Anda di halaman 1dari 11

AGRITECH, Vol. 34, No.

3, Agustus 2014

KAJIAN HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) PENGOLAHAN


JAMBU BIJI DI PILOT PLANT SARI BUAH UPT. B2PTTG – LIPI SUBANG
The Study of HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) Guava Fruit Processing in Pilot Plant Fruits
Processing, UPT. B2PTTG – LIPI Subang

Diki Nanang Surahman, Riyanti Ekafitri

Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Jl. K.S. Tubun No. 5 Subang, Jawa Barat 41213
Email: diki.lucky@gmail.com

ABSTRAK

Buah jambu biji mempunyai kandungan vitamin C dan beta karoten yang berkhasiat sebagai antioksidan dan dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satu pemanfaatan buah jambu biji adalah dengan mengolahnya menjadi sari
buah. Pilot plant UPT. B2PTTG-LIPI Subang merupakan salah satu model pengolahan buah jambu biji menjadi sari
buah. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan penerapan HACCP untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk
sari buah. Oleh karena itu dilakukan kajian HACPP. Kajian HACCP dilakukan menggunakan Panduan Penyusunan
Rencana HACCP dengan proses penyusunannya mengikuti 7 prinsip sistem HACCP yang direkomendasikan oleh
Standar Nasional Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa yang ditetapkan sebagai CCP adalah proses sortasi dan
pencucian (untuk menghilangkan bahaya pada bahan baku jambu biji), proses sterilisasi dan pengisian merupakan CCP
untuk produk jadi (sari buah jambu biji). Keseluruhan CCP ini harus mendapatkan pengawasan optimal antara lain:
penanganan bahan baku, kontrol kebersihan operator, penggunaan air yang sesuai dengan persyaratan, dan memastikan
kecukupan panas saat sterilisasi sari buah. Dalam pelaksanaannya, proses verifikasi sangat penting untuk dilakukan
agar dapat mengetahui efektifitas penerapan HACCP. Penerapan HACCP yang sesuai diharapkan akan meningkatkan
kualitas dan keamanan produk sari buah jambu biji.

Kata kunci: Sari buah, jambu biji, HACCP

ABSTRACT

Guava has vitamin C and beta carotene that potent as antioxidant and can increase endurance. Guava can be processed
into juice as a final product. UPT . B2PTTG-LIPI Subang has a Pilot Plant. The pilot plant itself is a model of processing
fruit into juice. The processing of guava juice from the pilot plant needs an application of HACCP to improve the
quality and safety of fruit juice products. The studies of HACCP uses the 7 principles of HACCP system recommended
by the Indonesian National Standard. The result of studies showed that the set as CCP’s are sortation and washing (for
raw materials is the guava fruit), meanwhile sterilization and filling process are CCP’s for guava juice/final product.
All the CCP’s should always be controlled and obtain optimal control by handling of raw materials, hygiene control
operators, the use of water in accordance with the requirements of, and ensure the adequacy of current heat sterilization
juice. In practice, the process of verification is very important to be done in order to determine the effectiveness of the
implementation of HACCP. Appropriate application of HACCP is expected to improve the quality and safety of guava
juice.

Keywords: Juice, guava, HACCP

266
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

PENDAHULUAN namun belum memiliki sistem analisa resiko bahaya yang


mungkin timbul pada setiap tahapan produksi yaitu HACCP
Buah jambu biji merupakan buah yang banyak digemari (Hazard Analysis Critical Control Points). HACCP merupakan
oleh masyarakat Indonesia. Buah jambu biji diketahui suatu piranti (sistem) yang digunakan untuk menilai bahaya
mempunyai kandungan vitamin C dan beta karoten sehingga dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan
dapat berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan daya pada pencegahan (Muhandri dan Kadarisman, 2008). Salah
tahan tubuh (Riana, 2000; Pdpersi, 2004). Menurut Rahmat satu alasan mengenai pentingnya penerapan sistem HACCP
dkk. (2006) kandungan jambu biji dalam 100 gram adalah pada industri pangan adalah karena bahan-bahan yang
vitamin A 792 IU, vitamin B1 0,05 mg, vitamin C 183,5 digunakan serta selama proses produksi memiliki peluang
mg, vitamin E 1,12 mg, asam folat 14 mcg, mineral seperti terjadinya pencemaran yang dapat membahayakan konsumen.
kalsium 20 mg, fosfor 25 mg, besi 0,31 mg, seng 0,23 mg, CU Pencemaran tersebut dapat berupa pencemaran fisik, kimia,
0,103 mg selenium 0,6 mg, senyawa fenolik seperti β-karoten maupun mikrobiologi. HACCP dapat diterapkan pada seluruh
374µg dan likopen 5204 µg. Melihat dari kandungan nutrisi rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir
jambu biji tersebut diatas dan juga manfaat yang dihasilkan dan penerapannya harus dipandu oleh bukti secara ilmiah
oleh buah jambu biji, maka buah ini berpotensi untuk terhadap resiko kesehatan manusia (BSN,1998).
dikembangkan menjadi bahan baku industri olahan pangan Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik
selain untuk dikonsumsi secara segar. Salah satu pemanfaatan bahaya yang terdapat pada bahan baku yang digunakan
buah jambu biji yang jumlahnya melimpah saat panen raya dan tahapan proses pengolahan sari buah jambu biji dengan
adalah dengan mengolah buah jambu biji menjadi sari buah menggunakan tujuh prinsip HACCP sehingga proses produksi
sebagai produk akhir. dapat dikendalikan dan menghasilkan produk yang bermutu.
Aspek mutu dan keamanan pangan merupakan
masalah utama dalam produksi dan pemasaran buah-
METODE PENELITIAN
buahan (Widaningrum dan Winarti, 2007). Secara spesifik
dapat disebutkan bahwa buah-buahan Indonesia umumnya Kajian ini dilakukan pada tahun 2013 terhadap Pilot
mempunyai masalah dalam hal mutu yang tidak konsisten plant sari buah jambu biji di UPT-B2PTTG LIPI, Subang,
dan mengandung kontaminan. Padahal, jaminan keamanan Jawa Barat. Studi HACCP pada proses produksi sari buah
pangan merupakan suatu keharusan karena pangan termasuk jambu biji skala pilot ini menggunakan Panduan Penyusunan
kebutuhan dasar yang paling penting dan sangat esensial Rencana HACCP (BSN-Pedoman 1004-1999), daftar bahan
dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam industri baku dan bahan penunjang, bagan alir proses produksi, tabel
pengolahan makanan dan minuman, penerapan sistem penentuan tingkat resiko dan CCP decision tree. Sedangkan
keamanan pangan yang meliputi: cara produksi makanan yang proses penyusunannya, mengikuti 7 prinsip sistem HACCP
baik (GMP), sanitasi dan HACCP memiliki peranan yang yang direkomendasikan oleh Standar Nasional Indonesia
sangat penting. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya (1998) yang dikeluarkan oleh BSN (1999), meliputi:
keracunan dan penyakit yang diakibatkan oleh makanan atau 1. Prinsip 1: Analisis bahaya dan pencegahannya
minuman. Menurut Winarno (2002), lebih dari 90% terjadi 2. Prinsip 2: Identifikasi Critical Control Points (CCP) di
penyakit diakibatkan oleh makanan yang terkontaminasi dalam proses
mikrobiologi (food born deseases). 3. Prinsip 3: Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP
Salah satu model pengolahan buah biji jambu menjadi 4. Prinsip 4: Menetapkan cara pemantauan CCP
sari buah adalah Pilot Plant UPT. B2PTTG-LIPI Subang. Pilot 5. Prinsip 5: Menetapkan tindakan koreksi
plant pengolahan sari buah jambu biji sudah mulai beroperasi 6. Prinsip 6: Menyusun prosedur verifikasi
sejak tahun 1986. Pilot plant yang memiliki luas bangunan 7. Prinsip 7: Menetapkan prosedur pencatatan
yaitu 450 m2 dengan peralatan lengkap dengan bahan logam (dokumentasi)
stainless hibah dari negara Italia dengan pabrikasi peralatan di
Bertuzzi, Italia. Kapasitas untuk satu lini produksi pengolahan Analisis bahaya dilakukan dengan cara mendaftarkan
sari buah mencapai maksimal 1000 – 2000 liter per hari. semua bahaya yang mungkin terdapat dalam bahan baku dan
Namun yang sekarang digunakan hanya 600 – 1000 liter per tahap proses dengan mengacu pada referensi yang terkait
hari, dengan salah satu varian sari buah yang diproduksi yaitu (jurnal, buku, dokumen standarisasi dan hasil penelitian
jambu biji. lainnya). Bahaya-bahaya yang teridentifikasi kemudian
Seiring dengan tuntutan akan produk yang aman ditabulasikan ke dalam sebuah tabel disertai sumber bahaya,
dan memiliki kulitas yang baik, maka Pilot Plant ini telah tingkat resiko dan tindakan pencegahannya. Tingkat resiko
menerapkan sistem GMP (Good Manufacturing Practices), ditentukan berdasarkan seberapa besar akibat yang akan

267
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

nya dibandingkan jeruk, 10-30 kali lebih banyak dibandingkan


ditimbulkan oleh suatu bahaya dan seberapa sering bahaya
pisang. Jambu biji, menurut penelitian (Wachu, 2006), juga
tersebut kemungkinan terjadi. Setiap tahapan proses ditentukan
mengandung vitamin A dalam jumlah yang banyak. Jambu
termasuk CCP atau tidak melalui pertimbangan tingkat resiko
biji merah memiliki kandungan vitamin A lebih tinggi, sekitar
dan berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP decision
3,1 mg/100 g dibandingkan dengan jambu biji berwarna putih.
tree. Tahap proses yang tidak termasuk CCP, dapat termasuk
Buah ini dapat dikonsumsi secara segar atau diolah menjadi
control point (CP) yang berarti tahapan tersebut apabila tidak
sari buah. Sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari
dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dari
sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula
segi kualitas (Widaningrum dan Winarti 2008).
dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN ,1995).
Produk sari buah minimal harus memiliki 30% bubur buah
HASIL DAN PEMBAHASAN segar (pulp). Adapun deskripsi produk sari buah jambu biji
yang diproduksi oleh Pilot Plant Pengolahan Sari Buah –
Deskripsi Produk Bertuzzi di B2PTTG – LIPI dapat dilihat pada Tabel 1.

Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan Diagram Alir Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji
jenis buah tropis yang menjadi sumber vitamin C tinggi
Diagram alir proses merupakan suatu urutan tahapan
dalam bentuk asid askorbik, dengan jumlah yang lebih tinggi
kerja dalam proses produksi pembuatan sari buah jambu biji
dibandingkan buah-buahan yang lain (Wachu, 2006). Buah
dapat dilihat pada Gambar 1.
jambu biji mengandung 3 hingga 6 kali lebih banyak vitamin C

Tabel 1. Deskripsi produk sari buah jambu biji

Kriteria Keterangan
Nama produk Sari buah jambu biji
Nama merk dagang Juz
+ 50-60% v/v
Air
Min. 30% b/v
Bubur buah (pulp)
10 – 12%
Gula putih
500 ppm
CMC
Komposisi 1000 ppm
Asam sitrat
1 ml/liter
Essence Jambu Biji
Pewarna makanan merk butterfly colour food
0,05 – 0,1 gram/liter
Pengawet (Na-Benzoate)
300 ppm
Pengemas primer Cup plastik
Pengemasan sekunder Dus karton
Masa kadaluarsa 6 bulan
Kondisi penyimpanan Suhu ruang (+ 27oC)
Tujuan konsumen Umum
Cara penyiapan konsumsi Dikonsumsi langsung

268
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

Buah jambu biji,


(Matang Optimum)

Sortasi …………………. CCP1

Pencucian …………………. CCP2

Pengupasan dan Pemotongan

Pembuburan
Chopper
Bahan penambah:
Pemisahan Biji Disaring dengan Pulper
Gula pasir, asam
sitrat, CMC, Na-
benzoate, Pulp Jambu
essence, pewarna

Pengenceran Air

Pengkondisian (TPT : 11oBrix)

Sterilisasi (T=100oC, t = 5 menit) PHE …….…. CCP3

Cup plastik Pengisian Automatic Cup Filling Machine …. CCP4

Pengemasan Dus Karton

Sari buah jambu dalam kemasan

Gambar 1. Bagan alir proses produksi pembuatan sari buah jambu biji

269
Tabel 2. Analisa bahaya pada bahan baku produksi

270
Bahaya terhadap Penting tidaknya

No. Bahan baku Bahaya Penyebab bahaya Penting/ Tindakan pengendalian


Peluang Keparahan
Keselamatan Mutu tidak
(T/S/R) (T/S/R)
(T/S/R)
Fisik : pasir, ranting
pohon, tanah, serangga
Penanganan pasca panen Mengurangi benturan dengan
Kimia : patulin dari yang tidak tepat, perbaikan pengemasan,
1 Jambu biji kapang, Ya Ya Fungi/Kapang/bakteri T T T melakukan proses pencucian
yang menempel pada dan sortasi sebelum proses
Mikrobiologi : kapang buah pengemasan
(Aspergillus sp,
Penicillium sp)
Residu logam berat
Kimia : logam berat
dalam air, air yang Tidak menggunakan air kotor
digunakan tidak bersih atau permukaan, Melakukan
2 Air Mikrobiologi : Ya Ya T T T
atau tidak sesuai dengan proses ultrafiltrasi,
Bakteri E.Coli, Shigella
persyaratan untuk air melakukan proses ozonisasi
sp.,V. cholerae
minum
Kimia : logam berat Menggunakan gula pasir
Fisik : benang, semut, filth yang berkualitas baik, putih
Kualitas gula pasir yang
3 Gula Pasir (rambut, potongan bagian Ya Ya R S S bersih dan sedikit atau tidak
rendah/jelek
tubuh serangga) mengandung kontaminasi
fisik
Kualitas asam sitrat Menggunakan asam sitrat
4 Asam Sitrat Kimia : logam berat Ya Ya R S S
yang rendah/jelek berkualitas baik
Kimia : Kualitas CMC yang Menggunakan CMC
5 CMC - Ya R R R
logam berat rendah/jelek berkualitas baik
Menggunakan essence
Kimia : Kualitas essence yang
6 Essence - Ya R R R dengan kualitas baik dan
logam berat rendah/jelek
food grade
Kimia : Penggunaan pewarna
Menggunakan pewarna yang
7 Pewarna Makanan logam berat, pewarna - Ya yang tidak diijinkan R R R
food grade
sintetik untuk pangan
Tingkat ketelitian Melakukan penimbangan
Pengawet Kimia : dosis yang
8 Ya Ya penimbangan oleh S S S dengan cermat dan sesuai
(Na-Benzoate) berlebihan
operator dengan standar yang berlaku
Keterangan : T = Tinggi, S = Sedang, R = Rendah
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
Tabel 3. Analisis bahaya terhadap tahapan proses kegiatan pembuatan sari buah jambu biji

Bahaya terhadap Penting tidaknya


Tahapan
No. Bahaya Penyebab bahaya Peluang Keparahan Penting/tidak Tindakan pengendalian
proses Keselamatan Mutu
(T/S/R) (T/S/R) (T/S/R)

Tangan operator
Mencuci tangan sebelum
Mikrobiologi : S.aureus, yang tidak bersih,
1 Sortasi Ya Ya T S T menyentuh bahan, penangan
bakteri pembusuk penanganan bahan
bahan baku dengan baik
baku yang tidak baik

Penggunaan air
Kimia : logam berat, yang tercemar/kotor, Lakukan pencucian secara
Mikrobiologi : masih adanya kapang berulang, dan air yang digunakan
2 Pencucian Ya Ya T S T
Bakteri E.coli, kapang/ atau jamur yang harus air bersih sesuai dengan
jamur menempel pada buah persyaratan air minum
jambu biji

Alat pemotong yang Gunakan alat pemotong dari


Kimia :
sudah tidak layak, bahan stainless steel, lakukan
Logam berat
3 Pemotongan Ya Ya pembersihan bagian T R S pembersihan atau pemotongan
Mikrobiologi : Bakteri,
mahkota dan tangkai bagian mahkota dan tangkai
kapang/jamur
yang tidak sempurna dengan baik

Alat pembubur
(chopper) terjadi ge- Lakukan pengecekan terhadap
sekan antara baling- alat sebelum digunakan,
Kimia : Logam berat
baling penghancur lakukan pencucian sebelum dan
4 Pembuburan Mikrobiologi : Bakteri, Ya Ya S S S
dengan dinding sesudah pemakaian alat, lakukan
kapang/jamur
chopper, pencucian pencucian dengan larutan anti
atau pembersihan bakteri dan anti jamur
alat kurang sempurna

Alat pemisah biji


(pulper) terjadi ge-
sekan antara baling- Lakukan pengecekan terhadap
baling pemisah alat sebelum digunakan,
Kimia : Logam berat
dengan dinding lakukan pencucian sebelum dan
5 Pemisahan biji Mikrobiologi : Bakteri, Ya Ya S S S
screen (saringan sesudah pemakaian alat, lakukan
kapang/jamur
berbahan logam pencucian dengan larutan anti
stainless), pencucian bakteri dan anti jamur
atau pembersihan
alat kurang sempurna
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

271
272
Bahaya terhadap Penting tidaknya
Tahapan
No. Bahaya Penyebab bahaya Peluang Keparahan Penting/tidak Tindakan pengendalian
proses Keselamatan Mutu
(T/S/R) (T/S/R) (T/S/R)
Air yang digunakan
Kimia :
tercemar logam Tidak menggunakan air kotor
Logam berat
berat, tidak bersih atau permukaan, Melakukan
6 Pengenceran Mikrobiologi : bakteri Tidak Tidak R R R
atau tidak memenuhi proses ultrafiltrasi, melakukan
E.coli, Shigella sp.,V.
persyaratan air proses ozonisasi
cholerae
minum
Tidak teridentifikasi
7 Pengkondisian Tidak Tidak - - - -
bahaya
Waktu dan suhu
Mikrobiologi : kapang/
pemanasan yang Pengaturan suhu dan waktu
8 Sterilisasi jamur pembentuk spora, Ya Ya T T T
tidak sesuai pemanasan yang sesuai
bakteri thermofilik
kebutuhan.

Operator tidak
menggunakan
Pengawasan terhadap operator,
masker dan tutup
pembersihan alat sebelum dan
Fisik : Rambut, debu kepala, alat yang
sesudah digunakan, ruangan
9 Pengisian Mikrobiologi : S.aureus, Ya Ya digunakan tidak T T T
pengemasan harus bersih dan
E.coli, kapang/jamur bersih sempurna,
tertutup, pemasangan exhaust fan
ruang pengemasan
di ruang pengemas
yang tidak bersih dan
tidak tertutup
Tidak teridentifikasi
10 Pengemasan Tidak Tidak - - - -
bahaya
Keterangan : T = Tinggi, S = Sedang, R = Rendah
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

Identifikasi Bahaya untuk Bahan Baku serangga). Menurut Casmin (2003), cemaran kimia pada gula
Proses pengolahan sari buah jambu biji menggunakan pasir dapat berupa keberadan belerang dioksida. Haryadi
bahan baku buah jambu biji dan bahan tambahan pangan (2001), menyatakan bahwa cemaran kimia umumnya tidak
lain, yaitu CMC sebagai bahan penstabil, asam sitrat sebagai dapat dikurangi atau dihilangkan selama pegolahan. Cemaran
bahan pengasam, Na-Benzoate sebagai pengawet, gula kimia hanya dapat ditekan seminimal mungkin melalui
pasir sebagai pemanis, essence jambu biji sebagai penguat spesifikasi dan pengawasan bahan baku yang ketat terhadap
aroma/flavor, pewarna makanan sebagai penguat warna. penyedia bahan baku. Sedangkan untuk meminimalisir adanya
Air digunakan dalam proses pencucian buah jambu biji dan cemaran fisik dapat dilakukan dengan menggunakan gula
pasir yang berkualitas baik, sedikit, atau tidak mengandung
sebagai pengencer. Bahaya-bahaya yang teridentifikasi pada
kotoran terutama kontaminan fisik. Dapat pula melakukan
bahan baku seperti disajikan pada Tabel 2.
tindakan pengayakan atau penyaringan sebelum penggunaan
Bahan baku buah jambu biji mengandung bahaya
gula pasir pada proses pengkondisian.
mikrobiologi yang berasal dari jamur yang menempel pada
Bahan tambahan pangan yang digunakan pada
buah jambu terutama dalam kondisi lembab. Jamur buah biji
pembuatan sari buah jambu biji antara lain asam sitrat,
jambu yang banyak ditemui adalah Aspergillus sp menghasilkan
CMC, essence, pewarna makanan, dan bahan pengawet (Na-
mikotoksin patulin. Mikotoksin merupakan senyawa organik
benzoat). Menurut Munaro (2002), asam sitrat berfungsi
beracun hasil metabolisme sekunder dari kapang (fungi, jamur,
untuk memberikan cita rasa asam, menurunkan pH bahan,
cendawan). Senyawa tersebut dapat mengganggu kesehatan
dan berperan sebagai chelating dan sequestering agent. Pada
manusia dan hewan dengan berbagai bentuk perubahan klinis
pembuatan sari buah jambu biji ini asam sitrat berfungsi
dan patologis (BSN, 2009). Mikotoksin perlu dikendalikan
untuk memberikan sedikit cita rasa asam dan menurunkan
melalui penanganan prapanen sampai pascapanen (Miskiyah,
pH sehingga dapat meningkatkan daya awet produk. Hal ini
dkk, 2010). Konsumsi produk pangan yang terkontaminasi
dikarenakan pada pH rendah, beberapa mikroba perusak tidak
mikotoksin dapat menyebabkan terjadinya mikotoksikosis,
dapat bertahan hidup. CMC sebagai bahan penstabil untuk
yaitu gangguan kesehatan pada manusia dan hewan dengan
mencegah terbentuknya endapan di dasar sari buah. Essence
berbagai bentuk perubahan klinis dan patologis, misalnya
ditambahkan untuk memperkuat cita rasa sari buah jambu
dapat menyebabkan penyakit kanker hati, degenerasi hati,
biji, pewarna makanan diberikan untuk mempertegas warna
demam, pembengkakan otak, ginjal, dan gangguan syaraf
sari buah pada produk akhir, dan Na- benzoat ditambahkan
(Rahayu2006). Oleh karena itu bahaya cemaran pada buah
sebagai bahan pengawet. Cemaran yang diidentifikasi pada
jambu biji dapat dikendalikan dan dihilangkan melalui tahapan bahan tambahan ini antara lain cemaran kimia berupa logam
CCP yaitu sortasi dan pencucian. berat dan penggunaan dosis secara berlebihan. Oleh karena
Bahan baku yang lainnya adalah air. Mutu air yang itu harus dihindari penggunaan bahan tambahan pangan
digunakan untuk proses pengolahan harus memiliki mutu dengan kualitas yang rendah. Penggunaan asam sitrat, CMC,
seperti mutu air minum (Deptan, 2000). Menurut Buckle essence, pewarna makanan, dan bahan penggawet harus
(1987), air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna, yang memiliki kualitas yang baik. Pada penggunaan pewarna
tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau makanan dapat menjadi bahaya kimia apabila pewarna
kekeruhan. Sedangkan menurut Soekarto (1990), persyaratan makanan yang digunakan adalah pewarna makanan yang tidak
air minum yang terpenting adalah harus bebas dari bakteri dan diizinkan untuk makanan (misalnya pewarna tekstil) yang
senyawa kimia yang berbahaya serta tidak berwarna, tidak dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk bagi kesehatan
berbau, tidak menimbulkan rasa aneh dan tidak keruh. Menurut konsumen. Begitu pula penggunaan Na-benzoat sebagai bahan
Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 disebutkan bahwa pengawet. Penggunaan Na-benzoat harus sesuai dengan batas
jumlah total coliform pada air sumur (sumur bor) adalah 0/ 100 penggunaan yang diperbolehkan. Penggunaan Na-benzoat
ml. Air digolongkan sebagi bahan baku yang memiliki tingkat yang diizinkan adalah maksimal 600 ppm (Peraturan Menkes
resiko yang tinggi dan peluang keparahan yang tinggi sehingga No. 722/Menkes/Per/IX/88). Tindakan pengendalian yang
perlu dikendalikan melalui tahapan CCP pada proses sterilisasi. dapat dilakukan adalah melakukan penimbangan yang teliti
Dalam proses pembuatan sari buah biji jambu, digunakan air dan seksama sehingga bahan pengawet yang ditambahkan
yang sudah mengalami ozonisasi dan ultrafiltrasi sehingga pada produk tepat sesuai dosis tidak berlebihan.
terbebas dari kontaminasi kimia maupun mikrobiologi.
Bahan baku selanjutnya adalah gula pasir. Cemaran Penetapan CCP untuk Pengendalian (Prinsip 2)
yang diidentifikasi pada bahan baku ini dalah cemaran kimia, Identifikasi bahaya proses yang dhasilkan pada proses
yaitu keberadaan logam berat dan cemaran fisik yang dapat pembuatan sari buah jambu biji (Tabel 3), selanjutnya
berupa benang, semut, filth (rambut, potongan bagian tubuh dilakukan penentuan CCP, batas kritis, tindakan pemantauan

273
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

dan tidakan koreksi (Tabel 4) yang merupakan prinsip 3, 4, Setelah pemotongan dilakukan pembuburan dan
dan 5 dalam sistem HACCP. pemisahan biji. Kedua tahapan ini menggunakan alat chopper.
Proses pertama dalam pembuatan sari buah biji Resiko bahaya yang diidentifikasi adalah cemaran kimia dan
jambu adalah sortasi (CCP 1). Kegiatan ini berfungsi untuk mikrobiologi. Cemaran kimia dapat berasal dari gesekan
memisahkan segala cemaran fisik dan biologi yang ada pada antara baling-baling penghancur pada chopper dengan
buah jambu, seperti tanah, batu, kerikil, daun, serangga, dan dinding chopper. Cemaran mikrobiologi dapat berasal dari
lain-lain. Sortasi juga dilakukan untuk memisahkan buah yang kontaminasi silang bila chopper tidak dibersihkan sempurna.
sudah busuk, mengandung kapang, dan buah yang rusak/lunak Hal ini dapat diatasi dengan pembersihan dan pencucian
karena benturan dengan buah yang masih bagus. Bahaya yang setiap bagian chopper menggunakan larutan anti bakteri dan
diidentifikasi pada tahapan ini adalah bahaya mikrobiologi anti jamur yang direkomendasikan untuk produk pangan.
yaitu adanya S. aureus atau bakteri pembusuk yang berasal Setelah dilakukan pemisahan biji, dilakukan
dari penanganan bahan baku yang tidak baik atau kontamitasi pengenceran. Penambahan air saat pengenceran ini diidentifikasi
tangan operator. Manusia yang sehat saja merupakan sumber memiliki tingkat keparahan yang rendah, cemaran-cemaran
mikroba seperti Streptococcus dari kotoran dan Staphylococcus pada proses ini sudah diatasi melalui proses selanjutnya. Air
dari kulit, hidung, mulut dan tenggorokan. Setiap kali tangan yang digunakan pada proses pengenceran, harus air yang
pekerja kontak dengan bagian-bagian tubuh yang mengadung memenuhi persyaratan air minum. Pada pengolahan sari
mikroba patogen, maka tangan tersebut akan terkontaminasi buah jambu biji di UPT. B2PTTG digunakaan air yang telah
dan ketika tangan kontak dengan makanan, kontaminasi segera mengalami proses ultrafiltrasi dan ozonisasi. Selanjutnya
terjadi. Kontaminasi juga terjadi melalui udara dari pernapasan, dilakukan proses pengkondisian yaitu penambahan bahan
mulut, dan juga dari pakaian. Proses sortasi ini dinilai memiliki tambahan pangan dan pencampuran sari buah dengan gula
tingkat keparahan yang sedang, dengan tindakan pengendalian pasir yang dilakukan dalam tangki homogenizer.
berupa penanganan bahan baku yang baik dan menjaga Tahapan selanjutnya adalah sterilisasi (CCP 3).
kebersihan operator saat melakukan tahapan ini. Tahapan ini merupakan tahapan yang diidentifikasi memilili
Tahapan kedua setelah sortasi adalah pencucian (CCP resiko bahaya dan tingkat keparahan yang tinggi. Hal ini
2). Tahapan ini diidentifikasi dapat membawa bahaya kimia terkait dengan kecukupan panas yang diterima sari buah
berupa logam berat dan bahaya mikrobiologi berupa bakteri sehingga dapat membunuh mikroba patogen dan mikroba
E. coli dan kapang. Kedua bahaya ini dapat muncul dari pembusuk. Suhu pemansan yang digunakan adalah 90-100oC
penggunaan air yang tercemar dan masih adanya kapang selama 5-10 menit. Apabila suhu atau waktu sterilisasi yang
atau jamur yang menempel pada buah jambu biji. Tingkat dilakukan kurang dari suhu dan waktu yang telah ditetapkan,
keparahan dari bahaya ini dinilai sedang dan digolongkan dikhawatirkan masih ada mikroba yang mencemari produk
sebagai CCP. Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan sehingga mempengaruhi kemanan pangan pada produk akhir.
adalah pencucian buah secara berulang dan air yang digunakan Oleh karena itu tahapan ini dinilai sebagai CCP.
harus air bersih sesuai dengan persyaratan air minum. Menurut Setelah mengalami sterilisasi dalam pipa yang
Soekarto (1990) persyaratan air minum yang terpenting adalah langsung terhubung dengan mesin pengemas, sari buah biji
harus bebas dari bakteri dan senyawa kimia yang berbahaya jambu langsung terisi dalam kemasan plastik berukuran
serta tidak berwarna, tidak berbau, tidak menimbulkan rasa 220 ml. Pada tahap pengisian ini (CCP 4) diidentifikasi
aneh dan tidak keruh. Menurut Permenkes No. 416/Menkes/ juga memiliki tingkat peluang bahaya dan keparahan yang
Per/IX/1990 disebutkan bahwa jumlah total coliform pada air tinggi. Hal ini dikarenakan dapat terjadinya kontaminasi
sumur (sumur bor) adalah 0/100 ml. Air yang digunakan pada fisik dan mikrobiologi. Kontaminasi fisik dapat berupa
pengolahan sari buah biji jambu ini adalah air sumur bor yang cemaran filth (rambut, potongan tubuh serangga, dan debu).
sudah di hilangkan bakterinya secara ozonisasi dan ultrafiltasi. Kontaminasi mikrobiologi dapat terjadi akibat kontaminasi
Tahapan selanjutnya adalah pemotongan. Tahapan silang antara sari buah dengan kemasan yang tidak bersih.
ini memiliki resiko bahaya kimia berupa logam berat yang Kedua kontaminasi dapat berasal dari ruang pengemas yang
dapat berasal dari pisau pemotong dan bahaya mikrobiologi tidak bersih, tidak tertutup, dan operator yang bertugas
berupa kapang/ jamur yang dapat berasal dari pembersihan untuk mengecekan apakah terdapat kebocoran kemasan atau
makota dan tangkai buah jambu biji yang tidak sempurna. tidak. Setelah proses pengemasan selesai, dilakukan proses
Tahapan ini dinilai memiliki tingkat keparahan yang rendah. pengepakan dan distribusi.
Tindakan pengendalaian yang dapat dilakukan adalah dengan Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa
menggunakan alat pemotong yang bersih, tidak berkarat, dan tahapan proses yang dikategorikan sebagai CCP adalah proses
terbuat dari logam stainless. Selain itu perlu penghilangan sortasi, pencucian, sterilisasi dan pengisian. Setiap tahapan
bagian mahkota dan tangkai yang sempurna. proses yang termasuk CCP ini dapat dilihat pada Tabel 4.

274
Tabel 4. Matriks Critical Control Point (CCP) pada proses pengolahan sari buah jambu biji

Batas kritis Monitoring


CCP (prinsip 4) Tindakan koreksi Catatan/
No Tahap Jenis bahaya (prinsip 3)
No. (prinsip 5) dokumentasi
Metoda Frekuensi Objek Personal

Buang buah yang


< 1% kapang yang
memiliki prosentasi
terlihat pada buah jambu Observasi Setiap Proses/
kapang/busuk > Log book
1 Sortasi 1 Mikrobiologi biji, tidak ada bagian visual buah setiap pengiriman Jambu biji QC
1%. Bersihkan alat bahan baku
yang busuk, lunak atau jambu biji bahan baku
dan tingkatkan
rusak
pemeriksaan

Lakukan pencucian
secara berulang
Observasi buah
Buah jambu biji bersih . Setiap proses
secara sensori
Tidak ditemui kapang, Lakukan proses
Mikrobiologi
Air yang digunakan pemanasan air Log book
memenuhi persyaratan Air dan pada suhu 100oC proses harian,
2 Pencucian 2 Pengecekan alat QC
air minum. Setiap proses Jambu biji (mendidih), jika alat log book
ultrafiltrasi air
Buah bersih dari ultrafiltrasi tidak maintanance
Kimia
mikotoksin patulin berfungsi
Observasi buah
(maks 50ppb) Setiap proses
secara sensori
Lakukan ulang
proses pencucian

Suhu dan waktu Pengecekan


pemanasan harus tepat suhu dengan Lakukan proses Log book
(T= 110oC, t= 5-10 thermometer Sari buah kalibrasi pada proses,
3 Sterilisasi 3 Mikrobiologi Setiap proses QC
menit), serta tidak dan stopwatch jambu biji thermometer THE thermometer
ditemukannya spora dan untuk lama secara berkala action log
bakteri thermofilik mati sterilisasi
Cek secara
Sari buah jambu biji
visual, lakukan
terkemas sempurna,
pengecekan
tidak ada bocor atau Sari buah yang
terhadap Log book
cacat. Sari buah tidak terkemas
alat sebelum proses,
4 Pengisian 4 Mikrobiologi Operator memakai Setiap proses dsn operator QC sempurna di
digunakan. log book
perlengkapan lengkap pengemas reject, pengawasan
Operator pengemasan
(masker, tutup kepala, terhadap operator
menggunakan
jas lab dan sarung
perlengkapan
tangan
lengkap
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

275
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014

Verifikasi dan dokumentasi (Prinsip 6 dan 7) Departemen Pertanian (2000). Pedoman Pelaksanaan
Setelah analisis bahaya dan penetapan CCP selesai Verifikasi Sistem HACCP. Pedoman Mutu No.07.
dilakukan dan telah didokumentasikan dalam rencana Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
HACCP, maka tahap selanjutnya dilakukan penetapan Haryadi, R.D. (2001). Sistem Analisa Bahaya dan
prosedur verifikasi dan dokumentasi. Proses verifikasi dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP). Makalah Trainning
dokumentasi dilakukan oleh B2PTTG bekerjasama dengan HACCP, Bogor.
Dinas Kesehatan Kabupaten Subang – Jawa Barat yang
Miskiyah, dkk. (2010). Kontaminasi mikotoksin pada buah
bertujuan untuk memantau efektifitas penerapan HACCP
segar dan produk olahannya serta penanggulangannya.
pada pengolahan sari buah jambu biji. Proses verifikasi dapat
Jurnal Litbang Pertanian 29: 3.
dilakukan dengan menganalisa setiap tahapan prose sang
diidentifikasi sebagai CCP. Dokumentasi dilakukan secara Murano, P.S. (2002). Understanding Food Science and
internal dan terkontrol. Technology. Thomson Wadsworth, Australia.
Muhandri, T. dan Kadarisman, D.(2008). Sistem Jaminan
KESIMPULAN Mutu Industri Pangan. IPB Press, Bogor.
Pdpersi (2004). Obat tradisional: jambu biji (Psidium guajava
Hasil kajian HACPP terhadap produksi sari buah jambu L.). http://www.pdpersi.co.id./pusat data&informasi
biji di Pilot Plant Sari Buah B2PTTG menunjukkan bahwa PERSI.htm. [ 22 Juni 2013].
yang ditetapkan sebagai CCP adalah proses sortasi, pencucian,
Rahayu, W.P. (2006). Mikotoksin dan Mikotoksis: Mikrobiologi
sterilisasi dan pengisian. Oleh karena itu harus dilakukan
keamanan pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi
penanganan bahan baku yang baik, kontrol kebersihan
Pangan, Institut Pertanian Bogor.
operator, penggunaan air yang sesuai dengan pesyaratan,
dan memastikan kecukupan panas saat sterilisasi sari buah. Rahmat, A., Mohd, F.Z. dan Zarida, H. (2006). The effect
Dalam pelaksanaannya, proses verifikasi sangat penting untuk of guava (Psidium Guajava) consumption on total
dilakukan agar dapat mengetahui efektifitas penerapan HACCP. antioxidant and lipid profile in normal male youth.
Penerapan HACCP yang sesuai diharapkan akan meningkatkan African Journal of Food Agriculture Nutrition and
kualitas dan keamanan produk sari buah jambu biji. Development 6:1-12.
Riana, A. (editor). (2000). Jambu biji. http://www. asiamaya.
DAFTAR PUSTAKA com/nutrients/jambubiji.htm. [22 Juni 2013].
Soekarto, S.(1990). Dasar-dasar Pengawasan dan
Buckle, K.A., Edwads R.A., Fleet G.J. dan Wotton, M. Standardisasi Mutu Pangan. IPB Press, Bogor.
(1987). Ilmu Pangan. Terjemahan oleh H. Purnomo dan
Adiono. UI. Press, Jakarta. Wachu (2006). Penjualan meningkat setiap isu DBD merebak:
jambu batu di sekitar Situ Ciburuy. Pikiran Rakyat 9
Badan Standarisasi Nasional (1995). Sari Buah. SNI 01-3719- Maret 2006.
1995. BSN, Jakarta.
Widaningrum dan Winarti, C. (2008). Studi penerapan
Badan Standarisasi Nasional (1998). Analisa Bahaya dan HACCP pada proses produksi sari buah apel. Makalah
Pengendalian Titik Kritis. SNI 01-4852-1998. BSN, Puslitbang BSN, Jakarta.
Jakarta.
Winarno, F.G. (2002). Cara berproduksi makanan yang baik.
Badan Standardisasi Nasional (1999). Pedoman Penyusunan Makalah Trainning Auditor Sistem HACCP. M-brio
Rencana Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Trainning, Bogor.
Kritis (HACCP). BSN, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (2009). Batas Kandungan
Mikotoksin dalam Pangan. SNI 7385. BSN, Jakarta.
Casmin (2003). Kajian Aplikasi GMP, Sanitasi, dan
Penyusunan Dokumen Rencana HACCP, Produk
Minuman Sari Kelapa ”PrimaCo” di PT. Halintar
Bahana Prima Divisi Nata de Coco, Leuwikopo, Bogor.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

276

Anda mungkin juga menyukai

  • Kualifikasi Sebagai Ahli Diet Di Eropa
    Kualifikasi Sebagai Ahli Diet Di Eropa
    Dokumen2 halaman
    Kualifikasi Sebagai Ahli Diet Di Eropa
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Eggroll dan Ledre: Perbedaan dan Proses Pembuatan
    Eggroll dan Ledre: Perbedaan dan Proses Pembuatan
    Dokumen19 halaman
    Eggroll dan Ledre: Perbedaan dan Proses Pembuatan
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Halaman Judul
    Halaman Judul
    Dokumen2 halaman
    Halaman Judul
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik 10 Mei 2019 g42160322 Priscilia Noviyanti Tugas
    Biostatistik 10 Mei 2019 g42160322 Priscilia Noviyanti Tugas
    Dokumen4 halaman
    Biostatistik 10 Mei 2019 g42160322 Priscilia Noviyanti Tugas
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • BAB I MSPM
    BAB I MSPM
    Dokumen3 halaman
    BAB I MSPM
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • BAB I MSPM
    BAB I MSPM
    Dokumen3 halaman
    BAB I MSPM
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • PENGFOR
    PENGFOR
    Dokumen15 halaman
    PENGFOR
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Inhalen Bu Ratih
    Inhalen Bu Ratih
    Dokumen3 halaman
    Inhalen Bu Ratih
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • BAB I MSPM
    BAB I MSPM
    Dokumen3 halaman
    BAB I MSPM
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • BIOSTATISTIK
    BIOSTATISTIK
    Dokumen2 halaman
    BIOSTATISTIK
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • MSPM
    MSPM
    Dokumen2 halaman
    MSPM
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Kuisioner Anemia Pada Remaja
    Kuisioner Anemia Pada Remaja
    Dokumen3 halaman
    Kuisioner Anemia Pada Remaja
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab V Dan Dapus Di Bawahnya SFFQ SKP
    Bab V Dan Dapus Di Bawahnya SFFQ SKP
    Dokumen7 halaman
    Bab V Dan Dapus Di Bawahnya SFFQ SKP
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen1 halaman
    Bab 1
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Tugas Hasil TPI Priscilia Noviyanti G42160322 A
    Tugas Hasil TPI Priscilia Noviyanti G42160322 A
    Dokumen2 halaman
    Tugas Hasil TPI Priscilia Noviyanti G42160322 A
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • SFFQ Laporan1
    SFFQ Laporan1
    Dokumen8 halaman
    SFFQ Laporan1
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Data Angkatan 22
    Data Angkatan 22
    Dokumen3 halaman
    Data Angkatan 22
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik Uts g42160322 Priscilia Noviyanti
    Biostatistik Uts g42160322 Priscilia Noviyanti
    Dokumen7 halaman
    Biostatistik Uts g42160322 Priscilia Noviyanti
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • BAB III (3) Kamis
    BAB III (3) Kamis
    Dokumen2 halaman
    BAB III (3) Kamis
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat
  • 9454 17537 1 PB
    9454 17537 1 PB
    Dokumen23 halaman
    9454 17537 1 PB
    priscilia noviyanti
    Belum ada peringkat