Anda di halaman 1dari 42

PROBLEM PRODUKSI SCALE DENGAN CARA

MENGINJEKSIKAN SCALE INHIBITOR WELLBORE

DISUSUN OLEH

Nama : M Syaiful Himawan


NIM : 1501011
Kelas : T Perminyakan REG A 2015

JURUSAN S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS
BUMI
BALIKPAPAN
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
pencegahan terbentuknya scale dengan cara menginjeksikan scale inhibitor
kedalam sumur produksi ini.

Dengan tersusunnya makalah ini, penyusun mengucapkan terima kasih


kepada :
1.Bapak Drs.Ec.Sugiono,MM selaku dosen mata kuliah metode peniulisan ilmiah.
2.Rekan – rekan serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu – persatu
yang telah membantu sehingga makalah pencegahan terbentuknya scale dengan
cara menginjeksikan scale inhibitor kedalam sumur produksi ini dapat
terselesaikan.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, sehingga penyusun mengharapkan saran dan kritik yang kontruktif
dan inovatif dari para pembaca demi untuk kesempurnaan di dalam berbagai
aspek dari laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat
bermanfat bagi kita semua, khususnya Mahasiswa Teknik Perminyakan dalam
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Amin.

Balikpapan, 26 Mei 2018

M Syaiful Himawan

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I . PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Perumusan masalah ............................................................ 2
1.3 Tujuan penelitian .................................................................. 3
1.4 Manfaat penelitian ................................................................ 3

BAB II. DASAR TEORI ........................................................................... 4


2.1 Pengertian air formasi .......................................................... 4
2.1.1 Sifat-sifat air formasi.................................................... 4
2.2 Pengertian scale..................................................................... 5
2.2.1 Jenis scale dan faktor yang berpengaruh ...................... 6
2.2.2 Air pembentuk scale .................................................... 10
2.2.3 Penyebab dan akibat pembentuk scale ......................... 13
2.2.4 Lokasi pengendapan scale ........................................... 14
2.2.5 Penanganan masalah scale ........................................... 15
2.3 Pengertian scale inhibitor ..................................................... 17
2.3.1 Tipe scale inhhibitor..................................................... 17
2.3.2 Pemilihan scale inhibitor .............................................. 18
2.3.3 Jenis-jenis scale inhibitor ............................................. 19
2.3.4 Metode treatmentscale inhibitor ................................... 20

iii
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 22
3.1 Rancangan penelitian ............................................................ 22
3.2 Waktu dan tempat penelitian .................................................. 22
3.3 Batasan penelitian .................................................................. 22
3.4 Instrumen penelitian ............................................................... 23
3.4.1 Alat ............................................................................... 23
3.4.2 Bahan ............................................................................ 25
3.5 Teknik pengumpulan data ...................................................... 27
3.6 Teknik analisa data ................................................................. 28
3.6.1 Prosedur percobaan dan perhitungan ......................... 28
3.6.2 Grafik hasil analisa air ............................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ilustrasi endpan sedimen ...................................................... 6


Gambar 3.1. Labu ukur ............................................................................. 23
Gambar 3.2. PH paper slip ........................................................................ 23
Gambar 3.3. Pipet tetes ............................................................................. 24
Gambar 3.4. Statis dan buret tritasi ........................................................... 24
Gambar 3.5. Larutan buffer....................................................................... 25
Gambar 3.6. Larutan indicator .................................................................. 25
Gambar 3.7. Larutan H₂SO₄ ...................................................................... 26
Gambar 3.8. Larutan AgNO₃ .................................................................... 26

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komponen utama dan sifat fisik air ..................................... 7


Tabel 2.2. Sifat fisik air murni .............................................................. 7
Tabel 2.3. Jenis komponen endapan scale............................................. 8
Tabel 2.4. Klasifikasi pengendapan scale ............................................. 9
Tabel 2.5. Endapan scale yang umum terdapat dilapangan minyak ..... 10
Tabel 3.1. Harga konsentrasi komponen ............................................... 32
Tabel 3.2 Indeks stabilitas .................................................................... 34
Tabel 3.3. Perhitungan tenaga ion ......................................................... 34
Tabel 3.4. Harga faktor k dan suhu ....................................................... 35

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air formasi disebut pula dengan oil field water atau connate
water atau interstitial water yaitu air yang terproduksi bersama-sama dengan
minyak dan gas, karena adanya gaya dorong dari air (water drive) yang
mengisi pori-pori yang ditinggalkan minyak. Air formasi hamper selalu
ditemukan di dalam reservoir hidrokarbon. Air formasi diperkirakan berasal
dari laut yang ikut terendapkan bersama dengan endapan sekelilingnya,
karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak terjadi pada lingkungan
pengendapan laut.
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses
produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga
mempunyai kegunaan cukup penting, antara lain :
1. Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu
sumur.
2. Untuk mengetahui adanya scale formation
3. Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan
yodium dan barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk
mengetahui adanya reservoir minyak yang cukup besar.
Pada dasar permukaan sumur yang erupakan salah satu pemasalahan
yang sering timbul di industri perminyakan. Scale merupakan suatu
deposit dari senyawa-senyawa organik yang terendapkan dan membentuk
tibunan kristal pada suatu pemukaan substansi. Dalam industri
perminyakan jenis scale CaCO3 merupakan scale yang paling sering
ditemui. Pembentukan scale ini mampu mempengaruhi operasi produksi
minyak bumi karena dapat menyebabkan menyempitnya pipa dan
rusaknya peralatan pemboran.

1
Scale merupakan endapan kristal yang menempel pada matrik batuan
maupun pada dinding-dinding pipa dan peralatan di permukaan, seperti
halnya endapan yang sering kita jumpai pada panci ataupun ketel untuk
memasak air. Adanya endapan scale akan berpengaruh terhadap penurunan
laju produksi produksi.
Terbentuknya endapan scale pada lapangan minyak berkaitan erat
dengan air formasi, dimana scale mulai terbentuk setelah air formasi ikut
terproduksi ke permukaan. Selain itu jenis scale yang terbentuk juga
tergantung dari komposisi komponen-komponen penyusun air formasi.
Mekanisme terbentuknya kristal-kristal pembentuk scale berhubungan
dengan kelarutan masing-masing komponen dalam air formasi. Sedangkan
kecepatan pembentukan scale dipengaruhi oleh kondisi sistem formasi,
terutama tekanan dan temperatur. Perubahan kondisi sistem juga akan
berpengaruh terhadap kelarutan komponen.
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan keterkaitan pembentukan scale
dengan kedua hal tersebut, baik karakteristik air formasi maupun kondisi
reservoir, identifikasi terbentuknya scale berdasarkan mekanisme
pembentukan, lokasi terbentuknya dan komposisi scale yang terbentuk
serta metode pencegahan dan penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan air formasi?


2. Apa yang menyebabkan scale dapat terjadi?
3. Apa saja jennis-jenis scale yang terbentuk dalam proses pendistribusian
minyak mentah?
4. Bagaimana cara mengatasi masalah scale?
5. Bagaimana mekanisme reaksi scale inhibitor?

2
1.3 Tujuan Penelitian

1. Memahami dan mengerti air formasi.


2. Mengetahui penyebab scale dapat terjadi.
3. Memahami dan mengerti jenis-jenis dari scale.
4. Mengetahui dan memahami cara mengatasi terjadimya scale.
5. Mengetahui mekanisme reaksi dari scale inhibitor.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Dapat mengetahui pengertian dari air formasi berupa scale.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis scale.
3. Dapat mengetahui cara menghambat pembentukan scale pada air formasi.
4. Dapat mengetahui terbentuknya endapan scale pada lapangan minyak.
5. Dapat mengetahui reaksi dari scal inhibitor apa saja.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Air Formasi


Air formasi adalah air yang terperangkap pada lapisan atau formasi batuan
bawah tanah.Air formasi ini berasal dari connate water yang bermigrasi
melalui lapisan-lapisan tanah ataupun terserap melalui lapisan batuan.Connate
water merupakan air laut pada zaman dahulu yang terkubur selama lapisan
batuan tersebut terbentuk.Air formasi yang bergabung dengan minyak bumi di
dalam reservoir disebut dengan air lapangan minyak (oil field water).Natrium
dan klorida merupakan ion yang terkandung dalam jumlah terbesar pada air
formasi.Ion-ion sulfat, bikarbonat, karbonat, kalsium, magnesium dan
terkadang barium juga terdapat dalam jumlah yang besar (OSTROFF, 1979).

2.1.1 Sifat-sifat air formasi


Adapun sifat dari air formasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu sifat
air formasi secara fisika dan secara kimia.
1. Sifat Fisik Air Formasi
Air formasi hampir selalu dijumpai bersama-sama dengan
endapan minyak. Sering dijumpai dalam produksi suatu sumur
minyak justru jumlah produksi air formasi lebih besar dari
produksi minyaknya. Seperti pada gas dan minyak, maka sifat-
sifat fisik air formasi meliputi :
a. Densitas Air Fomasi (ρw)
b. Viskositas Air Formasi (µw)
c. Faktor volume formasi air formasi (Bw)
d. Kompressibilitas Air Formasi (Cw)
e. Kelarutan Gas dalam Air Formasi

4
2. Sifat Kimiawi
Sifat kimiawi,meliputi:
a.. Bersifat asam
b. Bersifat basa

2.2 Pengertian Scale


Kerak (scale) merupakan masalah yang cukup kompleks dan selalu terjadi
di lading-ladang minyak. Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari
senyawa-senyawa anorganik yang terendapkan dan membentuk Kristal pada
permukaan suatu subtansi (ASNAWATI, 2001).
Mineral kerak seperti CaSO4, FeCO3, CaCO3, dan MgSO4 sering ditemui
dalam operasi produksi minyak bumi. Senyawa-senyawa ini dapat larut dalam
air.Kerak CaCO3 merupakan kerak yang paling sering ditemukan pada operasi
produksi minyak bumi.Pembentukan kerak ini berakibat berkurangnya
produktivitas sumur karena tersumbatnya penorasi, pompa, valve, dan fitting
serta aliran. Penyebab terbentuknya deposit kerak adalah terdapatnya
senyawa-senyawa tersebut dalam air dengan jumlah yang melibihi kelarutanya
pada keadaan kesetimbangan. Factor utama yang berpengaruh besar pada
kelarutan senyawa-senyawa pembentuk kerak ini adalah kondisi fisik
(tekanan, temperatur, konsentrasi ion-ion lain dan gas terlarut).
Adanya endapan scale pada komponen-komponen diatas dapat
menghambat aliran fluida baik dalam formasi,lubang sumur maupun pipa-pipa
dalam pemboran. Pada matriks formasi endapan scale akan menyumbat aliran
dan menurunkan permeabilitas batuan,sedangkan pada pipa,hambatan pipa
teerjadi karena penyempitan volume alir fluida serta penambahan kekerasan
permukaan pipa bagian dalam,seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

5
Gambar 2.1 Ilustrasi Endapan Sedimen
2.2.1 Jenis scale dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukannya
Senyawa-senyawa yang berbentuk padatan dan mempunyai
kecendrungan untuk membentuk endapan scale antara lain adalah kalsium
karbonat (CaCO₃),gipsum atau kalsium sulfat (CaSO₄,2H₂O) dan barium
sulfat (BaSO₄). Endapan scale yang lain adalah stronsium sulfat (SrSO₄)
yang mempubyai intensitas pembentukan rendah dan kalsium sulfat
(CaSO₄),yang biasa terbentuk pada peralatan pemanas,yaitu boilers dan
heater traters serta scale dengan komponen besi,seperti iron carbonate
(FeCO₃),iron sulfide (FeS) dan iron oxide (Fe₂O₃).
Scale dapat dikenali dengan mengklarifikasinya berdasarkan komposisi
yang membentuk scale dan jenis pengendapannya. Berdasarkan
komposisinya,secara umum scale dibedakan menjadi scale karbonat,scale
sulfat,serta campuran dari keduanya. Sedangkan berdasarkan jenis
pengendapannya.

6
Tabel 2.1 Komponen utama dan sifat fisik air formasi

Tabel 2.2 Sifat fisik air murni

7
Tabel 2.3 Jenis komponen endapan scale
Scale dapat dikenali dengan mengklasifikasinya berdasarkan
komposisi yang membentuk scale dan jenis pengendapannya.
Berdasarkan komposisinya,secara umum scale dibedakan menjadi scale
karbonat,scale sulfat,serta campuran dari keduanya. Sedangkan
berdasarkan jenis pengendapannya,klasifikasi scale dapat dilihat pada
tabel 2.4 berikut.

8
Tabel 2.4 Klasifikasi Pengendapan Scale
Dari sekian banyak jenis scale yang dapat tetrbentuk,hanya sebagian
kecil yang seringkali dijumpai pada industri perminyakan. Tabel 2.5
menunjukkan jennis-jenis scale yang umum terdapat dilapangan.

9
Tabel 2.5 Endapan scale yang umum terdapat dilapangan minyak

2.2.2 Air Pembentuk Scale


Kelarutan didefinisikan sebagai batas jumlah suatu zat terlarut yang
dapat dilarutkan dalam pelarut di bawah kondisi fisik tertentu.Senyawa
kimia terdapat dalam larutan sebagai ion.Kombinasi tertentu ion ini
adalah senyawa-senyawa yang memiliki kelarutan yang sangat kecil
dalam air.Air memiliki kapasitas terbatas untuk mencegah senyawa ini
mengendap dari larutan. Oleh karena itu, pengendapan yang dapat
membentuk kerak akan terjadi jika air mengandung ion yang mampu
membentuk senyawa dengan kelarutan terbatas dan adanya perubahan
dalam kondisi fisik atau komposisi air yang menurukan kelarutan
dibawah konsentrasi yang ada.

10
Endapan dapat berupa suspense dalam air, atau dapat membentuk
kerak yang koheren di permukaan seperti dinding pipa.Pembentukan
kerak mungkin terjadi dengan penyaringan partikel tersuspensi dari
dalam air.Kerak padat dapat pada pembentuk permukaan.Kesulitan
penghapusan dapat bervariasi dengan jenis kerak yang telah terjadi
(PATTON, 1995).
Stiff & Davis Stability Index(S&DSI) adalah metode yang digunakan
untuk memprediksikan stabilitas kalsium karbonat dalam air. S&DSI ini
dapat memprediksikan keadaan kalsium kabonat cenderung untuk
membentuk endapan, larut atau berada pada kesetimbangan dengan air
(ARIYANTI, 2009)

Kation-kation yang terkandung dalam air antara lain adalah sebagai


berikut :
a. Kalsium (Ca)
Kalsium umumnya merupakan komponen terbesar dalam air
formasi,dengan konsentrasi yang mencapai 30.000 mg Ca/lt air.
Kalsium juga merupakan komponen pembentuk scale yang paling
dominan karena dapat bereaksi dengan ion karbonat maupun sulfat
dan mengendap untuk membentuk scale maupun padatan
tersuspensi.
b. Magnesium (Mg)
Konsentrasi magnesium dalam air biasanya lebih rendah jika
dbandingkan dengan kalsium meskipun demikian seperti halnya
kalsium,keberadaan magnesium juga akan menimbulakan
pemersalahan. Reaksi antara magnesium dengan ion karbonat dan
sulfat akan menyebabkan pengendapan scale maupun penyumbatan
matriks batuan.
Padatan yang terbentuk reaksi dengan ion karbonat antara dengan
magnesium dan kalsium mempunya perbedaan dimana MgSO₄

11
bersifat dalam larut (soluble) sementara CaSO₄ tidak. Demikian
juga jika bereaksi dengan ion sulfat.
c. Natrium (Na)
Natrium juga merupakan komponen yang dominan dalam air,tetapi
keberadaannya tidak menimbulkan masalah yang berhubungan
dengan pengendapan scale yang tidak dapat larut,kecuali
pengendapan natrium klorida (NaCl) yang bersifat mudah
larut,yang biasanya terjadi pada air formasi dengan pH yang tinggi.
d. Besi (Fe)
Besi biasanya terkandung dalam airdengan konsentrasi yang relatif
rendah (kurang dari 1000 mg/lt),yang berupa ferric (Fe₃₊) dan ferro
(Fe₂₊) maupun dalam suatu suspensi yang berupa senyawa besi
yang terendapkan. Ion besi dengan konsentrasi yanng tinggi
biasanya menunjukkan adanya problem korosi. Selain itu adanya
pengendapan senyawa besi juga dapat mengakibatkan adanya
penyumbatan.
e. Barium (Ba)
Konsentrasi barium dalam air cenderung rendah,meskipun
demikian reaksi barium dengan ion sulfat akan menimbulkan
permasalahan besar,karena padatan bentukan yang yang
terendapkan berupa barium sulfat (BaSO₄) bersifat tidak luntur.
f. Stronsium (Sr)
Seperti halnya kalsium dan barium,reaksi stronsium dengan ion
sulfat akan membentuk scale stronsium sulfat yang bersifat tidak
larut meskipun stronsium sulfat memilliki kadar kelarutan lebih
besar daribarium sulfat,seringkali kedua jenis scale ini terendapkan
secara bersama dan membentuk endapan scale campuran.

12
2.2.3 Penyebab dan akibat pembentukan scale
Kondisi-kondisi yang mengakibatkan dan mempercepat
pembentukan endapan scale antara lain adalah sebagai berikut :
1. Percampuran Dua Jenis Air yang tidak Kompatibel
Bertemunya dua jenis air yang tidak kompatibel merupakan
kondisi yang paling pokok berkaitan dengan pembentukan scale.
Percampuran tersebut biasanya terjadi pada proses water flooding,
yaitu antara air injeksi dengan air formasi, meskipun demikian
tidak jarang pula pencampuran tersebut terjadi pada saat
perencanaan air injeksi. Jenis air yang umum digunakan dalam
proses injeksi air, adalah air laut ataupun air garam, yang biasanya
memiliki kandungan SO42- dengan konsentrasi cukup besar,
mencapai 2.000 mg/lt.

Pada reservoir batupasir, air formasi mengandung Ca+,


sehingga terdapat kecenderungan terbentuknya endapan scale
kalsium sulfat. Sedangkan pada reservoir batugamping dimana air
formasi mengandung Ba+, scale barium sulfat akan terbentuk,
disertai dengan scale stronsium sulfat.
2. Autoscaling
Pada kondisi ini, scale terbentuk secara alami karena
adanya perubahan kondisi reservoir, atau disebut juga self-scaling.
Pada waktu fluida reservoir diproduksikan ke permukaan, maka
temperatur dan tekanan reservoir akan mengalami penurunan, yang
akan berpengaruh terhadap kelarutan komponen-komponen air. Air
mempunyai batas kemampuan dalam menjaga senyawa hasil
kombinasi ion-ion tersebut tetap dalam larutan, dan jika perubahan
kondisi tersebut menyebabkan harga kelarutan terlampaui, maka
komponen-komponen tersebut tidak akan terlarut lagi, melainkan
terpisah dari pelarutnya dan membentuk endapan scale.

13
Jenis scale yang biasa terbentuk pada kondisi pressure drop
adalah karbonat dan sulfat, sedangkan scale sodium khlorida
(halite) hanya terbentuk pada air dengan salinitas yang tinggi dan
penurunan temperatur yang cukup besar. Perubahan tekanan akan
berpengaruh terhadap pembentukan scale karbonat, terutama pada
air formasi yang mengandung gas asam, dimana penurunan
tekanan terjadi seiring dengan proses penguapan gas dari larutan.
3. Evaporation-Induced Scale
Mekanisme pembentukan scale ini, terutama untuk halite,
biasanya terjadi pada reservoir dengan temperatur dan tekanan
yang tinggi (high temperature high pressure, HTHP) dan
memproduksikan gas dan air formasi secara bersamaan. Penguapan
gas akan terjadi, bersama dengan meningkatnya tekanan hidrostatik
pada tubing, dan akan berpengaruh terhadap kelarutan mineral
terlarut pada air formasi. Mekanisme pembentukan scale jenis ini
juga terjadi pada proses injeksi gas CO2.

2.2.4 Lokasi pengendapan scale


Lokasi pengendapan scale antara lain :
1. Scale pada pipa (Tubing dan Peralatan Produksi Permukaan)
Pengendapan scale pada pipa biasanya berupa lapisan yang relatif
tipis yang menempel pada dinding bagian dalam dari pipa. Ukuran
partikel scale yang terbentuk agak kasar, pada ukuran 1 cm atau
bahkan lebih.
Pembentukan endapan ini terpengaruh adanya penurunan laju
produksi, sehingga akan meningkatkan kekasaran permukaan pipa
dan memperkecil luasan ruang alir fluida dalam pipa. Pertembuhan
kristal scale yang tak terkendali memungkinkan terjadinya
penyumbatan pipa sacara menyeluruh.

14
2. Scale pada matriks formasi sekitar dasar sumur
Scale yang terbentuk pada matriks formasi sekitar dasar sumur
biasanya mempunyai ukuran partikel yang lebih halus jika
dibandingkan dengan scale pada pipa. Scale yang biasa terbentuk
adalah scale karbonat ataupun sulfat. Endapan scale yang terbentuk
akan menyumbat matriks batuan, screen ataupun gravel pack pada
perforasi.
3. Scale pada Sumur Injeksi
Mekanisme terbentuknya scale pada sumur injeksi berupa auto-
scaling sebagai akibat dari penurunan temperatur. Selain itu scale
juga terbentuk sebagai akibat dari percampuran dua jenis air yang
tidak kompatibel, yaitu pada saat air injeksi bercampur dengan air air
formasi yang terdapat disekitar dasar sumur injeksi pada tahap awal
dari proses injeksi air. Scale yang terbentuk akan menurunkan
permeabilitas dan berpengaruh terhadap keberhasilan program
injeksi.

2.2.5 Penanganan Masalah Scale


Penanganan masalah scale meliputi upaya pencegahan terhadap
pembentukan maupun pengendapan scale serta penanggulangan atau
pembersihan scale yang telah terbentuk. Program penanganan didesain
berdasarkan pada data hasil identifikasi mekanisme dan kondisi
pembentukan, lokasi terbentuknya scale serta komposisi endapan yang
terbentuk.
Upaya pencegahan yang seringkali dilakukan adalah dengan
meninjeksikan zat kimia pengontrol scale (scale inhibitor), baik pada
formasi maupun pada pipa-pipa dan peralatan produksi dipermukaan.
Zat kimia tersebut bekerja dengan cara menjaga partikel pembentuk
scale tetap dalam larutan, sehingga diharapkan tidak terjadi
pengendapan.

15
Selain penggunaan scale inhibitor, dengan mempertimbangkan
pengaruh tekanan pada penurunan kelarutan, pressure maintenance baik
dengan injeksi air ataupun injeksi gas, dapat berperan dalam upaya
pencegahan terbentuknya scale. Sedangkan pada program injeksi air
untuk meningkatkan perolehan minyak (water flooding), upaya
pencegahan diterapkan pada perencanaan air yang akan diinjeksikan.
Berdasarkan pada data air formasi dari analisa, air injeksi dirancang
mempunyai sifat fisik dan kandungan kimia tertentu, sehingga
kemungkinan adanya reaksi pembentukan padatan scale dapat
dieliminasi.
Penanggulangan masalah scale bertujuan untuk menghilangkan
endapan scale baik scale yang menyumbat pada matriks batuan formasi
ataupun scale yang menempel pada dinding pipa dan peralatan di
permukaan. Hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
program penanggulangan adalah kecepatan proses, pengaruh terhadap
adanya kerusakan pada peralatan produksi, tubing ataupun formasi yang
akan dibersihkan, serta kemampuan untuk mencegah terbentuknya
endapan lanjutan (re-precipitation).
Berdasarkan metode yang digunakan, penanggulangan scale dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu penanggulangan secara mekanik
dan kimiawi. Pemilihan metode mekanik yang digunakan pada program
penanggulangan scale didasarkan pada lokasi terbentuknya scale,
sedangkan pemilihan metode kimia didasarkan pada jenis scale yang
terbentuk.
Scale yang terbentuk pada formasi dapat dibersihkan secara
kimiawi dengan pengasaman serta penerapan hydraulic fracturing.
Untuk endapan scale pada pipa-pipa dan peralatan produksi, akan lebih
efektif apabila digunakan metode mekanik, meskipun tidak menutup
kemungkinan penggunaan metod.

16
2.3 Pengertian Scale Inhibitor
Scale inhibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah
terbentuknya kerak bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada air.
Penggunaan bahan kimia ini sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat
rendah dapat mencukupi untuk mencegah scale dalam periode waktu yang
lama. Mekanisme kerja scale inhibitor ada dua, yaitu: scale inhibitor dapat
teradsorpsi pada permukaan kristalscale pada saat mulai terbentuk sehingga
menutup Kristal kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya. Selain itu,
dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah menempelnya
suatu partikel-partikel pada permukaan padatan (HALIMATUDDAHLIANA,
2003).
2.3.1 Tipe scale inhibitor
Kelompok scale inhibitor antara lain:
1. inorganic polifosfat
2. inhibitor organic
3. fosponat
4. ester fosfat
5. polimer.

Inorganic polifosfat adalah padatan inorganic non-kristalin.Senyawa


ini jarang digunakan dalam operasi perminyakan.Kerugiannya adalah
merupakan padatan dan bahan kimia ini mudah terdegradasi dengan
cepat pada pH rendah atau padda temperatur-tinggi.Inhibitor organik
biasanya dikemas sebagai cairan konsentrat dan tidak dapat dipisahkan
sebagai bahan kimia stabil. Ester fosfat merupakan scale inhibitor yang
sangat efektif tetapi pada temperatur di atas 175 oC dapat menyebabkan
proses hidrolisa dalam waktu singkat. Fosponat merupakan scale
inhibitor yang baik untuk penggunaan pada temperatur hingga 350 oF.
Sedangkan polimer seperti akrilat dapat digunakan pada temperature di
atas 350oC.

17
2.3.2. Pemilihan scale inhibitor
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis
inhibitor untuk mendapatkan efektifitas kerja inhibitor yang baik
adalah sebagai berikut:
 Jenis kerak, dengan diketahuinya komposisi kerak, dapat dilakukan
pemilihan scale inhibitor yang tepat.
 Kekerasan kerak
 Temperatur, secara umum, inhibitor berkurang keefektifannya
apabila temperature meningkat. Setiap inhibitor mempunyai batas
maksimum temperature operasi agar dapat berfungsi dengan baik.
 pH, kebanyakan scale inhibitorkonvensional tidak efektif pada pH
rendah.
 Kesesuaian bahan kimia, scale inhibitor yang digunakan harus
sesuai dengan bahan kimia lain yang juga digunakan untuk
kepentingan operasi seperti corrosion inhibitor. Beberapa scale
inhibitor ada yang bereaksi dengan kalsium, magnesium,
ataubarium dan membentuk scale pada konsentrasi yang tinggi.
 Padatan terlarut, semakin banyak padatan terlarut maka semakin
tinggi konsentrasi inhibitor yang digunakan.
 Kesesuaian dengan kondisi air, kadungan ion-ion kalsium, barium,
dan magnesium yang ada dalam air akan menyebabkan terjadinya
reaksi dengan beberapa jenis inhibitor sehingga menimbulkan
masalah baru yaitu terbentuknya endapan. Sehingga jenis ini harus
dipilih sesesuai mungkin.
 Iklim, setiap inhibitor mempunyai titik lebur tertentu dan cara
menginjeksikan ke dalam system, sehingga untuk menghindari
terjadinya pembekuan ataupun komposisi dari inhibitor.

18
2.3.3 Jenis-jenis scale inhibitor
 Hidrokarbon
Hidrokarbon diperlukan sebagai pelarut hidrokarbon digunakan
untuk menghilangkan minyak,parafin,atau asphaltic materials yang
menutupi scale yang terbentuk,karena apabila digunakan asam
sebagai penghilang scale maka asam ini tidak akan bereaksi
dengan scale yang tertutupi oleh minyak (oil coateed scale),oleh
sebab itu minyak harus dihilangkan terlebih dahulu dari scale
dengan menggunakan hidrokarbon.
 Asam klorida
Asam klorida adalah bahan yang banyak digunakan untuk
membersihkan scale yang telah terbentuk. Bahan ini dapat
digunakan pada berbagai kondisi.Asam klorida digunakan dengan
konsentrasi 5%,10% atau 15% Hcl. Dan harus diambahkan dalam
Hcl untuk menghindari efek keasaman pada pipa yang dapat
menyebabkan scale.
 Inorganic convertes
Biasanya jenis ini merupakan suatu karbonat atau hidroksida yang
akan bereaksi dengan kalsium sulfat dan membentuk acid soluble
calcium carbonate.Kemudia diikuti dengan penambahan asam
klorida untuk melarutkan karbonat atau kalsium hidroksida yang
terbentuk.
 Organic convertes
Organic convertes seperti natrium sitrat,pottasium assetat sering
digunakan. Reaktan ini akan bereaksi dengan scale scale kalsium
sulfat,sehingga scale akan menjadi lebih lunak dan mudah
dibersihkan dengan melewatkan air.
 Natrium Hidroksida
Larutan 10% natrium hidroksida dapat melarutkan hingga 12,5 %
berat dari scale kalsium karbonat.

19
2.3.4 Metode Treatment Scale Inhibitor
Ada beberapa metode treatment yang dapat dilakukan untuk
menginjeksikan scale inhibitor,yaitu :
 Squeeze Treatment
Squeeze treatment ini merupakan suatu cara
menginjeksikan inhibitor kedalam formasi dengan tekanan injeksi
tertentu dibawah tekanan rekah formasi dan diatas tekanan formasi.
Inhibitor dilarutkan dalam fluida pembawa yang disertai
dengan zat aktif permukaan untuk memperbaiki kebasahan batuan
formasi. Dengan adanya inhibitor ini,maka terbentuklah lapisan
pelindung (Protective Film) pada permukaan pipa selama operasi
injeksi dan selama aliran fluida produksi mengandung inhibitor
dengan konsemtrasi yang cukup tinggi.
 Batch Treatment
Batch treatment merupakan suatu cara dengan
menempatkan scale inhibitor kedalam sumur melalui tubing dalam
jumlah yang hampir sama dengan jumlah air yang diproduksikan
perhari. Dengan adanya aliran fluida dari reservoir yang mengalir
kelubang sumur,maka fluida akan bercampur dengan scale
inhibitor yang ada. Akibatnya scale inhibitor bercampur dengan
fluida produksi dan selanjutnya akan terbawa keatas melalui
peralatan-peralatan produksi.
Scale inhibitor ditempatkan pada beberapa kaki (ft)
dibawah lubang sumur ,ketika fluida mengalir ke lubang
sumur.Namun demikian,ternyata scale inhhibitor hanya berguna
dalam waktu yang relatif singkat.

20
 Continous Treatment
Continous treatment merupakan suatu treatment dengan
jalan menginjeksikan scale inhibitor kedalam sumur melalui
annulus oleh chemical injection pump. Dengan cara tersebut dapat
menyebabkan zat kimia tersebut menyembur kebawah (ke dasar
sumur) dan dengan segera dapat menjaga kelarutan.
Untuk memenuhi kebutuhan diatas diperlukan kecepatan injeksi
yang didasarkan pada jumlah produksi fluida total dan bahan
kimiannya harus dipompakan sedemikian rupa,sehingga
konsentrasinya tidak kurang dari batas minimum yang diizinkan.
Selain itu ,sebelum dilakukan injeksi inhibitor harus
dipersiapkan instrument dan komponennya,antara lain chemical
tank,chemical pump atomizer, dan chemical yang akan digunakan.
Jenis scale inhibitor yang biasa digunakan dilapangan adalah
inorganic polyorganic,polyphospate, organic scale control chemica.
Selain itu adanya polimer sebagai additive juga digunakan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan scale.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian


Kegiatan penelitian terhadap perkembangan pembentukan scale yang
mungkin terjadi disuatu sumur minyak,yang dilakukan dengan tahap
menggunaan scale inhibitor dengan menunjukkan grafik dan perhitungan
sesuai dengan rumus-rumus yang ditentukan.

3.2 Waktu dan tempat penelitian


Waktu dan tempat penelitiannya sebagai berikut :
Tanggal penelitian : 8 February 2018
Tempat penelitian : Labotarium STT Migas Balikpapan

3.3 Batasan Penelitian


Berikut adalah batasan batasan peneliti dalam meneliti sebagai berikut :
1.Peneliti hanya membahas apa saja jenis-jenis dari scale dan apa yang
mempengaruhinya.
2. Peneliti hanya membahas tipe tipe scale inhibitor
3. Peneliti hanya membahas alat-alat dan bahan apa saja yang digunakan
dalam scale inhibitor.
4.Peneliti hanya membahas cara kerja scale menggunakan scale inhibitor.

22
3.4 Instrumen penelitian
3.4.1 Alat
1. Labu ukur

Gambar 3.1 Labu ukur

2. pH paper strip

Gambar 3.2 pH paper strip


3. Alat ukur elektrolit

23
4. Pipet

Gambar 3.3 Pipet tetes


5. Statis dan Buret titrasi

Gambar 3.4 Statis dan Buret titrasi

24
3.4.2 Bahan
1. Sampel air formasi
2. Larutan buffer

Gambar 3.5 Larutan buffer


3. Larutan indicator

Gambar 3.6 Larutan indicator

25
4. Larutan H2SO4

Gambar 3.7 Larutan H2SO4

5. Larutan AgNO3

Gambar 3.8 Larutan AgNO3

26
3.5 Teknik pengumpulan data
Adapaun dalam teknik pengumpulan datanya yang diambil adalah sebagai
berikut :
1. Jurnal penelitian
Sumber utama dan mepunyai nilai sangat penting dibanding dengan
sumber-sumber informasi lainnya adalah jurnal penelitian. Banyak
ragamnya tentang jurnal penelitian sebanyak bidang pengetahuan yang ada
dan digeluti oleh para peneliti. Dari jurnal ini,beberapa hasil penelitian
terplih diterbitkan dan dapat digunakan sebagaiperkembangan dan acuan
ilmu pengetahuan yang baru. Jurnal penelitian biasanya lebih berorientasi
pada nilai akademik yang sangat berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
2. Laporan hasil penelitian
Tidak semua hasil penelitian mempunyai kesempatan dapat dipublikasikan
dalam jurnal.Laporan yang diambil dalam kasus ini adalah laporang
analisa fluida reservoir (AFR). Hasil penelitian tersebut mempunyai bobot
hampir sama dengan yang ada dalam jurnal. Hasil penelitian yang ada dan
substansi lainnya dalam hasil penelitian dapat diambil sebagai acuan
kepustakaan. Perbedaannya adalah laporan hasil penelitian,kedua-duanya
dapat digunakan untuk menusun struktur kajian pustaka dan kerangka
teoritis.
3. Abstrak
Tidak lain adalah ringkasan tentang laporan hasil dari penelitian. Sudah
menjadi kesepakatan internasional bahwa abstrak perlu ada dalam setiap
laporan hasil penelitian,baik dari publikasikan maupun yang belum
dipublikasikan. Abstrak penelitian pada umumnya disusun secara narasi
dengan menonjolkan tiga aspek penelitian yaitu tujuan
penelitian,metodologi penelitian,dan hasil penelitian. Abstrak dibuat
dengan narasi terbatas antara 75 sampai 300 kata tergantung kebijakan
universitas atau badan-badan penelitian yang berkepentingan.

27
4. Buku
Sumber pustaka ilmiah yang lain adalah buku yang secara resmmi telah
dipublikasi atau telah menadi pegangan dalam mempelajari suatu bidang
ilmu. Buku ini sangat penting karena sebagianbesar ada dalam bentuk
buku yang ditulis oleh seseorang pengarang ahli. Dalam kaitannya dengan
buku sebagai sumber pustaka,para peneliti hendaknya mengacu pada
wawasan yang lebih luas dalam hal penggunaan bahasa.

3.6 Teknik analisa data


3.6.1 Prosedur Percobaan dan perhitungan
 Penentuan pH ( Elektrolit )
1. Dengan menggunakan pH paper strip dapat langsung menentukan
harga pH dari sample setelah mencocokkan warna pada standar
pH paper strip, maka diperlukan kejelian dalam memilih dan
mencocokkan warna dari paper strip.
2. Dengan alat ukur elektrolit, kalibrasi alat sebelum digunakan
dengan cara : isi botol dengan larutan Buffer yang telah diketahui
harga pH-nya, masukkan elektroda pada botol yang berisi larutan
buffer. Putar tombol kalibrasi sampai digit menunjukkan harga pH
larutan buffer.
3. Cuci botol dan elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji
sample dengan air destilasi untuk mencegah terjadinya
kontaminasi Penentuan Alkalinitas.
4. Ambil contoh air pada gelas titrasi sebanyak 1 cc dan tambahkan
larutan PP ( Phenolptalein ) sebanyak 2 tetes.
5. Titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 M sambil digoyang. Warna
akan berubah dari pink menjadi jernih. Catat jumlah larutan asam
tersebut sebagai Vp.
6. Tetesi lagi dengan 2 tetes MO ( Metyl Orange ), warna akan
berubah menjadi orange.

28
7. Titrasi lagi dengan H2SO4 0,02 M sampai warna menjadi
merah/merah muda. Catat banyaknya larutan asam total yaitu :
jumlah asam (2) + asam (4) sebagai Vm.

 Perhitungan
Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air
Konsentrasi untuk setiap ion dalam mili ekivalen ( me/L ) dapat
ditentukan dari tabel berikut :

 Penentuan Kalsium
1. Ambil 20 ml air suling, tambah 2 tetes larutan buffer calver dan 1
tepung indicator calcer II, warna akan berubah menjadi cerah. Bila
warnanya kemerahan, titrasi dengan larutan kesadahan total sampai
warna kemerahan hilang.
2. Tambahkan 5 cc air yang dianalisa. Bila ada Ca, warna larutan
berubah menjadi kemerahan.
3. Titer dengan larutan titrasi kesadahan total ( 1 ml = 20 epm ) sambil
digoyang sehingga warna berubah menjadi biru cerah (jernih). Catat
volume titrasi.

 Perhitungan
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm
ml titer * 2
Kalsium, me/L=
ml contoh air
Bila menggunakan larutan 1 ml = 20 epm
ml titer * 20
Kalsium, me/L=
ml contoh air
Konversi kadar Ca dalam mg/L = Ca, mg/L * 20

29
 Penentuan Magnesium

Magnesium ditentukan dengan dua cara sebagai berikut :

Magnesium, me/L = ( kesadahan total, me/L ) – ( kalsium,


me.L )
Magnesium, me/L = Magnesium, me/L * 12,2

 Penentuan Klorida
1. Mengambil 20 ml air sample, menambahkan 5 tetes KCrO, warna akan
menjadi bening.
2. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1 ml = 0,001 g Cl sampai warna
coklat kemerahan, mencatat volume pentitrasi.
3. Jika menggunakan AgNO3 0,001 N :

ml titer * 1000
Kadar Cl, mg/L =
ml contoh air

Jika menggunakan AgNO3 0,01 N :

ml titer * 10000
Kadar Cl, mg/L =
ml contoh air

30
 Penentuan Sodium
1. Mengkonversikan mg/L anion dengan me/L dan menjumlahkan
harganya.

  
Cl  , mg / L SO4 , mg / L CO3 , mg / L HCO 3 , mg / L
+ + + +
35.5 48 30 61
OH  , mg / L
17

2. Mengkonversikan mg/L kation menjadi me/L dan menjumlahkan


harganya.
 Ca   , mg / L Mg   , mg / L Fe   , mg / L Ba   , mg / L 
    
 20 12.2 18.6 68.7 

3. Kadar sodium ( Na ), mg/L = ( anion – kation )  23


4.

31
3.6.2 Grafik Hasil Analisa Air
Hasil analisa air sering dinyatakan dengan bentuk grafik.
Kita dapat menandai perbedaan dari contoh air dengan
membandingkan dua macam contoh air ( atau lebih ) dari grafik
tersebut. Metode yang umum digunakan adalah metode stiff. Metode
ini dapat diplot secara logaritma atau normal antara konsentrasi kation
pada sisi kiri titik pusat dan konsentrasi anion diplot pada sisi kanan
pusat.

Contoh :

KONSENTRASI
KOMPONEN
Mg/L Me/L
Natrium 1794 78.04
Kalsium 39 1.95
Magnesium 19 1.65
Barium 0 0
Klorrida 1248 39.19
Sulfat 645 13.43
Karbonat 280 9.33
Bikarbonat 1440 23.80
Iron 13 0.23
Tabel 3.1 Harga konsentrasi komponen

 Perhitungan Indeks Stabilitas CaCO3


Air yang mengandung CO3 dalam bentuk apapun akan
membentuk kerak atau korosi , tergantung pH dan suhu . Hal ini
dapat diketahui dengan perhitungan indeks stabilitas air. CO3 yang
terdapat didalam air tersebut mungkin akan tersebut sebagai asam
arang ( H2CO3 ), bikarbonat ( HCO3 ), atau karbonat ( CO3 ).

32
Asam arang terdapat bila air tersebut terlalu jenuh dengan CO3,
bikarbonat terdapat bila nilai pH air pada range 4 - 8.3, karbonat
terdapat bila nilai pH air pada range 8.3 – 11.

Rumus untuk menghitung indeksstabilitas CaCO3 adalah:

𝑆𝐼 = 𝑝𝐻 − 𝐾 − 𝑝𝐶𝑎 − 𝑝𝐴𝑙𝑘

Bila indeks berharga 0, berarti air tersebut secara kimiawi


seimbang. Bila indeks berharga positif, air tersebut mempunyai
gejala membentuk endapan. Bila indeks berharga negative, air
tersebut bersifat korosif.

Nilai pH dan Konsentrasi ion Ca++, Mg++, Na++, CO-, SO4-, HCO3-

Dimana :

pH = Nilai pH pada pengukuran contoh air

K = Tenaga ion (ditandai m) dan suhu

Tenaga ion ini terdapat pada grafik I. Jumlah tenaga ion


didapat dengan mengalikan factor tiap - tiap ion dengan konsentrasi
dalam air ( dalam me/L atau mg/L ) kemudian dijumlahkan dan K
ditentukan dari grafik II.

Dimana :

pCa = Konversi ion Ca++ dalam mg/L, lihat grafik II

pAlk = Konversi ion HCO3- dalam mg/L, lihat grafik II

33
Setelah selesai perhitungan dapat digambarkan suatu kurva
indeks stabilitas terhadap suhu agar diperhatikan gejala relative
pada air dari segi – segi sistemnya.

Contoh permasalahan :

Hitung indeks stabilitas air pada suhu 50, 77, 177, dan 158
o
F dengan air pH = 6.9

ION me/L mg/L


Ca++ 12.0 240
Mg++ 20.4 249
Na++ 295.5 6769
Cl- 253.5 9000
SO4- 41.7 2000
HCO3- 13.8 841

Tabel 3.2 Indeks stabilitas

Dengan menggunakan faktor- faktor yang terdapat


pada grafik I, jumlah tenaga ion dapat dihitung sebagai
berikut :

ION (me/L) *factor =me/L


Ca++ 12.0 5 x 105 =0.1476
Mg++ 20.4 1 x 103 =0.0120
Na++ 295.5 1 x 103 =0.0204
Cl- 253.5 5 x 105 =0.1628
SO4- 41.7 1 x 105 =0.0417
HCO3- 13.8 5 x 105 =0.0069
Jumlah tenaga ion =0.3554

Tabel 3.3 Perhitungan tenaga ion

34
Setelah menggunakan ion dari air dapat dihitung, tentukan
nilai L dari grafik I dimulai dari bawah grafik jumlah tenaga ion (
µ ), ikuti garis tegak lurus hingga bertemu dengan kurva suhu,
kemudian baca nilai K ke sisi kiri.

Suhu Factor K
50 oF 2.9
77 oF 2.65
122oF 2.15
156oF 1.5
Tabel 3.4 Harga fakor k dan suhu

Grafik II digunakan untuk menentukan nilai pCa dan pAlk. Tentukan


titik konsentrasi Ca++ pada nilai sebelah kiri grafik, tarik garis lurus hingga
bertemu pada kurva kiri. Ikuti garis kebawah untuk menentukan nilai pCa.
Cara yang sama untuk konsentrasi HCO3- dengan kurva kekanan dan ke
bawah untuk pAlk. Setelah didapat harga pCa dan pAlk, maka hitung indeks
stabilitas dengan rumus :

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑝𝐻 − 𝐾 − 𝑝𝐶𝑎 − 𝑝𝐴𝑙𝑘

SI/50 oF = 6.9 – 2.90 -2.2 -1.85 = -0.05

SI/77 oF = 6.9 – 2.65 -2.2 -1.85 = 0.20

SI/50 oF = 6.9 – 2.15 -2.2 -1.85 = -0.70

SI/50 oF = 6.9 – 1.50 -2.2 -1.85 = 1.35

Kesimpulan :

1. Air tersebut bergejala scalling pada suhu 54 oF ke atas


2. Air tersebut bergejala corrosive pada suhu 54 oF ke bawah

35
DAFTAR PUSTAKA

Akhdan WS, Supriyadi, Dwi Sartati Dewayanti. 2010. Studi Penyebab Scale
di Sumatera. Teknologi Minyak dan Gas Bumi “Lemigas”. Jakarta

Ariyanto, Yonas. 2011. Pemodelan Impedansi Akustik Untuk Karakteristik


reservoar pada daerah “X” Sumatera Selatan. FMIPA Universitas
Indonesia

Blake. 1989. The Geological Regional and Tectonic of South Sumatera


Basins. Proceeding Indonesia Petroleum Association 11th Annual
Convention

Norpiyan Harry Sandy.2010. Laporan Resmi Pratikum Analisa Fluida


Reservoir.

Setio, Theo Andi.2009.Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir.

Setio, Theo Andi.2009.Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir.

Sugiarto, Nanang.04 September 2010.”Dasar-dasar Teknik Reservoir”

Tim Asprak AFR. ModulPraktikum Analisa Fluida Reservoir. 2014. STT


Migas. Balikpapan

36

Anda mungkin juga menyukai