Anda di halaman 1dari 2

َ‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََل ِإلَه‬.

َ‫ب ْال ُمنَا ِف ِقيْنَ َو ْال َكا ِف ِريْن‬ ِ ‫علَى قُلُ ْو‬ َ َ‫الضياَق‬ ِ ‫ َو َج َع َل‬، َ‫ب اْل ُم ْس ِل ِميْنَ ال ُمؤْ ِمنِيْن‬ ِ ‫علَى قُلُ ْو‬ َّ ‫ِي أ َ ْنزَ َل ال‬
َ َ‫س ِك ْينَة‬ ْ ‫ال َح ْم ُد هللِ الَّذ‬
‫س ِي ِدنَا َو َم ْو ََلنَا ُم َح َّم ٍد‬َ ‫علَى‬ َ ‫س ِلم‬ َ ‫ص ِل َو‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم‬.‫ِق ْال َو ْع ِد األ َ ِمي ِْن‬ ُ ‫صاد‬ َّ ‫س ْولُهُ ال‬ َ ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬.‫ِإ ََّل هللاُ ْال َم ِلكُ اْل َح ُّق اْل ُم ِبي ُْن‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬
‫ أ َ َّما َب ْع ُد‬.‫صحْ ِب ِه َوالتَّا ِب ِعيْنَ ََل َح ْو َل َو ََلقُ َّوة َ إِ ََّل ِباهللِ اْل َع ِلي ِ اْل َع ِظي ِْم‬َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬ َ ‫ث َرحْ َمةً ِل ْل َعالَ ِميْنَ َو‬ ِ ‫ال َم ْبعُ ْو‬
ُ‫َّللا َيجْ َعل لَّه‬
َ َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫ َو َمن َيت‬:‫الى فِي ِكت َا ِب ِه ْال َك ِري ِْم‬ َ َ‫ قَا َل هللاُ تَع‬.ِ‫َّاي ِبت َ ْق َوى هللا‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َوإِي‬ ِ ‫اض ُر ْونَ اْل ُم ْس ِل ُم ْونَ َر ِح َم ُك ُم هللاُ أ ُ ْو‬ ِ ‫أَيُّها َ اْل َح‬
‫ب‬ُ ‫ْث ََل يَحْ ت َ ِس‬ ُ ‫َم ْخ َر ًجا َويَ ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
Jamaah shalat JUmat hafidhakumullâh,

Sabar adalah sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena pentingnya kedudukan sabar itulah, sabar dijadikan oleh
Allah ‫ ﷻ‬sebagai satu sebab dari berbagai sebab atau faktor mendapatkan pertolongan dan kebersamaan bersama Allah Taala.

َ‫ص ِب ِريْن‬
‫َّللاَ َم َع ال ه‬
‫إن ه‬ َّ ِ‫ص ٰلو ِۗة‬ َّ ‫ٰٰۧيااَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا ا ْست َ ِع ْينُ ْوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153)

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ان‬ ِْ ‫ف‬
ِ ‫اْل ْي َم‬ ُ ‫ص‬ َّ ‫اَل‬
ْ ِ‫صب ُْر ن‬
“Sabar adalah separuh dari iman.” (HR. Abû Na‘îm dan al-Khathîb)

Ajaran sabar begitu penting dalam Islam, sehingga porsinya separuh dari kesempurnaan kualitas dan tingkat keimanan kita.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Oleh karena urgensi sabar itulah, Allah ‫ ﷻ‬dalam QS. al-‘Ashr menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk saling berwasiat, saling
memberikan nasihat agar berbuat sabar (watawâshau bish-shabr), bukan hanya agar berbuat yang benar. Bahwa wasiat agar
bersabar ini menjadi salah satu di antara empat elemen yang sangat penting bagi keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Syekh Ash-Shâwî dalam kitab tafsirnya Hâsyiyat al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain, ketika menjelaskan Surat al-’Ashr, menyatakan bahwa
barangsiapa yang bisa memenuhi empat elemen ini: beriman, beramal saleh, berwasiat/nasihat kebenaran, dan berwasiat kesabaran,
maka ia telah memenuhi hak Allah dan hak hamba-Nya, sehingga mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.

Kita pun telah maklum dengan ayat yang menegaskan bahwa dunia ini adalah arena ujian (dâr balâ’) berupa ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta benda, nyawa dan buah-buahan, dan sebagainya. Allah pun memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang
sabar, memberitahukan keadaan mereka ketika ditimpa musibah dan menetapkan balasan pahala dan rahmat bagi mereka.

‫ص ْيبَ ِۗة قَالُ ْوا‬ َ َ ‫ اَلَّ ِذيْنَ إ َذا أ‬. َ‫صبِ ِريْن‬
ِ ‫صابَت ُه ْم ٌّم‬ ‫ت َوبَ ِش ِر ال ه‬ ِ ِۗ ‫موا ِل َواألَنفُ ِس َوالث َّ َم َرا‬ َ َ ‫ص ِمنَ األ‬ ٍ ‫ف ٰۧ َو ْالـ ُج ْوعِ َونَ ْق‬
ِ ‫َيءٍ ِمنَ الـخ َْو‬ ْ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِش‬
ٰۧ ِۗ
ٰ ُ ‫صلَ ٰوت ِم ْن َّربِ ِه ْم َو َرح َمة َوأ‬ ٰ ُ ‫ أ‬. َ‫اجعُ ْو ِۗن‬
َ‫ولئِكَ ُه ُم ْالـ ُم ْهتَد ُْون‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم‬
َ َ‫ولئِك‬ ِ ‫إنَّا ِ هّلِلِ َوإنَّا إِلَ ْي ِه َر‬
“Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata
”Innaâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh
ampunan dan rahmah dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah [2]: 155-157)

Atas dasar itulah, sabar merupakan sebab kelangsungan kokohnya cita-cita, langgengnya amal dan usaha sungguh-sungguh.
Tidaklah hilang dari seorang suatu kesempurnaan kecuali karena lemahnya kekuatannya dalam menanggung rasa sabar dan beban.
Padahal dengan kunci kesabaran yang kokoh, gembok-gembok persoalan dapat diatasi. Sebaik-baik perbuatan adalah sabar dalam
menghadapi kesulitan.

Imam al-Ghazali (450-505/1058-1111) mengatakan bahwa: ”Seluruh yang dihadapi seorang manusia dalam kehidupan ini tidak lepas
dari dua macam, yaitu: (1) sesuatu yang sesuai dengan keinginannya; dan (2) sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, justru
dibencinya. Masing-masing memerlukan kesabaran (al-Ghazâlî, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn [Surabaya: Alhidayah, t.t.], Juz 4, hlm. 1409).

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Ada dua macam orang dalam kehidupan ini dalam hubungannya dengan kesabaran. Nabi ‫ﷺ‬, sebagaimana tersebut dalam hadits
shahih al-Bukhari dan Muslim, memberikan tamsil, suatu perumpamaan indah, mengenai orang mukmin yang sabar, dan orang
munafik, dalam menghadapi kehidupan dunia ini.

‫ش َج َرةِ ْاأل َ ُر ِز ََل ت َ ْهت َُّز َحتَّى‬ ِ ِ‫ َو َمث َ ُل ْال ُمنَاف‬،‫ُص ْيبُهُ ْال َب ََل ُء‬
َ ‫ق َك َمث َ ِل‬ ِ ‫ َو ََل َيزَ ا ُل ْال ُمؤْ ِم ُن ي‬،ُ‫الر ْي ُح ت ُ ِم ْيلُه‬ َّ ‫َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِم ِن َك َمث َ ِل‬
ِ ‫الز ْرعِ ََل ت َزَ ا ُل‬
َ ْ‫ت ُ ْستَح‬
‫ص ُد‬
”Perumpamaan orang mukmin bagaikan pohon yang selalu diterpa angin --tetapi tetap kokoh, dan seorang mukmin selalu ditimpa
musibah; sementara perumpamaan orang munafik bagaikan pohon padi yang tidak bergoyang dan tidak roboh sampai dengan
dipanen (HR Muttafaq ‘Alaih, redaksi Muslim). (An-Nawawî, Shahîh Muslim bi-Syarh al-Nawawî, Cet. ke-1, Al-Azhar: al-Mathba’ah al-
Mishriyyah, 1930, Juz, XVII, hlm. 151)
Pohon bambu misalnya menancap kuat di bumi, meskipun diterjang angin yang mendoyongkannya, merontokkan daun-daunnya,
tetapi tidak merobohkannya, tidak membelahnya, dan tidak mencerabut akarnya. Demikian pula seorang mukmin meskipun ditimpa
musibah, yang mengakibatkan kesedihan, tetapi musibah itu tidak bisa mengalahkannya ataupun menggoncangkan keimanannya
sedikitpun, sebab keimanannya kepada Allah merupakan pegangannya dari menghadapi musibah.

Dunia ini penuh dengan peristiwa dan kejadian yang mendadak. Pada satu sisi, manusia merasakan bahagia dekat dengan orang
yang disayangi dan dicintai, tetapi tiba-tiba terdengar berita kematiannya. Pada sisi lain, manusia berada dalam keadaan sehat walafiat
dan rezeki yang melimpah, tetapi tiba-tiba ia jatuh sakit, masa depannya suram, hartanya habis tersia-siakan....

Dunia ini ada anugerah, ada ujian, ada kegembiraan dan ada kesedihan, ada cita-cita serta ada derita. Dunia ini tidak ada yang
langgeng (baqâ’), tetapi sifatnya fanâ’. Sesuatu yang jernih bisa berubah keruh, kesenangan bisa berubah menjadi keperihatinan dan
kesedihan bahkan kesengsaraan. Alangkah janggal orang yang tertawa tetapi tidak pernah menangis; alangkah janggal orang yang
penuh kemewahan tetapi tidak pernah merasakan kesulitan; alangkah janggal orang yang bahagia tetapi tidak pernah sedih, bukan?

Imam Syarf al-Dîn al-Nawawî memberikan penjelasan tentang maksud hadits di atas. Ia mengatakan:

‫ َوأ َ َّما ْال َكافِ ُر‬،‫ َو َرافِع ِل َد َر َجاتِ ِه‬،‫سيِئ َاتِ ِه‬
َ ‫ َو َذ ِلكَ ُم َك ِفر ِل‬،‫ث أ َ َّن ْال ُمؤْ مِنَ َكثِي ُْر ْاْل ََل ِم فِ ْي بَ َدنِ ِه أ َ ْو أ َ ْه ِل ِه أ َ ْو َما ِل ِه‬
ِ ‫ َم ْعنَى ْال َح ِد ْي‬:‫قَا َل ْالعُلَ َما ُء‬
ِ ‫ بَ ْل يَأْتِ ْي بِ َها يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َك‬،‫سيِئ َاتِ ِه‬
ً‫املَة‬ َ ‫ش ْيئًا ِم ْن‬َ ‫َيء لَ ْم يُ َك ِف ْر‬ْ ‫ َوإِ ْن َوقَ َع بِ ِه ش‬،‫فَقَ ِل ْيلُ َها‬.
Artinya: ”Para ulama berkata: ‘makna hadits itu adalah bahwa orang mukmin banyak mengalami kepedihan pada badannya, dan
keluarganya ataupun hartanya, tetapi hal itu justru menjadi pelebur bagi kesalahan-kesalahannya, dan meninggikan derajatnya.
Sementara orang kafir sedikit mengalami kepedihan, bila ia tertimpa sesuatu, sesuatu itu tidak meleburkan kesalahan-kesalahannya
sedikit pun, bahkan ia datang membawa kesalahan-kesalahannya itu pada Hari Kiamat secara sempurna.” (An-Nawawî, Shahîh
Muslim bi-Syarh al-Nawawî, Cet. ke-1, Al-Azhar: al-Mathba’ah al-Mishriyyah, 1930, Juz, XVII, hlm. 151)

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Inilah realitas dunia. Ada bahagia, ada sengsara, ada gembira ada sedih, ada suka dan ada duka. Oleh karena itulah, musibah bagi
orang mukmin dipandang sebagai ujian. Bagi orang mukmin keberadaan dunia yang penuh dengan lika-liku dan dinamika kehidupan
ini dihadapi dengan penuh kesabaran, karena sabar itulah obat dari penyakit-penyakit yang mengguncang dunia.

Allah ‫ ﷻ‬telah jelas menyatakan bahwa: ”Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya....” (QS. Al-Mulk [69]: 2). Jadi, dunia ini berisi ujian bagi manusia, untuk menguji orang yang paling baik perbuatannya
(ahsan/khair), bukan cuma ornag yang paling banyak perbuatannya (aktsar).

Oleh karena itulah, Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullâh (31-110 H), sebagaimana disitir oleh Syaikh ‘Abd al-Majîd bin Muhammad
bin Muhammad al-Khânî al-Syâfi‘î al-Naqsabandî (w. 1318), berkata:

َ ‫ي أ َ َحد‬
َ ‫ع‬
‫طا ًء َخي ًْرا‬ ِ ‫ َو َما أُع‬،ِ‫ َو ُه َو ََل يُ َد َاوى بِغَي ِْره‬،‫ بِ ِه ت ُ َد َاوى ْاأل ُ ُم ْو ُر‬،‫صب ِْر‬
َ ‫ْط‬ َ ‫ب ْال ُم َج ِرب ُْونَ فَلَ ْم ن ََر‬
َّ ‫ش ْيئًا أ َ ْنفَ َع مِنَ ال‬ َ ‫َج َّر ْبنَا َو َج َّر‬
‫صب ِْر‬َّ ‫س َع ِمنَ ال‬ َ ‫وأ َ ْو‬.َ
Artinya: ”Kami telah mendapatkan ujian, sebagaimana orang-orang mendapatkan ujian, kami tidak melihat sesuatu pun yang lebih
bermanfaat daripada sabar. Sebab dengan sabar itu segala persoalan dapat diobati (dicarikan solusinya), sementara sabar itu sendiri
tidaklah diobati dengan selainnya. Tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas--kenikmatannya--daripada sabar.”
(‘Abd al-Majîd bin Muhammad al-Khânî al-Naqsabandî, al-Hadâ’id al-Wardiyyah fî Ajlâ’ al-Sâdâh al-Naqsabandiyyah, Dâr al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2010 hlm. 198).

Ekistensi orang mukmin di antara manusia ini sungguh menakjubkan, karena karakteristik baiknya dalam menghadapi kondisi senang
maupun kesulitan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

ُ‫صبَ َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬ َ َ ‫ َوإِ ْن أ‬،ُ‫ش َك َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬
َ ُ‫صابَتْه‬
َ ‫ض َّرا ُء‬ َ َ ‫إِ ْن أ‬
َ ُ‫صابَتْه‬
َ ‫س َّرا ُء‬
Artinya: ”Seorang mukmin itu bila mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, karena bersyukur itu lebih baik baginya; dan bila
ditimpa sesuatu kesulitan, maka ia bersabar, karena sabar itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, jelas ajaran kesabaran sangat penting diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai sendi dan
dinamika kehidupan, terutama tentu ketika tertimpa musibah. Bagi orang mukmin yang bisa menjalani dan menghadapi musibah
dengan sabar, maka ia diberikan petunjuk, ampunan, dan rahmat dari Allah Taala. Semoga Allah ‫ ﷻ‬memberikan kekuatan lahir bagi
ahli musibah (orang dan keluarga yang terkena musibah). Semoga Allah Taala menyelamatkan kita, bangsa Indonesia, dari
penderitaan, musibah dan bencana, âmîn…

َّ ‫ َونَفَعَ ِني َوإِيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه ِم ْن آ َي ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم ِتَلَ َوتَهُ َوإِنَّهُ ُه َو ال‬،‫آن اْل َع ِظي ِْم‬
‫س ِم ْي ُع‬ ِ ‫اركَ هللا ِلي َولَ ُك ْم ِفى اْلقُ ْر‬ َ ‫َب‬
َّ ‫ َوأَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َه َذا فَأ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ العَ ِظي َْم إِنَّهُ ُه َو الغَفُ ْو ُر‬،‫العَ ِل ْي ُم‬
‫الر ِحيْم‬

Anda mungkin juga menyukai