KUNJUNGAN DI
BALAI LABORATORIUM KESEHATAN
Dosen Pengampu :
Maria Tuntun Siregar,S.Pd. M.Biomed.
Oleh :
ANA SRIWAHYUNI
1613453028
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
setiap laboratorium klinik secara terus-menerus, menggunakan serum kontrol agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan
paska analitik.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain : persiapan penderita, pengambilan dan
penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen, uji ketelitian dan
ketepatan, pencatatan dan pelaporan hasil.
1. Tahap Pra Analitik
a) Persiapan Pasien secara umum
b) Persiapan Pengumpulan Spesimen
2) Volume mencukupi
3) Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak
berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4) Pemakaian pengawet tepat
c) Peralatan
1) bersih, kering
6) tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan
volume spesimen
d) Wadah
5) Bersih, kering
8) utk pem zat dlm spesimen yg mudah rusak/terurai sinar matahari mk perlu digunakan
botol coklat
9) utk pemeriksaan mikroorganisme wadah harus steril
10) utk wadah spesimen urin, sputum, tinja dengan wadah bermulut lebar
e) Pemberian Identitas
Pemberian Identitas pasien atau speimen merupakan hal penting, baik saat pengisian
formulir, pendaftaran, pengisian label wadah. Formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya memuat :
1) Tanggal permintaan
2) Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medis
5) Nomor Laboratorium
6) Diagnose klinik
9) Jenis spesimen
1. Tahap Analitik
Pemantapan mutu tahap analitik adalah usaha untuk menghasilkan data analisis yang
akurat, reliabel dan valid. Dilakukan usaha supaya tidk terjadi kesalahan program analisis,
usaha pengendalian dan meninimalisisr faktor penyebab kesalahan, usaha pengendalian dan
meminimalisisr faktor intervensi pada saat dilakukan analisis sampel. Cek ulang tahap
praanalitik, termasuk melakukan dan menjaga hasil kalibrasi instrumen, menjaga kondisi
reagen kalibrasi, metode pemeriksaan. Cek ulang identitas pasien, permintaan pemeriksaan
parameter, kelayakan sampel. Bila sudah benar dan sudah layak dilakukan operasional
analisis sampel.
a. Uji kualitas reagensi
Reagen yang digunakan dilaboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang sudah
jadi.
1) Reagen buatan sendiri syaratnya meliputi :
a) Bahan kimia anhidrat dg cara dikeringkan dahulu dalam oven suhu 105 – 110oC
minimal 1-2 jam, sebaiknya satu malam. Kemudian dinginkan suhu kamar dalam desikator.
b) Garam hidrat cukup dikeringkan dalam desikator
c) Saat pengenceran harus diperhatikan kualitas airnya, tidak boleh mengandung klorida,
ca, logam.
d) Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya.
d) Wadah reagen perlu diberi label berisi nama, tanggal, paraf pembuat
e) Diketahui sifat bahan kimia yang dibuat
2) Uji ketelitian – uji ketepatan
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan dan
meramalkan prognosis, maka perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti.
Mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat dipertanggung jawabkan. Yang perlu
diperhatikan :
1) Presisi dan akurasi
a). Nilai Presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil bila dilakukan berulang
dengan sampel yang sama. Ketelitian dipengaruhi kesalahahan acak yang tidak
dapat dihindarkan. Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (%KV
/ %CV) yang dihitung dengan rumus :
SD x 100
KV (%)
X
=
b). Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidak tepatan) dipakai untuk menilai adanya
kesalahan acak atau sistematik/ keduanya. Nilai akurasi menunjukkan kedekatan
hasil terhadap nilai sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar.
Nilai d dapat positif (menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya) atau negative
(menunjukkan nilai yang lebih rendah dari seharusnya).
Akurasi dapat dinilai dari studi “Recovery” dengan melakukan pemeriksaan bahan sampel
yang telah ditambahkan analit murni, kemudian hasilnya dihitung terhadap hasil yang
diharapkan :
Hasil Pemeriksaan observasi x
100
R(%) =
Akurasi yang baik nilai R mendekati 100%. Akurasi dapat dinilai berdasarkan
perbandingan hasil pemeriksaan dengan system (reagen kit) lain melalui uji korelasi
menggunakan persamaan :
Y = ax + b dan r (koefisien koreasi)
Y = persamaan regresi
A = slope, semakin mendekati 1 menujukkan korelasi yang baik
b.=intersep , semakin mendekati 0 menunjukkan korelasi yang baik
r = koefisien korelasi semakin mendekati 1 menunjukkan korelasi yang baik.
c). Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lain
Metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presisi yang baik. Tujuan
penanganan penyakit dan atau pemantauannya, pemilihan metode dengan presisi yang
baik lebih dianggap penting dari pada akurasi yang baik.
d). Total Eroe (TE)
Merupakan indikator mutu laboratorium yang ke 4.
TE = Inakurasi + Impresisi
semakin tinggi nilai TE maka makin baik mutu
3. Jenis kesalahan
4. Bahan Control
Bahan kontrol dipakai sebagai sediaan untuk penentuan reliabilitas suatu proses analisis
terutama presisi dan akurasi suatu pemeriksaan laboratorium untuk dapat digunakan sebagai
bahan kontrol suatu pemeriksaan, bahan tersebut harus
Memenuhi persyaratan sebagai berikut :
b. Komponen yang terkandung didalam bahan kontrol harus stabil artinya. selama
masa penyimpanan bahan ini tidak boleh mengalami perubahan.
c. Hendaknya disertai dengan sertifikat analisa yang dikeluarkan oleh pabrik
yangbersangkutan pada bahan kontrol jadi ( komersial )
a. Sumber bahan kontrol ditinjau dari sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari
manusia, binatang atau merupakan bahan kimia murni
b. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuk bahan kontrol ada bermacam macam yaitu bentuk cair, bentuk padat
Bahan kontrol bentuk padat bubuk dan bentuk strip harus dilarutkan terlbih
dahulusebelum digunakan.
c. Buatan
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk jadi
a. Bahan kontrol yang dibuat dari serum kumpulan ( pooled sera) . Pooled sera
Merupakan campuran dari bahan sisa serum pasien yang bebas hemolisis dan
lipemik Cara pembuatan serum kontrol :
▪ Serum dikumpulkan dalam tabung poliotilen
▪ Kemudian disimpan pada suhu --20C
▪ Serum yang terkumpul dicairkan kembali dan diaduk rata
▪ Dipusingkan untuk menghilangkan fibrin dan kotoran lain
▪ Saring dengan kertas saring
▪ Bagi kedalam botol botol sebanyak yang diperlukan
▪ Disimpan dalam suhu –20C
▪ Untuk mengatur pH dapat ditambah asam asetat glasial
b. Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni disebut sebagai larutan spikes
c. Bahan kontrol yang dibuat dari lisat disebut hemolisa
Bahan kontrol yang dibeli dalam bentuk sudah jadi adalah :
Merupakan bahan kontrol yang tidak mempunyai nilai rujukan sebagai tolok ukur.
Nilai rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya
dibuatKadar normal maupun abnormal. Kebaikan bahan kontrol jenis ini ialah
tahan lama, bisa digunakan untuk semua tes, tidak perlu membuat sendiri, analisis
statistik dilakukan 1 kali pertahun. Kekurangannya adalah kadang kadang ada variasi
dari botol kebotol ditambah kesalahan pada rekonstitusi, sering serrum diambil dari
hewan yang mungkin tidak sama dengan serum manusia.
Pemantapan mutu tahap pasca analitik adalah usaha pengendalian dan usaha
meminimalisir faktor kesalahan pada data keluaran hasil pemeriksaa. Dilakukan cek
ulang
Antara hasil analisis dengan tahap pra analitik dan tahap analitik. Pertama pada
kelengkapan identitas pasien, nomor batch/log, parameter pemeriksaan apakah sudah
sama dengan yang tertulis pada formulir pemeriksaan. Pada hasil cek kembali, evaluasi,
interpretasi serta verifikasikan hasil analisis. Perlukah dilakukan pengulangan,
penulisan catatan/komentar ? Apabila sudah layak dan dapat dipertanggung jawabkan,
kedua langkah tersebut sudah dilakukan dan dinyatakan benar, barulah dilakukan
validasi hasil analisis, dan hasil dikeluarkan, dikirim ke konsumen.
1. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan spesimen yang
sesuai
2. Penulisan angka dan satuan yang digunakan. Bila diperlukan satu angka bulat,
cukup dilaporkan dalam angka bulat tanpa desimal dibelakang koma. Satuan yang
digunakan sebaiknya adalah satuan internasional.
3. Pencantuman Nilai normal
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai yang dianggap
merupakan hasil pemeriksaan orang-orang rentang nilai yang dianggap normal. rentang
nilai yang dianggap Juga perlu mencantumkan metode pemeriksaan yang digunakan
serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan se rentang nilai yang dianggapperti
jenis kelamin dan usia. Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan
dengan nilai normal.
4. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan 2 x
dan sebagainya.
5. Penyampaian hasil
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap. Hasil suatu
kegiataan pencatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumen yang lengkap, jelas dan
mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi waktu penyampaian dokumen
tersebut kepada peminta pemeriksa.
7. Buku ekspedisi didalam dan luar laboratorium perlu disediakan. Kasus ketukar
dan hilangnya spesimen dapat terjadi baik dalam transportasi didalam maupun diluar
laboratorium, sehingga hal ini harus dihindari.
1. Autoclave
a. Prinsip
Pemanasan secara basah yaitu dengan uap air bertekanan tinggi sebagai pensterilnya,
dimana uap air ini dapat mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh dari
mikroorganisme sehingga dapat membunuh mikroba.
b. Dasar Teori
Autoklaf (autoclave) adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang digunakandalam mikrobiologi dengan menggunakan uap air jenuh yang
bertekanan tinggi. Tekanan yang digunakan pada umumnya sebesar 15 Psi atau 1 atm
dengan suhu 121,5 oC (250oF) dan bisa mencapai 650 oC. Sehingga, tekanan yang
bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds
per square inch). Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis, biasanya
dilakukan selama 15 menit untuk suhu 121 oC.Alat- alat dan air disterilkan selama 1
jam, sedangkan untuk media sekitar 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang
disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan :
1. Penguraian gula.
2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
3. Inaktifasi sitokinin zeatin riboside.
4. Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.
c. Gambar Alat
A. KALIBRASI AUTOKLAF
Langkah-langkah kerja pengujian dapat dilakukan dengan cara :
1) Rekatkan indikator tape secara melingkar pada kemasan yang akan disterilisasi.
Pada autoklaf yang besar, kemasan diletakkan pada bagian atas dan bagian bawah
otoklaf.
2) Atur suhu, waktu dan tekanan
3) Hidupkan Autoklaf
4) Setelah selesai, baca indikator tape dengan melihat perubahan warna yang terjadi
pada garis-garis diagonal. Bila proses sterilisasi berjalan dengan baik, garis-garis
diagonal berubah warna dari putih menjadi coklat kehitam-hitaman.
1. Letakan kertas saring mendatar di atas petri disk atau gelas minum; bagian tengah
dari permukaan bawah kertas saring tak boleh menyentuh sesuatu.
2. Teteskan 1-2 tetes Giemsa pada kertas saring tersebut, lalu biarkan sebentar sampai
Giemsa meresap dan melebar.
3. Teteskan 3-5 tetes Metil Alkohol absolut di pertengahan bulatan Giemsa tersebut
tetes demi tetes dengan jarak waktu beberapa detik, sampai garis tengah Giemsa
menjadi 5-7 cm.
Giemsa yang rusak tidak akan mengeluarkan warna ungu atau merah atau keduanya.
Jika warna tersebut kelihatan samar-samar berarti Giemsa sudah mulai rusak. Cara
menguji seperti ini hanya dipakai untuk memperkirakan mutu Giemsa dan bukan
untuk mengganti percobaan pewarnaan dengan sediaan darah, yang dapat menentukan
mutu Giemsa secara lebih baik.
Cara Kera:
Teteskan carbol fuchsin pada preparat positif, lalu dipanaskan atau dilewatkan di
dekat api. kemudian dicuci
Tambahkan asam alkohol diamkan selama 30 detik lalu di cuci
lalu beri methylen blue diamkan 1 menit lalu di cuci. Lalu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis
dikatakan baik apabila pada hsil positif tampak adanya BTA berbentuk basil merah
pada latar biru.
105oC -110oC. Minimal 1-2 jam, sebaiknya satu malam. Kemudian dinginkan
sampai suhu kamar dalam desikator, timbang dalam jumlah yang tepat lalu
dilarutkan.
2) Untuk garam hidrat cukup dikeringkan dalam
desikator
Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik media buatan sendiri maupun
media jadi oleh karena itu penyiapan media harus mendapat perhatian. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyiapan media:
a. Sampel media dehidrasi ditimbang dan ditambahkan kedalam air suling dan bebas
mineral, lalu dicampur untuk membuat suspensi yang homogen kemudian panaskan
untuk melarutkan zat-zat dalam medium Jumlah panas yang digunakan harus diatur
hanya cukup sampai membuat larutan yang sempurna. Agitasi yang tetap selama proses
pemanasan penting sekali sebab bongkahan kecil agar, kecuali dalm suspensi, dapat turun
kedasar wadah dan pemecahannya memerlukan jumlah panas yang tinggi. Pemanasan
lebih lama akan menghasilkan denaturasi protein, karemelisasi karbohidrat Inaktivasi zat-
zat gizi dan kehilangan kadar air yang berarti karena penguapan.
b. Media dilarutkan kedalam wadah yang berukuran cukup dan sterilisasi dengan otoklaf,
setelah selesai harus segera dikeluarkan dari otoklaf untuk menghindari pemanasan yang
lebih lama. Wadah berisi media agar harus dipindahkan kepenangas air bersuhu
48-50o sampai mencapai suhu yang diperlukan. Penyimpanan lebih lama dipenangas air
harus dihindari.
c. PH setiap batch media harus diperiksa dengan pH meter setelah media dibiarkan dingin
sampai suhu kamar. Untuk menguji media agar , dapat digunakan elektrode permukaan
atau elektrode biasa.Media yang menyimpang > 0,2 unit pH dari pH optimum harus di
buang.
d. Media dapat dituang kedalm tabung atau cawan petri dalam ruangan bersih atau
dibawah aliran udara laminar. Ruangan tersebut harus dijaga cukup terang, bebas dari
bahan-bahan lain dan bebas dari lalulalang selama proses pembahagian. Setiap usaha
harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi media pada tahap ini. Kualitas media harus
diperiksa dahulu sebelum media digunakan.
Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media yang telah dibuat, yaitu:
a. Secara visual
Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan lain-lain. Contoh:
1) Media gula-gula yang dilengkapi tabung Durham bila terlihat gelembung udara
berarti sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus dicurigai adanya
perbedaan pH, untuk itu periksalah dengan menggunakan pH meter.
Bila pH media berbeda ± 0,2 satuan, tambahkan asam atau basa atau dibuat baru
Kesalahan volume mengakibatkan media terlalu tipis atau terlalu tebal sehingga media
tidak layak pakai
5) Sterilisasi media. Suhu yang terlalu tinggi saat sterilisasi atau terlalu lama
dipanaskan akan memperburuuk/merusak komposisi beberapa zat dalam media, sehingga
media tidak bisa digunakan
6) Alat alat gelas yang digunakan harus diperhatikn kesterilannya, karena sisa
kotoran pada gelas dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme .
c. Penampilan Fisik Media
Jika media disimpan dalam jangka waktu yang lama dalam kondisi tidak layak atau
penyiapan yang tidak sempurna, beberapa tanda dibawah akan terjadi :
1) Timbulnya kekeruhan /presipitasi menunjukkan bahwa beberapa unsur keluar dari cairan.
2) Warna lebih gelap dari normal mengindikasikan pemasakan media terlalu lama, pH slah
atau kesalahan pencampuran.
3) Warna lebih terang dari normal mengindikasikan kesalahan pencampuran bahan bahan
atau kesalahan pH
4) Penyimpanan media yang terlalu lama setelah dituang kedalam cawan petri
menyebabkan dehidrasi dan tidak layak digunakan. Dehidrasi media bisa dihindari dengan
membuat media sesuai kebutuhan atau menyimpan dalam plastik yang tertutup rapat.
Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang diperkaya dengan bahan-
bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat.
Cara:
b. Pemilihan Obat
Pemilihan obat untuk antibiogram rutin didasarkan atas pertimbangan spektrum antibakterial
dari obat, farmakokinetik, toksisitas, efikasi dan ketersediaannya dan juga harganya.
Cara Kerja :
2. Metode Difusi
Cara kerja :
1. inokulasi strain bakteri E. Coli pada media Mac Concey secara menyeluruh di atas
permukaan media.
2. diamkan selama 10-m15 menit
3. lalu diletakkan disk antibiotik pdiatas permukaan media, dengan jarak antar disk
sekurang kurangnya 3cm
4. di inkubasi pada suhu 37 c selama 24 jam
5. lalu dibaca zona yang terbentuk.
Kesimpulan :
Daftar Pustaka :
- Yusuf Adi Yani. Alur pemantapan mutu mikrobiologi. post congres symposium
- Sukorini, U . Pemantapan mutu internal bidang klinik. yogyakarta : Alfa media
LAPORAN PRAKTIKUM KENDALI MUTU
KUNJUNGAN KE BLK BANDAR LAMPUNG
BIDANG PATOLOGI KLINIK
Peta Kendali atau Control Chartmerupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metodegrafik yang
digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistik
atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan
menghasilkan perbaikan kualitas. Metode ini dapat membantu perusahaan dalam mengontrol proses pro
duksinya dengan memberikan informasi dalam bentuk grafik.
Sebagaimana telah disinggung pada pembahasan diatas bahwa pada dasarnya data diklasifikasikan
menjadi 2, yakni : Data attribute dan data variable, sehingga dengan demikian jenis-jenis Control
Chart terbagi atas :
1. Variable Control Chart, yaitu suatu jenis Control Chart dimana data yang dikumpulkan dan akan
dianalisa merupakan data-data variable, misalnya : X-R Bar Chart dan X-S Bar Chart.
2. Attribute Control Chart, yaitu suatu jenis Control Chart dimana data yang dikumpulkan dan akan
dianalisa merupakan data-data attribute, misalnya : p-chart
Level 1
NO Data QC posisi (SD)
1 280 -1,60383257
2 290 0,729014804
3 283 -0,903978357
4 277 -2,303686782
5 278 -2,070402044
6 285 -0,437408883
7 278 -2,070402044
8 296 2,128723229
9 289 0,495730067
10 293 1,428869017
11 278 -2,070402044
12 290 0,729014804
13 290 0,729014804
14 288 0,26244533
15 286 -0,204124145
16 283 -0,903978357
17 294 1,662153754
18 283 -0,903978357
19 281 -1,370547832
20 288 0,26244533
21 290 0,729014804
22 278 -2,070402044
23 274 -3,003540994
24 289 0,495730067
TV 286,875
SD pendahuluan 4,28660705
RATA RATA
SD FEBRUARI
CV%
D%
CHART TITLE
Series1
4
2
Axis Title
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-2
-4
Axis Title
Kontrol chart menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan. keputusan dibuat bersadarkan data
terkini dan riwayat data sebelumnya. keputusan tidak cukup hanya dengan data yang ada saat ini saja.
Kontrol chart akan menyediakan data perkeko
LAPORAN PRAKTIKUM KENDALI MUTU
KUNJUNGAN KE BLK BANDAR LAMPUNG
BIDANG PATOLOGI KLINIK
B. Special Cause
Setiap kejadian yang memiliki pola berulang, tidak hanya dapat berupa variasi yang acak, dapat
digolongkan menjadi special cause. Para ahli statistika telah menciptakan beberapa tanda untuk
mendeteksi special cause. Yng paling sering digunakan adalah tanda berikut :
- Outlier
Adalah poin data yang berada diatas UCL dan dibawah LCL. Karena bahan kontrol dikalkulasi
berdasarkan teori probablitas.
- Shift
Kemungkinan proses yang stabil akan menghasilkan 9 poin berturut-turut pada sisi yang sama
itu sama saja dengan mendapatkan ‘kepala” sebanyak 9 kali berturut-turut.
- Trend
Didefinisikan sebagai enam poin yang berturut-turut, masing masing lebih tinggi dari pon
sebelumnya. Trend mengindikasikan special cause dengan efek gradial
- Cycle
Pola-pola yang disebut cycle ditandai dengan 14 poin berturut-turut , masing masing yang
begantian naik turun. Pola ini menandakan adanya perubahan siklikal yang retetif dalam proses
dan tentunya membutuhkan investigasi.
Sinyal-sinyal tersebut berlaku pada semua common cause pada control chart. jika tidak
ada special cause yang ditemukan, kita bisa mengumpulkan proses masih beradadalam kendali.
Berarti proses masih stabil dan tidak berubah.
Penafsiran grafik Levey-Jennings yang lebih detail dikembangkan oleh Westgard yang
dikenal dengan Westgard Multirule System. Westgard menyajikan suatu seri aturan untuk
membantu evaluasi pemeriksaan grafik kontrol. Seri aturan tersebut dapat digunakan pada
penggunaan suatu level kontrol, dua level maupun tiga level. Beberapa banyak level yang akan
kita pakai sangat tergantung kondisi laboratorium kita, namun perlu kita pikirkan mengenai
keuntungan dan kerugian masing-masing. Evaluasi hasil dari dari dua level kontrol secara
simultan akan memberikan terdeteksinya shift lebih awal dibandingkan jika kita hanya
menggunakan satu level.
Berikut ini aturan yang umumnya dipilih ketika laboratorium menggunakan satu atau dua
level kontrol yang masing-masing diperiksa satu atau dua kali setiap pemeriksaan.
Aturan “Westgard Multirule System” meliputi:
1) Aturan 12s
Aturan ini merupakan aturan peringatan. Aturan ini menyatakan bahwa ada satu nilai kontrol
berada diluar batas 2SD, tetapi masih di dalam batas 3SD, kita mulai waspada. Ini merupakan
peringatan akan adanya masalah pada instrumen atau malfungsi metode. Apabila kita
menggunakan dua level kontrol yang berbeda, kita harus melihat apakah kontrol level yang
lain juga berada diluar batas 2SD. Apabila kontrol level yang lain berada diluar 2SD yang sama
(sama-sama +2SD atau -2SD), maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut sebelum
menggunakannya untuk pelayanan pasien. Apabila kontrol level yang lain berada didalam batas
2SD, maka kita dapat menggunakan instrumen untuk pelayanan pasien.
2) Aturan 13s
Aturan ini mendeteksi kesalahan acak. Satu saja nilai kontrol berada diluar batas 3SD,
instrumen dievaluasi bila adanya kesalahan acak. Instrumen tidak boleh digunakan untuk
pelayanan hingga masalah yang mendasari teratasi. Nilai yang berada diluar batas
3SD dalam distributor normal Gaussian hanya sebesar 0,3%. Apabila nilai ini sampai
ditemukan kemungkinan besar ada kesalahan pengukuran. Aturan ini dapat diberlakukan untuk
menolak run. Walaupun hanya memakai satu level kontrol saja.
3) Aturan 22s
Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik, kontrol dinyatakan keluar apabila dua
nilai kontrol pada satu level berturut-turut diluar batas 2SD. Kontrol juga dinyatakan
keluar apabila nilai kontrol pada dua level yang berbeda berada diluar batas 2SD yang
sama (sama-sama diluar +2SD atau -2SD). Bila hal ini terjadi berturut-turut pada bahan
kontrol dengan level yang sama, kemungkinan permasalahan ada pada bahan kontrol
yang digunakan.
4) Aturan 41s
Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Aturan ini dapat digunakan pada satu level
kontrol maupun pada lebih dari satu level kontrol. Empat nilai kontrol yang berturut-
turut keluar dari satu batas SD yang sama (selalu keluar dari +1SD atau -1SD).
5) Aturan R4s
Aturan ini hanya dapat digunakan apabila kita menggunakan dua level kontrol. Aturan
yang mempergunakan konsep statistic “rentang” ini mendeteksi kesalahan acak. Aturan ini
menyatakan bahwa apabila dua nilai kontrol level yang berbeda pada hari atau run yang
sama memiliki selisih melebihi empat kali SD.
6) Aturan 10x
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada level yang sama maupun
berbeda-beda secara berturut-turut berada di satu sisi yang sama terhadap rerata, maka perlu
melakukan maintenance terhadap instrumen atau melakukan kalibrasi kit/instrument. Aturan
ini mendeteksi adanya kesalahan sistematik.
HASIL PENGAMATAN :
CHART TITLE
Series1
4
3
2
1
Axis Title
0
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-2
-3
-4
Axis Title
Level 1 kreteria
NO Data QC posisi (SD) diterima ditolak
1 280 -1,60383257 1S
2 290 0,729014804 diterima
3 283 -0,903978357 2S peringatan
4 277 -2,303686782 12S
5 278 -2,070402044 12S
6 285 -0,437408883 2S
7 278 -2,070402044 22S peringatan
8 296 2,128723229 ditolak R4S
9 289 0,495730067 12S
10 293 1,428869017 1S
11 278 -2,070402044 ditolak R3S
12 290 0,729014804 ditolak R3S
13 290 0,729014804 diterima
14 288 0,26244533 diterima
15 286 -0,204124145 diterima
16 283 -0,903978357 diterima
17 294 1,662153754 diterima
18 283 -0,903978357 diterima
19 281 -1,370547832 diterima
20 288 0,26244533 diterima
21 290 0,729014804 diterima
22 278 -2,070402044 ditolak R3S
23 274 -3,003540994 ditolak 13S
24 289 0,495730067 diterima R4S
TV 286,875
SD pendahuluan 4,28660705
RATA RATA
SD FEBRUARI
CV%
D%
Kesimpulan :
Dari hasil pembacaan kontrol chart pada bahan kontrol periode februari terdapat 3
penolakan yang terdapat pada ;
1. Nomor 5 melanggar 2-2s yaitu 2 kontrol berturut turut di luar x + 2sd atau dua kontrol
berada di luar x+2sd , mencerminkan kesalahan sistemik
2. Nomor 8 1 kontrol diluar x +2SD dan 1 kontrol lain diluar x-2SD yang
mencerminkan kesalahan acak
3. No 23 melanggar 1-3S artinya satu kontrol diluar x+3SD , mencerminkan kesalahan
acak
Daftar Pustaka :