Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN CAP NAFTOL

Pada percobaaan pencapan kain kapas dengan zat warna naftol ini memakai berbagai
macam variasi diantaranya metoda, penggunaan jenis naftol, dan kadar garam diazonium
yang digunakan. Metoda yang digunakan pada pencapan ini adalah metoda pasta cap
naftol dan padding naftol. Pada metoda pasta cap naftol digunakan jenis naftol
monogenetik dengan penggunaan kadar garam diazo …….. g/L. Pada metoda padding
naftol digunakan jenis naftol poligenetik dengan penggunaan kadar garam diazo …… g/L.
Pencapan ini menggunakan zat NaOH 38oBE yang berfungsi untuk merubah naftol
menjadi naftolat yang larut, oleh karena itu harus digunakan pengental yang tahan alkali
seperti alginat. Lalu untuk menetralkan NaOH yang terdapat pada bahan maka digunakan
CH3COOH pada saat pengkoplingan. Pada metoda pasta cap naftol, naftol pertama-tama
dibuat pasta dan dicapkan menggunakan screen kekain sesuai motif dan dikeringkan.
Setelah itu dicelup menggunakan larutan garam diazonium untuk proses pengkoplingan
atau pembangkitan warna dan dipadding menggunakan WPU 80 %. Kain dikeringkan
kembali setelah pengkoplingan.
Sedangkan pada metoda padding naftol, pertama-tama dibuat larutan naftolat dan
kain dicelup dilarutan tersebut dan dipadding dengan WPU 80%, setelah itu dikeringkan.
Kain yang telah kering dicap menggunakan pasta garam diazonium. Setelah semua kain
dicap dilakukan pencucian untuk menghilangkan zat-zat pembantu dan pengental yang
menempel pada kain dan juga naftol ataupun garam diazo yang terdapat pada kain selain
pada motif harus dibersihkan hingga mendapat kain dengan dasar yang putih kembali.
Ikatan yang terjadi pada kain dan zat warna naftol merupakan ikatan fisika yaitu hidrogen
yang tergolong lemah, namun karena zat warna tersebut tidak larut dalam air maka hasil
pencapannya akan tahan terhadap pencucian namun tidak tahan terhadap gosokan dan
sinar.
Jenis naftolat yang dipakai juga akan mempengaruhi arah warna saat pencapan.
Naftol yang berjenis monogenetik akan menghasilkan warna dengan arah sesuai dengan
naftol yang digunakan dan biasanya warnanya akan monoton dan tidak bervariasi.
Sedangkan naftol yang berjenis poligenetik akan menghasilkan warna yang lebih variasi
sesuai garam diazo yang dipakai dan akan menghasilkan warna yang sesuai dengan
keinginan. Kadar garam diazo yang diapakai akan mempengaruhi ketuaan warna pada
kain pencapan karena semakin tinggi kadar garam diazo yang dipakai maka semakin
banyak pula naftol yang terkoplingkan sehingga warnanya akan semakin tua.
Pada pengujian ketahanan cuci, kain yang memiliki ketahanan cuci paling baik adalah
kain dengan resep 2 metoda pad naftol, lalu yang mempunyai ketahanan cuci yang paling
buruk adalah kain dengan resep 1 metoda celup naftol. Karena pada metoda pad naftol
garam diazonium yang dipakai sesuai dengan kebutuhan untuk mengkopling naftol
sehingga ketahanan lunturnya baik. Namun pada dasarnya ketahanan cuci kain lumayan
baik karena zat warna naftol tidak larut dalam air.
Pada pengujian ketajaman motif, motif yang memiliki ketajaman yang paling baik
adalah kain dengan metoda pad naftol. Sedangkan pada metoda celup naftol, motif yang
dihasilkan tidak tajam dan warnanya tidak terfiksasi sehingga hasil celup tergolong jelek,
dan kain warna dasarnya menjadi kuning. Itu dikarenakan kemungkinan saat pencelupan
garam diazo, garam diazonya mewarnai kain diluar motif. Warna yang dihasilkan pada
celup naftol adalah biru dan kuning walaupun zat warna yang digunakan biru dan merah,
itu dikarenakan jenis naftol yang digunakan monogenetic sehingga warna yang dihasilkan
menyesuaikan dengan naftol.
Pada pengujian kerataan warna, warna yang mempunyai kerataan yang paling bagus
adalah kain dengan metoda pad naftol. Kain dengan metoda celup naftol, warna yang
dihasilkan tidak rata dan belang karena naftol yang dipakai kemungkinan sudah
teroksidasi oleh udara karena pada saat pencapan dibiarkan terlalu lama sebelum dicelup
oleh garam diazo sehingga naftol tidak dapat bereaksi lagi dengan garam diazo.
Pada pengujian kekakuan, kain yang paling kaku adalah kain dengan metoda celup
naftol pada resep 1 karena naftolnya sudah teroksidasi, sehingga naftolnya sudah melekat
pada kain dan tidak dapat dibersihkan pada saat pencucian sehingga kainnya menjadi
kaku. Sama halnya dengan kain resep 2.

Anda mungkin juga menyukai