Anda di halaman 1dari 103

Makalah Model Pembelajaran Kooperatif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar
prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas
pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain
sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang
ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis.
Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa
yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada
kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa
di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan
kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada
pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan
meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya.
Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk
penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi
yang diterapkan dikelaspun juga individual.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan
dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah
kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model
pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai.
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru
untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah
satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah
satu alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk
kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan
pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke
pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat
digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat
membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan
antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar
melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.2.1 Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif?
1.2.2 Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?
1.2.3 Apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif?
1.2.4 Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.
1.3.2 Mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif.
1.3.3 Mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.
1.3.4 Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Slavin (1994) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Johnson & Johnson (1987) dalam Isjoni (2009:17) menyatakan bahwa “pengertian model
pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka
miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Menurut Rustaman (2003:206) dalam www.muhfida.com (2009) “pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir
rasional”.
Lie (2008:12) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Isjoni (2009:15) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
terjemahan dari istilah cooperative learning. Cooperative learning berasal dari
katacooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”.
Hasan (1996) menyimpulkan bahwa kooperatif mengandung pengertian bekerjasama
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari
hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.
Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar
kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau
tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka
dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”.
Menurut Sugiyanto (2008:35) “pembelajaran kooperatif (cooperative learning)adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Malik (2011) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk
sampai kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, ber-
argumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama”.
Menurut Wikipedia (2011) “pembelajaran kooperatif atau cooperative learningmerupakan
istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja
sama kelompok dan interaksi antar siswa”.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok
kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran
langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.

2.2 Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif


2.2.1 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
2.2.1.1 Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan
sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap
siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau
tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena
jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak
dapat diselesaikan.
2.2.1.2 Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya
disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan
bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut
harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap
anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan kemampuannya yang
dimiliki setiap individu.
2.2.1.3 Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka
sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan
sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi sumber
belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa
dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan harus
dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok
tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
2.2.1.4 Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan
terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran
logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini.
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan berbagai keterampilan
berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-
cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan
berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang
lain tanpa harus menyinggung perasaan orang lain.
2.2.1.5 Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan
pembelajaran cooperative learning.
2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
2.2.2.1 Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.
2.2.2.2 Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping
tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
2.2.2.3 Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan
yang sama.
2.2.2.4 Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya.
2.2.2.5 Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh anggota kelompok.
2.2.2.6 Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.
2.2.2.7 Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di
dalam kelompoknya.

2.3 Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif


Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.
2.3.1 Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama
sebagai berikut:
2.3.1.1 Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode
pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk
mengikuti tes berikutnya.
2.3.1.2 Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa
bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau
memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan
saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
2.3.1.3 Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara
individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.
2.3.1.4 Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang
tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata
kelompok.
2.3.1.5 Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan
penghargaan.
2.3.2 Tipe Think-Pair-Share
Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985.Think-Pair-Share memberikan
kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa
telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk
menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah
dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut.
2.3.2.1 Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan
siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
2.3.2.2 Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan
jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika
suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
2.3.2.3 Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka
bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan
satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan-pasangan
tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
2.3.3 Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins. Arends (1997) dalam bukunya menyimpulkan dengan kutipan
sebagai berikut.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. ... Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok.

2.3.4 Tipe NHT (Numbered Heads Together)


Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala
bernomor) dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu
teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari
kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor
mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam
menguasai materi.
Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan,
tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar
mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu
kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan
informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama
untuk tampil menjawab pertanyaan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered heads togetherantara lain:
2.3.4.1 Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.3.4.2 Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok me-ngerjakannya.
2.3.4.3 Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/menge-tahui jawabannya.
2.3.4.4 Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
2.3.4.5 Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
2.3.5 Tipe GI (Group Investigation)
Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang
pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi
sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk
membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai
masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan
menguji hipotesis. Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah
sebagai berikut:
2.3.5.1 Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok
investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini,
yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori
topik permasalahankemudian siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan
topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, laluguru membatasi jumlah anggota
masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan
keheterogenan.
2.3.5.2 Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa
bersama-sama merencanakan tentang: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mereka belajar?
Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
2.3.5.3 Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini,
siswa melakukan kegiatan sebagai berikut:pertama siswa mengumpulkan informasi,
menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang
diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap
kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan
mempersatukan ide dan pendapat.
2.3.5.4 Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai
berikut: pertama anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya
masing-masing, kemudian anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan
dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok membentuk
panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
2.3.5.5 Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada
tahap ini adalah sebagai berikut: pertama,penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam
berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif
sebagai pendengar, kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan
pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
2.3.5.6 Tahap Evaluasi (Evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini,
kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: pertama siswa menggabungkan
masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang
pengalaman-pengalaman efektifnya, kemudian guru dan siswa mengkolaborasi,
mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar
haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
2.3.6 Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)
Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish.
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model
pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian
mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting.
Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang
heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini terdapat siswa yang pandai,
sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dalam
kelompok ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya,
kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa
diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar
yang baik, siswa juga dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi,
mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain, dan
sebagainya. Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase:
2.3.6.1 Fase Orientasi
Pada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan
diberikan. Selain itu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada
siswa.
2.3.6.2 Fase Organisasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan
akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain
itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama
proses pembelajaran berlangsung.
2.3.6.3 Fase Pengenalan Konsep
Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan
selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kli-
ping, poster atau media lainnya.
2.3.6.4 Fase Publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan
tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
2.3.6.5 Fase Penguatan dan Refleksi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari
melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk mere- fleksikan dan mengevaluasi hasil
pembelajarannya.
2.3.7 Tipe Make A Match (Membuat Pasangan)
Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran tahun 1994. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-
langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
2.3.7.1 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi pemilihan, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.3.7.2 Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
2.3.7.3 Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
2.3.7.4 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
2.3.7.5 Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
2.3.7.6 Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
2.3.7.7 Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
2.3.7.8 Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
2.3.7.9 Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.3.8 Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)


Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung
jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi.
Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.Langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang
diungkapkan, antara lain:
2.3.8.1 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat
siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan dan saling mendukung.
2.3.8.2 Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama
dengan anggota kelompoknya masing-masing.
2.3.8.3 Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
2.3.8.4 Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk
bertamu ke kelompok lain.
2.3.8.5 Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka.
2.3.8.6 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain.
2.3.8.7 Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
2.3.8.8 Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif


2.4.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif.
2.4.1.1 Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2.4.1.2 Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang
lain.
2.4.1.3 Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargaiorang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
2.4.1.4 Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswauntuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
2.4.1.5 Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan
sikap positif terhadap sekolah.
2.4.1.6 Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik.Siswa dapat memecahkan masalah tanpa
takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
2.4.1.7 Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswamengelola informasi
dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata.
2.4.1.8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.
2.4.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.
2.4.2.1 Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu memerlukan lebih
banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2.4.2.2 Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat
dan biaya yang cukup memadai.
2.4.2.3 Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan
yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2.4.2.4 Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain
menjadi pasif.
2.4.2.5 Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak
mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip
membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran
dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
3.1.2 Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,interaksi tatap
muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota kelompok, evaluasi proses
kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatifyaitu siswa harus memiliki tujuan yang
sama, rasa saling menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling membagi
tugas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara kolompok.
3.1.3 Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team Achievement Division)
yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1978, tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot
Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group Investigation) oleh Sholomo
Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT (Numbered Heads
Together), tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, tipe
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan oleh
Slavin, Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Make A Match (Membuat
Pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994.
3.1.4 Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung kepada guru,
mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar
pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembela-
jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan
menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan
temannya, membutuhkan fasili- tas yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu
terbuang sia-sia, terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi
pasif.

3.2 Saran
3.2.1 Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan strategi
kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih
cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang konvensional.
3.2.2 Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem- bimbing siswa dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat ter- capai.
3.2.3 Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus
saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Aprilio, M, F. Tanpa tahun. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (www.muhfida.com/pembelajaran-


cooperative-learning.html), diakses 2 November 2011.

Dzaki, M, F. 2009. Pembelajaran Kooperatif, (Online),


(www.penelitian tindakankelas.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-kooperatif-
cooperative. html), diakses 2 November 2011.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT, (Online),


(www.herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-
together.html), diakses 2 November 2011.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University Press.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
.
Malik, H. 2011. Cooperative Learning, (Online),
(www.edukasi.kompasiana.com/2011/11/01/%E2%80%9Ccooperative-
learning%E2%80%9D.html), diak- ses 2 November 2011.

Pandoyo. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rudi. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS, (Online), (www.rudyunesa.blog-


spot.com/2011/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share.html), di- akses 2 November
2011.

Slavin, R, E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Sofa. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC, (Online), (www.massofa.word-


press.com/2011/07/24/menerapkan-pembelajaran-kooperatif-tipe-circ. html), diakses 2
November 2011.

Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match, (Online), (www.


tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-make-a-match.html),
diakses 2 November 2011.

Tanpa nama. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS, (Online), (www.furaha-


sekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray.html),
diakses 2 November 2011.

Wikipedia. 2011. Pembelajaran Kooperatif, (Online),


(www.id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_kooperatif.html), diakses 2 November 2011.
Yasa, D. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe GI, (Online), (www.ipotes.word-
press.com/2008/04/28/pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation-gi.html), diakses 2
November 2011.

Yuliatmoko. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (Online), (www.


yuliatmoko.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html), diakses 2
November 2011.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


(COOPERATIVE LEARNING)
Posted: 27 May 2013 in Strategi Belajar Mengajar

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran

kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Dimana guru terus memberikan informasi ( guru

sebagai pusat ) dan peserta didik hanya mendengarkan. Pembelajaran kooperatif mendapat dukungan dari Vygotsky

tokoh teori kontruktivisme. Dukungan Vygotsky antara lain:

a. Menekankan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan mealui interaksi sosial dengan orang lain.

b. Selain itu dia juga berpendapat bahwa penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Semua hal tersebut ada

dalam pembelajaran kooperatif.

c. Arti penting belajar kelompok dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari siswa. Guru sebagai

fasilisator dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta didik menuju pengetahuan yang benar dan tepat.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

B. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh ( saling

mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh

sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi

dengan sesama siswa juga.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih

asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan

hidup di masyarakat.

C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 2004 ):

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan

atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan

mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling

ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.

2. Interaksi tatap muka


Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya

dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah

belajarnya dengan teman sebaya.

3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru

kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus

didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang

dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan

semua anggota secara individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan

antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.

D. UNSUR – UNSUR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :

1. Positive interdependence ( saling ketergangtungan positif )

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok. Pertama,

mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu :


a) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika

semua anggota kelompok mencapai tujuan.

b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka

berhasil mencapai tujuan.

c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari

keseluruhan tugas kelompok.

d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling

melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.

2. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )

Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar

bersama.

3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )

Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif adalah :

a. Saling membantu secara efektif dan efisien

b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan

c. Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien

d. Saling mengingatkan

e. Saling percaya

f. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama


4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan )

Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik, maka hal

yang perlu dilakukan yaitu :

a. Saling mengenal dan mempercayai

b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius

c. Saling menerima dan saling mendukung

d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5. Group processing ( pemrosesan kelompok )

Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan

kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota

dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Meningkatkan hasil belajar akademik

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan

kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep – konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling

bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.


3. Pengembangan ketrampilan sosial

Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.

F. PERBEDAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PEMBELAJARAN TRADISIONAL

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu Guru sering membiarkan adanya siswa yang
dan saling memberikan motivai sehingga ada interaksi mendominasi kelompok atau menggantungkan diri
promotif. pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur


Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga
penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok.
tugas- tugas sering diborong oleh salah seorang
Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para
anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang
lainnya hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
temannya yang dianggap ‘ pemborong’.
bantuan.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan


akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dsb sehingga dapat
Kelompok belajar biasanya homogen
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan bantuan.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru
bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi atau kelompok dibiarkan untuk memilih
para anggota kelompok. pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong


royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomu Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara
nikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik langsung.
secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru


Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering
terus melakukan pemantauan melalui observasi dan
dilakukan oleh guru pada saat belajarkelompok
melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja
sedang berlangsung.
sama antar anggota kelompok.

Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar. yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi


juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
yang saling menghargai).

G. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-

pandangan.

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan

dipraktekkan.

8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,

etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas

H. SINTAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

FASE – FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : present goals and set


Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan memper siapkan
mempersiapkan peserta didik siap belajar.
peserta didik

Fase 2 : present information


Mempresentasikan informasi kepada paserta didik
Menyajikan informasi secara verbal.

Fase 3 : organize students into learning teams Memberikan penjelasan kepada peserta didik
tentang tata cara pembentukan tim belajar dan
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim
membantu kelompok melakukan transisi yang
belajar
efisien.
Fase 4 : assist team work and study
Membantu tim- tim belajar selama peserta didik
Membantu kerja tim dan belajar mengerjakan tugasnya.

Fase 5 : test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik mengenai


berbagai materi pembelajaran atau kelompok-
Mengevaluasi
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 : provide recognition


Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan
Memberikan pengakuan atau penghargaan prestasi individu maupun kelompok.

I. TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Metode STAD ( Student Achievement Divisions )

Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini

digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian

verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :

a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5

anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (

tinggi, sedang, rendah ).

b. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk

menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.

c. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan

mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

d. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual

atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa

atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.

2. Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :

a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk

mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik

yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar /

expert group).

d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams )untuk

mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi secara individual mengenai

bahan yang telah dipelajari.

3. Metode G ( Group Investigation )

Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak

perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok.

Langkah-langkahnya :

a. Seleksi topik

b. Merencanakan kerjasama

c. Implementasi

d. Analisis dan sintesis


e. Penyajian hasil akhir

f. Evaluasi selanjutnya

4. Metode struktural

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa.

Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :

a. Mencari Pasangan ( Make a Match )

Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah – langkahnya :

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan

menjelang tes atau ujian ).

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.

5) Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama.

6) Presentasi hasil kelompok atau kuis.

b. Bertukar Pasangan

Langkah – langkahnya :
1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur /

teknik mencari pasangan.

2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.

3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.

4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini kemudian saling

menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.

5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.

c. Berkirim Salam dan Soal

Langkah – langkahnya :

1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa

pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.

2) Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari

kelompoknya.

3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.

4) Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.

d. Bercerita Berpasangan

Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya :

a) Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.


b) Pengajar memberikan pengenalan topik yang akan dibahas dalam pelajaran.

c) Siswa dipasangkan

d) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang

kedua.

e) Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing

f) Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian masing-

masing.

g) Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan kata kunci.

h) Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.

i) Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa.

j) Diskusi mengenai topik tersebut.

e. Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay )

Langkah-langkahnya :

1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat.

2) Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa.

3) Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing

bertamu ke dua kelompok lain.

4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

6) Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja mereka.

f. Keliling Kelompok

Langkah – langkahnya :

1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya

mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.

2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

3) Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

g. Kancing Gemerincing

Langkah-langkahnya :

1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya.

2) Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga

buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.

3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan

meletakkan di tengah – tengah.

4) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga

menghabiskan kancing mereka.

5. Think – Pair – Share


Langkah-langkah :

a. Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.

b. Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan – pasangan

untuk berdiskusi.

c. Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.

Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan secara

integratif.

6. Numbered Heads Together

Langkah – langkahnya :

a. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil

b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap –

tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban.

c. Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi

kesempatan untuk menjawab.

d. Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu

sebagai pengetahuan yang utuh.

7. Bamboo Dancing

Langkah – langkahnya :

a. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru.


b. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.

c. Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).

d. Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta

didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali kepasangan awal.

e. Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas

f. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh

dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

8. Point – Counter – Point

Langkah – langkahnya :

a. Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.

b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.

c. Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan perspektif

yang dikembangkannya.

d. Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang

dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang

sama.

e. Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi – argumentasi

yang telah mereka munculkan.

9. The Power of Two


Langkah – langkahnya :

a. Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis.

b. Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.

c. Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian menyusun

jawaban baru yang disepakati bersama.

d. Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan

pengetahuan yang lebih integrative.

e. Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan

tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.

10. Listening Team

Langkah-langkahnya :

a. Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.

b. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing,

misalnya:

Kelompok 1 : kelompok penanya

Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu

Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2

Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
c. Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas.

d. Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.

J. METODE-METODE PENDUKUNG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. PQ4R

Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan memiliki stock knowledge.

Langkah – langkahnya :

a) P ( Preview ) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan.

b) Q ( Question ) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri yang diarahkan

pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan procedural.

c) R ( Read ) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya sehingga paerta didik

diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang dirumuskannya.

d) R ( Reflect ) yaitu peserta didik memahami apa yang dibacanya.

e) R ( Recite ) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu merumuskan konsep –

konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan pokok – pokok penting yang telah dibacanya.

f) R ( Review ) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah dibacanya. Peserta

didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya.

2. Guided Note Taking

Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat

perhatian siswa. Langkah – langkahnya :


a) Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode

ceramah kepada peserta didik.

b) Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang kosong dalam handout

tersebut

c) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar peserta

didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran.

d) Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong tersebut.

e) Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya.

3. Snowball Drilling

Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan – bahan

bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa

soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi. Langkah – langkahnya :

a) Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

b) Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk teman yang lainya

untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal manjawab pertanyaan pertama maka dia harus

menjawab pertanyaan berikutnya hingga berhasil menjawab.

c) Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.

4. Concept Mapping

Langkah – langkahnya :

a) Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama.
b) Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama kepada peserta didik.

c) Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang menggambarkan hubungan antar

konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep.

d) Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan dibahas satu persatu.

e) Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa kesimpulan terhadap materi

yang dipelajari.

5. Giving Question and Getting Answer

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.

Langkah – langkahnya :

a) Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk menuliskan dikartu itu

(1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya.

b) Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya.

c) Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab dan serahkan pada

guru.

d) Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk membuat resume

atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung.

6.Question Student Have

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya :

a) Membagi kelas menjadi 4 kelompok.


b) Bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.

c) Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang dipelajari.

d) Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota tersebut

harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut dianggap penting. Putar hingga ampai kapada

pemiliknya kembali.

e) Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan perolehan anggota lain.

Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok.

f) Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. Setelah diseleksi pertanyaan

dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri maupun kelompok.

7. Talking Stick

Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah – langkahnya :

a) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.

b) Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.

c) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil tongkat dan diberikan

kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang

diberikan guru, dan demikian seterusnya.

d) Guru member keempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dan

guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik dan selanjutnya bersama – sama

merumuskan kesimpulan.

8. Everyone is Teacher Here


Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual dan

member kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah – langkahnya :

a) Bagikan kertas/ kartu indeks kepada seluruh peserta didik.

b) Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang sedang dipelajari di

kelas.

c) Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan tidak ada yang

mendapatkan soalnya sendiri.

d) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk memikirkan

jawabannya.

e) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya.

f) Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya.

9. Tebak Pelajaran

Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – langkahnya :

a) Tulislah atau tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan.

b) Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi

pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

c) Sampaikan meteri pembelajaran secara interaktif.

d) Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang

disampaikan oleh guru.


e) Diakhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.

K. KEUNGGULAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :

1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan

setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat

mengerjakan suatu tugas tertentu.

2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya

menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.

3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.

4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena

bekerja sama dengan teman – temannya.

5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan

terjadi hubungan yang positif.

L. KELEMAHAN PEMBELAAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :

1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan

terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.

2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas

tidak merata.

3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman

lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar.

4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit

dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.

PENUTUP
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

menekankan pada aspek kerjasama diantara para anggotanya dimana di dalamnya ada ketergantungan yang positif,

interaksi, akuntabilitas serta ketrampilan individu dalam memproses kelompoknya. Tujuan pembelajaran ini juga

disesuaikan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh ilmu dan mendidik anak didik, maka tujuan

pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan

pengembangan ketrampilan social. Dalam pembelajaran kooperatif maka setiap anggota yang beragam ikut

berpartisipasi secara aktif sesuai dengan setiap pandangan yang mereka miliki masing – masing. Banyak model –

model pembelajaran kooperatif namun secara umum proses pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

2. Mempresentasikan informasi kepada paserta didik secara verbal.

3. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien.

4. Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

5. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

Setiap segala sesuatu pasti memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif mengajarkan bagaimana saling bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah secara

berkelompok melalui diskusi dengan teman lain yang memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda – beda,

melalui hal tersebut maka setiap anggota akan memiliki pandangan yang lebih luas karena saling berbagi

pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan sehingga melalui semua itu kelompok dapat meyelesaikan tugas yang

diberikan melalui pemikiran bersama yang dianggap benar dan baik. Tetapi karena adanya keberagaman tersebut juga

dapat menimbulkan adanya perselisihan dan pertentangan akibat adanya pemikiran yang berbeda sehingga dalam

memproses memerlukan waktu yang cukup lama sehingga agar pertentangan tersebut tidak terjadi dibutuhkan

kekompakan diantara anggotanya.

Pembelajaran kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan dimana

pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran yaitu dengan bekerjasama dengan anggota
kelompoknya dan memecahkan persoalan bersama dimana akan membantu para peserta didik saling bertukar

pengetahuan, pemikiran dan pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang benar dan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Suprijono, Agus. 2006 . Cooperative Learning ( Teori & Aplikasi PAIKEM ).

Drs. Sugiyanto. Modul PLPG

www. Wikipedia. Com

http://www.google.com
Makalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan
adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks perencanaan ini
guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak oleh tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan
konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas
yang selalu didominasi oleh guru, dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak
kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Model pembelajaran di kelas yang semula hanya konvensional secara monoton dan
guru sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sudah tidak sesuai dengan perubahan paradigma
pendidikan yang semula teacher centre berubah menjadi student centre. Perubahan ini tidak
hanya membawa dampak terhadap metode, aktivitas, dan sikap ilmiah belajar siswa, akan
tetapi juga terhadap cara penilaian yang berpusat pada peserta didik.
Upaya untuk meningkatkan prestasi siswa guru harus lebih kreatif dan membuat
pembelajaran dengan lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Pembelajaran kooperatif
terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendididkan di Indonesia karena
sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong-royong.
Pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw materi yang dipelajari biasanya
berbentuk narasi tertulis dan tujuan pembelajarannya lebih diutamakan untuk penguasaan
konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran materi Jigsaw biasanya berupa sebuah
bab, narasi atau diskripsi yang sesuai. Para siswa bekerja dalam sebuah tim yang heterogen,
diberikan tugas membaca, memahami, mendiskusikan dan menyampaikan materi kepada
rekan yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana munculnya model pembelajaran cooperative learning ?
2. Apa pengertian model pembelajaran cooperative learning ?
3. Apa saja sintak model pembelajaran cooperative learning ?
4. Bagaimana model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ?
5. Apa saja sintak model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Munculnya model pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning dikembangkan dari teori belajar


konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget
yang pertama, dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna,
1988: 181, dalam Abdul Majid).
Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi
sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa
sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus membangun
dalam pikirannya juga. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan
langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Piaget dan Vigotsky mengemukakan adanya hakikat sosial pada sebuah proses
belajar, juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan
kemampuan anggota-anggotanya yang beragam sehingga terjadi perubahan konseptual.
Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan di susun
dalam pemikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana konsep dan
kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan peristiwa, serta bereaksi dengan objek dan
peristiwa tersebut.
Selain aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran,
juga dituntut interaksi yang seimbang. Interaksi yang dimaksud adalah adanya interaksi atau
komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, dengan harapan terjadi
komunikasi multi arah dalam proses pembelajaran.
Pandangan konstuktivisme Piaget dan Vigotsky dapat berjalan berdampingan dalam
proses pembelajaran konstruktivisme. Piaget yang menekankan pada kegiatan internal
individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki orang tersebut,
sedangkan konstruktivisme Vigotsky menenkankan pada interaksi sosial dan melakukan
konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosialnya. Berkaitan dngan karya Vigotsky dan
penjelasan Piaget, para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya
melalui pembentukan kelompok belajar, dan siswa diberikan kesempatan secara aktif untuk
mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan kepada temannya. Hal itu akan membantunya untuk
melihat sesuatu dengan jelas, bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

B. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama


untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena
itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dala cooperative learing,
karena mereka telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk
belajar kelompok, walaupun tidak semua belajar kelompok disebut cooperative learning .
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi
dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa
dengan guru (multi way traffic communication). Dalam model ini, siswa memiliki dua
tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka
dapat melakukannya seorang diri.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang
dilakuan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan
benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran
kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling
belajar dengan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada
pembelajaran oleh guru.

C. Sintak model pembelajaran Cooperative Learning


Terdapat enam langkah utama atau tahapan cooperative learning, yaitu:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Guru menyampaikan informasi dan bahan bacaan kepada siswa.
3. Siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atu hasil belajar individu maupun
kelompok.

D. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw


Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti “gergaji
ukir”. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle yaitu sebuah teka-teki yang
menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini juga mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw) yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara
bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik
beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan
Lie (1993:73) bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan model belajar
kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang secara
heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif, serta bertanggung jawab
secara mandiri. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota
dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi
tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli (Ibrahim, dkk.2000:52).

E. Sintak model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw


Menurut Stepen, Sikes dan Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah cooperative tipe jigsaw sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai 5 orang siswa.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari sub bagian yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali kepada kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu timnya tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup

Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:


1. Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik
permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan infornmasi untuk poermasalahan tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok, atau disebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalahn tersebut.
3. Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang
didapatkan dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

F. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw


Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan
kekurangan (Ibrahim, dkk. 2000:70-71). Di antara kelebihannya adalah:
1. Dapat memberikan kesempataan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lainnya
2. Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
3. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya
4. Dalam proses belajar mengajar, siswa saling ketergantungan positif
5. Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

Sedangkan kekurangannya adalah:


1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya yang kurang pandai,
dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang
pandai, walaupun lama-kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembeljaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan
cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang secara heterogen, dan
siswa bekerja sama saling ketergantungan positif, dan bertanggung jawab secara mandiri.

MAKALAH MODEL COOPERATIVE


LEARNING
A. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam
kelompok (Tom V. Savage, 1987:217). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996:279)[1].Pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi. (Nurulhayati, 2002:25)[2].
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi
siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan
dalam kelompok, serta memberikan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-
sama siswa yang beda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan
ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk
mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan
berhubungan dengan sesame manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar
sekolah[3].
B. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar.
Langkah Indicator Tingkah laku guru
Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan
memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa
ke dalam kelompok bagaimana caranya membentuk setiap
kooperatif kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Langkah 4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-
bekerja dan belajar kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakn tugas mereka.
Langkah 5 Evaliasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.

C. Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kooperatif


Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima untuk dasar dalam
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip ketergantungan positif; yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam
penyelesaian tugas tergatung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2. Tanggung jawab perseorangan; yaitu keberhasilan kelompok sangat tergatung dari
masing-masing anggota kelompoknya.
3. Interaksi tatap muka; yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan
menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi; yaitu melatih siswa untuk dapat berpatisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajar.
5. Evaluasi proses kelompok; yaitu mewujudkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa
bekerja sama dengan lebih efektif[4].
Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh
prosedurpembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
1. Penjelasan materi; tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi
pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini
adalahpemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran;
2. Belajar kelompok; tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan
siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuknya;
3. Penilaian; penilaian dalam pembelajaran kooperatif ini bisa dilakukan melalui tes atau
kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok[5].
4. Pengakuan Tim; penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi
untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim
untuk harus terus berprestasi lebih baik lagi.[6]
Strategi belajar kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran yang telah
ditetapkan, yaitu:[7]
1. Adanya peserta didik dalam kelompok;
2. Adanya aturan main;
3. Adanya upaya belajar dalam kelompok;
4. Tatap muka;
5. Evaluasi proses kelompok.

D. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:[8]
1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki
keunggulan dalam membentu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit;
2. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar
belakang;
3. Mengembangkan keterampilan sosial siswa; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendaapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
dan bekerja dalam kelompok.
Menurut Linda Lungren (1994:120) dalam (Ibrahim, dkk., 2000:18), ada beberapa
manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu: 1)
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 3)
memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah; 4) memperbaiki kehadiran; 5) angka putus
sekolah menjadi rendah; 6) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar; 7)
perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; 8) konflik antar pribadi berkurang; 9) sikap apatis
berkurang; 10) pemahaman yang lebih mendalam; 11) meningkatkan motivasi lebih besar;
12) hasil belajar lebih tinggi; 13) retensi lebih lama; dan 14) meningkatkana kebaikan budi,
kepekaan, dan toleransi.[9]
E. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi jenis tipe dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya:
1. Tipe Student Teams Achievement Devision (STAD)
Menurut Slavin (2007) tipe STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling
banyak diteliti. Tipe ini yakni sering kita pakai pada sekolah maupun perguruan tinggi.
Menurut Slavin mengemukakan “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa
agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru”. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD ini yakni; a) penyampaian
tujuan dan motivasi; b) pembagian kelompok; c) presentasi guru; d) kegiatan belajar dalam
tim; dan e) kuis (evaluasi).
2. Tipe Jigsaw
Menurut Lie (1999: 73), pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan “model belajar
kooperatif dengan cara siswa belajardalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai
enam orang dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri”. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif jigsaw ini yakni; a) pembagian
kelompok; b) Pemberian materi; c) menyampaikan penjelasan kepada kelompok lain tentang
materi yang didapat; d) tiap tim mempersentasikan hasil diskusi; e) pembahasan; dan f)
penutup.
3. Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif GI ini yakni; a) pembagian kelompok; b)
memberikan pertanyaan terbuka; dan c) mengajak siswa untuk berpastisipasi dalam
menjawab pertanyaan kelompoknya.
F. Ciri atau Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri atau karakteristik sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar;
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah;
3. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda;
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. (Ibrahim, dkk., 2000:6).
Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari
pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar
keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan
keterampilan berpikir logis.[10]
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan:
1. Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
2. Langkah-langkah pembeajaran menurut cooperative learning dibagi dalam beberapa
langkah dengan urutan indikator yaitu: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,
menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan.
3. Prinsip pembelajaran kooperatif antara lain; prinsip ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi, dan evaluasi proses
kelompok. Strategi pembelajaran kooperatif, adanya peserta didik dalam kelompok, adanya
aturan main, adanya upaya belajar dalam kelompok, tatap muka, dan evaluasi proses
kelompok.
4. Tujuan dan manfaaat pembelajaran kooperatif antara lain; Meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik, agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belakang, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa. Manfaat
pembelajaran kooperatif antara lain; meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga
diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki sikap, danmemperbaiki kehadiran, dll.
5. Tipe-tipe cooperative learning antara lain; STAD, Jigsaw, dan investigasi kelompok, dll.
6. Ciri atau karakteristik dari kooperatif learning adalah model pembelajaran dengan cara
pembagian kelompok yang terdiri dari berbagai tingkat kemampuan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Cetakan ke-1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Cetakan ke-3. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresifi. Cetakan ke-3. Jakarta:
Kencana

[1] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, hlm: 58


[2] Rusman, Model-Model Pembelajaran, hlm: 203
[3] Op cit, Trianto, hlm: 58
[4] Op Cit, Rusman, hlm: 212
[5] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm: 180
[6] Op cit, Rusman, hlm: 213
[7] Op Cit, Abdul Majid
[8] Ibid, Abdul Majid.
[9] Ibid, Abdul Majid.
[10] Op Cit, Abdul Majid.
Makalah Model Pembelajaran Tipe Make a Match
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan
menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat,
sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di
kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif.
Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif
karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah
peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil.
Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang
lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial
dan hubungan antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam
kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama
dalam kelompok. Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam
menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan.
Proses pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dengan
adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa
yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran
tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Make-A Match (Mencari Pasangan). Penerapan
model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa. Dengan adanya
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan
memuaskan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
makalah ini, antara lain:
Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran tipe make a match?
Apa saja manfaat penggunaan model pembelajaran tipe make a match dalam proses belajar mengajar
di kelas?
Apa saja kelemahan dan kelebihan menggunakan model pembelajaran tipe make a match?
Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran tipe make a match?
Bagaimana asumsi penerapan model pembelajaran tipe make a match?
Berikan contoh penerapan model pembelajaran tipe make a match pada mata pelajaran
korespondensi?

Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, adapun tujuan penulisan penulisan
makalah ini, antara lain:
Mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran tipe make a match
Mengetahui manfaat menggunakan model pembelajaran tipe make a match dalam proses belajar
mengajar di kelas
Mengetahui kelemahan dan kelebihan menggunakan model pembelajaran tipe make a match
Mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran tipe make a match
Mengetahui asumsi penerapan model pembelajaran tipe make a match
Mengetahui contoh penerapan model pembelajaran tipe make a match pada mata pelajaran
korespondensi

Manfaat Penulisan Makalah


Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai Model Pembelajaran Tipe Make a Match. Selain itu, dengan adanya makalah
ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pemilihan model pembelajaran yang efektif yang akan
dilakukan pada saat proses belajar mengajar di kelas.
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Model Pembelajaran Tipe Make a Match


Make and match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif, yang dikembangkan oleh Lorna
Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.
Model pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman
kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping
kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 :
59).
Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin.
Suyatno (2009 : 72) mengungkapkan bahwa model make and match adalah model pembelajaran
dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban
kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian
dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini
socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Model make
and match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam
bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir siswa.
Model pembelajaran make and match adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada
permainan. Menurut Suyatno (2009 : 102) prinsip-prinsip model make and match antara lain :
Anak belajar melalui berbuat
Anak belajar melalui panca indera
Anak belajar melalui bahasa
Anak belajar melalui bergerak
Tujuan dari pembelajaran dengan model make and match adalah untuk melatih peserta didik agar
lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168).
Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.
Menurut Benny (2009 : 1001), sebelum guru menggunakan model make and match guru harus
mempertimbangkan :
Indicator yang ingin dicapai
Kondisi kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan
Alokasi waktu yang akan digunakan dan waktu persiapan.
Pertimbangan diatas sangat diperlukan karena model make and match tidak efektif apabila digunakan
pada kelas yang jumlah siswanya diatas 40 dengan kondisi ruang kelas yang sempit. Sebab dalam
pelaksanaan pembelajaran make and match, kelas akan menjadi gaduh dan ramai. Hal ini wajar
asalkan guru dapat mengendalikannya.
Dalam mengembangkan dan melaksanakan model Make and Match, menurut Suyatno (2009 : 42)
guru seharusnya mengembangkan hubungan baik dengan siswa dengan cara :
Perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat
Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka dan perasaan mereka
Bayangkan apa yang akan mereka katakan mengenai diri sendiri dan guru
Ketahuilah hambatan-hambatan siswa
Berbicaralah dengan jujur dan halus
Bersenang-senanglah bersama mereka
Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) yang diperkenalkan oleh
Curran dalam Eliya (2009) menyatakan bahwa Make a Match adalah kegiatan siswa untuk mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi
hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
ruangan kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif.
Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas
dan sekolah.
Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) siswa lebih
aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disampingn itu (make a match) juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa
yang menjadikan aktif dalam kelas. Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran
Mencari Pasangan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make
And Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya
berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.

Manfaat Model Pembelajaran Tipe Make a Match


Menurut Huda (2011), ada berbagai manfaat pembelajaran kooperatif adalah:
Dapat memotivasi siswa untuk saling membantu pembelajaranya satu sama lain.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya (sebagaimana kepada diri mereka sendiri)
untuk melakukan yang terbaik.
Meningkatkan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif.
Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan
membahas sesuatu masalah.
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.

Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Tipe Make a Match


Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Make a Match
Adapun kelebihan dari model Make-A Match adalah sebagai berikut:
Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu
Meningkatkan kreativitas belajar siswa
Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru
Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
Kerjasama antar siswa terwujud secara dinamis
Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa
Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana
menyenangkan
Siswa akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan.

Kelemahan Model Pembelajaran Tipe Make a Match


Adapun kelemahan dari model Make-A Match adalah sebagai berikut:
Jika kelas termasuk kelas gemuk (lebih dari 30 0rang/kelas) apabila guru kurang bijaksana maka yang
muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini
akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya.
Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
Waktu yang tersedia perlu dibatasi jagan sampai murid terlalu banyak bermain-main dalam proses
pembelajaran
Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai
Memakan waktu yang banyak karna sebelum masuk kelas terlebih dahulu kita mempersiapkan kartu-
kartu
Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi pelajaran
Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran
Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa
sekedar bermain saja
Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi

Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe Make a Match


Langkah-langkah penerapan model make and match adalah sebagai berikut:
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi
review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang
bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam
bahasa latin (ilmiah)
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu
soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya,
demikian seterusnya
Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok
Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Waktu minimal 1 x 45 menit. Sebab model ini membutuhkan waktu lebih untuk permainan
mencocokkan kartu dan membahasnya satu persatu dan menarik kesimpulan. Persiapan yang perlu
dilaksanakan untuk pembelajaran make and match harus cukup karena harus membuat soal atau
jawaban yang berbeda dan ditempel di kartu sebanyak jumlah siswa.

Asumsi Penerapan Model Pembelajaran Tipe Make a Match


Langkah penerapan model ini adalah guru membagi siswa menjadi 2 kelompok siswa. Kelompok
pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua
adalah kelompok pembawa kartu-kartu yang berisi jawaban. Atur posisi kelompok-kelompok tersebut
agar saling berhadapan satu sama lain, kelompok pertama berhadapan dengan kelompok kedua.
Jika masing-masing kelompok telah berada di posisi yang telah ditentukan, maka Guru membunyikan
peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kelompok kedua bergerak mencari pasangannya
masing-masing sesuai dengan pertanyaan atau jawaban yang terdapat dikartunya. Berikan kesempatan
kepada mereka untuk berdiskusi. Ketika mereka berdiskusi alangkah baiknya jika ada music
instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka. Diskusi dilakukan oleh siswa yang
membawa kartu yang berisi pertanyaan dan siswa yang membawa kartu yang berisi jawaban.
Pasangan yang telah terbentuk wajib duduk bersama dan menempelkan hasil diskusinya tersebut.
Setelah semuanya telah berkumpul dengan pasangannya masing-masing, setiap pasangan wajib
mempresentasikan hasilnya di depan kelas untuk menilai apakah jawaban mereka itu cocok. Jika
pasangan cocok maka mereka akan diberikan reward berupa point nilai, sedangkan untuk pasangan
yang salah akan diberikan hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama sebelum permainan
dilakukan.

Contoh Aplikasi Model Pembelajaran Tipe Make a Match pada Mata Pelajaran Korespondensi

Materi : Dasar Keterampilan Komunikasi


Alat
Agar latihan ini dapat berjalan dengan baik, berikut ini adalah alat-alat yang dibutuhkan:
Alat tulis (spidol, kertas, lem)
Komputer/internet
Meja dan kursi (tempat duduk anda)
Bahan
Potongan Kartu Soal dan Jawaban
Langkah Kerja
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi
review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu
soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya,
demikian seterusnya.
Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Contoh Kartu Berisi Soal dan Jawab pada Model Pembelajaran


“Make a Match”

Pengertian Komunikasi

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Metode make a match atau mencari pasangan ini merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam proses
pembelajaran, siswa dituntut aktif agar dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik dan
lebih mudah dalam memahami materi tersebut. Namun di sisi lain model ini dapat menjadi kurang
efektif jika guru kurang dapat mengendalikan kelasnya sehingga kelas dapat berubah seperti pasar.

Saran
Model pembelajaran ini dapat dijadikan suatu alternative oleh guru agar pembelajaran lebih efektif
dan menyenangkan bagi siswa serta dapat memberikan variasi bagi siswa agar tidak bosan.
DAFTAR PUSTAKA

http://prillygeography.blogspot.co.id/2012/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1
(Diakses Minggu, 18 September 2016, 11:48)
https://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-make-a-match/ (Diakses
Minggu, 18 September 2016, 11:50)
http://abazariant.blogspot.co.id/2012/10/makalah-model-pembelajaran-kooperatif. html?m=1 (Diakses
Minggu, 18 September 2016, 12:05)
http://novideswira.blogspot.co.id/2013/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-make and-30.html?m=1
(Diakses Minggu, 18 September 2016, 12:12)
http://mdtaufiq.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-make. html?m=1 (Diakses
Minggu, 18 September 2016, 12:15)

MAKALAH ILMIAH
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Disusun Oleh :
Nama : M U R T A J I, S.Pd
NIP : 19750611 201406 1 002
Instansi : SD Negeri 3 Kacamarga

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat, dan karunia-Nya sehingga makalah ilmiah ini dapat terselesaikan. Makalah ilmiah
Model Pembelajaran Kooperatif ini disusun untuk memenuhi kelengkapan sebagai
persyaratan penyesuaian golongan, oleh karana itu pada kesempatan ini disampaikan terimah
kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan sehingga
makalah ini terselesaikan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyampurnaan tugas
selanjutnya. Akhir kata semoga apa yang telah di kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang memerlukan.
Cukuhbalak; 07 Mei 2016
Penyusun

M U R T A J I, S.Pd
NIP. 19750611 201406 1 002

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................... 3
DAFTAR TABEL ........................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 5
B. Ruang Lingkup Penulisan ........................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................... 6
D. Identifikasi Masalah ........................................................... 6
E. Rumusan Masalah ........................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Deskripsi Teoritis ........................................................... 7
B. Kerangka Pikir ........................................................... 7
C. Hipotesis ........................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN
A. Penegertian Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 11
B. Prinsip-prinsip dan Krakteristik Pembelajaran Kooperatif............................. 11
C. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 12
D. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 13
E. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 14
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ................................... 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................... 21
B. Saran ........................................................... 21

DAFTAR TABEL
KEGIATAN PEMBALAJARN KOOPERATIF .............................................. 22
FASE PEMBALAJARN KOOPERATIF ............................................... 23
PERBANDINGAN EMPAT PENDEKATAN PEMBALAJARN KOOPERATIF. 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung
memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul
dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh
label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras
dan cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, dan
frustasi. Selain itu salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk kemampuan berpikir
didalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa
untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan seharihari. Akibatnya, ketika peserta didik
kita lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi miskin akan aplikasi. Oleh sebab itu
seorang pendidik harus memiliki kemampuan mendisain strategi pembelajaran yang tepat sesuai
dengan materi yang diajarkan.

Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan
menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat,
sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di
kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan


pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar
melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B. Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah tentang model pembelajaran Kooperatif yang dilakukan
seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas supaya pembelajaran lebih terarah dan bermakna.
Pembelajaran akan lebih bermakna dan runtut bila pembelajaran dilakukan sesuai dengan tahapan-
tahapan dan model pembelajaran yang sesuai tentunya dengan menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakter siswa.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.

2. Mengerti prinsip dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif.

3. Mengetahui prosedur pembelajaran kooperatif

4. Mengetahui tipetipe dari pembelajaran kooperatif.

5. Mengetahui tujuan pembelajaran kooperatif.

6. Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif.

D. Identifikasi Masalah

1. Tidak mengerti pembelajaran kooperatif.

2. Tidak tau perinsip dan karakteristik pembelajaran kooperatif.

3. Tidak tau prosedur pembelajaran kooperatif.

4. Tidak mengetahui tipe-tipe pembelajaran kooperatif.

5. Tidak memahami tujuan pembelajaran kooperatif.

6. Tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif.

E. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :

1. Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif ?

2. Apa saja prinsip dan karakteristik pembelajaran kooperatif ?


3. Apa saja prosedur pembelajaran kooperatif ?

4. Apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif ?

5. Apa saja tujuan pembelajaran kooperatif ?

6. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif ?

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teoritis

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan belajar bersama antaradua orang atau
lebih, sedangkan kooferative learning dalam artian yang lebih luasmemiliki definisi yang antara lain
adalah belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja bersama menuju kelompok
kerja dimana tiap anggota bertanggung jawab secara individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan
bisa dicapai tanpa adanya kerjasama antar kelompok.

Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) mengandung arti keterlibatan secara proaktif


antar kelompok yang melibatkan pada proses kognisi, afeksi, dan konasi. Sugandi (2002:14)
menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”. Dari uraian tersebut dapat diperoleh
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompokkelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran
dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong)


dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping
model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik,
model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
B. Kerangka Pikir

Komponen belajar menurut Gagne dalam Gradler ada lima golongan ragam belajar, yaitu informasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasar kognitif. Kelima macam siasat
belajar tersebut masing-masing diperoleh dengan cara berlainan. Artinya masing-masing
memerlukan keterampilan prasyarat yang berbeda dan perangkat serta langkah yang berbeda.
Persyaratan ini oleh Gagne disebut dengan kondisi belajar internal. Selanjutnya jenis-jenis stimulus
lingkungan yang diperlukan untuk menunjang proses kognitif siswa waktu belajar disebutkondisi
eksternal belajar.

Kapasitas untuk belajar memungkinkan diperolehnya berbagai pola tingkah laku yang hampir-hampir
tidak ada batasnya (Gagne, 1977) dalam Bell Gredler (1991:186). Melalui belajar orang akan
memperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan dan sikap serta nilai. Karena itu, belajar akan
menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang sejalan, yang oleh Gagne disebut kapabilitas.
Kapabilitas diperoleh dari seseorang dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses
kognitif yang dilakukan oleh si belajar. Didefinisikan secara formal belajar ialah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi tahapan pengolahan informasi yang
diperlukan untuk memperoleh kapabilitas baru (Gagne & Briggs dalam Bell Gredler, 1991:187).

Selanjutnya dalam pembelajaran selalu mengaruh pada proses dan hasil. Hasil belajar diartikan
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program pembelajaran sesuai
dengan program pendidikan yang telah ditetapkan (Sudijarto, 1994:49). Hal ini sesuai dengan
pendapat Djamarah (1994:24) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan
tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan
atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian. Sudjana (2001:22) mendefinisikan
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.

Hasil belajar sering diwujudkan dalam bentuk perubahan prilaku dan perubahan pribadi seseorang
setelah proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (1)
keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, dan (3) sikap dan cita-cita.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas perolehan belajar atau hasil belajar merupakan kapasitas
terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel-variabel
bawaannya melalui perlakukan pembelajaran tertentu. Hasil belajar merupakan hasil kegiatan dari
belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan
siswa. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan apa yang diperoleh siswa dari proses belajar.

C. Hipotesis
Hal yang sangat urgent menentukan kualitas sisiwa adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan siswa. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Panen,
Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001:69) mengemukakan bahwa “Belajar kooperatif kolaboratif
merupakan proses konstruktivisme sosial yang menjadi salah satu proses konstruksi pengetahuan
yang relatif dominan dalam diri individu sebagai makhluk sosial.”

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari azas gotong royong dan baik sesuai
dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat mengutamakan azas gotong royong dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran
kooperatif. Menurut Lie (2007:12) :

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berbagaik dengan sesama siswa dalam tugas
terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

Dalam pengertian lain, Eggen dan Kauchan dalam Triantor (2007:42) menyatakan “Pembelajaran
kooperatif adalah sekelompok dari strategi yang melibatkan siswa untuk berkolaborasi mencapai
tujuan tertentu.”

Manusia merupakan individu yang berbeda satu sama lain yang memiliki derajat potensi, latar
belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda. Karena adanya perbedaan ini, manusia
yang satu membutuhkan manusia yang lain sehingga manusia harus menjadi makhluk sosial yang
berinteraksi dengan sesama. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman dan Bintoro dalam
Nurhadi, dkk (2004:60) :

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang saling mencerdaskan, saling menyayangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa
sebagai latihan untuk hidup dalam masyarakat nyata, sehingga sumber belajar bukan hanya dari
guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Selanjutnya Ibrahim, dkk (2000:9) menyatakan :

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan
kondisi untuk berbaik saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Sedangkan Aburrahman (1999:122) mengatakan :


Nilai hasil belajar kelompok ditentukan oleh rata-rata hasil belajar individu pembelajaran kooperatif
menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok. Dalam belajar kooperatif anak tidak
diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada orang lain, tiap anggota kelompok
dituntut untuk memberikan urunan bagi keberhasilan kelompok.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi
pembelajaran dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat
sampai enam orang yang heterogen untuk berbaik, saling membantu diantara anggota kelompok
untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa belajar
berkolaborasi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana belajar
kelompok yang nantinya dapat mencapai potensi yang optimal.

Akan tetapi para pengajar sangat enggan menerapkan pembelajaran di kelas dengan azas gotong
royon. Lie (2007:27) mengemukakan beberapa alasan mengapa para pengajar enggan menerapkan
azas tersebut, demikian diantaranya :

a. Kekhawatiran akan terjadinya kekacauan di kelas

b. Adanya siswa yang tidak suka belajar berkelompok, lebih memilih belajar secara individu.

c. Siswa yang malas lebih mengandalkan temannya yang tekun dan siswa yang tekun merasa
dituntut bekerja secara ekstra dalam kelompoknya.

d. Adanya perasaan minder bagi siswa yang kurang mampu belajar bersama siswa yang lebih
pandai.

Hal-hal tersebut diatas dapat dikendalikan oleh pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran
kooperatif memiliki unsur-unsur tertentu untuk memungkinkan proses belajar dan pembelajaran di
kelas secara efektif.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) secara etimologi mempunyai arti belajar bersama
antara dua orang atau lebih, sedangkan kooferative learning dalam artian yang lebih luas memiliki
definisi yang antara lain adalah belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja
bersama menuju kelompok kerja dimana tiap anggota bertanggung jawab secara individu sebagai
bagian dari hasil yang tak akan bisa dicapai tanpa adanya kerjasama antar kelompok. Pembelajaran
kooperatif ( cooperative learning ) mengandung arti keterlibatan secara proaktif antar kelompok
yang melibatkan pada proses kognisi, afeksi, dan konasi.

Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok
atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”. Dari uraian tersebut dapat diperoleh
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompokkelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran
dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam
pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model
pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

B. Prinsip-Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

a. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Prinsip dasar pembelajaran kooperatife memiliki 4 prinsip dasar :

1. Prinsip ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung terhadap
usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.

2. Tanggung jawab perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama karena keberhsilan kelompok
tergantung setiap anggotanya. Maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai
tugasnya.
3. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi
tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk
bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masingmasing anggota dan
mengisi kekurangan masingmasing.

4. Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini
sangat penting sebagai bekal mereka dikehidupan masyarakat kelak. Oleh karena itu, sebelum
melakukan pembelajaran guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

1. Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.

2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung
jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan
yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di


dalam kelompoknya.

C. Prosedur pembelajaran kooperatif

a. Menetapkan tujuan pembelajaran, aktifis dan penghargaan

Yaitu membuat keputusan sejak awal tentang tujuan pembelajaran dan jenis aktifitas yang sesuai
dengan mereka. Keputusan harus dibuat tentang apakah tujuan pembelajaran diambil dari domain
kognitif (dalam area keahlian akademis), afektif (dalam area sikap dan nilai), atau domain
psikomotor (kealian fisik). Tugas lain menanyakan keahlian yangdiperlukan untuk bekerjasama untuk
tujuan kelompok (Johnson 1988). Penghargaan itu sendiri perlu untuk dipilih. Kebanyakan guru lebih
suka memilih penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ekspetasi kelompok.

b. Komposisi kelompok

Merupakan bentuk praktek yang baik untuk membentuk kelompok yang terdiri dari seorang siswa
yang mempunyai kemampuan diatas ratarata. Dua sampai empat siswa dengan kemampuan rata-
rata dan seorang siswa dengan kemampuan dibawah rata- rata atau anakanak dengan kebutuhan
khusus.

c. Kerja sama yang efektif

Yaitu dengan cara menjelaskan kepada siswa bagaimana cara anggota kelompok harus bekerja sama
antara satu dengan yang lainnya. Prosedur untuk kerjasama yang efektif harus dibuat secara
eksplisit. Kolaborasi diantara siswa vital untuk kesuksesan prosedur ini.

d. Prilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima

Guru harus memberikan penjelasan secara tegas tentang apa yang akan diterima dan yang tidak
dapat diterima dalam kelompok dengan tepat sebelun kelompok mulai mengerjakan tugasnya.

e. Periode percobaan dan umpan balik

f. Guru harus memberikan umpan balik kepada kelompok tentang kualiatas kelompok dan kinerja
indivu. Penting bagi individu untuk menerima umpan balik secara awal.

g. Bantuan dari guru kepada siswa

Guru atau pengajar khusus harus dipersiapkan untuk memberikan bantuan ekstra atau bantuan
tambahan kepada siswa yang mempunyai masalah belajar ketika hal itu diperlukan. Siswa harus
diberitahukan bagaimana dan kapan mereka harus mencari bantuan tersebut.

h. Melakukan evaluasi

Guru harus melakukan evaluasi tentang prosedur pembelajaran kooperatif learning. Kebanyakan
guru ingin memberikan pertanyaan yang lebih tepat tentang evaliasi. Kulitas hasil dan jumlah wakti
yang diperlukan untuk pembentukan kelompok perlu dipertimbangkan.

D. Tujuan pembelajaran kooperatif

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap penerimaan terhadap individu

Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas social, kemampuan dan ketidakmampuan.
c. Pengembangan ketermpilan social

Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama


dan kolaborasi.

E. TipeTipe dari Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.

a. Tipe STAD (Student Team Achievement Division)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh
Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru
yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari
lima tahapan utama sebagai berikut: Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru
dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama
sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.

1. Kerja kelompok.

Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama
mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi.
Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya saling membantu dalam memahami
materi pelajaran.

2. Tes.

Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual.
Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.

3. Peningkatan skor individu.

Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.

4. Penghargaan kolompok.

Kelompok yang mencapai ratarata skor tertinggi, diberikan penghargaan.

b. Tipe Think Pair Share

ThinkPairShare merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank
Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. ThinkPairShare memberikan kepada para siswa
waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Tahapan pembelajaran kooperatif tipe ThinkPairShare adalah sebagai berikut:

1. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa
diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.

2. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai
apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika
suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah
diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan

3. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasanganpasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka
bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke
pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasanganpasangan tersebut
memperoleh kesempatan untuk melapor.

c. Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.

d. Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) dikembangkan
Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor
tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan
mereka dalam menguasai materi.

Adapun langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together antara lain:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama
mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

e. Tipe GI (Group Investigation)

Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang
menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalahmasalah sosial dan
antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan
masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan,
mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapantahapan dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif GI adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pengelompokan (Grouping),

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi,
dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini, yang pertama siswa mengamati
sumber, memilih topik, dan menentukan kategorikategori topik permasalahan kemudian siswa
bergabung pada kelompokkelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik
untuk diselidiki, lalu guru membatasi jumlah anggota masingmasing kelompok antara 4 sampai 5
orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

2. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugastugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa
bersamasama merencanakan tentang: Apa yang mereka pelajari?, Bagaimana mereka belajar?,
Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

3. Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa
melakukan kegiatan sebagai berikut: pertama siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data
dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian
masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

4. Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota
kelompok menentukan pesanpesan penting dalam proteknya masingmasing, kemudian anggota
kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya,
lalu wakil dari masingmasing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi
investigasi.

5. Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini
adalah sebagai berikut: pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar,
kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan
terhadap topik yang disajikan.

6. Tahap Evaluasi (Evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan
guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: pertama siswa menggabungkan
masukanmasukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang
pengalamanpengalaman efektifnya, kemudian guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi
tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi
tingkat pemahaman siswa.

f. Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)

Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif
yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagianbagian yang penting. Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini terdapat siswa
yang pandai, sedang atau lemah, dan masingmasing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain.
Dalam kelompok ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif,
dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana
bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, siswa juga dapat
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk
bekerjasama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Model pembelajaran ini, dibagi
menjadi beberapa fase :

1. Fase Orientasi

Pada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain
itu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
2. Fase Organisasi

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan


akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu
menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses
pembelajaran berlangsung.

3. Fase Pengenalan Konsep

Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau
media lainnya.

4. Fase Publikasi

Siswa mengkomunikasikan hasil temuantemuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi


yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.

5. Fase Penguatan dan Refleksi

Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui
penjelasanpenjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya
siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

g. Tipe Membuat Pasangan (Make A Match)

Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran
tahun 1994. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkahlangkah penerapan
metode make a match sebagai berikut :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi pemilihan, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.

8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

9. Guru bersamasama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

h. Tipe TSTS ( Two Stay Two Stray)

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan.
Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Metode
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok
dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu
memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk
bersosialisasi dengan baik.

Langkahlangkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang
diungkapkan, antara lain:

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat
siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa
untuk saling membelajarkan dan saling mendukung. Guru memberikan subpokok bahasan pada
tiaptiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
Setelah selesai, dua orang dari masingmasing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu
ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan membahas hasilhasil
kerja mereka. Masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

F. Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif

a. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

1. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau


gagasan dengan katakata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.

5. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap
positif terhadap sekolah.

6. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi


dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan


rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih
banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.

2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan
biaya yang cukup memadai.

3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang
dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi
pasif.

5. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip.Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak
mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip
membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompokkelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses
belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Prinsipprinsip pembelajaran kooperatif yaitu saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar
anggota kelompok, evaluasi proses kelompok.

Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu siswa harus memiliki tujuan yang sama, rasa saling
menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling membagi tugas, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara kolompok. Tipetipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe
STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Slavintahun 1978, tipe Jigsaw
yang dikembangkan oleh Elliot Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group
Investigation) oleh Sholomo Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe
NHT (Numbered Heads Together), tipe TSTS(Two Stay Two Stray) yang dikembangkan oleh Spencer
Kagan, tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan oleh Slavin,
Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Membuat Pasangan (Make A Match) dikembangkan oleh Lorna
Curran tahun 1994.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak bergantung kepada guru, mampu
mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar pendapat,
meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembelajaran kooperatif
yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat
terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasilitas
yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang siasia, terkadang diskusi
didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.

B. Saran

Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik menggunakan strategi kooperatif dengan
berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih cepat menerima
daripada menggunakan strategi yang konvensional.

Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu membimbing siswa dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap
siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau gagasan
dari anggota yang lain.
TIPE TIPE PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan penguasa jagat raya dan
seluruh isinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul “model-model pembelajaran’’
dengan lancar dan tak lupa kami haturkan salawat serta salam atas junjungan alam Nabi
Besar Muhammad S.A.W, yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen matakuliah ekologi oleh ibu La Harudu,Drs. M. si.pada mata kuliah yang disampaikan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi Tugas
untuk membuat makalah walaupun jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan keritik dan
saran yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya lebih baik
dan Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan dan bahan kajian pada makalah ini.Akhirnya penulis
hanya dapat berharap mudah-mudahan makalah dapat bermanfaat. Amin

Kendari, april 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
2.1 pengertian model pembelajaran..............................................................................
2.2 jenis-jenis model pembelajran................................................................................
2.3 langkah-langkah penerapan model pembelajaran....................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk
mengoperasikan kurikulum. Merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing belajar
dalam setting kelas atau lainnya.
Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar
prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas
pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain
sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang
ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis.
Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa
yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada
kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa
di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan
kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada
pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan
meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya.
Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk
penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi
yang diterapkan dikelaspun juga individual.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas, dapat saya rumuskan masalahny adalah sebagai berikut:
 Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?
 Apa saja jenis jenis model pembelajaran?
 Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran
 Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis model pembelajaran
 Untuk mengetahui bagaiman langkah-langkah penerapan model pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN


Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk
mengoperasikan kurikulum. Merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing belajar
dalam setting kelas atau lainnya.
 Menurut Agus Suprijono (2010:46) Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun
tutorial.
 Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.2 JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN


Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa diantaranya adalah:
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model Pembelajaran Kooperatif (Coorperative learning) menurut Sofan Amri & Iif
Khoiru Ahmadi, (2010:67) merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran.
Beberapa Tipe dari Model Pembelajaran kooperatif ini diantaranya yaitu :
 Role Playing
Dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010) Model Pembelajaran Role
Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan (Sercvice Learning). Model
pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati.
 Problem Based Intruction (PBI)
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan
masalah otentik. Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang
topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan
dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau
kolaborasi dalam pemecahan masalah.
 Mind Mapping (Peta pikiran)
Mind mapping (peta pikiran) merupakan cara mencatat yang menye- nangkan, cara
mudah untuk menyerap dan mengeluarkan informasi dan ide baru dalam otak (Buzan, 2007:
4). Mind mapping menggunakan warna, simbol, kata, garis lengkung dan gambar yang sesuai
dengan cara kerja otak. Sugiarto (2004: 75) menyatakan bahwa, “mind mapping (peta
pikiran) adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah
yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau grafik sehingga lebih mudah memahaminya•.
Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, mengga- bungkan kerja otak
bagian kiri dan kanan. Dengan mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga
78%. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di
dalam diri seseorang.
 Change of pairs (Tukar pasangan)
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan
nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
 Group Investigation
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi
(informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari
buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation
dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
 Group to arround (keliling kelompok)
Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi dari model
pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.
 Snowball Throwing
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar.
Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut
Saminanto, metode pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran
gelundungan bola salju. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap
menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan
menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Sedangkan menurut Kisworo metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu
metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
 Numbered Heads Together
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan
kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai
sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
 Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam
kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi
pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa
tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya.
Model pembelajaran STAD lebih menekankan kepada pembentukan kelompok.
Kelompok yang dibentuk nantinya akan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Oleh karena itu model pembelajaran STAD dapat membuat siswa untuk saling membantu
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
 Team Game Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT)
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen
mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling
berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi
kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen
berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT
terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
 Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif
yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti
yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama
salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model
pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah (Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, 2010:39).
Di samping itu, model pembelajaran langsung ini pada dasarnya bisa dan sangat cocok
diterapkan apabila mendapati situasi yang memungkinkan di antaranya seperti berikut ini :
 Saat guru ingin mencoba mengenalkan bidang pembelajaran baru.
 Saat guru ingin mencoba mengajari keterampilan kepada siswa ataupun mengajari prosedur
yang mempunyai struktur jelas.
 Saat para siswa mendapati kesulitan yang bisa diatasi dengan sebuah penjelasan terstruktur.
 Saat guru ingin menyampaikan teknik tertentu sebelum para peserta didik melakukan
kegiatan praktek.
 Saat guru menginginkan para siswa tertarik akan suatu topik.

3. Model Pembelajaran Terpadu


Model Pembelajaran Terpadu menurut Sugianto (2009:124) pada hakikatnya
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan model yang mencoba
memadukan beberapa pokok bahasan. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula , ada 10 macam
model pembelajaran terpadu, seperti :
 The connected model (model terhubung)
 The webbed model (model jaring laba-laba)
 The integrated model ( model integrasi)
 The nested model (model tersarang)
 The fragmented model ( model fragmen)
 The sequenced model ( model terurut)
 The shared model ( model terbagi)
 The threaded model (model pasang benang)
 The immersed model (model terbenam)
 The networked model (model jaringan)
4. Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL) menurut Sugianto (2009:151) dirancang
untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan
investigative, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar
yang mandiri.
5. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata
pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok
pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk
memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman
yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami
perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses
pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
6. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
Model Missouri Mathematics Project ( MMP ) merupakan suatu program yang di
desain untuk membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan – latihan agar siswa
mencapai peningkatan yang luar biasa. Latihan – latihan yang dimaksud yaitu lembar tugas
proyek, dimana pada saat kegiatan belajar mengajar guru memberikan tugas proyek kepada
siswa agar siswa dapat mengerjakan soal – soal tersebut dengan tujuan untuk membantu
siswa agar lebih mudah memahami materi yang dijelaskan oleh Guru.

2.3 LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
 Langkah-Langkah
1. Menyampaikan tujuan (Akademik dan sosial) dan memotivasi siswa serta aturan main
2. Menyajikan informasi: demonstrasi
3. Organisasikan siswa dalam kelompok kooperatif
4. Bimbing melakukan kegiatan/berkooperatif
5. Kuis/evaluasi
6. Penghargaan
Langkah-Langkah dari berbagai Tipe model Pembelajaran Kooperatif
a. Role Playing
 Langkah-Langkah
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari atau beberapa hari sebelum
KBM (kegiatan belajar mengajar) guna mempersiapkan peran yang terdapat dalam skenario
tersebut.
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam materi tersebut.
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan sebelumnya.
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan
mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja
untuk membahas skenario tersebut. Misalnya menilai peran yang dilakonkan, mencari
kelemahan dan kelebihan dari peran tersebut atau pun alur/ jalan ceritanya.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulannya.
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum atau menjgevalusi seluruh kegiatan.
10. Evaluasi/ refleksi.
11. Penutup

b. Problem Based Intruction (PBI)


 Langkah-Langkah
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi
siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses-proses yang mereka gunakan
c. Mind Mapping (Peta pikiran)
 Langkah-Langkah
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat
di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan
sesuai konsep yang disediakan guru
d. Change of pairs (Tukar pasangan)
 Langkah-Langkah
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya
atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
e. Group Investigation
 Langkah-Langkah
1. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik,
merumuskan permasalahan)
2. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaiman mempelajari, siapa melakukan
apa, apa tujuannya)
3. Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan
informasi, menganalisis data, membuat inferensi)
4. Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan,
penentuan penyaji, moderator, dan notulis)
5. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi,
mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan)
6. Evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing
berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian
pemahaman.
f. Group to arround (keliling kelompok)
 Langkah-Langkah
1. Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 siswa
2. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara
bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
g. Snowball Throwing
 Langkah-Langkah
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lain selama + 15 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup.
h. Numbered Heads Together
 Langkah-Langkah
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan
i. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
 Langkah-Langkah
1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok
itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan
j. Team Game Tournament (TGT)
 Langkah-Langkah
1. Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering
juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada
kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah yang dipimpin oleh guru.
2. Belajar dalam Kelompok (Teams)
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan
(prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnikdanras.
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau
permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar)
bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik
adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan
kesalahan.
3. Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi,
dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas
dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba
oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta
didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi.
Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta
didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa
meja turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja
I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang
menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan
“Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-
40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para
peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.
k. Jigsaw
 Langkah-Langkah
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup

2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


 Langkah-Langkah
1. Menyampaikan orientasi pelajaran dan tujuan pembelajaran kepada siswa.Jadi pada tahap ini
para pengajar menyampaikan beberapa hal yang harus dipelajari dan juga kinerja peserta
didik yang diharapkan.
2. Melakukan review pengetahuan serta keterampilan pra-syarat. Di sini guru akan mengajukan
pertanyaan untuk mengetahui keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam tahap ini pengajar akan menyampaikan materi dan
informasi serta memberikan berbagai contoh dan sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan. Jadi bimbingan ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
yang bertujuan untuk menilai tingkat pemahaman peserta didik dan mencoba untuk
mengoreksi kesalahan konsep yang ada.
5. Memberi kesempatan untuk siswa agar terus berlatih. Di sini guru memberi kesempatan
untuk siswa agar terus melatih keterampilannya maupun menggunakan informasi yang baru
secara kelompok atau individu.
6. Menilai kinerja masing-masing siswa dan memberinya umpan balik. Dalam tahap ini seorang
guru akan memberikan review terhadap segala hal yang sudah dilakukan siswa, kemudian
guru akan memberi umpan balik atas respon siswa dengan benar.
7. Memberikan latihan mandiri. Jadi guru juga bisa memberikan tugas secara mandiri untuk
para siswa guna meningkatkan pemahaman atas materi yang telah disampaikan.
3. Model Pembelajaran Terpadu
 Langkah-Langkah
1. Menentukan sebuah tema yang sesuai
2. Libatkan semua siswa di kelas agar mendiskusikan kemungkinan tema yang akan diangkat
dalam pembelajaran
3. Menentukan fokus pembelajaran
4. Memberikan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang beraneka macam yang berkaitan dengan
tema yang akan jadi fokus pembelajaran
5. Mengembangkan strategi-strategi untuk menggunakan sumber daya yang tersedia.
6. Membentuk suasana belajar yang rileks tapi tetap serius.
7. Membagi informasi-informasi yang dimiliki pada tema yang akan dipelajari
8. Mengajak siswa mencermati dan menentukan tujuan-tujuan pembelajaran personal (afektif)
9. Mendorong demokrasi dalam belajar, kreatif, penemuan, dan kooperatif.
10. Mendorong siswa untuk berbagi pengalaman dan informasi
11. Melibatkan berbagai narasumber yang mungkin dapat membantu seperti pustakawan, para
profesional, orang tua siswa, hingga relawan
12. Membantu dan mengajak siswa menyajikan hasil kerja dan hasil belajar mereka
13. Memberi penekanan pada teknik-teknik reflektif dan tanggung jawab untuk evaluasi mandiri.
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
 Langkah-Langkah
1. Orientasi siswa kepada masalah otentik
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual/kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
5. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
 Langkah-Langkah
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup
6. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
 Langkah-Langkah
1. Review
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah meninjau ulang pelajaran lalu terutama
yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada pembelajaran tersebut, membahas
soal pada PR yang dianggap sulit oleh siswa serta membangkitkan motivasi siswa.
2. Pengembangan
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan berupa penyajian ide baru dan perluasan, diskusi,
serta demonstrasi dengan contoh konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi kelas.
Pengembangan akan lebih baik jika dikombinasikan dengan control latihan untuk
menyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi ini.
3. Latihan terkontrol
Pada langkah ini siswa berkelompok merespon soal dengan diawasi oleh guru. Pengawasan
ini berguna untuk mencegah terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran.Guru harus
memasukkan rician khusus tanggung jawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkan
pencapaian materi yang dipelajari.
4. Seat work/kerja mandiri
Pada langkah ini siswa secara individu atau kelompok belajar merespon soal untuk latihan
atau perluasan konsep yang telah dipelajari pada langkah pengembangan.
5. Penugasan/Pekerjaan Rumah (PR)
PR tidak perlu diberikan kecuali guru yakin siswa akan berlatih menggunakan prosedur yang
benar.Tugas PR harus memuat beberapa soal review.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari paparan meteri diatas dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
 Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa diantaranya adalah: Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning), Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Model
Pembelajaran Terpadu, Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL), Model Pembelajaran
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), dan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP).
 Langkh-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yaitu;
Menyampaikan tujuan (Akademik dan sosial) dan memotivasi siswa serta aturan main,
Menyajikan informasi: demonstrasi, Organisasikan siswa dalam kelompok kooperatif,
Bimbing melakukan kegiatan/berkooperatif, Kuis/evaluasi dan Penghargaan

3.2 SARAN
Tentunya untuk meningkatkan prestasi belajar seorang siswa, diperlukan model
pemelajaran yang sesuai dengan kemampuan akal siswa agar seorang siswa tidak sulit dalam
merima sebuah pelajaran, untuk itu diharapkan kepada guru serta orang tua untuk dapat
memberikan pendidikan yang baik kepada anak didiknya.

DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/Fun%20Knowledge%20%20Pengertian,%20Jenis%20dan%20Langkah-
Langkah%20Model%20Pembelajaran.htm di posting oleh Sakinah nina
Aprilio, M, F. Tanpa tahun. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (www.muhfida.com/pembelajaran-
cooperative-learning.html), diakses 2 November 2011.

Dzaki, M, F. 2009. Pembelajaran Kooperatif, (Online),


(www.penelitian tindakankelas.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-kooperatif-
cooperative. html), diakses 2 November 2011.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT, (Online),


(www.herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-
together.html), diakses 2 November 2011.
Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
dan Teknik Aplikasinya
7.MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif dan Teknik
Aplikasinya
1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
pertama kali dikembangkan oleh Aronson,dkk. Dengan langkah aplikasinya sebagai berikut :
 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok,dengan setiap kelompok terdiri 4-6 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,sedang,dan rendah ,
serta jika mungkin anggota berasal dari ras,budaya,suku yang berbeda tetap mengutamakan
kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini,setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi dari pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (
Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli,siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw ( gigi gergaji )
Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5
siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang
telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun asal,selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah di diskusikan.
 Guru memberikan kuis secara individual.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe jigsaw untuk belajar materi baru, perlu
dipersiapkan suatu tuntutan da nisi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
2. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ( Number Heads Together )
Pembelajaran tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT
digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT :
 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor
awal.
 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
kelompok diberi nomor atau nama.
 Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
 Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditujuk oleh guru merupakan wakil
jawaban dari kelompok.
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
 Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

3. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division )


Model pembelajaran tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa
mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dan
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal.
Lima tahapan tipe STAD :
 Tahapan penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan
dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat
yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. Lamanya penyajian materi bergantung dengan kekompakan
materi yang akan dibahas. Dalam pengembangan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang dipelajari siswa dalam
kelompok.
b. Menekankan bahwa belajar memahami makna,dan bukan hafalan.
c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa.
d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban itu benar atau salah.
 Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang harus
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan
penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas dan satu
lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivatior kegiatan tiap kelompok.
 Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,
diadakan tes secara individual,mengenai materi yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini
didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok dan tes
dilaksanakan secara tertulis melalui tatap muka dikelas.
 Tahap perkembangan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan pada skor tes awal.
Berdasarkan skor tes awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksuid
agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD :


 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
 Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
 Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
 Guru memberikan tes/kuis kepada setiap individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Accelerated Instruction )


Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk
mengamati kesulitan belajar siswa secara individual.ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap
siswa secara individual dibawa ke kelompok-kelompok uintuk didiskusikan dan saling dibahas
oleh anggota kelompok.dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI :
 Guru memberikan tugas kepada kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor
awal.
 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
 Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok,
setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
 Guru memberikan kuis kepada individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

5. Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share


Dekemukaan oleh Frank Lyman ( 1995). Merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam
setting kelompok kelas secara keseluruhan.Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir,menjawab,dan
saling membantu satu sama lain.
Langkah-langkah pelaksanaan antara lain :
 Guru menyampaikan inti materi atau kompetensi yang ingin dicapai.
 Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
 Siswa diminta berpasangan dengan teman sebayanya dan mengutarakan hasil pemikirannya
masing-masing.
 Guru memimpin pleno kecil diskusi,tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
 Berawal dari kegiatan tersebut,guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkap siswa.
 Guru memberikan kesimpulan.
 Penutup.

6. Model pembelajaran kooperatif PICTURE AND PICTURE

Tipe ini digunakan untuk media gambar dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah pelaksanaan :
 Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
 Menyajikan materi sebagai pengantar.
 Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
 Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar
menjadi urutan yang logis.
 Guru menanyakan alasan /dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
 Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
 Kesimpulan.

7. Model pembelajaran kooperatif : Problem solving


Problem solving ( pembelajaran berbasis masalah ) merupakan pendekatan pembelajaran yang
menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah. Masalah dapat diperoleh dari guru atau
dari siswa.dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
8. Model pembelajaran kooperatif : Team Games Tournament ( TGT)
Pada pembelajaran ini , peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil
beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada
kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak
menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.
9. Model pembelajaran kooperatif TWO STAY TWO STAY
Model ini diajukan oleh spencer kagan (1992). Dimana dalam model ini memberikan kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Langkah-langkah pelaksanaan :
 Siswa bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang
 Setelah selesai maka dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok yang lain.
 Dua orang yang tinggal dalam kelompok membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu.
 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan merena
dan kelompok lainnya
 Kelompok mencocokakan dan membahas hasil kerja mereka.

10. Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Integrated Reading and


Composition
Cooperative Integrated Reading and Composition Model pembelajaran yang diadaptasikan
dengan kemampuan peserta didik,dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun
kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang
dibacanya.
11. Model pembelajaran kooperatif : Group Investigation.

Dikembangkan oleh Sharan (1992), dengan langkah-langkah :


 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
 Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
 Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi
 Masing-masing kelompok membahas materi yang ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
 Setelah selesai diskusi juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
 Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.
 Evaluasi.
 Penutup.

12. Model pembelajaran kooperatif INSIDE OUTSIDE CIRCLE ( IOC )

DIKEMUKAKAN OLEH Spancar Kagan.dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajaran :
 Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kesil dan menghadap keluar.
 Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
 Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagai informasi ,pertukaran informasi ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
 Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada
pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
 Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.

13. Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Script ( CS )

Model pembelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau,dkk (1995). Dalam pembelajaran ini
siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dsipelajari.
Langkah-langkah :
 Guru membagi siswa berpasangan.
 Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
 Guru dan siswa menetpkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.

14. Model pembelajaran kooperatif : Make a Match ( mencari pasangan )


Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang
menyenangkan.
Langkah-langkah penerapannya :
 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi
review,satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
 Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
 Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
 Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
 Setelah satu babak,kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya,demikian seterusnya.
 Siswa juga bias bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu uang cocok.
 Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

15. Model pembelajaran kooperatif Snowball throwing.


Adapun langkah-langkah pelaksanaannya :
 Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan.
 Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
 Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menyampaikan materi yang akan diajarkan guru kepada temannya.
 Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan
apa saja yang bersangkutan dengan materi dan sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
 Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
kepada siswa lain selama kurang lebih 15 menit.
 Setelah siswa mendapat satu boal/satu pertanyaan yang diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
 Evaluasi
 Penutup

16. The Williams


Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi
untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada
model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe
STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.

17. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)


Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three
problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama
guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara
berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian,
di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran:
pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar
peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil
wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran
kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).
Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat
guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan
mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok
mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi
kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya
setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya
pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses
diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.

18. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)


Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John
Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran
kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu
adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap
pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini
penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep
sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap
kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok
dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya.
Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau
bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor
mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
19. LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas
Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together,
siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar
tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran
Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan
diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.

20. Write Around (Menulis Berputar)


Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif
atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka
(contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...).
Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut.
Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan
membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian
menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah
cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka
untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian
membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari
model pembelajaran kooperatif go around.
Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya :
berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan.
Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori
tersebut.

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif


dan Teknik Aplikasinya
7.MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif dan Teknik
Aplikasinya
1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
pertama kali dikembangkan oleh Aronson,dkk. Dengan langkah aplikasinya sebagai berikut :
 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok,dengan setiap kelompok terdiri 4-6 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,sedang,dan rendah ,
serta jika mungkin anggota berasal dari ras,budaya,suku yang berbeda tetap mengutamakan
kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini,setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi dari pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (
Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli,siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw ( gigi gergaji )
Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5
siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang
telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun asal,selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah di diskusikan.
 Guru memberikan kuis secara individual.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe jigsaw untuk belajar materi baru, perlu
dipersiapkan suatu tuntutan da nisi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
2. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ( Number Heads Together )
Pembelajaran tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT
digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT :
 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor
awal.
 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
kelompok diberi nomor atau nama.
 Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
 Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditujuk oleh guru merupakan wakil
jawaban dari kelompok.
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
 Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

3. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division )


Model pembelajaran tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa
mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dan
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal.
Lima tahapan tipe STAD :
 Tahapan penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan
dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat
yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. Lamanya penyajian materi bergantung dengan kekompakan
materi yang akan dibahas. Dalam pengembangan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang dipelajari siswa dalam
kelompok.
b. Menekankan bahwa belajar memahami makna,dan bukan hafalan.
c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa.
d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban itu benar atau salah.
 Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang harus
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan
penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas dan satu
lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivatior kegiatan tiap kelompok.
 Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,
diadakan tes secara individual,mengenai materi yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini
didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok dan tes
dilaksanakan secara tertulis melalui tatap muka dikelas.
 Tahap perkembangan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan pada skor tes awal.
Berdasarkan skor tes awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksuid
agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD :


 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
 Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
 Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
 Guru memberikan tes/kuis kepada setiap individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Accelerated Instruction )


Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk
mengamati kesulitan belajar siswa secara individual.ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap
siswa secara individual dibawa ke kelompok-kelompok uintuk didiskusikan dan saling dibahas
oleh anggota kelompok.dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI :
 Guru memberikan tugas kepada kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor
awal.
 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
 Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok,
setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
 Guru memberikan kuis kepada individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

5. Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share


Dekemukaan oleh Frank Lyman ( 1995). Merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam
setting kelompok kelas secara keseluruhan.Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir,menjawab,dan
saling membantu satu sama lain.
Langkah-langkah pelaksanaan antara lain :
 Guru menyampaikan inti materi atau kompetensi yang ingin dicapai.
 Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
 Siswa diminta berpasangan dengan teman sebayanya dan mengutarakan hasil pemikirannya
masing-masing.
 Guru memimpin pleno kecil diskusi,tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
 Berawal dari kegiatan tersebut,guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkap siswa.
 Guru memberikan kesimpulan.
 Penutup.

6. Model pembelajaran kooperatif PICTURE AND PICTURE

Tipe ini digunakan untuk media gambar dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah pelaksanaan :
 Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
 Menyajikan materi sebagai pengantar.
 Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
 Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar
menjadi urutan yang logis.
 Guru menanyakan alasan /dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
 Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
 Kesimpulan.

7. Model pembelajaran kooperatif : Problem solving


Problem solving ( pembelajaran berbasis masalah ) merupakan pendekatan pembelajaran yang
menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah. Masalah dapat diperoleh dari guru atau
dari siswa.dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
8. Model pembelajaran kooperatif : Team Games Tournament ( TGT)
Pada pembelajaran ini , peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil
beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada
kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak
menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.
9. Model pembelajaran kooperatif TWO STAY TWO STAY
Model ini diajukan oleh spencer kagan (1992). Dimana dalam model ini memberikan kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Langkah-langkah pelaksanaan :
 Siswa bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang
 Setelah selesai maka dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok yang lain.
 Dua orang yang tinggal dalam kelompok membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu.
 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan merena
dan kelompok lainnya
 Kelompok mencocokakan dan membahas hasil kerja mereka.

10. Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Integrated Reading and


Composition
Cooperative Integrated Reading and Composition Model pembelajaran yang diadaptasikan
dengan kemampuan peserta didik,dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun
kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang
dibacanya.
11. Model pembelajaran kooperatif : Group Investigation.

Dikembangkan oleh Sharan (1992), dengan langkah-langkah :


 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
 Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
 Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi
 Masing-masing kelompok membahas materi yang ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
 Setelah selesai diskusi juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
 Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.
 Evaluasi.
 Penutup.

12. Model pembelajaran kooperatif INSIDE OUTSIDE CIRCLE ( IOC )

DIKEMUKAKAN OLEH Spancar Kagan.dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajaran :
 Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kesil dan menghadap keluar.
 Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
 Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagai informasi ,pertukaran informasi ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
 Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada
pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
 Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.

13. Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Script ( CS )

Model pembelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau,dkk (1995). Dalam pembelajaran ini
siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dsipelajari.
Langkah-langkah :
 Guru membagi siswa berpasangan.
 Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
 Guru dan siswa menetpkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.

14. Model pembelajaran kooperatif : Make a Match ( mencari pasangan )


Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang
menyenangkan.
Langkah-langkah penerapannya :
 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi
review,satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
 Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
 Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
 Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
 Setelah satu babak,kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya,demikian seterusnya.
 Siswa juga bias bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu uang cocok.
 Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

15. Model pembelajaran kooperatif Snowball throwing.


Adapun langkah-langkah pelaksanaannya :
 Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan.
 Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
 Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menyampaikan materi yang akan diajarkan guru kepada temannya.
 Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan
apa saja yang bersangkutan dengan materi dan sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
 Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
kepada siswa lain selama kurang lebih 15 menit.
 Setelah siswa mendapat satu boal/satu pertanyaan yang diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
 Evaluasi
 Penutup

16. The Williams


Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi
untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada
model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe
STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.

17. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)


Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three
problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama
guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara
berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian,
di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran:
pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar
peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil
wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran
kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).
Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat
guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan
mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok
mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi
kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya
setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya
pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses
diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.

18. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)


Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John
Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran
kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu
adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap
pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini
penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep
sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap
kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok
dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya.
Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau
bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor
mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.

19. LT (Learnig Together)


Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas
Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together,
siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar
tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran
Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan
diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.

20. Write Around (Menulis Berputar)


Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif
atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka
(contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...).
Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut.
Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan
membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian
menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah
cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka
untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian
membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari
model pembelajaran kooperatif go around.
Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya :
berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan.
Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori
tersebut.

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif


dan Teknik Aplikasinya
7.MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif dan Teknik
Aplikasinya
1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
pertama kali dikembangkan oleh Aronson,dkk. Dengan langkah aplikasinya sebagai berikut :
 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok,dengan setiap kelompok terdiri 4-6 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,sedang,dan rendah ,
serta jika mungkin anggota berasal dari ras,budaya,suku yang berbeda tetap mengutamakan
kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini,setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi dari pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (
Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli,siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw ( gigi gergaji )
Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5
siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang
telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun asal,selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah di diskusikan.
 Guru memberikan kuis secara individual.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe jigsaw untuk belajar materi baru, perlu
dipersiapkan suatu tuntutan da nisi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
2. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ( Number Heads Together )
Pembelajaran tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT
digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT :
 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor
awal.
 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
kelompok diberi nomor atau nama.
 Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
 Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditujuk oleh guru merupakan wakil
jawaban dari kelompok.
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
 Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

3. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division )


Model pembelajaran tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa
mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dan
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal.
Lima tahapan tipe STAD :
 Tahapan penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan
dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat
yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. Lamanya penyajian materi bergantung dengan kekompakan
materi yang akan dibahas. Dalam pengembangan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang dipelajari siswa dalam
kelompok.
b. Menekankan bahwa belajar memahami makna,dan bukan hafalan.
c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa.
d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban itu benar atau salah.
 Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang harus
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan
penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas dan satu
lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivatior kegiatan tiap kelompok.
 Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,
diadakan tes secara individual,mengenai materi yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini
didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok dan tes
dilaksanakan secara tertulis melalui tatap muka dikelas.
 Tahap perkembangan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan pada skor tes awal.
Berdasarkan skor tes awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksuid
agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD :
 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
 Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
 Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
 Guru memberikan tes/kuis kepada setiap individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Accelerated Instruction )


Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk
mengamati kesulitan belajar siswa secara individual.ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap
siswa secara individual dibawa ke kelompok-kelompok uintuk didiskusikan dan saling dibahas
oleh anggota kelompok.dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI :
 Guru memberikan tugas kepada kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor
awal.
 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
 Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok,
setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
 Guru memberikan kuis kepada individual.
 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

5. Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share


Dekemukaan oleh Frank Lyman ( 1995). Merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam
setting kelompok kelas secara keseluruhan.Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir,menjawab,dan
saling membantu satu sama lain.
Langkah-langkah pelaksanaan antara lain :
 Guru menyampaikan inti materi atau kompetensi yang ingin dicapai.
 Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
 Siswa diminta berpasangan dengan teman sebayanya dan mengutarakan hasil pemikirannya
masing-masing.
 Guru memimpin pleno kecil diskusi,tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
 Berawal dari kegiatan tersebut,guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkap siswa.
 Guru memberikan kesimpulan.
 Penutup.
6. Model pembelajaran kooperatif PICTURE AND PICTURE

Tipe ini digunakan untuk media gambar dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah pelaksanaan :
 Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
 Menyajikan materi sebagai pengantar.
 Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
 Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar
menjadi urutan yang logis.
 Guru menanyakan alasan /dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
 Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
 Kesimpulan.

7. Model pembelajaran kooperatif : Problem solving


Problem solving ( pembelajaran berbasis masalah ) merupakan pendekatan pembelajaran yang
menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah. Masalah dapat diperoleh dari guru atau
dari siswa.dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
8. Model pembelajaran kooperatif : Team Games Tournament ( TGT)
Pada pembelajaran ini , peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil
beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada
kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak
menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.
9. Model pembelajaran kooperatif TWO STAY TWO STAY
Model ini diajukan oleh spencer kagan (1992). Dimana dalam model ini memberikan kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Langkah-langkah pelaksanaan :
 Siswa bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang
 Setelah selesai maka dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok yang lain.
 Dua orang yang tinggal dalam kelompok membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu.
 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan merena
dan kelompok lainnya
 Kelompok mencocokakan dan membahas hasil kerja mereka.

10. Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Integrated Reading and


Composition
Cooperative Integrated Reading and Composition Model pembelajaran yang diadaptasikan
dengan kemampuan peserta didik,dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun
kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang
dibacanya.
11. Model pembelajaran kooperatif : Group Investigation.

Dikembangkan oleh Sharan (1992), dengan langkah-langkah :


 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
 Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
 Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi
 Masing-masing kelompok membahas materi yang ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
 Setelah selesai diskusi juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
 Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.
 Evaluasi.
 Penutup.
12. Model pembelajaran kooperatif INSIDE OUTSIDE CIRCLE ( IOC )

DIKEMUKAKAN OLEH Spancar Kagan.dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajaran :
 Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kesil dan menghadap keluar.
 Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
 Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagai informasi ,pertukaran informasi ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
 Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada
pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
 Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.

13. Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Script ( CS )

Model pembelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau,dkk (1995). Dalam pembelajaran ini
siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dsipelajari.
Langkah-langkah :
 Guru membagi siswa berpasangan.
 Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
 Guru dan siswa menetpkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.

14. Model pembelajaran kooperatif : Make a Match ( mencari pasangan )


Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang
menyenangkan.
Langkah-langkah penerapannya :
 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi
review,satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
 Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
 Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
 Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
 Setelah satu babak,kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya,demikian seterusnya.
 Siswa juga bias bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu uang cocok.
 Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

15. Model pembelajaran kooperatif Snowball throwing.


Adapun langkah-langkah pelaksanaannya :
 Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan.
 Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
 Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menyampaikan materi yang akan diajarkan guru kepada temannya.
 Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan
apa saja yang bersangkutan dengan materi dan sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
 Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
kepada siswa lain selama kurang lebih 15 menit.
 Setelah siswa mendapat satu boal/satu pertanyaan yang diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
 Evaluasi
 Penutup

16. The Williams


Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi
untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada
model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe
STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.

17. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)


Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three
problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama
guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara
berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian,
di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran:
pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar
peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil
wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran
kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).
Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat
guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan
mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok
mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi
kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya
setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya
pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses
diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.

18. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)


Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John
Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran
kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu
adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap
pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini
penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep
sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap
kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok
dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya.
Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau
bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor
mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.

19. LT (Learnig Together)


Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas
Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together,
siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar
tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran
Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan
diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.

20. Write Around (Menulis Berputar)


Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif
atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka
(contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...).
Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut.
Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan
membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian
menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah
cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka
untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian
membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari
model pembelajaran kooperatif go around.
Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya :
berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan.
Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai