lower urinary track - N 40.1
symptoms
- Prostat nodular TANPA lower urinary track - N 40.2
symptoms
- Prostat nodular DENGAN lower urinary track - N 40.3
symptoms

Diagnosis 1. Karsinoma prostat


Banding 2. Striktura uretra
3. Batu buli

Pemeriksaan 1. USG Ginjal-Buli, Prostat Transabdominal dan Transrektal


Penunjang 2. EKG/Thorax PA
3. Laboratorium : Darah lengkap (Hemoglobin / Leukosit /Hematokrit /
Platelet) ; Urinalisis + Kultur urine ; PT/INR/APTT ; Albumin / Protein total ;
Asam Urat ; elektrolit (Ca/Mg/Ph/Cl/Na/K) ; Ureum / Creatinin ; Prostat
Spesific Antigen (PSA) total
4. BNO-IVP atau CT Urografi tanpa kontras (bila ada hidronefrosis ≥ gr 2)
5. Uroflowmetri (Pancaran urine)
6. Urodinamika
7. Uretrosistoskopi
8. Biopsi Prostat Transrektal (bila terindikasi)

Terapi Tatalaksana Non-operatif:


1. Watchful waiting
2. Medikamentosa (antagonis reseptor adrenergik-α, inhibitor 5-α
redukstase, phospodiesterase 5 inhibitor, fitofarmaka)
3. Diet: tinggi serat, intake kalsium normal, rendah garam, rendah protein
hewani, hindari kopi dan makanan pedas

Tatalaksana Aktif
1. IVFD, Antibiotik, Analgetik
2. InsersiKateteruretra
3. Sistostomi terbuka atau tertutup
4. TUR-Prostat
5. Operasi terbuka
6. Pedoman:
a. Prostat dengan ukuran < 90 g dilakukan TUR-Prostat
b. Prostat dengan ukuran > 90 g dilakukan operasi terbuka

Edukasi 1. Hindari obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya serangan LUTS


atau retensi urine akut
2. Batasi minum yang menyebabkan dieresis, terutama pada malam hari
3. Diperbanyak melakukan aktivitas fisik

Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam

Halaman 2 dari 3
Ad fungsionam : dubia ad bonam

Tingkat Evidens 1. USG Ginjal-Buli, Prostat Transabdominal dan Transrektal


2. EKG/Thorax PA
3. Laboratorium : Darah lengkap (Hemoglobin / Leukosit /Hematokrit /
Platelet) ; Urinalisis + Kultur urine ; PT/INR/APTT ; Albumin / Protein total ;
Asam Urat ; elektrolit (Ca/Mg/Ph/Cl/Na/K) ; Ureum / Creatinin ; Prostat
Spesific Antigen (PSA) total
4. BNO-IVP atau CT Urografi tanpa kontras (bila ada hidronefrosis ≥ gr 2)
5. Uroflowmetri (Pancaran urine)
6. Urodinamika
7. Uretrosistoskopi
8. Biopsi Prostat Transrektal (bila terindikasi)

Tingkat
Rekomendasi
Penelaah Kritis 1.
Indikator Medis
Kepustakaan 1. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Konsensus BPH di Indonesia. 2009
2. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto, 2011

Yogyakarta, 23 Juli 2016

Halaman 3 dari 3

Anda mungkin juga menyukai