3, Agustus 2014
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Jl. K.S. Tubun No. 5 Subang, Jawa Barat 41213
Email: diki.lucky@gmail.com
ABSTRAK
Buah jambu biji mempunyai kandungan vitamin C dan beta karoten yang berkhasiat sebagai antioksidan dan dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satu pemanfaatan buah jambu biji adalah dengan mengolahnya menjadi sari
buah. Pilot plant UPT. B2PTTG-LIPI Subang merupakan salah satu model pengolahan buah jambu biji menjadi sari
buah. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan penerapan HACCP untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk
sari buah. Oleh karena itu dilakukan kajian HACPP. Kajian HACCP dilakukan menggunakan Panduan Penyusunan
Rencana HACCP dengan proses penyusunannya mengikuti 7 prinsip sistem HACCP yang direkomendasikan oleh
Standar Nasional Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa yang ditetapkan sebagai CCP adalah proses sortasi dan
pencucian (untuk menghilangkan bahaya pada bahan baku jambu biji), proses sterilisasi dan pengisian merupakan CCP
untuk produk jadi (sari buah jambu biji). Keseluruhan CCP ini harus mendapatkan pengawasan optimal antara lain:
penanganan bahan baku, kontrol kebersihan operator, penggunaan air yang sesuai dengan persyaratan, dan memastikan
kecukupan panas saat sterilisasi sari buah. Dalam pelaksanaannya, proses verifikasi sangat penting untuk dilakukan
agar dapat mengetahui efektifitas penerapan HACCP. Penerapan HACCP yang sesuai diharapkan akan meningkatkan
kualitas dan keamanan produk sari buah jambu biji.
ABSTRACT
Guava has vitamin C and beta carotene that potent as antioxidant and can increase endurance. Guava can be processed
into juice as a final product. UPT . B2PTTG-LIPI Subang has a Pilot Plant. The pilot plant itself is a model of processing
fruit into juice. The processing of guava juice from the pilot plant needs an application of HACCP to improve the
quality and safety of fruit juice products. The studies of HACCP uses the 7 principles of HACCP system recommended
by the Indonesian National Standard. The result of studies showed that the set as CCP’s are sortation and washing (for
raw materials is the guava fruit), meanwhile sterilization and filling process are CCP’s for guava juice/final product.
All the CCP’s should always be controlled and obtain optimal control by handling of raw materials, hygiene control
operators, the use of water in accordance with the requirements of, and ensure the adequacy of current heat sterilization
juice. In practice, the process of verification is very important to be done in order to determine the effectiveness of the
implementation of HACCP. Appropriate application of HACCP is expected to improve the quality and safety of guava
juice.
266
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
267
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan Diagram Alir Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji
jenis buah tropis yang menjadi sumber vitamin C tinggi
Diagram alir proses merupakan suatu urutan tahapan
dalam bentuk asid askorbik, dengan jumlah yang lebih tinggi
kerja dalam proses produksi pembuatan sari buah jambu biji
dibandingkan buah-buahan yang lain (Wachu, 2006). Buah
dapat dilihat pada Gambar 1.
jambu biji mengandung 3 hingga 6 kali lebih banyak vitamin C
Kriteria Keterangan
Nama produk Sari buah jambu biji
Nama merk dagang Juz
+ 50-60% v/v
Air
Min. 30% b/v
Bubur buah (pulp)
10 – 12%
Gula putih
500 ppm
CMC
Komposisi 1000 ppm
Asam sitrat
1 ml/liter
Essence Jambu Biji
Pewarna makanan merk butterfly colour food
0,05 – 0,1 gram/liter
Pengawet (Na-Benzoate)
300 ppm
Pengemas primer Cup plastik
Pengemasan sekunder Dus karton
Masa kadaluarsa 6 bulan
Kondisi penyimpanan Suhu ruang (+ 27oC)
Tujuan konsumen Umum
Cara penyiapan konsumsi Dikonsumsi langsung
268
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
Pembuburan
Chopper
Bahan penambah:
Pemisahan Biji Disaring dengan Pulper
Gula pasir, asam
sitrat, CMC, Na-
benzoate, Pulp Jambu
essence, pewarna
Pengenceran Air
Gambar 1. Bagan alir proses produksi pembuatan sari buah jambu biji
269
Tabel 2. Analisa bahaya pada bahan baku produksi
270
Bahaya terhadap Penting tidaknya
Tangan operator
Mencuci tangan sebelum
Mikrobiologi : S.aureus, yang tidak bersih,
1 Sortasi Ya Ya T S T menyentuh bahan, penangan
bakteri pembusuk penanganan bahan
bahan baku dengan baik
baku yang tidak baik
Penggunaan air
Kimia : logam berat, yang tercemar/kotor, Lakukan pencucian secara
Mikrobiologi : masih adanya kapang berulang, dan air yang digunakan
2 Pencucian Ya Ya T S T
Bakteri E.coli, kapang/ atau jamur yang harus air bersih sesuai dengan
jamur menempel pada buah persyaratan air minum
jambu biji
Alat pembubur
(chopper) terjadi ge- Lakukan pengecekan terhadap
sekan antara baling- alat sebelum digunakan,
Kimia : Logam berat
baling penghancur lakukan pencucian sebelum dan
4 Pembuburan Mikrobiologi : Bakteri, Ya Ya S S S
dengan dinding sesudah pemakaian alat, lakukan
kapang/jamur
chopper, pencucian pencucian dengan larutan anti
atau pembersihan bakteri dan anti jamur
alat kurang sempurna
271
272
Bahaya terhadap Penting tidaknya
Tahapan
No. Bahaya Penyebab bahaya Peluang Keparahan Penting/tidak Tindakan pengendalian
proses Keselamatan Mutu
(T/S/R) (T/S/R) (T/S/R)
Air yang digunakan
Kimia :
tercemar logam Tidak menggunakan air kotor
Logam berat
berat, tidak bersih atau permukaan, Melakukan
6 Pengenceran Mikrobiologi : bakteri Tidak Tidak R R R
atau tidak memenuhi proses ultrafiltrasi, melakukan
E.coli, Shigella sp.,V.
persyaratan air proses ozonisasi
cholerae
minum
Tidak teridentifikasi
7 Pengkondisian Tidak Tidak - - - -
bahaya
Waktu dan suhu
Mikrobiologi : kapang/
pemanasan yang Pengaturan suhu dan waktu
8 Sterilisasi jamur pembentuk spora, Ya Ya T T T
tidak sesuai pemanasan yang sesuai
bakteri thermofilik
kebutuhan.
Operator tidak
menggunakan
Pengawasan terhadap operator,
masker dan tutup
pembersihan alat sebelum dan
Fisik : Rambut, debu kepala, alat yang
sesudah digunakan, ruangan
9 Pengisian Mikrobiologi : S.aureus, Ya Ya digunakan tidak T T T
pengemasan harus bersih dan
E.coli, kapang/jamur bersih sempurna,
tertutup, pemasangan exhaust fan
ruang pengemasan
di ruang pengemas
yang tidak bersih dan
tidak tertutup
Tidak teridentifikasi
10 Pengemasan Tidak Tidak - - - -
bahaya
Keterangan : T = Tinggi, S = Sedang, R = Rendah
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
Identifikasi Bahaya untuk Bahan Baku serangga). Menurut Casmin (2003), cemaran kimia pada gula
Proses pengolahan sari buah jambu biji menggunakan pasir dapat berupa keberadan belerang dioksida. Haryadi
bahan baku buah jambu biji dan bahan tambahan pangan (2001), menyatakan bahwa cemaran kimia umumnya tidak
lain, yaitu CMC sebagai bahan penstabil, asam sitrat sebagai dapat dikurangi atau dihilangkan selama pegolahan. Cemaran
bahan pengasam, Na-Benzoate sebagai pengawet, gula kimia hanya dapat ditekan seminimal mungkin melalui
pasir sebagai pemanis, essence jambu biji sebagai penguat spesifikasi dan pengawasan bahan baku yang ketat terhadap
aroma/flavor, pewarna makanan sebagai penguat warna. penyedia bahan baku. Sedangkan untuk meminimalisir adanya
Air digunakan dalam proses pencucian buah jambu biji dan cemaran fisik dapat dilakukan dengan menggunakan gula
pasir yang berkualitas baik, sedikit, atau tidak mengandung
sebagai pengencer. Bahaya-bahaya yang teridentifikasi pada
kotoran terutama kontaminan fisik. Dapat pula melakukan
bahan baku seperti disajikan pada Tabel 2.
tindakan pengayakan atau penyaringan sebelum penggunaan
Bahan baku buah jambu biji mengandung bahaya
gula pasir pada proses pengkondisian.
mikrobiologi yang berasal dari jamur yang menempel pada
Bahan tambahan pangan yang digunakan pada
buah jambu terutama dalam kondisi lembab. Jamur buah biji
pembuatan sari buah jambu biji antara lain asam sitrat,
jambu yang banyak ditemui adalah Aspergillus sp menghasilkan
CMC, essence, pewarna makanan, dan bahan pengawet (Na-
mikotoksin patulin. Mikotoksin merupakan senyawa organik
benzoat). Menurut Munaro (2002), asam sitrat berfungsi
beracun hasil metabolisme sekunder dari kapang (fungi, jamur,
untuk memberikan cita rasa asam, menurunkan pH bahan,
cendawan). Senyawa tersebut dapat mengganggu kesehatan
dan berperan sebagai chelating dan sequestering agent. Pada
manusia dan hewan dengan berbagai bentuk perubahan klinis
pembuatan sari buah jambu biji ini asam sitrat berfungsi
dan patologis (BSN, 2009). Mikotoksin perlu dikendalikan
untuk memberikan sedikit cita rasa asam dan menurunkan
melalui penanganan prapanen sampai pascapanen (Miskiyah,
pH sehingga dapat meningkatkan daya awet produk. Hal ini
dkk, 2010). Konsumsi produk pangan yang terkontaminasi
dikarenakan pada pH rendah, beberapa mikroba perusak tidak
mikotoksin dapat menyebabkan terjadinya mikotoksikosis,
dapat bertahan hidup. CMC sebagai bahan penstabil untuk
yaitu gangguan kesehatan pada manusia dan hewan dengan
mencegah terbentuknya endapan di dasar sari buah. Essence
berbagai bentuk perubahan klinis dan patologis, misalnya
ditambahkan untuk memperkuat cita rasa sari buah jambu
dapat menyebabkan penyakit kanker hati, degenerasi hati,
biji, pewarna makanan diberikan untuk mempertegas warna
demam, pembengkakan otak, ginjal, dan gangguan syaraf
sari buah pada produk akhir, dan Na- benzoat ditambahkan
(Rahayu2006). Oleh karena itu bahaya cemaran pada buah
sebagai bahan pengawet. Cemaran yang diidentifikasi pada
jambu biji dapat dikendalikan dan dihilangkan melalui tahapan bahan tambahan ini antara lain cemaran kimia berupa logam
CCP yaitu sortasi dan pencucian. berat dan penggunaan dosis secara berlebihan. Oleh karena
Bahan baku yang lainnya adalah air. Mutu air yang itu harus dihindari penggunaan bahan tambahan pangan
digunakan untuk proses pengolahan harus memiliki mutu dengan kualitas yang rendah. Penggunaan asam sitrat, CMC,
seperti mutu air minum (Deptan, 2000). Menurut Buckle essence, pewarna makanan, dan bahan penggawet harus
(1987), air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna, yang memiliki kualitas yang baik. Pada penggunaan pewarna
tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau makanan dapat menjadi bahaya kimia apabila pewarna
kekeruhan. Sedangkan menurut Soekarto (1990), persyaratan makanan yang digunakan adalah pewarna makanan yang tidak
air minum yang terpenting adalah harus bebas dari bakteri dan diizinkan untuk makanan (misalnya pewarna tekstil) yang
senyawa kimia yang berbahaya serta tidak berwarna, tidak dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk bagi kesehatan
berbau, tidak menimbulkan rasa aneh dan tidak keruh. Menurut konsumen. Begitu pula penggunaan Na-benzoat sebagai bahan
Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 disebutkan bahwa pengawet. Penggunaan Na-benzoat harus sesuai dengan batas
jumlah total coliform pada air sumur (sumur bor) adalah 0/ 100 penggunaan yang diperbolehkan. Penggunaan Na-benzoat
ml. Air digolongkan sebagi bahan baku yang memiliki tingkat yang diizinkan adalah maksimal 600 ppm (Peraturan Menkes
resiko yang tinggi dan peluang keparahan yang tinggi sehingga No. 722/Menkes/Per/IX/88). Tindakan pengendalian yang
perlu dikendalikan melalui tahapan CCP pada proses sterilisasi. dapat dilakukan adalah melakukan penimbangan yang teliti
Dalam proses pembuatan sari buah biji jambu, digunakan air dan seksama sehingga bahan pengawet yang ditambahkan
yang sudah mengalami ozonisasi dan ultrafiltrasi sehingga pada produk tepat sesuai dosis tidak berlebihan.
terbebas dari kontaminasi kimia maupun mikrobiologi.
Bahan baku selanjutnya adalah gula pasir. Cemaran Penetapan CCP untuk Pengendalian (Prinsip 2)
yang diidentifikasi pada bahan baku ini dalah cemaran kimia, Identifikasi bahaya proses yang dhasilkan pada proses
yaitu keberadaan logam berat dan cemaran fisik yang dapat pembuatan sari buah jambu biji (Tabel 3), selanjutnya
berupa benang, semut, filth (rambut, potongan bagian tubuh dilakukan penentuan CCP, batas kritis, tindakan pemantauan
273
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
dan tidakan koreksi (Tabel 4) yang merupakan prinsip 3, 4, Setelah pemotongan dilakukan pembuburan dan
dan 5 dalam sistem HACCP. pemisahan biji. Kedua tahapan ini menggunakan alat chopper.
Proses pertama dalam pembuatan sari buah biji Resiko bahaya yang diidentifikasi adalah cemaran kimia dan
jambu adalah sortasi (CCP 1). Kegiatan ini berfungsi untuk mikrobiologi. Cemaran kimia dapat berasal dari gesekan
memisahkan segala cemaran fisik dan biologi yang ada pada antara baling-baling penghancur pada chopper dengan
buah jambu, seperti tanah, batu, kerikil, daun, serangga, dan dinding chopper. Cemaran mikrobiologi dapat berasal dari
lain-lain. Sortasi juga dilakukan untuk memisahkan buah yang kontaminasi silang bila chopper tidak dibersihkan sempurna.
sudah busuk, mengandung kapang, dan buah yang rusak/lunak Hal ini dapat diatasi dengan pembersihan dan pencucian
karena benturan dengan buah yang masih bagus. Bahaya yang setiap bagian chopper menggunakan larutan anti bakteri dan
diidentifikasi pada tahapan ini adalah bahaya mikrobiologi anti jamur yang direkomendasikan untuk produk pangan.
yaitu adanya S. aureus atau bakteri pembusuk yang berasal Setelah dilakukan pemisahan biji, dilakukan
dari penanganan bahan baku yang tidak baik atau kontamitasi pengenceran. Penambahan air saat pengenceran ini diidentifikasi
tangan operator. Manusia yang sehat saja merupakan sumber memiliki tingkat keparahan yang rendah, cemaran-cemaran
mikroba seperti Streptococcus dari kotoran dan Staphylococcus pada proses ini sudah diatasi melalui proses selanjutnya. Air
dari kulit, hidung, mulut dan tenggorokan. Setiap kali tangan yang digunakan pada proses pengenceran, harus air yang
pekerja kontak dengan bagian-bagian tubuh yang mengadung memenuhi persyaratan air minum. Pada pengolahan sari
mikroba patogen, maka tangan tersebut akan terkontaminasi buah jambu biji di UPT. B2PTTG digunakaan air yang telah
dan ketika tangan kontak dengan makanan, kontaminasi segera mengalami proses ultrafiltrasi dan ozonisasi. Selanjutnya
terjadi. Kontaminasi juga terjadi melalui udara dari pernapasan, dilakukan proses pengkondisian yaitu penambahan bahan
mulut, dan juga dari pakaian. Proses sortasi ini dinilai memiliki tambahan pangan dan pencampuran sari buah dengan gula
tingkat keparahan yang sedang, dengan tindakan pengendalian pasir yang dilakukan dalam tangki homogenizer.
berupa penanganan bahan baku yang baik dan menjaga Tahapan selanjutnya adalah sterilisasi (CCP 3).
kebersihan operator saat melakukan tahapan ini. Tahapan ini merupakan tahapan yang diidentifikasi memilili
Tahapan kedua setelah sortasi adalah pencucian (CCP resiko bahaya dan tingkat keparahan yang tinggi. Hal ini
2). Tahapan ini diidentifikasi dapat membawa bahaya kimia terkait dengan kecukupan panas yang diterima sari buah
berupa logam berat dan bahaya mikrobiologi berupa bakteri sehingga dapat membunuh mikroba patogen dan mikroba
E. coli dan kapang. Kedua bahaya ini dapat muncul dari pembusuk. Suhu pemansan yang digunakan adalah 90-100oC
penggunaan air yang tercemar dan masih adanya kapang selama 5-10 menit. Apabila suhu atau waktu sterilisasi yang
atau jamur yang menempel pada buah jambu biji. Tingkat dilakukan kurang dari suhu dan waktu yang telah ditetapkan,
keparahan dari bahaya ini dinilai sedang dan digolongkan dikhawatirkan masih ada mikroba yang mencemari produk
sebagai CCP. Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan sehingga mempengaruhi kemanan pangan pada produk akhir.
adalah pencucian buah secara berulang dan air yang digunakan Oleh karena itu tahapan ini dinilai sebagai CCP.
harus air bersih sesuai dengan persyaratan air minum. Menurut Setelah mengalami sterilisasi dalam pipa yang
Soekarto (1990) persyaratan air minum yang terpenting adalah langsung terhubung dengan mesin pengemas, sari buah biji
harus bebas dari bakteri dan senyawa kimia yang berbahaya jambu langsung terisi dalam kemasan plastik berukuran
serta tidak berwarna, tidak berbau, tidak menimbulkan rasa 220 ml. Pada tahap pengisian ini (CCP 4) diidentifikasi
aneh dan tidak keruh. Menurut Permenkes No. 416/Menkes/ juga memiliki tingkat peluang bahaya dan keparahan yang
Per/IX/1990 disebutkan bahwa jumlah total coliform pada air tinggi. Hal ini dikarenakan dapat terjadinya kontaminasi
sumur (sumur bor) adalah 0/100 ml. Air yang digunakan pada fisik dan mikrobiologi. Kontaminasi fisik dapat berupa
pengolahan sari buah biji jambu ini adalah air sumur bor yang cemaran filth (rambut, potongan tubuh serangga, dan debu).
sudah di hilangkan bakterinya secara ozonisasi dan ultrafiltasi. Kontaminasi mikrobiologi dapat terjadi akibat kontaminasi
Tahapan selanjutnya adalah pemotongan. Tahapan silang antara sari buah dengan kemasan yang tidak bersih.
ini memiliki resiko bahaya kimia berupa logam berat yang Kedua kontaminasi dapat berasal dari ruang pengemas yang
dapat berasal dari pisau pemotong dan bahaya mikrobiologi tidak bersih, tidak tertutup, dan operator yang bertugas
berupa kapang/ jamur yang dapat berasal dari pembersihan untuk mengecekan apakah terdapat kebocoran kemasan atau
makota dan tangkai buah jambu biji yang tidak sempurna. tidak. Setelah proses pengemasan selesai, dilakukan proses
Tahapan ini dinilai memiliki tingkat keparahan yang rendah. pengepakan dan distribusi.
Tindakan pengendalaian yang dapat dilakukan adalah dengan Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa
menggunakan alat pemotong yang bersih, tidak berkarat, dan tahapan proses yang dikategorikan sebagai CCP adalah proses
terbuat dari logam stainless. Selain itu perlu penghilangan sortasi, pencucian, sterilisasi dan pengisian. Setiap tahapan
bagian mahkota dan tangkai yang sempurna. proses yang termasuk CCP ini dapat dilihat pada Tabel 4.
274
Tabel 4. Matriks Critical Control Point (CCP) pada proses pengolahan sari buah jambu biji
Lakukan pencucian
secara berulang
Observasi buah
Buah jambu biji bersih . Setiap proses
secara sensori
Tidak ditemui kapang, Lakukan proses
Mikrobiologi
Air yang digunakan pemanasan air Log book
memenuhi persyaratan Air dan pada suhu 100oC proses harian,
2 Pencucian 2 Pengecekan alat QC
air minum. Setiap proses Jambu biji (mendidih), jika alat log book
ultrafiltrasi air
Buah bersih dari ultrafiltrasi tidak maintanance
Kimia
mikotoksin patulin berfungsi
Observasi buah
(maks 50ppb) Setiap proses
secara sensori
Lakukan ulang
proses pencucian
275
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
Verifikasi dan dokumentasi (Prinsip 6 dan 7) Departemen Pertanian (2000). Pedoman Pelaksanaan
Setelah analisis bahaya dan penetapan CCP selesai Verifikasi Sistem HACCP. Pedoman Mutu No.07.
dilakukan dan telah didokumentasikan dalam rencana Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
HACCP, maka tahap selanjutnya dilakukan penetapan Haryadi, R.D. (2001). Sistem Analisa Bahaya dan
prosedur verifikasi dan dokumentasi. Proses verifikasi dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP). Makalah Trainning
dokumentasi dilakukan oleh B2PTTG bekerjasama dengan HACCP, Bogor.
Dinas Kesehatan Kabupaten Subang – Jawa Barat yang
Miskiyah, dkk. (2010). Kontaminasi mikotoksin pada buah
bertujuan untuk memantau efektifitas penerapan HACCP
segar dan produk olahannya serta penanggulangannya.
pada pengolahan sari buah jambu biji. Proses verifikasi dapat
Jurnal Litbang Pertanian 29: 3.
dilakukan dengan menganalisa setiap tahapan prose sang
diidentifikasi sebagai CCP. Dokumentasi dilakukan secara Murano, P.S. (2002). Understanding Food Science and
internal dan terkontrol. Technology. Thomson Wadsworth, Australia.
Muhandri, T. dan Kadarisman, D.(2008). Sistem Jaminan
KESIMPULAN Mutu Industri Pangan. IPB Press, Bogor.
Pdpersi (2004). Obat tradisional: jambu biji (Psidium guajava
Hasil kajian HACPP terhadap produksi sari buah jambu L.). http://www.pdpersi.co.id./pusat data&informasi
biji di Pilot Plant Sari Buah B2PTTG menunjukkan bahwa PERSI.htm. [ 22 Juni 2013].
yang ditetapkan sebagai CCP adalah proses sortasi, pencucian,
Rahayu, W.P. (2006). Mikotoksin dan Mikotoksis: Mikrobiologi
sterilisasi dan pengisian. Oleh karena itu harus dilakukan
keamanan pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi
penanganan bahan baku yang baik, kontrol kebersihan
Pangan, Institut Pertanian Bogor.
operator, penggunaan air yang sesuai dengan pesyaratan,
dan memastikan kecukupan panas saat sterilisasi sari buah. Rahmat, A., Mohd, F.Z. dan Zarida, H. (2006). The effect
Dalam pelaksanaannya, proses verifikasi sangat penting untuk of guava (Psidium Guajava) consumption on total
dilakukan agar dapat mengetahui efektifitas penerapan HACCP. antioxidant and lipid profile in normal male youth.
Penerapan HACCP yang sesuai diharapkan akan meningkatkan African Journal of Food Agriculture Nutrition and
kualitas dan keamanan produk sari buah jambu biji. Development 6:1-12.
Riana, A. (editor). (2000). Jambu biji. http://www. asiamaya.
DAFTAR PUSTAKA com/nutrients/jambubiji.htm. [22 Juni 2013].
Soekarto, S.(1990). Dasar-dasar Pengawasan dan
Buckle, K.A., Edwads R.A., Fleet G.J. dan Wotton, M. Standardisasi Mutu Pangan. IPB Press, Bogor.
(1987). Ilmu Pangan. Terjemahan oleh H. Purnomo dan
Adiono. UI. Press, Jakarta. Wachu (2006). Penjualan meningkat setiap isu DBD merebak:
jambu batu di sekitar Situ Ciburuy. Pikiran Rakyat 9
Badan Standarisasi Nasional (1995). Sari Buah. SNI 01-3719- Maret 2006.
1995. BSN, Jakarta.
Widaningrum dan Winarti, C. (2008). Studi penerapan
Badan Standarisasi Nasional (1998). Analisa Bahaya dan HACCP pada proses produksi sari buah apel. Makalah
Pengendalian Titik Kritis. SNI 01-4852-1998. BSN, Puslitbang BSN, Jakarta.
Jakarta.
Winarno, F.G. (2002). Cara berproduksi makanan yang baik.
Badan Standardisasi Nasional (1999). Pedoman Penyusunan Makalah Trainning Auditor Sistem HACCP. M-brio
Rencana Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Trainning, Bogor.
Kritis (HACCP). BSN, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (2009). Batas Kandungan
Mikotoksin dalam Pangan. SNI 7385. BSN, Jakarta.
Casmin (2003). Kajian Aplikasi GMP, Sanitasi, dan
Penyusunan Dokumen Rencana HACCP, Produk
Minuman Sari Kelapa ”PrimaCo” di PT. Halintar
Bahana Prima Divisi Nata de Coco, Leuwikopo, Bogor.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
276