Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MAKALAH

PRINSIP KERJA DAN KEGUNAAN VOLTMETER, AMMETER.


OHMMETER, MULTIMETER ANALOG, MULTIMETER DIGITAL,
DAN OSILOSKOP

KELOMPOK 6

NAMA ANGGOTA

1. ANISA SURYANI (3211701022)

2. MUHAMMAD FARHAN (3211701025)

3. DOLLY HENDRIK RITONGA (3211701019)

DOSEN PENGAJAR : MUHAMMAD ARIFIN, S.Si, M.Si

POLITEKNIK NEGERI BATAM

TAHUN 2017
MAKALAH PRINSIP KERJA DAN KEGUNAAN
VOLTMETER, AMMETER. OHMMETER,
MULTIMETER ANALOG, MULTIMETER DIGITAL,
DAN OSILOSKOP
A. VOLTMETER
1. PENGERTIAN VOLTMETER

Voltmeter adalah alat untuk mengukur besar tegangan listrik dalam


suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak
komponen yang diukur dalam rangkaian. Voltmeter dapat dibuat dari sebuah
galvanometer dan sebuah hambatan eksternal Rx yang dipasang seri. Adapun
tujuan pemasangan hambatan Rx ini tidak lain adalah untuk meningkatkan batas
ukur galvanometer, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tegangan yang
lebih besar dari nilai standarnya.

Sebuah voltmeter dalam diagram rangkaian diwakili oleh huruf V dalam sebuah
lingkaran.Voltmeters dibuat dalam berbagai gaya. Instrumen yang dipasang
secara permanen di panel digunakan untuk memantau generator atau peralatan
tetap lainnya.

Instrumen portable, biasanya dilengkapi juga untuk mengukur arus dan resistan
dalam bentuk multimeter, adalah instrumen uji standar yang digunakan pada
pekerjaan elektrik dan elektronika. Setiap pengukuran yang dapat dikonversi ke
tegangan dapat ditampilkan pada meter yang sesuai dikalibrasi; misalnya
tekanan, suhu, aliran atau tingkat di pabrik proses kimia.

2. PRINSIP KERJA VOLTMETER

Prinsip Kerja Voltmeter hampir sama dengan Amperemeter karena desainnya


juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer
menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana interaksi antara medan magnet
dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang
menggerakan jarum penunjuk sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus
yang melewati kumparan. Makin besar kuat arus akan makin besar
penyimpangannya.

Voltmeter biasanya disusun secara paralel (sejajar) dengan sumber tegangan.


Cara memasang voltmeter adalah dengan menghubungkan ujung sumber
tegangan yang memiliki potensial lebih tinggi (kutub positif) harus
dihubungkan ke terminal positif voltmeter,dan ujung sumber tegangan yang
memiliki potensial lebih rendah (kutub negatif) harus dihubungkan ke terminal
negatif voltmeter.
Desain penyusunan galvanometer dengan hambatan multiplier menjadi
voltmeter dapat dilihat pada gambar berikut.

Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi pada
galvanometer tidak melebihi kapasitas maksimumnya, sehingga sebagian tegangan
akan berkumpul pada multiplier. Dengan demikian kemampuan mengukurnya
menjadi lebih besar.
Jika kemampuannya ingin ditingkatkan menjadi n kali maka dapat ditentukan
berapa besar hambatan multiplier yang diperlukan.

V = tegangan yang akan diukur


VG = Tegangan maksimum galvanometer
RG = Hambatan galvanometer
Rm = Hambatan multiplier

3. CARA MENGGUNAKAN VOLTMETER

Untuk mengukur tegangan kita harus menggunakan voltmeter yang dipasang


paralel terhadap komponen yang kita ukur beda potensialnya. Jadi tidak perlu
dilakukan pemutusan penghantar seperti pada amperemeter.

Pada rangkaian arus searah pemasangan kutub-kutub voltmeter harus sesuai. Kutub
positip dengan potensial tinggi dan kutub negatip dengan potensial rendah.
Biasanya ditandai dengan kabel yang berwarna hitam dan merah atau biru. Bila
pemasangan terbalik akan terlihat penyimpangan yang arahnya ke kiri. Sedangkan
pada rangkaian arus bolak balik tidak menjadi masalah.
Agar lebih jelasnya ini langkah-langkah dalam menggunakan voltmeter :

1. Pasanglah kabel hitam yang sudah ada ke COM (Ground), kemudian pasang pula
kabel merah ke lubang paling kanan yang berada di voltmeter (V/Ohm)
2. Setelah terpasang (kedua kabel yaitu merah dan hitam) sekarang tentukan obyek
yang ingin diukur beda potensialnya. Kali ini kami member contoh menguku
baterai hp n-k-ayang berkapasitas 3,7 Volt
3. Kemudian lihat pada multitester pada bagian V, bagian ini ada dua yaitu:
- DC Volt yaitu tegangan yang searah, contohnya tegangan baterai, teg.
Output IC, dan lain sebagainya (terdapat polaritas + dan -).
- AC Volt yaitu tegangan yang bolak balik, contohnya tengan listrik PLN.
4. Biasanya jika ingin mengukur tegangan lemah seperti tegangan baterai hp
digunakan yang DC Volt.
5. Setelah memilih DC Volt (karena pada contoh ini kami mengambil baterai Hp
untuk obyek pengukuran) ada nilai-nilai yang tertera pada bagian DC Volt, yaitu
:
- 200mV artinya dapat mengukur tegangan maksimal 0,2 V
- V artinya dapat mengukur tegangan maksimal 2 V
- 20 V artinya dapat mengukur tegangan maksimal 20 V
- 200 V artinyan dapat mengukur tegangan maksimal 200 V
- 750 V artinya dapat mengukur tegangan maksimal 750 V
6. Agar pengukuran tegangan berjalan akurat, maka piilihlah nilai yang tepat.
Contohnya untuk mengukur baterai bertegangan 3,76 V maka pilihlah nilai 20
V.
7. Apa bila kita memilih nilai 2 V maka akan tertera 1 tandanya oveeload atau
melebihi skala maksimum.
8. Jika kita memilih nilai 200 V nilai tegangan akan tertera, namun tidak bisa
akurat. Baterai 3,76 V akan tertera 3,6 V
9. Dan jika menggunakan 750 V nilai tegangan pun bisa tertera, naum tentu tidak
akurat. Baterai 3,76 V akan tertera 3 atau 4 V.
10. Jika kita sudah memilih nilai yang tepat maka tempelkan kabel merah ke kutub
positif baterai dan kabel hitam ke kutub negative baterai. Jika kita salah
menempelkan maka didepan nilai tegangan yang tertera akan menjadi negatih (-
)

4. KEGUNAAN VOLTMETER

Volmeter digunakan untuk mengukur tegangan (tekanan listrik) antara dua titik
dalam sirkuit listrik.

Voltmeter bisa digunakan untuk mengukur tingkat tegangan yang ada dalam
batterei. Voltmeter juga digunakan untuk mengukur turunnya tegangan dalam
sirkuit.
B. AMPEREMETER
1. PENGERTIAN AMPEREMETER

Ampermeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari
Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya
antara medan magnet dan kumparan berarus.

Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang
kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan pada
galvanometer. Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel
dengan resistor yang mempunyai hambatan rendah.

Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur ampermeter. Hasil pengukuran akan
dapat terbaca pada skala yang ada pada ampermeter.

2. PRINSIP KERJA AMPEREMETER


Bagaimana cara kerja Ampermeter?
Misalkan Anda akan mengukur kuat arus yang melewati rangkaian pada gambar
1. Misalkan R adalah lampu, maka:

Gambar 1. a. gambar rangkaian sederhana dengan sumber arus dc.


b. rangkaian sebenarnya

Anda harus memasang secara seri ampermeter dengan lampu. Sehingga harus
memutus salah satu ujung (lampu menjadi padam). Selanjutnya hubungkan kedua
ujung dengan kabel pada ampermeter, seperti gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian cara menggunakan Ampermeter


Gambar 3. Multimeter yang dapat digunakan sebagai Ampermeter

Hati-hati saat Anda membaca skala yang digunakan, karena Anda harus
memperhatikan batas ukur yang digunakan. Misalnya Anda menggunakan batas
ukur 1A, pada skala tertulis angka dari 0 sampai dengan 10. Ini berarti saat jarum
ampermeter menunjuk angka 10 kuat arus yang mengalir hanya 1A. Jika
menunjukkan angka 5 berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. Secara umum hasil
pengamatan pada pembacaan ampermeter dapat dituliskan:

Bagaimana jika saat Anda mengukur kuat arus jarum menyimpang melewati batas
ukur maksimal? Ini berarti kuat arus yang Anda ukur lebih besar dari batas ukur
alat. Anda harus memperbesar batas ukur dengan menggeser batas ukur jika masih
memungkinkan. Jika tidak Anda harus memasang hambatan shunt secara paralel
pada Ampermeter seperti pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Rangkaian hambatan Shunt (Rsh) Ampermeter untuk


memperbesar batas ukurnya.
Besar hambatan shunt yang dipasang pada Ampermeter tersebut adalah:

dengan Rsh = Hambatan shunt satuannya (dibaca Ohm)


n = Kelipatan batas ukur
I = Batas ukur sesudah dipasang hambatan shunt (A)
IA = Batas ukur sebelum di pasang hambatan shunt (A)
RA = Hambatan dalam Ampermeter ( )

3. KEGUNAAN AMPEREMETER

Fungsi Amperemeter adalah untuk mengukur kuat arus listrik yang ada dalam
rangkaian tertutup dengan cara menyisipkan amperemeter secara langsung ke
rangkaian.

Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang
berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk
arus yang besar ditambahan dengan hambatan shunt.

C. OHMMETER
1. PENGERTIAN OHMMETER

Ohmmeter adalah alat pengukur hambatan, pada suatu daya yang mampu menahan
aliran arus listrik suatu konduktor. Satuan hambatan pada alat ukur ini yaitu ohm.
Alat pada ohmmeter menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus
listrik yang kemudian di kalibrasikan ke satuan ohm.

Pengukan ini diatur oleh hukum ohm, menyatakan bahwa aliran pada arus listrik
berbanding lurus jumlah tegangan yang kita pakai. Ohmmeter memiliki sirkuit pada
rangkaian listrik yang melewati arus (I) melalui hambatan, dan sirkuit lainnya
mengukur voltase (V) melalui hambatan. Maka dari itu kita menggunakan hukum
ohm, nilai dari hambatan (R) dapat ditulis dengan R = V/I.

2. PRINSIP KERJA OHMMETER

Prinsip kerjanya yaitu tidak jauh berbeda dengan voltmeter dan ampermeter, hanya
saja pada ohmmeter, pada saat melakukan kegiatan pengukuran pada suatu
rangkaian, rangkaian tersebut tidak pada kondisi sedang dialiri arus listrik. Apabila
hal ini tidak dilakukan maka akan merusak ohmmeter itu sendiri.

Pada dasarnya prinsip kerja dari ohm-meter adalah besarnya arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian. Besarnya satuan
hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini
menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada
suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.

George Simon Ohm menemukan sebuah persamaan yang simple, menjelaskan


bagaimana hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan yang saling
berhubungan. Yang secara matematis dapat ditulis persamaan :
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen
elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya.

Sebelum melakukan pengukuran ohmmeter harus dikalibrasi. Cara-cara


mengkalibrasi yaitu :

1. Pastikan Saklar Jangkar (BU = Batas Ukur) pada posisi Ohmmeter


2. Hubungkan kedua Probe (Jumper) alat ukur positif (merah) dan negatif (hitam),
maka jarum akan bergerak menuju angka NOL/ Mendekati NOL
3. Putar Knop Zero Ohm Adjustment, sampai jarum berhenti di angka NOL.
4. Pengukuran tahanan dengan alat ukur dapat di lanjutkan
Setiap kali perpindahan nilai range switch ohmmeter, misalnya dari posisi " x1"
kemudian di pindah pada posisi "x10K". Maka kalibrasi harus di lakukan lagi
(ulangi langkah 1-3). Dikarenakan besar tahanan dalam alat ukur yang berbeda pada
setiap perpindahan nilai range switch. agar hasil pengukuran dapat terbaca dengan
benar dan akurat.

3. KEGUNAAN OHMMETER

Kegunaan ohmmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik
yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor.
Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang
kemudian dikalibrasi ke satuan ohm.

Pada umumnya ohmmeter tidak berdiri sendiri. Amperemeter untuk mengukur


ampere (kuat arus listrik), voltmeter untuk mengukur volt (besar tegangan listrik)
dan ohm meter untuk mengukur ohm (hambatan listrik) menggabungkan fungsi.
Menjadi satu kesatuan yang disebut Avometer (ampere volt meter) atau disebut juga
Multimeter.

D. MULTIMETER ANALOG DAN DIGITAL


1. PENGERTIAN MULTIMETER

Multimeter atau multitester merupakan alat pengukur listri yang disebut sebagai
VOM (volt-Ohmmeter) ada 3 bagian yaitu mengukur tegangan(volt meter),
mengukur hambatan (ohmmeter), dan mengukur arus (amperemeter). Multimeter
atau multitester mempunyai 2 jenis yaitu:

1. Multimeter digital
Multimeter elektronik dengan tampilan bilangan desimal yang berada pada
lcd multimeter dan tingkat akursi makin tinggi di bandingkan dengan
multimeter anlag.
2. Multimeter analog
Menggunakan skala dengan penunjuk jarum untuk menunjukan nilai
kuantitas yang diukur. Bisa menngecek kerusakan pada rangkaian dan
komponen lebih mudah

Umumnya sebuah multimeter elektronik mengandung elemen-elemen berikut :

1. Penguat dc jembatan setimbang (balanced bridge dc amplifier) dan alat


pencatatan
2. Pelemah masukan atau saklar rangkuman (RANGE), guna membatasi
tegangan masukkan pada nilai yang diinginkan.
3. Rangkaian penyearah, untuk mengubah tegangan masukkan ac ke dc yang
sebanding.
4. Batere internal dan rangkaian tambahan, guna melengkapi kemampuan
pengukuran tahanan.
5. Saklar fungsi (FUNGSI), untuk memilih berbagai fungsi pengukuran
dari instrument tersebut.

Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting,


diantanya adalah :
1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe

Gambar dibawah ini adalah bentuk multimeter analog dan multimeter digital
beserta bagian-bagian pentingnya
Cara Menggunakan Multimeter untuk Mengukur Tegangan, Arus listrik dan
Resistansi

2. PRINSIP KERJA MULTIMETER ANALOG

AVO Meter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk


memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi.
Keakuratan hasil pengukuran dari AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar dari
skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol,
jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVO Meter Analog,
kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan (paralax).

Adapun cara menggunakan multitester analog ini ialah sebagai berikut :


a) Jika saklar menunjuk pada ohm meter dapat digunakan
mengukur: Transistor, Tahanan, Potensiometer, VR (Variabel Resistor),
Kondensator, LS, Kumparan, MF dan trafo, mengukur Kabel, dsb.
b) Jika saklar menunjuk pada DC Volt (dcv) dapat digunakan mengukur
 Arus dalam suatu rangkaian (arus dc)
 Mengukur (menguji) accu atau batere
c) Jika saklar menunjuk pada AC Volt (acv) dapat dipakai untuk mengukur
kuat tegangan AC, ada dan tidaknya arus listrik.
d) Jika saklar menunjuk pada DC ampere dapat dipakai untuk mengukur
berapa banyakampere pada accu maupun batere atau catu daya (adaptor).

Pedoman memilih skala pengukuran :

Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran,
semua skala dapat digunakan untuk membaca, hanya saja tidak semua skala dapat
memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai
baterai 9 volt dc, kemudian kita mengatur saklar pemilih untuk memilih skala
tegangan dc pada posisi 2,5 dan menghubungkan terminal merah dengan positif (+)
baterai dan hitam dengan negatif (-) baterai. apa yang akan terjadi? jarum akan
bergerak ke ujung kanan dan tidak menunjukkan angka 9volt, mengapa demikian?
sebab nilai maksimal yang dapat diukur bila kita memposisikan saklar pemilih pada
skala 2.5 adalah hanya 2.5 volt saja, sehingga untuk mengukur nilai 9volt maka
saklar harus di putar menuju skala yang lebih besar sari nilai tegangan yang di ukur,
jadi putar pada posisi 10 dan alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan

3. PRINSIP KERJA MULTIMETER DIGITAL

Sistem multimeter digital Yaitu sistem mengubah analog menjadi digital. Dalam
artian kata pengukuran dilakukan secara analog ( menggunakan bahasa biner) . lalu
diubah menjadi digital (bahasa decimal).

Prinsip kerja Banyak masukan, terutama yang berasal dari transduser, merupakan
isyarat analog yang harus disandikan menjadi informasi digital sebelum masukan
itu diproses, dianalisa atau disimpan didalam kalang digital. Pengubah mengambil
masukan, mencobanya, dan kemudian memproduksi suatu kata digital bersandi
yang sesuai dengan taraf dari isyarat analog yang sedang diperiksa. Keluaran digital
bisa berderet (bit demi bit) atau berjajar dengan semua bit yang disandikan disajikan
serentak. Dalam sebagian besar pengubah, isyarat harus ditahan mantap selama
proses pengubahan.

Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan
lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4
digit sehingga mudah membaca dan memakainya.

1. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur
siap dipakai.
2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah
disambungkan dengan alat ukur.
3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya
terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.

4. KEGUNAAN MULTIMETER DIGITAL DAN MULTIMETER


ANALOG

Untuk multimeter analog banyak fungsi dari avo meter itu sendiri yaitu :

 Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)


Dapat dilakukan dengan cara :
1) Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV
2) Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur.
Jika ingin mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt
(khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka
disarankan untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
3) Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe
Merah pada terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal
Negatif (-). Hati-hati agar jangan sampai terbalik.
4) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

 Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)


Dapat dilakukan dengan cara :
1) Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV
2) Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika
ingin mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus
Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka
disarankan untuk memilih skala tegangan yang tertinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
3) Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk
Tegangan AC, tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

 Mengukur Arus Listrik (Ampere)


Dapat dilakukan dengan cara :
1) Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA
2) Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus
yang akan diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke
300mA (0.3A). Jika Arus yang diukur melebihi skala yang dipilih,
maka sekering (fuse) dalam Multimeter akan putus. Kita harus
menggantinya sebelum kita dapat memakainya lagi.
3) Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4) Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita
putuskan tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan
Probe Hitam ke Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang
akan kita ukur. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini.
5) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

 Mengukur Resistor (Ohm)


Dapat dilakukan dengan cara :
1) Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)
2) Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya
diawali ke tanda “X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter
Analog)
3) Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi
boleh terbalik.
4) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog
Multimeter, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

E. OSILOSKOP
1. PENGERTIAN OSILOSKOP

Osiloskop sinar katoda (cathode ray Osscilloscope, selanjutnya disebut CRO)


adalah instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang
digunakan untuk pengukuran dan anlisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain
dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat
grafik atau gambar (ploter) X-Y yang sangat cepat yang Memperagakan sebuah
sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap waktu. Pena (“stylus”) Plotter
ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui permukan layar dalam
memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.

Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu x atau masukan horizontal adalah
tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal , atau basis
waktu (time base) yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri
kekanan melalui permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan
kesumbu Y atau masukan vertikal CRO, menggerakkan bintik ke atas dan
kebawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya bintik tersebut
menghasikan jejak berkas gambar pada layar yang menunjukkan variasi tegangan
masukan sebagai fungsi dari waktu.

Bila tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat gambar akan
kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO
melengkapi suatu cara pengamatan yang berubah terhadap waktu.

Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambar visual dari berbagai


fenomena dinamik melalui pemakaian transducer yang mengubah arus, tekanan,
tegangan, tempratur, percepatan, dan banyak besaran fisis lainnya menjadi
tegangan.

CRO di gunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan


besaran lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke
frekuensi yang sangat tinggi. Pencatatan kejadian ini dapat di lakukan oleh kamera
khusus yang di tempelkan pada CRO guna penafsiran kuantitatif.

Cara Penggunaan Osiloskop yaitu :

Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel
dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian
yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus
mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas,
kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi
yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana.
Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp
dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan
menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan
persegi pada layar.

Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu
kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak
ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal
mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih
belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah
knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas
berupa potensio dengan label "var".
a) Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut: Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan),
disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi
radio atau jala-jala.
b) Memastikan probe dalam keadaan baik.
c) Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
d) Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div
pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan
skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan
masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala
Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
e) Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
f) Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang
stabil.
g) Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
h) Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

Cara mengkalibrasi Osiloscope yaitu :


1. Masukan Kabel Power Pada Socket In Put 220 V Yang Terdapat Pada Bagian
Belakang Osiloscope.
2. Masukan Socket Probe Osiloscope Pada Chanel 1 ( X ) atau Chanel 2 ( Y ).
3. Masukan Kabel Power ( Steker ) Pada Stop Kontak.
4. Atur MODE Pada Chanel 1 ( X ) atau Chanel 2 ( Y ).
5. Atur COUPLING Pada AC / DC & SOURCE Pada Chanel 1 ( X ) atau Chanel
2 ( Y ).
6. Hidupkan Osiloscope Dengan Menekan Tombol Power & Lampu Indikatorpun
Akan Menyala.
7. Kalau Di Layar Osiloscope Belum Ada Tampilan Garis Horisontal Maka Atur
HOLDOFF Pada Posisi AUTO & Pada LEVEL Tombol LOCK Di Tekan.
8. Setelah Ada Tampilan Garis Horisontal Pada Layar Osiloscope Atur Focus &
Intensitas Cahaya Agar Tampilan Gelombang Enak Di Lihat.
9. Hubungkan Ujung Probe Osiloscope Pada Calibrasi ( CAL ), Maka Pada Layar
Akan Tampil Gambar Gelombang ( Gelombang Kotak ).
10. Atur Posisi Vertikal & Horisontal Gelombang Agar Mudah Dalam Melakukan
Penghitungan ( Perioda, frekuensi & Volt Peak to Peak ) Untuk
PengKalibrasian Osiloscope.
11. Atur Volt / Div Pada Posisi 1 V & Time / Div Pada 0,5 mS ( .5 mS ).
12. Tinggi Gelombang Harus 2 Div Karena Pada Kalibrasi Tercatat 2 Vpp, Kalau
Tidak Sampai 2 Vpp Atur Variable Pada Chanel 1 ( X ) atau Chanel 2 ( Y )
Untuk Mengatur Tinggi Gelombang Agar Mencapai 2 Vpp.
13. Panjang 1 Gelombang Penuh Harus 2 Div Horisontal.

2. PRINSIP KERJA OSILOSKOP

Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop


terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube
(CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART -
analog real time oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital storage osciloscope),
masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun
praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing
agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam
kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang
diperiksa atau diuji kinerjanya.
1. Osiloskop Analog
Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas
electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop
langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut. Osiloskop tipe waktu nyata
analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui
gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT
-cathode ray tube) dari kiri ke kanan.

Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif


lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya
yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang
dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik
seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks,
misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo.
Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum
terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang
yang frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz).

Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai
contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi
daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard
HP 54600. Pada gambar ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osiloskop
analog.

2. Osiloskop Digital
Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan
menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran
tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital. Dalam osiloskop digital,
gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan
didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama
sama dengan skala waktu gelombangnya di memori.

Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian


banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai
dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang
disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas
akuisisi gelombang dan pengukurannya.

Penyimpanan gelombang membantu menangkap dan menganalisis aktivitas siyal


yang penting. Jika kemampuan teknik pemicunya tinggi secara efisien dapat
menemukan adanya keanehan atau kondisi – kondisi khusus dari gelombang yag
sedang diukir.

3. KEGUNAAN OSILOSKOP

Osiloskop memiliki beberapa kegunaan yaitu :

1. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.


2. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
4. Membedakan arus AC dengan arus DC.
5. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap
waktu.
6. Osiloskop juga dipakai dalam pengukuran rangkaian elektronik seperti
stasiun pemancar radio, TV, atau dalam kegunaan memonitor frekuensi
elektronik misalnya di rumah sakit dan untuk kegunaan-kegunaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://en.wikipedia.org/wiki/Voltmeter

https://id.wikipedia.org/wiki/Voltmeter

http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-voltmeter/

http://www.panduanlengkap.com/cara-menggunakan-voltmeter.html

https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=12&idmat
eri=98&lvl1=2&lvl2=1&lvl3=0&kl=10

https://id.wikipedia.org/wiki/Ohm-meter

http://usaha321.net/cara-kerja-ohmmeter.html

http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-amperemeter/

http://www.fisikainfo.com/2015/03/prinsip-kerja-dan-cara-kerja-avo-
meter.html

Anda mungkin juga menyukai