Disusun Oleh:
Alma Savera 22020116130059
Sang Ayuning Jati Wijayanti 22020116130091
Niswatul Imtinan Firstayude 22020116140055
Unzilla Oktavianing Edna 22020116140058
Regina Aprilia Roberto 22020116140092
Dinda Arimbi Mutiarasari 22020116140117
Kelas A.16.2
A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan suatu keadaan dimana jumlah eritrosit atau kadar hemoglobin
menurun. Seorang ibu hamil dikatakan mengalami anemia apabila kadar konsentrasi
hemoglobin kurang dari 11 gr%. Kejadian anemia pada ibu hamil dapat disebabkan oleh
pendidikan ibu, pengetahuan terkait anemia, jarak kehamilan yang terlalu pendek, paritas
yang terlalu banyak, faktor usia serta jarak kehamilan (Meylanda Adipati, 2013). Anemia
pada kehamilan sering disebut sebagai “Potential Danger to Mother and Child” (potensional
membahayakan ibu dan anak) (Wijaya, 2013). Hal ini dikarenakan anemia menjadi
penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi saat melahirkan. Perdarahan menempati
posisi pertama penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2010-2013
sedangkan infeksi berada pada urutan ketiga penyebab kematian ibu (Direktorat Kesehatan
Ibu, 2014). Selain menjadi penunjang utama penyebab kematian ibu, kejadian anemia pada
ibu hamil terbukti mempengaruhi berat badan lahir bayi. Bayi dengan ibu anemia cenderung
memiliki berat lahir yang rendah (<2500 gr). Hal ini berhubungan dengan status gizi, pola
makan serta asupan zat besi ibu selama mengandung.
Penanganan yang tepat terhadap ibu hamil dengan anemia perlu diketahui dan
diterapkan dengan baik oleh profesi kesehatan khususnya profesi keperawatan. Perawat
berperan aktif mencegah dan menangani kejadian anemia pada ibu hamil dengan
menerapkan intervensi yang sesuai dengan situasi yang ada. Maka dari itu diperlukan dasar
atau pengetahuan yang benar sebelum merumuskan atau memilih intervensi yang tepat saat
menangani ibu hamil dengan anemia. Tindakan asuhan keperawatan yang tepat pada ibu
hamil dengan anemia diharapkan dapat menekan angka kematian ibu dan kejadian bayi berat
lahir rendah (BBLR).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi anemia pada kehamilan
2. Untuk mengetahui etiologi anemia pada kehamilan
3. Untuk mengetahui patofisiologi anemia pada kehamilan
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis anemia pada kehamilan
5. Untuk mengetahui klasifikasi anemia pada kehamilan
6. Untuk mengetahui pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia pada kehamilan
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan anemia pada kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu yang memiliki kadar hemoglobin
dibawah 11 gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr % pada trimester 2, nilai
batas tersebut dan perbedaanya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodelusi, terutama pada trimester 2. Anemia umumnya yang dijumpai pada kehamilan
adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan besi dalam makanan.
Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya
zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi
sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan
sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang
dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan
yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap
untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah
11 gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas
tersebut dan perbedaanya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi,
terutama pada trimester 2. Penyebab anemia sendiri yaitu zat besi yang masuk melalui
makanan tidak mencukupi kebutuhan, meningkatnya kebutuhan tumbuh zat besi,
terutama ibu hamil, masa tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti
tubercolosis dan infeksi lainnya, dan perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang, malaria, haid yang berlebihan dan melahirkan (Tambunan, 2011)
B. ETIOLOGI
Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil adalah meningkatnya jumlah kebutuhan zat besi guna
pertumbuhan janin bayi yang dikandungnya. Jika sang ibu mengalami kondisi di bawah ini
maka akan menyebabkan anemia (Manuaba I. B., 2001)
a. Kurangnya asupan zat besi yang dibutuhkan pada makanan yang dikonsumsi oleh sang
ibu
b. Pola makan sang ibu yang cenderung terganggu akibat mual yang dirasakan selama masa
kehamilan
c. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada sang ibu yang diakibatkan
oleh persalinan sebelumnya maupun menstruasi
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu : (Manuaba I. B., 2001)
a. Hipervolemia, menyebablan terjadinya pengenceran darah
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
c. Kurangnya zat besi dalam makanan
d. Kebutuhan zat besi meningkat
e. Gangguan pencernaan dan absorbs
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari anemia pada kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat
besi sangat bervariasi walaupun tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda gejala seperti
letih, sering mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat,
konjungtiva, bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah (Varney , 2006)
Gejala-gejala lain dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin <
7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang,
nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
(Manuaba I. B., 2001).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya):
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
a. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur.
b. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi
saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
c. Pemberian preparat fe:
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat: asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan: mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah (Morgan & dkk, 2009).
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
a. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
b. Kaji riwayat keluarga
c. Periksa kadar hematokrit pada awal kunjungan, yaitu 28 minggu kehamilan dan 4
minggu setelah memulai terapi. Atasi tanda-tanda anemia. Konsultasikan ke dokter
bila:
1) Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
2) Tidak berespons terhadap terapi setelah 4-6 minggu
3) Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27% (Loowdermilk & dkk, 2005).
2. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
a. Morfologi
1) Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
2) SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
3) SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
b. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
1) Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi.
2) Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal
dan sehat.
3) Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah,
namun masih normal.
4) Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
a) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
b) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release,
seperti Slow-Fe setiap hari
5) Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
a) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
b) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.
c) Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan
pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
6) Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
a) Periksa adanya pendarahan samar atau infeksi.
b) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing, dan mata berkunang-kunang
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan, dan riwayat
penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat memungkinkan terjadinya
anemia
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Biasanya ditemukan kehamilan pada usia muda dan kehamilan yang berdekatan
4. Kebutuhan Dasar Manusia
a. Kebutuhan aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas,
penurunan semangat untuk bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnae, dispnea pada waktu bekerja atau istirahat, letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot,
penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat, angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan), riwayat endokarditis
infektif kronis, palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda :
- TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural.
- Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia.
- Bunyi jantung : murmur sistolik
- Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku (pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik) atau
kuning lemon terang.
- Sklera : biru atau putih seperti mutiara, pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi
- Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
- Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur.
c. Kebutuhan Budaya dan Spiritualitas
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. Kebutuhan Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom malabsorpsi,
hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare atau konstipasi, dan penurunan
volume urine.
Tanda : distensi abdomen.
e. Kebutuhan Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring),
mual/muntah, dispepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan, tidak pernah puas
mengunyah, peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya.
Ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi seperti sayuran
berdaun hijau, daging merah dan tidak mengkonsumsi tablet Fe.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12),
membran mukosa kering, pucat. Turgor kulit buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir selitis, misalnya inflamasi
bibir dengan sudut mulut pecah.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah (parestesia tangan/kaki), klaudikasio,
sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastic). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan
rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis.
g. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
Gejala : nyeri abdomen samara, sakit kepala
h. Kebutuhan Oksigenasi
Gejala : riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Kebutuhan Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terpajan pada
radiasi (baik terhadap pengobatan atau kecelakaan), riwayat kanker, terapi kanker,
tidak toleran terhadap dingin dan panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum, ptekie
dan ekimosis (aplastik).
j. Kebutuhan Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore, hilang libido
(pria dan wanita), impoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun, nadi menurun, pernapasan
lambat.
1) Kepala
a) Rambut : Biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah
b) Mata : Biasanya konjungtiva anemis dan skelera tidak ikterik
c) Mulut : Biasanya bibirnya pucat dan membran mukosa kering
2) Abdomen
Inspeksi : pembesaran perut tidak sesuai usia kehamilan
Palpasi : tidak teraba jelas bagian janinya
Auskultrasi : denyut jantung janin antara 120-130 kali/menit
3) Ekstremitas CRT>2 detik, terdapat varises di kaki, tidak ada edema, dan akral
biasanya dingin
b. Pemeriksaan Laboraturium (Ihsan, 2017).
J. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter yang dingunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi
anemia (Supariasa I. D., 2002). Keuntungan metode pemeriksaan Hb adalah mudah,
sederhana dan penting bila kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan sedangkan
keterbatasan pemeriksaan Hb adalah spesifitasnya kurang yaitu sekitar 65- 99% dan
sensifitasnya 80-90% (Riswan, 2003). Anemia pada ibu hamil berdasarkan pemeriksaan dan
pengawasan Hb dengan Sahli dapat digolongkan berdasarkan berat ringannya terbagi
menjadi : anemia berat jika Hb 7gr %, anemia sedang jika kadar Hb antara 7 sampai 8 gr %
dan bila anemia ringan jika kadar Hb antara 9 sampai 10 gr % (Manuaba I. B., 2001). Metode
yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli dan
sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di beberapa Rumah sakit. Pada metode sahli,
hemoglobin dihidrolisis dibentuk dengan HCL menjadi forroheme oleh oksigen yang ada di
udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CL membentuk
Ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang
terbentuk ini dibandingkan dengan warna standard, karena membandingkan pengamatan
dengan mata secara langsung tanpa menggunakan alat, maka subjektivitas hasil pemeriksaan
sangat berpengaruh hasil pembacaan (Supariasa, 2001)
Ihsan, A. H. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Anemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Belimbing Kota Padang. Jurnal Poltekkes Kemenkes Padang.
Kusuma, Hardi, & Nurarif, A. H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
dan NANDA. Jakarta.
Loowdermilk, & dkk. (2005). Buku Ajar Keperawtan Maternitas. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan . Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (2001). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC .
Manuaba, I. B. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC.
Meylanda Adipati, F. K. (2013). Faktor Risiko Kehamilan Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado.
JIDAN .
Morgan, G., & dkk. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Riswan, M. (2003). Anemia Defisiensi Besi Pada Wanita Hamil di Beberapa Praktek Bidan
Swasta Dalam Kota Madya Medan. Jurnal Penelitian.
Supariasa, I. D. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tambunan, D. M. (2011). Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang
Beruhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kabupaten Asahan Tahun 2011.
Wijaya, R. S. (2013). Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi Periode 19 April 2013 - 31
Mei 2013. The Jambi Medical Journal.