PENDAHULUAN
“Kepribadian Muhammadiyah” ini timbulnya pada waktu Muhammadiyah dipimpin oleh Bpk.
Kolonel H.M. Junus Anis, ialah periode 1959 – 1962.“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula
berasal dari uraian Bpk. K.H. Faqih Usman, sewaktu beliau memberikan uraian dalam suatu
latihan yang diadakan oleh PP. Muhammadiyah di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah
Yogyakarta. Pada saat itu almarhum K.H. Faqih Usman menjelaskan “Apa sih Muhammadiyah
itu?”
Kemudian oleh PP di musyawarahkan bersama-sama pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur (H.
M. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono) dan Jawa Barat (H. Adang Afandi). Sesudah itu
disempurnakan oleh suatu team yang antara lain terdiri dari; K.R. Muh. Wardan; Prof. KH. Farid
Ma’ruf; M. Djarnawi Hadikusuma; M. Djindar Tamimy; kemudian terus membahas pula Prof. H.
Kasman Singodimejo, SH. disamping pembawa prakarsa sendiri Bapak KH. Faqih Usman.
Setelah rumusan itu sudah agak sempurna, maka diketengahkan dalam sidang Tanwir menjelang
Muktamar ke-35 itulah “Kepribadian Muhammadiyah” mendapatkan pengesahan setelah
mengalami usulan-usulan penyempurnaan.
Dengan demikian maka rumusan “Kepribadian Muhammadiyah” yang sekarang ini adalah
merupakan hasil yang telah disempurnakan dalam Muktamar setengah abad ke-35 pada tahun
1962, akhir periode pimpinan H. M. Junus Anis.
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh daya dinamik dari dalam ataupun
karena persentuhan dengan kebudayaan dari luar, telah menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan
itu menyangkut seluruh segi kehidupan masyarakat, diantaranya bidang sosial, ekonomi, politik dan
kebudayaan, yang menyangkut perubahan strukturil dan perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam
hubungan antar manusia.
Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan perubahan itu, senantiasa
mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi-mungkar, serta menyelenggarakan
gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat, sebagai usaha
Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.
Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas prinsip gerakannya, seperti yang
dimaksud di dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah itu senantiasa menjadi landasan gerakan
Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat
dan ketatanegaraan, serta dalam bekerjasama dengan golongan Islam lainnya.
Hakikat Kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhah-nya persyarikatan Muhammadiyah.
Wajah tersebut mencerminkan tiga predikat yang melekat kuat sebagai Asy Syakhsiyah atau jati dirinya
secara utuh. 3 predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Dakwah dan
Tajdid.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas (aqidah) perjuangan Muhammadiyah.
Muhammadiyah menjadikan Dinul Islam sebagai subyek (sumber nilai) dan sumber obyek (sumber
konsep) perjuangannya. Sebagai sumber subyek ialah bahwa semua kegiatan dan amal usaha
Muhammadiyah selalu digerakkan dengan dinul ruhul Islam. Sebagai sumber obyek ialah semua
kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah untuk “menegakkan dan menjunjung tinggi agama Allah SWT.
Sebagai sumber nilai dan konsep dinul Islam tidak bisa dipisahkan dari perjuangan Muhammadiyah.
Islam telah menjadi “Sibghah” yang mendasari, menjiwai dan mewarnai gerakan Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dapat dilihat dakwahnya ditujukan kepada kegiatan dan amal
usahanya. Semua dilaksanakan sebagai Dakwah Islamiyah amar ma’ruf nahi munkar.
Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid adalah sifat dakwahnya ditujukan kepada umat Islam. Tajdid
yaitu mengembalikan pemahaman dan pengamalan umat terhadap Dinul Islam secara murni yang
meliputi benar dan tepat sesuai Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam bidang amaliyah tajdid
dilakukan bersifat modernisasi. Mengaktualisasikan ajaran Islam sesuai dengan perkembangan
kehidupan masyarakat sehingga Dinul Islam menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin.
Dengan sifat ini, Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan lain.
Sebaliknya, Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa
mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu, dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa
dipengaruhi perasaan aneh.
2."Memperbanyak Kawan dari Mengamalkan Ukhuwah lslamiyah"
Setiap warga Muhammadiyah, siapa pun orangnya, termasuk para pemimpin dan da'inya,
harus memegang teguh sifat ini. Dalam rangka untuk "Memperbanyak Kawan dan Mengamalkan
Ukhuwah Islamiyah". Inilah, pada umumnya ceramah atau kegiatan dakwah lainnya yang
dilancarkan oleh dai-da'i Muhammadiyah memakai gaya "sejuk penuh senyum", bukan dakwah
yang agitatif menebar kebencian ke sana ke mari.
Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang hidup dalam
masyarakat, apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti masyarakat Indonesia. Tanpa
adanya lapang dada, kehidupan akan goncang. Dan prinsip "Memperbanyak Kawan" tentu
berubah menjadi "Memperbanyak Musuh". Namun bagaimana, pun dalam berlapang dada, kita
tidak boleh kehilangan identitas sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap memegang
teguh ajaran Islam. Dengan demikian, bebas tetapi tetap terkendali.
5. "Mengindahkan, segala Hukum, Undang-undang Serta dan Falsafah Negara Yang Sah"
sebagai satu organisasi, mempunyai sejumlah anggota. Anggota ini adalah warga negara dari
suatu negara hukum. Hukum negara mempunyai kekuatan mengikat bagi segenap warga
negaranya. Ini adalah kenyataan. Karena itu, Muhammadiyah mengindahkan semua itu.
6. "Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Segala Lapangan Serta Menjadi Contoh Teladan
Yang Baik"
Salah satu kewajiban tiap muslim ialah beramar ma'ruf dan bernahi munkar, yakni
menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran. Yang dimaksud kemunkaran ialah semua
kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya amar ma'ruf
dan nahi munkar, tidak akan kebaikan dapat ditegakkan, dan tidak akan kejahatan dapat
diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah harus sanggup menjadi suri teladan dalam kegiatan ini,
baik ke dalam tubuh sendiri ataupun ke luar, ke tengah-tengah masyarakat ramai, dengan penuh
kebijaksanaan dan pendekatan yang simpatik.Amar ma'ruf nahi munkar, bagaimanapun harus
kita lakukan dengan cara yang baik, sebab kalau tidak begitu, adalah Machiavellisme namanya.
7. "Aktif Dalam Perkembangan Masyarakat Dengan Maksud islah dan Pembangunan Sesuai
Dengan Ajaran Islam"
Kapan pun dan dimana pun Muhammadiyah memang harus selalu aktif dalam
perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu, Muhammadiyah akan kehilangan peran dan akan
ketinggalan oleh sejarah. Tetapi keaktifan Muhammadiyah dalam perkembangan masyarakat,
tidak berarti sekedar ikut arus perkembangan masyarakat, Muhammadiyah adalah kekuatan
ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran.
8. "Kerjasama Dengan Golongan Lain Mana Pun, Dalam Usaha Menyiarkan Dan Mengamalkan
Ajaran Islam Serta Membela Kepentingannya"
Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela kepentingan Islam, bukan hanya tugas
Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat Islam.Karena itu, Muhammadiyah perlu menjalin
kerjasama dengan semua golongan umat Islam. Tanpa kerjasama ini,tidak mudah kita
melaksanakan tugas yang berat ini.
9. "Membantu Pemerintah Serta Kerjasama Dengan Golongan Lain Dalam Memelihara Negara
dan Membangunnya, Untuk Mencapai Masyarakat Yang Adil dan Makmur Yang Diridhai"
Negara Indonesia adalah memiliki semua warga negaranya, termasuk warga
Muhammadiyah. Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di antara semua unsur pemilik
negara, untuk membangun Negara dan bangsa menuju tercapainya masyarakat yang adil dan
makmur yang diridhai Allah.
10. "Bersifat Adil Serta Korektif Ke Dalam dan Keluar, Dengan Bijaksana"
Dengan sifat adil dan korektif, Muhammadiyah tidak senang melihat sesuatu yang tidak
semestinya, dan ingin mengubahnya dengan yang lebih tepat dan lebih baik, meskipun mengenai
diri sendiri. Jadi Muhammadiyah tidak tinggal diam saja dan taqlid. Tetapi koreksi pada diri
sendiri dan ke luar ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus dengan adil
dan bijaksana.
Kesalahan adalah kesalahan, sekalipun ada pada orang atau golongan lain.Bukan sifat
Muhammadiyah tetap bersikukuh membela suatu hal, padahal misalnya jelas-jelas yang
dibelanya itu salah atau tidak baik. (Kamal Pasha dkk, 1971: 58-65).
BAB III
PENUTUP
Demikian yang penulis sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah pemakalah paparkan dapat kami simpulkan bahwa :
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam. Maksud gerakanya ialah
Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan
masyarakat. ‘kepribadian’ berasal dari kata ‘pribadi’ yang berarti manusia sebagai perseorangan.
‘Kepribadian’ (dengan imbuhan ke-an) berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau
suatu bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain. “Kepribadian
Muhammadiyah” ini timbul pada waktu Muhammadiyah dipimpin oleh Bapak Kolonel H.M. Yunus Anis,
ialah pada periode 1959-1962.
Kepribadian Muhammadiyah bukanlah hal (sesuatu) yang baru, Kepribadian Muhammadiyah adalah
sesuatu yang menyatu dalam diri Muhammadiyah yang merupakan karakter / watak Muhammadiyah
yang menjadi ciri Muhammadiyah.
Fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah untuk menjadi landasan, pedoman dan pegangan para
pemimpin, aktifis dan anggota Muhammadiyah dalam menjalankan roda organisasi, gerakan dan amal
usaha agar tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar dan tetap istiqomah kepada cita-cita dan
perjuangan Muhammadiyah serta cara memperjuangkan cita-citanya. Artinya tidak terpengaruh oleh
paham-paham agama lain, ideologi-ideologi lain, aliran-aliran agama lain, isme-isme, gerakan-gerakan
politik, gaya hidup, kebudayaan dan peradaban non muslim serta cara berpikir non muslim.
Dengan demikian, perlu difahamkan kepada warga Muhammadiyah: apakah Muhammadiyah itu
sebenarnya dan bagaimana cara membawa/menyebarluaskannya. Menyebarkan faham Muhammadiyah
itu pada hakekatnya menyebarluaskan Islam yang sebenar-benarnya; dan oleh karena itu, cara
menyebarkannya pun kita perlu mengikuticara-cara Rasulullah saw menyebarkan Islam pada awal
pertumbuhannya.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa haldiantaranya sebagai
berikut ::
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.
2. Hidup manusia bermasyarakat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-
satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai
ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
5. Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi
.B.Saran
Abu-Rabi’, Ibrahim M. Intellectual Origins of Islamic Resurgence in the Modern Arab World. Albany:
State University of New York Press, 1996.
Auda, Jasser. Maqasid al-Syariah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach. London: The
International Institute of Islamic Thought, 1429H/2008 CE