BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.
1.3.2 Mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif.
1.3.3 Mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.
1.3.4 Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran
dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
3.1.2 Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,interaksi tatap
muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota kelompok, evaluasi proses
kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatifyaitu siswa harus memiliki tujuan yang
sama, rasa saling menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling membagi
tugas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara kolompok.
3.1.3 Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team Achievement Division)
yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1978, tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot
Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group Investigation) oleh Sholomo
Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT (Numbered Heads
Together), tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, tipe
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan oleh
Slavin, Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Make A Match (Membuat
Pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994.
3.1.4 Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung kepada guru,
mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar
pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembela-
jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan
menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan
temannya, membutuhkan fasili- tas yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu
terbuang sia-sia, terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi
pasif.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan strategi
kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih
cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang konvensional.
3.2.2 Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem- bimbing siswa dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat ter- capai.
3.2.3 Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus
saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
.
Malik, H. 2011. Cooperative Learning, (Online),
(www.edukasi.kompasiana.com/2011/11/01/%E2%80%9Ccooperative-
learning%E2%80%9D.html), diak- ses 2 November 2011.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran
kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Dimana guru terus memberikan informasi ( guru
sebagai pusat ) dan peserta didik hanya mendengarkan. Pembelajaran kooperatif mendapat dukungan dari Vygotsky
a. Menekankan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan mealui interaksi sosial dengan orang lain.
b. Selain itu dia juga berpendapat bahwa penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Semua hal tersebut ada
Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari siswa. Guru sebagai
fasilisator dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta didik menuju pengetahuan yang benar dan tepat.
PEMBAHASAN
Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh ( saling
mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh
sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih
asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan
hidup di masyarakat.
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 2004 ):
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan
atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan
mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru
kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus
didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang
dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan
antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok. Pertama,
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu
b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka
c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari
d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling
melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama.
Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif adalah :
d. Saling mengingatkan
e. Saling percaya
Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik, maka hal
Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan
kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota
dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu Guru sering membiarkan adanya siswa yang
dan saling memberikan motivai sehingga ada interaksi mendominasi kelompok atau menggantungkan diri
promotif. pada kelompok.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru
bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi atau kelompok dibiarkan untuk memilih
para anggota kelompok. pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar. yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-
pandangan.
7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan
dipraktekkan.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,
Fase 3 : organize students into learning teams Memberikan penjelasan kepada peserta didik
tentang tata cara pembentukan tim belajar dan
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim
membantu kelompok melakukan transisi yang
belajar
efisien.
Fase 4 : assist team work and study
Membantu tim- tim belajar selama peserta didik
Membantu kerja tim dan belajar mengerjakan tugasnya.
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini
digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian
a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5
anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (
b. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
c. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan
d. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual
atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa
atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.
2. Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk
c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik
yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar /
expert group).
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams )untuk
mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi secara individual mengenai
Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak
perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok.
Langkah-langkahnya :
a. Seleksi topik
b. Merencanakan kerjasama
c. Implementasi
f. Evaluasi selanjutnya
4. Metode struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang
Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah – langkahnya :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
b. Bertukar Pasangan
Langkah – langkahnya :
1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur /
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini kemudian saling
5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.
Langkah – langkahnya :
1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa
pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
2) Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari
kelompoknya.
4) Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
d. Bercerita Berpasangan
Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya :
c) Siswa dipasangkan
d) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang
kedua.
f) Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian masing-
masing.
g) Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan kata kunci.
h) Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
i) Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa.
Langkah-langkahnya :
3) Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing
4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
f. Keliling Kelompok
Langkah – langkahnya :
1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya
3) Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
g. Kancing Gemerincing
Langkah-langkahnya :
1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya.
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga
buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan
4) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga
a. Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.
b. Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan – pasangan
untuk berdiskusi.
c. Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan secara
integratif.
Langkah – langkahnya :
b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap –
c. Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi
d. Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu
7. Bamboo Dancing
Langkah – langkahnya :
c. Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).
d. Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta
didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali kepasangan awal.
e. Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas
f. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh
Langkah – langkahnya :
b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.
c. Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan perspektif
yang dikembangkannya.
d. Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang
dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang
sama.
e. Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi – argumentasi
c. Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian menyusun
d. Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan
e. Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan
tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.
Langkah-langkahnya :
b. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing,
misalnya:
Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
c. Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas.
d. Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.
1. PQ4R
Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan memiliki stock knowledge.
Langkah – langkahnya :
a) P ( Preview ) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan.
b) Q ( Question ) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri yang diarahkan
c) R ( Read ) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya sehingga paerta didik
e) R ( Recite ) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu merumuskan konsep –
konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan pokok – pokok penting yang telah dibacanya.
f) R ( Review ) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah dibacanya. Peserta
didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya.
Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat
b) Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang kosong dalam handout
tersebut
c) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar peserta
d) Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong tersebut.
3. Snowball Drilling
Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan – bahan
bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa
a) Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
b) Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk teman yang lainya
untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal manjawab pertanyaan pertama maka dia harus
c) Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.
4. Concept Mapping
Langkah – langkahnya :
a) Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama.
b) Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama kepada peserta didik.
c) Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang menggambarkan hubungan antar
konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep.
d) Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan dibahas satu persatu.
e) Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa kesimpulan terhadap materi
yang dipelajari.
Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.
Langkah – langkahnya :
a) Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk menuliskan dikartu itu
b) Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya.
c) Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab dan serahkan pada
guru.
d) Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk membuat resume
Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya :
c) Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang dipelajari.
d) Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota tersebut
harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut dianggap penting. Putar hingga ampai kapada
pemiliknya kembali.
e) Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan perolehan anggota lain.
f) Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. Setelah diseleksi pertanyaan
dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri maupun kelompok.
7. Talking Stick
Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah – langkahnya :
b) Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.
c) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil tongkat dan diberikan
kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang
d) Guru member keempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dan
guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik dan selanjutnya bersama – sama
merumuskan kesimpulan.
member kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah – langkahnya :
b) Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang sedang dipelajari di
kelas.
c) Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan tidak ada yang
d) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk memikirkan
jawabannya.
e) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
f) Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya.
9. Tebak Pelajaran
Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – langkahnya :
a) Tulislah atau tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan.
b) Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi
d) Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang
1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan
setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat
2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya
menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena
5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan
Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan
terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas
tidak merata.
3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman
4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit
PENUTUP
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan pada aspek kerjasama diantara para anggotanya dimana di dalamnya ada ketergantungan yang positif,
interaksi, akuntabilitas serta ketrampilan individu dalam memproses kelompoknya. Tujuan pembelajaran ini juga
disesuaikan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh ilmu dan mendidik anak didik, maka tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan
pengembangan ketrampilan social. Dalam pembelajaran kooperatif maka setiap anggota yang beragam ikut
berpartisipasi secara aktif sesuai dengan setiap pandangan yang mereka miliki masing – masing. Banyak model –
model pembelajaran kooperatif namun secara umum proses pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
3. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok
5. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok
6. Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
Setiap segala sesuatu pasti memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif mengajarkan bagaimana saling bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah secara
berkelompok melalui diskusi dengan teman lain yang memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda – beda,
melalui hal tersebut maka setiap anggota akan memiliki pandangan yang lebih luas karena saling berbagi
pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan sehingga melalui semua itu kelompok dapat meyelesaikan tugas yang
diberikan melalui pemikiran bersama yang dianggap benar dan baik. Tetapi karena adanya keberagaman tersebut juga
dapat menimbulkan adanya perselisihan dan pertentangan akibat adanya pemikiran yang berbeda sehingga dalam
memproses memerlukan waktu yang cukup lama sehingga agar pertentangan tersebut tidak terjadi dibutuhkan
Pembelajaran kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan dimana
pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran yaitu dengan bekerjasama dengan anggota
kelompoknya dan memecahkan persoalan bersama dimana akan membantu para peserta didik saling bertukar
pengetahuan, pemikiran dan pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang benar dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com
Makalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan
adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks perencanaan ini
guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak oleh tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan
konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas
yang selalu didominasi oleh guru, dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak
kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Model pembelajaran di kelas yang semula hanya konvensional secara monoton dan
guru sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sudah tidak sesuai dengan perubahan paradigma
pendidikan yang semula teacher centre berubah menjadi student centre. Perubahan ini tidak
hanya membawa dampak terhadap metode, aktivitas, dan sikap ilmiah belajar siswa, akan
tetapi juga terhadap cara penilaian yang berpusat pada peserta didik.
Upaya untuk meningkatkan prestasi siswa guru harus lebih kreatif dan membuat
pembelajaran dengan lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Pembelajaran kooperatif
terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendididkan di Indonesia karena
sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong-royong.
Pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw materi yang dipelajari biasanya
berbentuk narasi tertulis dan tujuan pembelajarannya lebih diutamakan untuk penguasaan
konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran materi Jigsaw biasanya berupa sebuah
bab, narasi atau diskripsi yang sesuai. Para siswa bekerja dalam sebuah tim yang heterogen,
diberikan tugas membaca, memahami, mendiskusikan dan menyampaikan materi kepada
rekan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana munculnya model pembelajaran cooperative learning ?
2. Apa pengertian model pembelajaran cooperative learning ?
3. Apa saja sintak model pembelajaran cooperative learning ?
4. Bagaimana model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ?
5. Apa saja sintak model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw?
BAB II
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Cetakan ke-1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Cetakan ke-3. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresifi. Cetakan ke-3. Jakarta:
Kencana
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
makalah ini, antara lain:
Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran tipe make a match?
Apa saja manfaat penggunaan model pembelajaran tipe make a match dalam proses belajar mengajar
di kelas?
Apa saja kelemahan dan kelebihan menggunakan model pembelajaran tipe make a match?
Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran tipe make a match?
Bagaimana asumsi penerapan model pembelajaran tipe make a match?
Berikan contoh penerapan model pembelajaran tipe make a match pada mata pelajaran
korespondensi?
Contoh Aplikasi Model Pembelajaran Tipe Make a Match pada Mata Pelajaran Korespondensi
Pengertian Komunikasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode make a match atau mencari pasangan ini merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam proses
pembelajaran, siswa dituntut aktif agar dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik dan
lebih mudah dalam memahami materi tersebut. Namun di sisi lain model ini dapat menjadi kurang
efektif jika guru kurang dapat mengendalikan kelasnya sehingga kelas dapat berubah seperti pasar.
Saran
Model pembelajaran ini dapat dijadikan suatu alternative oleh guru agar pembelajaran lebih efektif
dan menyenangkan bagi siswa serta dapat memberikan variasi bagi siswa agar tidak bosan.
DAFTAR PUSTAKA
http://prillygeography.blogspot.co.id/2012/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1
(Diakses Minggu, 18 September 2016, 11:48)
https://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-make-a-match/ (Diakses
Minggu, 18 September 2016, 11:50)
http://abazariant.blogspot.co.id/2012/10/makalah-model-pembelajaran-kooperatif. html?m=1 (Diakses
Minggu, 18 September 2016, 12:05)
http://novideswira.blogspot.co.id/2013/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-make and-30.html?m=1
(Diakses Minggu, 18 September 2016, 12:12)
http://mdtaufiq.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-make. html?m=1 (Diakses
Minggu, 18 September 2016, 12:15)
MAKALAH ILMIAH
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Disusun Oleh :
Nama : M U R T A J I, S.Pd
NIP : 19750611 201406 1 002
Instansi : SD Negeri 3 Kacamarga
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat, dan karunia-Nya sehingga makalah ilmiah ini dapat terselesaikan. Makalah ilmiah
Model Pembelajaran Kooperatif ini disusun untuk memenuhi kelengkapan sebagai
persyaratan penyesuaian golongan, oleh karana itu pada kesempatan ini disampaikan terimah
kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan sehingga
makalah ini terselesaikan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyampurnaan tugas
selanjutnya. Akhir kata semoga apa yang telah di kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang memerlukan.
Cukuhbalak; 07 Mei 2016
Penyusun
M U R T A J I, S.Pd
NIP. 19750611 201406 1 002
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
KEGIATAN PEMBALAJARN KOOPERATIF .............................................. 22
FASE PEMBALAJARN KOOPERATIF ............................................... 23
PERBANDINGAN EMPAT PENDEKATAN PEMBALAJARN KOOPERATIF. 24
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung
memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul
dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh
label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras
dan cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, dan
frustasi. Selain itu salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk kemampuan berpikir
didalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa
untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan seharihari. Akibatnya, ketika peserta didik
kita lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi miskin akan aplikasi. Oleh sebab itu
seorang pendidik harus memiliki kemampuan mendisain strategi pembelajaran yang tepat sesuai
dengan materi yang diajarkan.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan
menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat,
sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di
kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah tentang model pembelajaran Kooperatif yang dilakukan
seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas supaya pembelajaran lebih terarah dan bermakna.
Pembelajaran akan lebih bermakna dan runtut bila pembelajaran dilakukan sesuai dengan tahapan-
tahapan dan model pembelajaran yang sesuai tentunya dengan menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakter siswa.
C. Tujuan Penulisan
D. Identifikasi Masalah
E. Rumusan Masalah
BAB II
A. Deskripsi Teoritis
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan belajar bersama antaradua orang atau
lebih, sedangkan kooferative learning dalam artian yang lebih luasmemiliki definisi yang antara lain
adalah belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja bersama menuju kelompok
kerja dimana tiap anggota bertanggung jawab secara individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan
bisa dicapai tanpa adanya kerjasama antar kelompok.
Komponen belajar menurut Gagne dalam Gradler ada lima golongan ragam belajar, yaitu informasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasar kognitif. Kelima macam siasat
belajar tersebut masing-masing diperoleh dengan cara berlainan. Artinya masing-masing
memerlukan keterampilan prasyarat yang berbeda dan perangkat serta langkah yang berbeda.
Persyaratan ini oleh Gagne disebut dengan kondisi belajar internal. Selanjutnya jenis-jenis stimulus
lingkungan yang diperlukan untuk menunjang proses kognitif siswa waktu belajar disebutkondisi
eksternal belajar.
Kapasitas untuk belajar memungkinkan diperolehnya berbagai pola tingkah laku yang hampir-hampir
tidak ada batasnya (Gagne, 1977) dalam Bell Gredler (1991:186). Melalui belajar orang akan
memperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan dan sikap serta nilai. Karena itu, belajar akan
menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang sejalan, yang oleh Gagne disebut kapabilitas.
Kapabilitas diperoleh dari seseorang dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses
kognitif yang dilakukan oleh si belajar. Didefinisikan secara formal belajar ialah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi tahapan pengolahan informasi yang
diperlukan untuk memperoleh kapabilitas baru (Gagne & Briggs dalam Bell Gredler, 1991:187).
Selanjutnya dalam pembelajaran selalu mengaruh pada proses dan hasil. Hasil belajar diartikan
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program pembelajaran sesuai
dengan program pendidikan yang telah ditetapkan (Sudijarto, 1994:49). Hal ini sesuai dengan
pendapat Djamarah (1994:24) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan
tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan
atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian. Sudjana (2001:22) mendefinisikan
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
Hasil belajar sering diwujudkan dalam bentuk perubahan prilaku dan perubahan pribadi seseorang
setelah proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (1)
keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, dan (3) sikap dan cita-cita.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas perolehan belajar atau hasil belajar merupakan kapasitas
terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel-variabel
bawaannya melalui perlakukan pembelajaran tertentu. Hasil belajar merupakan hasil kegiatan dari
belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan
siswa. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan apa yang diperoleh siswa dari proses belajar.
C. Hipotesis
Hal yang sangat urgent menentukan kualitas sisiwa adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan siswa. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Panen,
Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001:69) mengemukakan bahwa “Belajar kooperatif kolaboratif
merupakan proses konstruktivisme sosial yang menjadi salah satu proses konstruksi pengetahuan
yang relatif dominan dalam diri individu sebagai makhluk sosial.”
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari azas gotong royong dan baik sesuai
dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat mengutamakan azas gotong royong dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran
kooperatif. Menurut Lie (2007:12) :
Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berbagaik dengan sesama siswa dalam tugas
terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Dalam pengertian lain, Eggen dan Kauchan dalam Triantor (2007:42) menyatakan “Pembelajaran
kooperatif adalah sekelompok dari strategi yang melibatkan siswa untuk berkolaborasi mencapai
tujuan tertentu.”
Manusia merupakan individu yang berbeda satu sama lain yang memiliki derajat potensi, latar
belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda. Karena adanya perbedaan ini, manusia
yang satu membutuhkan manusia yang lain sehingga manusia harus menjadi makhluk sosial yang
berinteraksi dengan sesama. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman dan Bintoro dalam
Nurhadi, dkk (2004:60) :
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang saling mencerdaskan, saling menyayangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa
sebagai latihan untuk hidup dalam masyarakat nyata, sehingga sumber belajar bukan hanya dari
guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan
kondisi untuk berbaik saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi
pembelajaran dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat
sampai enam orang yang heterogen untuk berbaik, saling membantu diantara anggota kelompok
untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa belajar
berkolaborasi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana belajar
kelompok yang nantinya dapat mencapai potensi yang optimal.
Akan tetapi para pengajar sangat enggan menerapkan pembelajaran di kelas dengan azas gotong
royon. Lie (2007:27) mengemukakan beberapa alasan mengapa para pengajar enggan menerapkan
azas tersebut, demikian diantaranya :
b. Adanya siswa yang tidak suka belajar berkelompok, lebih memilih belajar secara individu.
c. Siswa yang malas lebih mengandalkan temannya yang tekun dan siswa yang tekun merasa
dituntut bekerja secara ekstra dalam kelompoknya.
d. Adanya perasaan minder bagi siswa yang kurang mampu belajar bersama siswa yang lebih
pandai.
Hal-hal tersebut diatas dapat dikendalikan oleh pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran
kooperatif memiliki unsur-unsur tertentu untuk memungkinkan proses belajar dan pembelajaran di
kelas secara efektif.
BAB III
PEMBAHASAN
Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok
atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”. Dari uraian tersebut dapat diperoleh
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompokkelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran
dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam
pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model
pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung terhadap
usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama karena keberhsilan kelompok
tergantung setiap anggotanya. Maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai
tugasnya.
3. Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi
tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk
bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masingmasing anggota dan
mengisi kekurangan masingmasing.
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini
sangat penting sebagai bekal mereka dikehidupan masyarakat kelak. Oleh karena itu, sebelum
melakukan pembelajaran guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.
2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung
jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan
yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.
Yaitu membuat keputusan sejak awal tentang tujuan pembelajaran dan jenis aktifitas yang sesuai
dengan mereka. Keputusan harus dibuat tentang apakah tujuan pembelajaran diambil dari domain
kognitif (dalam area keahlian akademis), afektif (dalam area sikap dan nilai), atau domain
psikomotor (kealian fisik). Tugas lain menanyakan keahlian yangdiperlukan untuk bekerjasama untuk
tujuan kelompok (Johnson 1988). Penghargaan itu sendiri perlu untuk dipilih. Kebanyakan guru lebih
suka memilih penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ekspetasi kelompok.
b. Komposisi kelompok
Merupakan bentuk praktek yang baik untuk membentuk kelompok yang terdiri dari seorang siswa
yang mempunyai kemampuan diatas ratarata. Dua sampai empat siswa dengan kemampuan rata-
rata dan seorang siswa dengan kemampuan dibawah rata- rata atau anakanak dengan kebutuhan
khusus.
Yaitu dengan cara menjelaskan kepada siswa bagaimana cara anggota kelompok harus bekerja sama
antara satu dengan yang lainnya. Prosedur untuk kerjasama yang efektif harus dibuat secara
eksplisit. Kolaborasi diantara siswa vital untuk kesuksesan prosedur ini.
Guru harus memberikan penjelasan secara tegas tentang apa yang akan diterima dan yang tidak
dapat diterima dalam kelompok dengan tepat sebelun kelompok mulai mengerjakan tugasnya.
f. Guru harus memberikan umpan balik kepada kelompok tentang kualiatas kelompok dan kinerja
indivu. Penting bagi individu untuk menerima umpan balik secara awal.
Guru atau pengajar khusus harus dipersiapkan untuk memberikan bantuan ekstra atau bantuan
tambahan kepada siswa yang mempunyai masalah belajar ketika hal itu diperlukan. Siswa harus
diberitahukan bagaimana dan kapan mereka harus mencari bantuan tersebut.
h. Melakukan evaluasi
Guru harus melakukan evaluasi tentang prosedur pembelajaran kooperatif learning. Kebanyakan
guru ingin memberikan pertanyaan yang lebih tepat tentang evaliasi. Kulitas hasil dan jumlah wakti
yang diperlukan untuk pembentukan kelompok perlu dipertimbangkan.
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas social, kemampuan dan ketidakmampuan.
c. Pengembangan ketermpilan social
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh
Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru
yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari
lima tahapan utama sebagai berikut: Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru
dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama
sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
1. Kerja kelompok.
Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama
mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi.
Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya saling membantu dalam memahami
materi pelajaran.
2. Tes.
Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual.
Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
4. Penghargaan kolompok.
ThinkPairShare merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank
Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. ThinkPairShare memberikan kepada para siswa
waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Tahapan pembelajaran kooperatif tipe ThinkPairShare adalah sebagai berikut:
1. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa
diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
2. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai
apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika
suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah
diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan
3. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasanganpasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka
bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke
pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasanganpasangan tersebut
memperoleh kesempatan untuk melapor.
c. Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) dikembangkan
Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor
tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan
mereka dalam menguasai materi.
Adapun langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together antara lain:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama
mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang
menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalahmasalah sosial dan
antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan
masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan,
mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapantahapan dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif GI adalah sebagai berikut:
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi,
dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini, yang pertama siswa mengamati
sumber, memilih topik, dan menentukan kategorikategori topik permasalahan kemudian siswa
bergabung pada kelompokkelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik
untuk diselidiki, lalu guru membatasi jumlah anggota masingmasing kelompok antara 4 sampai 5
orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugastugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa
bersamasama merencanakan tentang: Apa yang mereka pelajari?, Bagaimana mereka belajar?,
Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa
melakukan kegiatan sebagai berikut: pertama siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data
dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian
masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota
kelompok menentukan pesanpesan penting dalam proteknya masingmasing, kemudian anggota
kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya,
lalu wakil dari masingmasing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi
investigasi.
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini
adalah sebagai berikut: pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar,
kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan
terhadap topik yang disajikan.
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan
guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: pertama siswa menggabungkan
masukanmasukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang
pengalamanpengalaman efektifnya, kemudian guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi
tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi
tingkat pemahaman siswa.
Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif
yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagianbagian yang penting. Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini terdapat siswa
yang pandai, sedang atau lemah, dan masingmasing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain.
Dalam kelompok ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif,
dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana
bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, siswa juga dapat
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk
bekerjasama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Model pembelajaran ini, dibagi
menjadi beberapa fase :
1. Fase Orientasi
Pada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain
itu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
2. Fase Organisasi
Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau
media lainnya.
4. Fase Publikasi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui
penjelasanpenjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya
siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.
Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran
tahun 1994. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkahlangkah penerapan
metode make a match sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi pemilihan, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan.
Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Metode
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok
dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu
memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk
bersosialisasi dengan baik.
Langkahlangkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang
diungkapkan, antara lain:
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat
siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa
untuk saling membelajarkan dan saling mendukung. Guru memberikan subpokok bahasan pada
tiaptiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
Setelah selesai, dua orang dari masingmasing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu
ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan membahas hasilhasil
kerja mereka. Masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
1. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
5. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap
positif terhadap sekolah.
6. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih
banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan
biaya yang cukup memadai.
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang
dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi
pasif.
5. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip.Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak
mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip
membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompokkelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses
belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Prinsipprinsip pembelajaran kooperatif yaitu saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar
anggota kelompok, evaluasi proses kelompok.
Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu siswa harus memiliki tujuan yang sama, rasa saling
menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling membagi tugas, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara kolompok. Tipetipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe
STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Slavintahun 1978, tipe Jigsaw
yang dikembangkan oleh Elliot Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group
Investigation) oleh Sholomo Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe
NHT (Numbered Heads Together), tipe TSTS(Two Stay Two Stray) yang dikembangkan oleh Spencer
Kagan, tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan oleh Slavin,
Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Membuat Pasangan (Make A Match) dikembangkan oleh Lorna
Curran tahun 1994.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak bergantung kepada guru, mampu
mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar pendapat,
meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembelajaran kooperatif
yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat
terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasilitas
yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang siasia, terkadang diskusi
didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.
B. Saran
Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik menggunakan strategi kooperatif dengan
berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih cepat menerima
daripada menggunakan strategi yang konvensional.
Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu membimbing siswa dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap
siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau gagasan
dari anggota yang lain.
TIPE TIPE PEMBELAJARAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan penguasa jagat raya dan
seluruh isinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul “model-model pembelajaran’’
dengan lancar dan tak lupa kami haturkan salawat serta salam atas junjungan alam Nabi
Besar Muhammad S.A.W, yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen matakuliah ekologi oleh ibu La Harudu,Drs. M. si.pada mata kuliah yang disampaikan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi Tugas
untuk membuat makalah walaupun jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan keritik dan
saran yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya lebih baik
dan Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan dan bahan kajian pada makalah ini.Akhirnya penulis
hanya dapat berharap mudah-mudahan makalah dapat bermanfaat. Amin
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
2.1 pengertian model pembelajaran..............................................................................
2.2 jenis-jenis model pembelajran................................................................................
2.3 langkah-langkah penerapan model pembelajaran....................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk
mengoperasikan kurikulum. Merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing belajar
dalam setting kelas atau lainnya.
Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar
prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas
pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain
sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang
ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis.
Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa
yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada
kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa
di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan
kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada
pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan
meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya.
Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk
penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi
yang diterapkan dikelaspun juga individual.
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran
Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis model pembelajaran
Untuk mengetahui bagaiman langkah-langkah penerapan model pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari paparan meteri diatas dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa diantaranya adalah: Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning), Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Model
Pembelajaran Terpadu, Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL), Model Pembelajaran
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), dan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP).
Langkh-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yaitu;
Menyampaikan tujuan (Akademik dan sosial) dan memotivasi siswa serta aturan main,
Menyajikan informasi: demonstrasi, Organisasikan siswa dalam kelompok kooperatif,
Bimbing melakukan kegiatan/berkooperatif, Kuis/evaluasi dan Penghargaan
3.2 SARAN
Tentunya untuk meningkatkan prestasi belajar seorang siswa, diperlukan model
pemelajaran yang sesuai dengan kemampuan akal siswa agar seorang siswa tidak sulit dalam
merima sebuah pelajaran, untuk itu diharapkan kepada guru serta orang tua untuk dapat
memberikan pendidikan yang baik kepada anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/Fun%20Knowledge%20%20Pengertian,%20Jenis%20dan%20Langkah-
Langkah%20Model%20Pembelajaran.htm di posting oleh Sakinah nina
Aprilio, M, F. Tanpa tahun. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (www.muhfida.com/pembelajaran-
cooperative-learning.html), diakses 2 November 2011.
Tipe ini digunakan untuk media gambar dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah pelaksanaan :
Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
Menyajikan materi sebagai pengantar.
Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar
menjadi urutan yang logis.
Guru menanyakan alasan /dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Kesimpulan.
DIKEMUKAKAN OLEH Spancar Kagan.dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajaran :
Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kesil dan menghadap keluar.
Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagai informasi ,pertukaran informasi ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada
pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.
Model pembelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau,dkk (1995). Dalam pembelajaran ini
siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dsipelajari.
Langkah-langkah :
Guru membagi siswa berpasangan.
Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
Guru dan siswa menetpkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
Tipe ini digunakan untuk media gambar dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah pelaksanaan :
Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
Menyajikan materi sebagai pengantar.
Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar
menjadi urutan yang logis.
Guru menanyakan alasan /dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Kesimpulan.
DIKEMUKAKAN OLEH Spancar Kagan.dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajaran :
Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kesil dan menghadap keluar.
Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagai informasi ,pertukaran informasi ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada
pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.
Model pembelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau,dkk (1995). Dalam pembelajaran ini
siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dsipelajari.
Langkah-langkah :
Guru membagi siswa berpasangan.
Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
Guru dan siswa menetpkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
Tipe ini digunakan untuk media gambar dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah pelaksanaan :
Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
Menyajikan materi sebagai pengantar.
Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar
menjadi urutan yang logis.
Guru menanyakan alasan /dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Kesimpulan.
DIKEMUKAKAN OLEH Spancar Kagan.dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajaran :
Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kesil dan menghadap keluar.
Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagai informasi ,pertukaran informasi ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada
pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.
Model pembelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau,dkk (1995). Dalam pembelajaran ini
siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dsipelajari.
Langkah-langkah :
Guru membagi siswa berpasangan.
Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
Guru dan siswa menetpkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.