Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM KENDALI MUTU

KUNJUNGAN DI
BALAI LABORATORIUM KESEHATAN

Dosen Pengampu :
Maria Tuntun Siregar,S.Pd. M.Biomed.

Oleh :
ANA SRIWAHYUNI
1613453028

POLTEKKES TANJUNG KARANG


PRODI DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM KENDALI MUTU
KUNJUNGAN DI BLK BANDAR LAMPUNG
BIDANG MIKROBIOLOGI

Nama : Ana Sriwahyuni


Npm : 1613453028
Kelas / kelompok : REGULAR 1/ 2
Hari , tanggal : Rabu, 17 Oktober 2018
Materi : Pengenalan Bahan Kontrol, Presisi dan Akurasi
Tujuan :Mengetahui Dan Memahami Penggunaan Bahan Kontrol,Presisi dan
akurasi di Laboratorium Patologi Klinik
Dasar Teori :

A. Pemantapan Mutu Laboratorium Patologi Klinik


Pemantapan mutu (quality assurance) kimia klinik adalah segala usaha / kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium kimia klinik. Kegiatan ini
terdiri atas empat komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu
eksternal (PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan.

B. Pemantapan Mutu Internal (PMI)

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
setiap laboratorium klinik secara terus-menerus, menggunakan serum kontrol agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan
paska analitik.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain : persiapan penderita, pengambilan dan
penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen, uji ketelitian dan
ketepatan, pencatatan dan pelaporan hasil.
1. Tahap Pra Analitik
a) Persiapan Pasien secara umum
b) Persiapan Pengumpulan Spesimen

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sbb :

1) Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

2) Volume mencukupi

3) Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak
berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4) Pemakaian pengawet tepat

5) Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat

6) Identitas benar sesuai dengan data pasien

c) Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) bersih, kering

2) tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

3) terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

4) sekali pakai buang (disposable)

5) steril (terutama untuk kultur kuman)

6) tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan
volume spesimen

d) Wadah

Wadah speseimen harus memenuhi syarat :

1) Terbuat dari gelas (untuk darah) /plastik

2) Tidak bocor /merembes

3) Harus dapat ditutup rapat dg tutup ulir


4) Besar wadah disesuaikan dg volume spesimen

5) Bersih, kering

6) tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

7) tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen

8) utk pem zat dlm spesimen yg mudah rusak/terurai sinar matahari mk perlu digunakan
botol coklat
9) utk pemeriksaan mikroorganisme wadah harus steril

10) utk wadah spesimen urin, sputum, tinja dengan wadah bermulut lebar

e) Pemberian Identitas

Pemberian Identitas pasien atau speimen merupakan hal penting, baik saat pengisian
formulir, pendaftaran, pengisian label wadah. Formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya memuat :
1) Tanggal permintaan
2) Tanggal dan jam pengambilan spesimen

3) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medis

4) Identitas pengirim nama,alamat, no tilp

5) Nomor Laboratorium

6) Diagnose klinik

7) Obat yang telah diberikan dan lama pemberian

8) Pemeriksaan laboratorium yang diminta

9) Jenis spesimen

10) Lokasi pengambilan spesimen

1. Tahap Analitik

Pemantapan mutu tahap analitik adalah usaha untuk menghasilkan data analisis yang
akurat, reliabel dan valid. Dilakukan usaha supaya tidk terjadi kesalahan program analisis,
usaha pengendalian dan meninimalisisr faktor penyebab kesalahan, usaha pengendalian dan
meminimalisisr faktor intervensi pada saat dilakukan analisis sampel. Cek ulang tahap
praanalitik, termasuk melakukan dan menjaga hasil kalibrasi instrumen, menjaga kondisi
reagen kalibrasi, metode pemeriksaan. Cek ulang identitas pasien, permintaan pemeriksaan
parameter, kelayakan sampel. Bila sudah benar dan sudah layak dilakukan operasional
analisis sampel.
a. Uji kualitas reagensi
Reagen yang digunakan dilaboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang sudah
jadi.
1) Reagen buatan sendiri syaratnya meliputi :

a) Bahan kimia anhidrat dg cara dikeringkan dahulu dalam oven suhu 105 – 110oC
minimal 1-2 jam, sebaiknya satu malam. Kemudian dinginkan suhu kamar dalam desikator.
b) Garam hidrat cukup dikeringkan dalam desikator

c) Saat pengenceran harus diperhatikan kualitas airnya, tidak boleh mengandung klorida,
ca, logam.
d) Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya.

Penyimpanan reagen ini bentuk stok/larutan induk.

d) Wadah reagen perlu diberi label berisi nama, tanggal, paraf pembuat
e) Diketahui sifat bahan kimia yang dibuat
2) Uji ketelitian – uji ketepatan
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan dan
meramalkan prognosis, maka perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti.
Mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat dipertanggung jawabkan. Yang perlu
diperhatikan :
1) Presisi dan akurasi

a). Nilai Presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil bila dilakukan berulang
dengan sampel yang sama. Ketelitian dipengaruhi kesalahahan acak yang tidak
dapat dihindarkan. Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (%KV
/ %CV) yang dihitung dengan rumus :
SD x 100
KV (%)
X
=

SD = standar Deviasi (simpangan baku)

X = Rata-rata hasil Pemeriksaan berulang

Presisi (ketelitian) sering dinyatakan sebagai impresism/metodi (ketidak telitian)


Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem / metode tersebut dan sebaliknya.

b). Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidak tepatan) dipakai untuk menilai adanya
kesalahan acak atau sistematik/ keduanya. Nilai akurasi menunjukkan kedekatan
hasil terhadap nilai sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar.

Distribusi hasil pemeriksaan disekitar nilai pusat menunjukkan kesalahan acak.


Pergeseran hasil pemeriksaan dari hasil sebenarnya menunjukkan kesalahan sistematik.
Kesalahan Total menunjukkan berapa besar kesalahan jika komponen kesalahan acak dan
sistematik terjadi bersamaan pada arah yang sama. Akurasi dapat dinilai dari hasil
pemeriksaan bahan control dan dihitung sebagai nilai biasnya ( d %).
X -
d (%) =
NA
NA
X = hasil pemeriksaan bahan control

NA = Nilai Aktual/ sebenarnya dari bahan control.

Nilai d dapat positif (menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya) atau negative
(menunjukkan nilai yang lebih rendah dari seharusnya).
Akurasi dapat dinilai dari studi “Recovery” dengan melakukan pemeriksaan bahan sampel
yang telah ditambahkan analit murni, kemudian hasilnya dihitung terhadap hasil yang
diharapkan :
Hasil Pemeriksaan observasi x

100
R(%) =

Hasil Perhitungan diharapkan

Akurasi yang baik nilai R mendekati 100%. Akurasi dapat dinilai berdasarkan
perbandingan hasil pemeriksaan dengan system (reagen kit) lain melalui uji korelasi
menggunakan persamaan :
Y = ax + b dan r (koefisien koreasi)
Y = persamaan regresi
A = slope, semakin mendekati 1 menujukkan korelasi yang baik
b.=intersep , semakin mendekati 0 menunjukkan korelasi yang baik
r = koefisien korelasi semakin mendekati 1 menunjukkan korelasi yang baik.
c). Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lain

Metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presisi yang baik. Tujuan
penanganan penyakit dan atau pemantauannya, pemilihan metode dengan presisi yang
baik lebih dianggap penting dari pada akurasi yang baik.
d). Total Eroe (TE)
Merupakan indikator mutu laboratorium yang ke 4.
TE = Inakurasi + Impresisi
semakin tinggi nilai TE maka makin baik mutu

3. Jenis kesalahan

Pada proses dikenal 3 jenis kesalahan :

a) Inherent Random Error : kesalahan yang hanya disebabkan oleh limitasi


metodik pemeriksaan
b) Systematic Shift/kesalahan sistematis : kesalatan yang terus menerus dg pola
yang sama. Disebabkan oleh standar kalibrasi / instrumentasi yang tidak
baik. Berhubungan akurasi.
c) Random error/kesalahan acak : kesalahan dengan pola yang tidak diketahui
sebabkan oleh standar kalibrasi / instrumentasi yang tidak tetap. Penyebab ketidak
stabilan, missal karena penangas air, reagen, pipet dll. Kesalahan berhubungan
dengan presisi.

4. Bahan Control

Untuk memperoleh mutu pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan usaha pemantapan


Kualitas uji laboratorium. salah satu sarana dalam mencapai tujuan tersebut yakni Penyediaan
bahan kontrol.

Bahan kontrol dipakai sebagai sediaan untuk penentuan reliabilitas suatu proses analisis
terutama presisi dan akurasi suatu pemeriksaan laboratorium untuk dapat digunakan sebagai
bahan kontrol suatu pemeriksaan, bahan tersebut harus
Memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Harus mempunyai komposisi sama atau mirip dengan spesimen

Misalnya untuk pemeriksaan urine digunakan bahan kontrol urine atau


zat yang menyerupai urine

b. Komponen yang terkandung didalam bahan kontrol harus stabil artinya. selama
masa penyimpanan bahan ini tidak boleh mengalami perubahan.
c. Hendaknya disertai dengan sertifikat analisa yang dikeluarkan oleh pabrik
yangbersangkutan pada bahan kontrol jadi ( komersial )

Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan :

a. Sumber bahan kontrol ditinjau dari sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari
manusia, binatang atau merupakan bahan kimia murni
b. Bentuk bahan kontrol

Menurut bentuk bahan kontrol ada bermacam macam yaitu bentuk cair, bentuk padat

Bubuk dan bentuk strip.

Bahan kontrol bentuk padat bubuk dan bentuk strip harus dilarutkan terlbih
dahulusebelum digunakan.
c. Buatan

Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk jadi

Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri :

a. Bahan kontrol yang dibuat dari serum kumpulan ( pooled sera) . Pooled sera
Merupakan campuran dari bahan sisa serum pasien yang bebas hemolisis dan
lipemik Cara pembuatan serum kontrol :
▪ Serum dikumpulkan dalam tabung poliotilen
▪ Kemudian disimpan pada suhu --20C
▪ Serum yang terkumpul dicairkan kembali dan diaduk rata
▪ Dipusingkan untuk menghilangkan fibrin dan kotoran lain
▪ Saring dengan kertas saring
▪ Bagi kedalam botol botol sebanyak yang diperlukan
▪ Disimpan dalam suhu –20C
▪ Untuk mengatur pH dapat ditambah asam asetat glasial

b. Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni disebut sebagai larutan spikes
c. Bahan kontrol yang dibuat dari lisat disebut hemolisa
Bahan kontrol yang dibeli dalam bentuk sudah jadi adalah :

a. Bahan control unassayed

Merupakan bahan kontrol yang tidak mempunyai nilai rujukan sebagai tolok ukur.
Nilai rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya
dibuatKadar normal maupun abnormal. Kebaikan bahan kontrol jenis ini ialah
tahan lama, bisa digunakan untuk semua tes, tidak perlu membuat sendiri, analisis
statistik dilakukan 1 kali pertahun. Kekurangannya adalah kadang kadang ada variasi
dari botol kebotol ditambah kesalahan pada rekonstitusi, sering serrum diambil dari
hewan yang mungkin tidak sama dengan serum manusia.

b. Bahan Kontrol Assayed


Merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi.Menurut
metode pemeriksaannya. Harga bahan konrol ini lebih mahal. Untuk laboratorium
kecil, penggunaan bahan kontrol ini ada baiknya karena bila membuat sendiri dengan
serum akan mahal dan penentuan analisis statistiknya lebih sukar dan mahal. Bahan
kontrol ini dapat digunakan untuk kontrol akurasi, selain itu bahan kontrol ini
diperlukan untuk menilai alat dan cara baru.

3. Tahap Pasca Analitik

Pemantapan mutu tahap pasca analitik adalah usaha pengendalian dan usaha
meminimalisir faktor kesalahan pada data keluaran hasil pemeriksaa. Dilakukan cek
ulang
Antara hasil analisis dengan tahap pra analitik dan tahap analitik. Pertama pada
kelengkapan identitas pasien, nomor batch/log, parameter pemeriksaan apakah sudah
sama dengan yang tertulis pada formulir pemeriksaan. Pada hasil cek kembali, evaluasi,
interpretasi serta verifikasikan hasil analisis. Perlukah dilakukan pengulangan,
penulisan catatan/komentar ? Apabila sudah layak dan dapat dipertanggung jawabkan,
kedua langkah tersebut sudah dilakukan dan dinyatakan benar, barulah dilakukan
validasi hasil analisis, dan hasil dikeluarkan, dikirim ke konsumen.

Pencatatan dan pelaporan


Kegiatan Pencatatan dan pelaporan dilaboratorium harus dilaksanakan dengan
cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat
mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan spesimen yang
sesuai

2. Penulisan angka dan satuan yang digunakan. Bila diperlukan satu angka bulat,
cukup dilaporkan dalam angka bulat tanpa desimal dibelakang koma. Satuan yang
digunakan sebaiknya adalah satuan internasional.
3. Pencantuman Nilai normal

Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai yang dianggap
merupakan hasil pemeriksaan orang-orang rentang nilai yang dianggap normal. rentang
nilai yang dianggap Juga perlu mencantumkan metode pemeriksaan yang digunakan
serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan se rentang nilai yang dianggapperti
jenis kelamin dan usia. Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan
dengan nilai normal.
4. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan 2 x
dan sebagainya.
5. Penyampaian hasil

Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk kepentingan


diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil pemeriksaan perlu
disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan.
6. Dokumentasi /arsip

Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap. Hasil suatu
kegiataan pencatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumen yang lengkap, jelas dan
mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi waktu penyampaian dokumen
tersebut kepada peminta pemeriksa.
7. Buku ekspedisi didalam dan luar laboratorium perlu disediakan. Kasus ketukar
dan hilangnya spesimen dapat terjadi baik dalam transportasi didalam maupun diluar
laboratorium, sehingga hal ini harus dihindari.

C. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME)


PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan PME
dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua
laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta .
Pemantauan Mutu Eksternal Regional (PMER) meliputi:
i. PMER-Kimia Klinik dengan peserta sebanyak 60 terdiri dari 54 laboratorium RSU
di DIY dan Jawa Tengah dan 6 laboratorium RS Swasta di Yogyakarta dilakukan
1 periode.
ii. PMER-TB, malaria dan telur cacing dengan peserta 70 laboratorium
iii. Puskesmas dan Rumah Sakit Kab/Kota di Propinsi DIY dilakukan 1 tahap.
iv. PMER-Pemantapan Kualitas Air dengan peserta sebanyak 15 laboratorium dan
dilakukan 1 periode.
v. Di samping sebagai penyelenggara, BLK Yogyakarta juga sebagai peserta

Contoh Dokumen PME

Gambar 12.7 Contoh Sertifikat Keikutsertaan


PNPME
Sumber: http://labciliwung.co.id/2013/komitmen-mutu/

LAPORAN PRAKTIKUM KENDALI MUTU


KUNJUNGAN DI BLK BANDAR LAMPUNG
BIDANG MIKROBIOLOGI
Nama : Ana Sriwahyuni
Npm : 1613453028
Kelas / kelompok : REGULAR 1/ 2
Hari , tanggal : Rabu, 17 Oktober 2018
Materi : Pengenalan Pemantapan Mutu Di Bidang Mikrobiologi
Tujuan :Mengetahui Dan Memahami Proses Pemantapan Mutu Di Bidang
Mikrobiologi
Dasar Teori :

Cakupan Pokok Pembahasan :


1. Uji Kinerja Autoclave
2. Uji Sterilitas Media
3. Uji Kualitas Media
4. Uji Mutu Reagen
5. Uji Disk Antibiotik

Laboratorium Mikrobiologi Klinik adalah laboratorium yang mengkhususkan diri


untuk secara profesional melaksanakan pemeriksaanmikrobiologi terhadap spesimen
klinik dan spesimen lain yang berkaitan dengan pengendalian infeksi dan memberikan
ekspertis dalam bidang mikrobiologi klinik.
Pengendalian mutu bidang mikrobiologi klinik terdiri dari 3 tahapan kegiatan yang
mempengaruhi hasil uji laboratorium :
1. Tahap Pre Analitik kegiatan : Permintaan Pemeriksaan , Persiapan pasien
2. Tahap Analitik : Pemeriksaan spesimen
3. Tahap Pasca Analitik :Penulisan hasil, interpretasi hasil ,
penyampaian hasil

Kegiatan pemantapan mutu internal mikrobiologi terdiri dari langkah berikut :

A. Pemantapan Mutu Alat

1. Autoclave
a. Prinsip
Pemanasan secara basah yaitu dengan uap air bertekanan tinggi sebagai pensterilnya,
dimana uap air ini dapat mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh dari
mikroorganisme sehingga dapat membunuh mikroba.
b. Dasar Teori
Autoklaf (autoclave) adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang digunakandalam mikrobiologi dengan menggunakan uap air jenuh yang
bertekanan tinggi. Tekanan yang digunakan pada umumnya sebesar 15 Psi atau 1 atm

dengan suhu 121,5 oC (250oF) dan bisa mencapai 650 oC. Sehingga, tekanan yang

bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds
per square inch). Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis, biasanya

dilakukan selama 15 menit untuk suhu 121 oC.Alat- alat dan air disterilkan selama 1
jam, sedangkan untuk media sekitar 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang
disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan :
1. Penguraian gula.
2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
3. Inaktifasi sitokinin zeatin riboside.
4. Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.

Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi


dan bahan- bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan
terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut
untuk bedah, penutup karet dan plastik serta media untuk pekerjaan mikrobiologi.Alat
autoclave (autoklaf) ini terbuat dari bahan dan dengan konstruksi yang cukup kuat,
sehingga dapat menahan tekanan tinggi serta aman. Alat ini digunakan untuk sterilisasi
media pembiakan, alat-alat dan untuk destruksi media pembiakan.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih
dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua
udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga
tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai,
maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah
proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun
perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan
mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba
pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk
spore strip, dimana kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan.
Setelah proses sterilisasi, lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening,
maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Endospora merupakan sel
resisten yang diproduksi oleh bakteri, dimana sel ini tahan terhadap pemanasan,
kekeringan dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada
kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora
dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan
atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh selama 4-5 menit,
dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh selama 6-30 detik pada suhu 65 °C.

c. Gambar Alat
A. KALIBRASI AUTOKLAF
Langkah-langkah kerja pengujian dapat dilakukan dengan cara :

1) Rekatkan indikator tape secara melingkar pada kemasan yang akan disterilisasi.
Pada autoklaf yang besar, kemasan diletakkan pada bagian atas dan bagian bawah
otoklaf.
2) Atur suhu, waktu dan tekanan
3) Hidupkan Autoklaf
4) Setelah selesai, baca indikator tape dengan melihat perubahan warna yang terjadi
pada garis-garis diagonal. Bila proses sterilisasi berjalan dengan baik, garis-garis
diagonal berubah warna dari putih menjadi coklat kehitam-hitaman.

B. Pengendalian Mutu Reagensia ( Giemsa dan Ziehl Neelson)


1. Uji Mutu Pewarnaan Giemsa
Didalam zat warna Giemsa terdapat tiga macam zat yaitu : Eosin, metilin blue dan
metilin azur yang masing-masing berwarna merah, biru dan ungu. Cara sederhana dan
mudah untuk menguji Giemsa didasarkan atas ada tidaknya ketiga zat warna tersebut
ketika diuraikan. Giemsa yang baik akan mengeluarkan ketiga warna tersebut.
Untuk mengujinya kita hanya memerlukan metil alkohol dan kertas saring ( Whatman
No.2), yang dikerjakan sebagai berikut :

1. Letakan kertas saring mendatar di atas petri disk atau gelas minum; bagian tengah
dari permukaan bawah kertas saring tak boleh menyentuh sesuatu.
2. Teteskan 1-2 tetes Giemsa pada kertas saring tersebut, lalu biarkan sebentar sampai
Giemsa meresap dan melebar.
3. Teteskan 3-5 tetes Metil Alkohol absolut di pertengahan bulatan Giemsa tersebut
tetes demi tetes dengan jarak waktu beberapa detik, sampai garis tengah Giemsa
menjadi 5-7 cm.

Jika Giemsa tersebut baik , maka terlihat gambaran sebagai berikut:


 Pada pinggir paling luar , terdapat lingkaran tipis berwarna merah (Eosin).
 Setelah itu terdapat lingkaran cincin yang lebar berwarna ungu (metilin Azur).
 Ditengah terdapat bulatan berwarna biru ( Metilin blue).

Giemsa yang rusak tidak akan mengeluarkan warna ungu atau merah atau keduanya.
Jika warna tersebut kelihatan samar-samar berarti Giemsa sudah mulai rusak. Cara
menguji seperti ini hanya dipakai untuk memperkirakan mutu Giemsa dan bukan
untuk mengganti percobaan pewarnaan dengan sediaan darah, yang dapat menentukan
mutu Giemsa secara lebih baik.

Pewarnaan giemsa merupakan gold standar yang direkomondasikan nasional/


internasional untuk pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan giemsa.
1. Konsentrasi 3%  Buffer 7,2 dan Giemsa stok 9,7
2. Waktu 45-60 menit
3. Sediaan darah dibuat antara sediaan tebal dan tipis

2. Pewarnaan Zield Neelson

Uji Kualitas adalah adalah cara pemeriksaan


untuk mengetahui kelaiakan pewarnaan Zield Neelson
untuk pewarnaan BTA ( Terinfeksi Tuberkulosis ).
Langkah pewarnaan :
1. Ambil sediaan kontrol BTA negatif dan positif
2. Melakukan pewarnaan sediaan control dengan
pewarnaan ZN
3. Melakukan pemeriksaan Mikroskopis
4. Melaporkan hasil pemeriksaan mikroskopis dalam format pelaporan uji kualitas
ZN.

Cara Kera:
 Teteskan carbol fuchsin pada preparat positif, lalu dipanaskan atau dilewatkan di
dekat api. kemudian dicuci
 Tambahkan asam alkohol diamkan selama 30 detik lalu di cuci
 lalu beri methylen blue diamkan 1 menit lalu di cuci. Lalu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis

dikatakan baik apabila pada hsil positif tampak adanya BTA berbentuk basil merah
pada latar biru.

Uji Kualitas Reagen


Reagen yang digunakan di laboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan
ada yang sudah yang sudah jadi/ komersial
Baik reagen yang dibuat sendiri maupun yang komersial mempunyai
persyaratan tertentu
a. Reagen buatan sendiri
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Bahan kimia anhidrat yang digunakan untuk pembuatan larutan standar


kalibrasi dan Titrasi harus dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu

105oC -110oC. Minimal 1-2 jam, sebaiknya satu malam. Kemudian dinginkan
sampai suhu kamar dalam desikator, timbang dalam jumlah yang tepat lalu
dilarutkan.
2) Untuk garam hidrat cukup dikeringkan dalam
desikator

3) Pada waktu pengenceran harus diperhatikan kualitas


akuadest yang dipakai. Air yang mengandung kaporit
akan mempengaruhi reagen untuk pemeriksaan kalsium
dan klorida, sedangkan air yang mengandung banyak
logam akan mempengaruhi pemeriksaan logam dan
pewarna.
4) Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya sesuai
kebutuhan. Untuk penyimpanan sebaiknya dalam bentuk larutan induk
5) Wadah reagen perlu diberi label yang berisi sama reagen, tanggal pembuatan dan paraf
pembuat.
6) Harus diketahui sifat bahan kimia yang dibuat reagen tertentu tidak boleh disimpan
berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi
7) Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalknya tidak
boleh terkena paparan cahaya, harus pada suhu ruangan, suhu dingin atau beku dan
sebagai

C. UJI KUALITAS MEDIA

Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik media buatan sendiri maupun
media jadi oleh karena itu penyiapan media harus mendapat perhatian. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyiapan media:
a. Sampel media dehidrasi ditimbang dan ditambahkan kedalam air suling dan bebas
mineral, lalu dicampur untuk membuat suspensi yang homogen kemudian panaskan
untuk melarutkan zat-zat dalam medium Jumlah panas yang digunakan harus diatur
hanya cukup sampai membuat larutan yang sempurna. Agitasi yang tetap selama proses
pemanasan penting sekali sebab bongkahan kecil agar, kecuali dalm suspensi, dapat turun
kedasar wadah dan pemecahannya memerlukan jumlah panas yang tinggi. Pemanasan
lebih lama akan menghasilkan denaturasi protein, karemelisasi karbohidrat Inaktivasi zat-
zat gizi dan kehilangan kadar air yang berarti karena penguapan.
b. Media dilarutkan kedalam wadah yang berukuran cukup dan sterilisasi dengan otoklaf,
setelah selesai harus segera dikeluarkan dari otoklaf untuk menghindari pemanasan yang
lebih lama. Wadah berisi media agar harus dipindahkan kepenangas air bersuhu

48-50o sampai mencapai suhu yang diperlukan. Penyimpanan lebih lama dipenangas air

harus dihindari.

c. PH setiap batch media harus diperiksa dengan pH meter setelah media dibiarkan dingin
sampai suhu kamar. Untuk menguji media agar , dapat digunakan elektrode permukaan
atau elektrode biasa.Media yang menyimpang > 0,2 unit pH dari pH optimum harus di
buang.
d. Media dapat dituang kedalm tabung atau cawan petri dalam ruangan bersih atau
dibawah aliran udara laminar. Ruangan tersebut harus dijaga cukup terang, bebas dari
bahan-bahan lain dan bebas dari lalulalang selama proses pembahagian. Setiap usaha
harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi media pada tahap ini. Kualitas media harus
diperiksa dahulu sebelum media digunakan.

Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media yang telah dibuat, yaitu:

a. Secara visual

Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan lain-lain. Contoh:
1) Media gula-gula yang dilengkapi tabung Durham bila terlihat gelembung udara
berarti sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus dicurigai adanya
perbedaan pH, untuk itu periksalah dengan menggunakan pH meter.
Bila pH media berbeda ± 0,2 satuan, tambahkan asam atau basa atau dibuat baru

Penyimpanan media jadi


Setel
ah pembuatan media instan selesai, media serta bahan pendukung yang ditempatkan dalam
wadah petridisk segera disimpan di dalam lemari pendingin. Untuk penunjang dalam
pembuatan media diperlukan alat alat berikut. Untuk penggunaan dan perawatan terlebih
dahulu user harus mengenali sifat alat

1. LAMINAR AIR FLOW


Untuk pembuatan media siap pakai , baik dalam wadah petridisk maupun wadah tabung
reaksi. pasca media disterilisasi sebaiknya menggunakan LAF dalam penuangan nya. alat ini
dilengakapi dengam lampu
UV dan pompa Filter udara
sehingga dapat mengurangi
adanya resiko kontaminasi
pada pembuatan media siap
pakai.
D. PENGENDALIAN MUTU MEDIA

Media kultur digunakan untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme, menampilkan


bentuk koloni, morfologi, sifat sifat organisme misalnya penghasil H2S atau gas pada
media fermentasi karbohidrat atau hemolisis pada agar darah (WHO,2007).
a. Sumber media
1) Media kering hanya menambahkan aquades sebelum digunakan. Kualitas harus diuji
karena bisa terjadi kesalahan pada saat pembuatan dan sterilisasi.
2) Media kering sebagai bahan tambahan untuk isolasi organisme.Misalnya darah atau
serum atau faktor pertumbuhan lain, karena harus selalu dilakukan pemantapan mutu
3) Media komersial, media jadi yang sering dipakai, pemantapan mutu dilakukan

sesuai petunjuk pabrik.

b. Sumber Kesalahan Media


1) Inappropriate media, kesalahan memilih media kering/kesalahan penambahan bahan
tambahan membuat media tidak bisa digunakan
2) Air, volume air yang dibutuhkan saat pembuatan media. Aquades/ deionized water
yang digunakan
3) Penimbangan media kering. Penimbangan ini harus cermat karena bisa
mengganggu komposisi media
4) Penuangan media harus akurat dan aseptis dalam tabung atau cawan petri.

Kesalahan volume mengakibatkan media terlalu tipis atau terlalu tebal sehingga media
tidak layak pakai
5) Sterilisasi media. Suhu yang terlalu tinggi saat sterilisasi atau terlalu lama
dipanaskan akan memperburuuk/merusak komposisi beberapa zat dalam media, sehingga
media tidak bisa digunakan
6) Alat alat gelas yang digunakan harus diperhatikn kesterilannya, karena sisa
kotoran pada gelas dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme .
c. Penampilan Fisik Media
Jika media disimpan dalam jangka waktu yang lama dalam kondisi tidak layak atau
penyiapan yang tidak sempurna, beberapa tanda dibawah akan terjadi :
1) Timbulnya kekeruhan /presipitasi menunjukkan bahwa beberapa unsur keluar dari cairan.
2) Warna lebih gelap dari normal mengindikasikan pemasakan media terlalu lama, pH slah
atau kesalahan pencampuran.

3) Warna lebih terang dari normal mengindikasikan kesalahan pencampuran bahan bahan
atau kesalahan pH
4) Penyimpanan media yang terlalu lama setelah dituang kedalam cawan petri
menyebabkan dehidrasi dan tidak layak digunakan. Dehidrasi media bisa dihindari dengan
membuat media sesuai kebutuhan atau menyimpan dalam plastik yang tertutup rapat.

d. Penyimpanan media yang sudah dibuat


1. Lindungi dari cahaya matahari
2. Lindungi dari panas. Media yang mengandung darah, bahan aditif organik lain
atau antibiotik harus disimpan dalam lemari pendingin.
3. Bila disimpan di tempat yang sejuk dan gelap umur penyimpanan media-jadi akan
bergantung pada jenis wadah yang digunakan. Waktu simpan yang umum adalah: a)
tabung dengan sumbat kapas, 3 minggu;
a) tabung dengan tutup kendur, 2 minggu;
b) tabung dengan tutup ulir, 3 bulan;
c) cawan Petri, bila disegel dalam kantung plastik, 4 minggu.

Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang diperkaya dengan bahan-
bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat.
Cara:

1. Ambil sejumlah 5% dari tiap batch media yang dibuat


2. Inkubasi selama 2 hari pada suhu 35° C
3. Bila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni kuman per cawan petri pada satu cawan
petri atau lebih, berarti seluruh media dari batch tersebut tidak dapat dipakai

E. UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK


Uji Sensitivitas Antibiotik telah menjadi langkah yang penting untuk menangani penyakit
infeksi dan memantau resistensi antimikroba pada berbagai jenis patogen. Pemilihan
antibiotik harus mempertimbangkan profil sensitivitas patogen, farmakologi antibiotik,
kepentingan terapi dan harganya (WHO,2007; CLSI, 2010)

a. Uji Sensitivitas Antibiotik Rutin


Uji Sensitivitas harus dilakukan untuk dua tujuan utama , yaitu :

1. Membantu klinisi memilih antimikroba terbaik untuk masing-masing pasien


2. Mengumpulkan informasi epidemiologi tentang mikroorganisme yang resisten dalam
komunitas, untuk kepentingn kesehatan masyarakat.

b. Pemilihan Obat
Pemilihan obat untuk antibiogram rutin didasarkan atas pertimbangan spektrum antibakterial
dari obat, farmakokinetik, toksisitas, efikasi dan ketersediaannya dan juga harganya.

Prinsip Umum Uji Sensitivitas Antibiotik


1. Metode Dilusi

Untuk memperkirakan secara kuantitatif aktivitas antibiotik , pengenceran dalam


broth atau media agar dan kemudian di inokulasi dengan organisme yang akan diuji.
konsentrasi terendah yang ,mencegah pertumbuhan setelah inkubasi semalam disebut MIC.

Strain bakteri yang digunakan : Pseudomonas Aerogenesa

Cara Kerja :

 Buat suspensi bakteri pada tabung yang berisi Nacl


 Tambahkan strain bakteri Pseudomonas , samakan kejernihan nya dengan standar
mac farland
 Celupkan lidi kapas steril ke suspensi, kemudian tekan di bagian dinding tabung
 lalu inokulsi pada media nutriet agar pada semua permukaan media
 lalu diinkubasi selama 37 c selama 24 jam

Dilakukan pembacaan pada hari kedua


Interpretasi hasil : terdapat warna koloni bakteri berwarna pink atau atau merah muda hijau
pada media

2. Metode Difusi
Cara kerja :
1. inokulasi strain bakteri E. Coli pada media Mac Concey secara menyeluruh di atas
permukaan media.
2. diamkan selama 10-m15 menit
3. lalu diletakkan disk antibiotik pdiatas permukaan media, dengan jarak antar disk
sekurang kurangnya 3cm
4. di inkubasi pada suhu 37 c selama 24 jam
5. lalu dibaca zona yang terbentuk.

Pengamatan hari ke dua

diameter antibiotik yang terbentuk

1. Amikacine 26 mm (masuk range)


2. Gentamycine  25 mm ( masuk range)
3. Ciprofloxacine  34 mm ( masuk range)
4. Netilmycine 25 mm (masuk range)

Kesimpulan :

pengendalian mutu di Lab Mikrobiologi klinik di UPTD


BLK meliputi:

1. Menjelaskan dasar dasar pengendalian mutu


2. menerapkan kendali mutu untuk kualitas
management
3. menerapkan uji kualitas bahan labororatotium

Daftar Pustaka :
- Yusuf Adi Yani. Alur pemantapan mutu mikrobiologi. post congres symposium
- Sukorini, U . Pemantapan mutu internal bidang klinik. yogyakarta : Alfa media
LAPORAN PRAKTIKUM KENDALI MUTU
KUNJUNGAN KE BLK BANDAR LAMPUNG
BIDANG PATOLOGI KLINIK

Nama : ANA SRIWAHYUNI


Npm : 1613453028
Kelas/Kelompok : Regular 1 / 2
Hari, Tanggal : Sabtu, 20 Oktober 2018
Materi : Batas Kontrol dan pembuatan kontrol chart
Tujuan : Mengetahui cara pembuatan batas kontrol dan pembuatan kontrol chart
Dasar Teori :

A. Definisi Kontrol Chart

Peta Kendali atau Control Chartmerupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metodegrafik yang
digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistik
atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan
menghasilkan perbaikan kualitas. Metode ini dapat membantu perusahaan dalam mengontrol proses pro
duksinya dengan memberikan informasi dalam bentuk grafik.

B. Tujuan Control Chart


Tujuan utama dari penggunaan Control Chart adalah untuk mengendalikan proses produksi sehingga
dapat menghasilkan kualitas yang unggul dengan cara mendeteksi penyebab variasi yang tidak alami
(Penyebab Spesial, Penyebab yang tidak Natural) atau disebut dengan process shift (terjadinya
penggeseran proses) serta untuk mengurangi variasi yang terdapat dalam proses sehingga menghasilkan
proses yang stabil. Yang dimaksud dengan Proses Stabil adalah Proses yang memiliki Distribusi Normal
yang sama pada setiap saatnya. Perlu diketahui, bahwa proses stabil yang dimaksud disini tetap memiliki
variasi, tetapi variasinya sangat kecil dan dapat dikendalikan.
C. Penggunaan Control Chart
Kapan kita menggunakan kontrol chart? saat kita ingin mengetahui suatu proses yang sedang berlangsung
dengan menemukan dan memperbaiki masalah yang terjadi.
1. Saat kita ingin mengontrol proses yang sedang berlangsung dengan menemukan dan memperbaiki
masalah yang terjadi
2. Saat kita ingin memprediksi atau mendapatkan kisaran (range) dari hasil suatu proses
3. Saat kita ingin mengetahui apakah proses yang kita pelajari tersebut stabil (dalam Statistik control
atau Kendali Statistik)
4. Saat kita ingin menganalisis pola variasi proses apakah dari penyebab khusus (penyebab yang tidak
sering terjadi atau tidak rutin terjadi) atau penyebab umum yang sering terjadi diproses.
5. Saat kita ingin menentukan apakah proyek peningkatan kualitas harus membidik kepada
pencegahan pada masalah tertentu atau harus melakukan perubahan yang mendasar pada proses.

D. Manfaat Penggunaan Control Chart


1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi.
2. Memberikan informasi proses secara kronologis, yakni menunjukkan bagaimana pengaruh berbagai
faktor, misalnya : material, manusia, metode, dll. terhadap proses produksi.
3. Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses yakni dengan memperhatikan pola atas
pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari Over Control yaitu pengontrolan terlalu ketat sehingga
dapat menurunkan efisiensi maupun Under Control yaitu pengontrolan terlalu longgar sehingga dapat
menurunkan mutu.

E. Jenis Control Chart

Sebagaimana telah disinggung pada pembahasan diatas bahwa pada dasarnya data diklasifikasikan
menjadi 2, yakni : Data attribute dan data variable, sehingga dengan demikian jenis-jenis Control
Chart terbagi atas :
1. Variable Control Chart, yaitu suatu jenis Control Chart dimana data yang dikumpulkan dan akan
dianalisa merupakan data-data variable, misalnya : X-R Bar Chart dan X-S Bar Chart.
2. Attribute Control Chart, yaitu suatu jenis Control Chart dimana data yang dikumpulkan dan akan
dianalisa merupakan data-data attribute, misalnya : p-chart

F. Pembuatan Kontrol Chart


Prosedur Control Chart (Peta Kendali) yang belum diketahui :
1. Pilih jenis control chart yang sesuai untuk data yang kita ambil.
2. Tentukan waktu atau periode pengambilan data, sampling plan dan jumlah data yang diinginkan.
3. Pengumpulan data dan rekam (record) data tersebut, setidaknya 20 sampai 25 subgroup.
4. Hitunglah masing-masing data statistik subgroup, buatkan tabel tabulasi untuk mempermudah
perhitungan Rata-rata (X), Rata-rata X (X-bar), Range (R) dan rata-rata Range (R-bar).
5. Identifikasikan skala yang tepat dan cocok kemudian masukkan kedalam data statistik.
6. Hitunglah garis tengah dan batas control (control limit) untuk UCL dan LCL sesuai dengan rumus
masing-masing control chart.
7. Ujilah Chart yang telah dimasukkan data tersebut.
8. Lakukanlah investigasi dan tindakan perbaikan jika diperlukan.
Menggunakan Microsoft Excel :
1. Sorot menu ins ert yang ada di mic excel. lalu klik chart lalu pilih scater no. 2
2. kemudian klik kanan pada kolom grafik yang muncul pilih select data
3. lalu sorot posisi SD pada kolom yang sudah dinuat. lalu tekan enter maka muncul grafik
4. lalu disorot sumbu Y klik kanan lalu pilihlah menu format Axis lalu muncul Axis options kemudian
atur Fixed :
- Minimum : 3
- Maximum : 3
- Major : 1
- Minor : 1
5. Lalu tekan close dan kemudain klik di sudut area 0  klik kanan lalu pilih format axis yang
kemudian muncul Axis options:
pilih fixed :
- Minimum : 3
- Maximu :- 3
- Major : 0
- Minor : 0
kemudian pilih menu close
HASIL PENGAMATAN :

Level 1
NO Data QC posisi (SD)
1 280 -1,60383257
2 290 0,729014804
3 283 -0,903978357
4 277 -2,303686782
5 278 -2,070402044
6 285 -0,437408883
7 278 -2,070402044
8 296 2,128723229
9 289 0,495730067
10 293 1,428869017
11 278 -2,070402044
12 290 0,729014804
13 290 0,729014804
14 288 0,26244533
15 286 -0,204124145
16 283 -0,903978357
17 294 1,662153754
18 283 -0,903978357
19 281 -1,370547832
20 288 0,26244533
21 290 0,729014804
22 278 -2,070402044
23 274 -3,003540994
24 289 0,495730067
TV 286,875
SD pendahuluan 4,28660705
RATA RATA
SD FEBRUARI
CV%
D%
CHART TITLE
Series1

4
2
Axis Title

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-2
-4
Axis Title

Kontrol chart menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan. keputusan dibuat bersadarkan data
terkini dan riwayat data sebelumnya. keputusan tidak cukup hanya dengan data yang ada saat ini saja.
Kontrol chart akan menyediakan data perkeko
LAPORAN PRAKTIKUM KENDALI MUTU
KUNJUNGAN KE BLK BANDAR LAMPUNG
BIDANG PATOLOGI KLINIK

Nama : ANA SRIWAHYUNI


Npm : 1613453028
Kelas/Kelompok : Regular 1 / 2
Hari, Tanggal : Sabtu, 20 Oktober 2018
Materi :- Interpretasi kontrol chart/ kurva LJ
- Jenis Kesalahan

Tujuan : Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari pemantapan mutu


Laboratorium Imunoserologi dengan baik dan benar
Dasar Teori :
Control chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang
digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam pengendalian kualitas secara
statistik atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas.
Tujuan pembuatan control chart adalah untuk menentukan data sepanjang waktu berada pada
pengendalian statistika. Karena itu, data hasil pengujian independen berikutnya yang memiliki
matriks yangsama diharapkan secara acak atau random , berada dekat rerata hasil pengujian.
Sehubungan dengan hal tersebut, rerata data hasil pengujian merupakan garis pusat dan disebut
juga nilai target.
A. Kurva Levey Jenings
Garis utama dari grafik ditempatkan pada nilai aksis berhubungan dengan rata-rata 1 SD dan
2SD dari rata-rata. Kemungkinan diperolehnilai kontrol yang berada pada 1SD dari rata-rata
adalah 68,3%. Kemungkinan hasil test bahan kontrol pada daerah 2SD dari rata-rata adalah
95,5%. Hal tersebut berarti menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan bahan kontrol akan berada
diantara 1SD dari rata-rata adalah sebanyak 68,3% dan hasil pada daeah 2SD adalah sebanyak
95,5%. Hal tersbut berarti pula bahwa hanya sekitar 31,7% hasil pemeriksaan kontrol yang akan
diluar nilai 1SD dari rata-rata, serta hanya 4,5% hasil test akan diluar daerah 2SD.
Dengan demikian grafik levey Jennings menggunakan nilai 2SD dari nilai rata-rata
sebagai batas peringatan pemantapan mutu, dimana 95,5% hasil pemeriksaan harus berada
pada daerah batas ini, dan hanya 4,5% yang diperkenankan diluar daerah batas ini. Dengan kata
lain nilai yang diperbolehkan diluar 2sd dari 2o tes hanya 1 nilai saja. Jika terdapat nilai yang
terletak diluar batas 3SD dari nilai rata-rata, maka pemeriksaan tersebut tidak terkontrol.
Karena ini dikatakan terkontrol bila berada dalam batas 3SD.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan grafik levey jennings
adalah bila salah satu hasil berada di luar batas kontrol 2SD, bila terdapat kecenderungan
peningkatan atau penurunan, bila terdapat beberapa hasil berada di satu sis dari nilai rata-rata
bila 2 atau lebih dari 20 nilai diluar garis 2SD dan bila ada hasil diluar 3SD.
Penilaian Akurasi (bias/d%) serta Presisi (CV%) belum cukup untuk menggambarkan
kualitas hasil pemeriksaan. Sangat penting untuk menilai distribusi data kontrol. Dengan
demikian kita dapat mendeteksi antara lain :
a. Data yang keluar batas kontrol (kesalahan acak)
b. Pola kecenderungan (trend dan bias) (kesalahan sistematik)
Secara umum sistem ini menggunakan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
(SD)dari seri pemeriksaan bahan kontrol yang diperoleh selama periode tertentu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan grafik Levey-Jennings


adalah:
▪ Bila salah satu hasil berada di luar batas kontrol 2SD
▪ Bila terdapat kecenderungan peningkatan atau penurunan
▪ Bila terdapat beberapa hasil berada di satu sisi dari nilai rata-rata
▪ Bila 2 atau lebih hasil dari 20 nilai di luar garis 2SD
▪ Bila ada hasil di luar 3SD.

B. Special Cause

Setiap kejadian yang memiliki pola berulang, tidak hanya dapat berupa variasi yang acak, dapat
digolongkan menjadi special cause. Para ahli statistika telah menciptakan beberapa tanda untuk
mendeteksi special cause. Yng paling sering digunakan adalah tanda berikut :

- Outlier
Adalah poin data yang berada diatas UCL dan dibawah LCL. Karena bahan kontrol dikalkulasi
berdasarkan teori probablitas.

- Shift
Kemungkinan proses yang stabil akan menghasilkan 9 poin berturut-turut pada sisi yang sama
itu sama saja dengan mendapatkan ‘kepala” sebanyak 9 kali berturut-turut.
- Trend
Didefinisikan sebagai enam poin yang berturut-turut, masing masing lebih tinggi dari pon
sebelumnya. Trend mengindikasikan special cause dengan efek gradial
- Cycle
Pola-pola yang disebut cycle ditandai dengan 14 poin berturut-turut , masing masing yang
begantian naik turun. Pola ini menandakan adanya perubahan siklikal yang retetif dalam proses
dan tentunya membutuhkan investigasi.
Sinyal-sinyal tersebut berlaku pada semua common cause pada control chart. jika tidak
ada special cause yang ditemukan, kita bisa mengumpulkan proses masih beradadalam kendali.
Berarti proses masih stabil dan tidak berubah.

C. Pembacaan Kontrol Chart (Aturan Westgard/ Westgard Multirule System)

Penafsiran grafik Levey-Jennings yang lebih detail dikembangkan oleh Westgard yang
dikenal dengan Westgard Multirule System. Westgard menyajikan suatu seri aturan untuk
membantu evaluasi pemeriksaan grafik kontrol. Seri aturan tersebut dapat digunakan pada
penggunaan suatu level kontrol, dua level maupun tiga level. Beberapa banyak level yang akan
kita pakai sangat tergantung kondisi laboratorium kita, namun perlu kita pikirkan mengenai
keuntungan dan kerugian masing-masing. Evaluasi hasil dari dari dua level kontrol secara
simultan akan memberikan terdeteksinya shift lebih awal dibandingkan jika kita hanya
menggunakan satu level.
Berikut ini aturan yang umumnya dipilih ketika laboratorium menggunakan satu atau dua
level kontrol yang masing-masing diperiksa satu atau dua kali setiap pemeriksaan.
Aturan “Westgard Multirule System” meliputi:
1) Aturan 12s
Aturan ini merupakan aturan peringatan. Aturan ini menyatakan bahwa ada satu nilai kontrol
berada diluar batas 2SD, tetapi masih di dalam batas 3SD, kita mulai waspada. Ini merupakan
peringatan akan adanya masalah pada instrumen atau malfungsi metode. Apabila kita
menggunakan dua level kontrol yang berbeda, kita harus melihat apakah kontrol level yang
lain juga berada diluar batas 2SD. Apabila kontrol level yang lain berada diluar 2SD yang sama
(sama-sama +2SD atau -2SD), maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut sebelum
menggunakannya untuk pelayanan pasien. Apabila kontrol level yang lain berada didalam batas
2SD, maka kita dapat menggunakan instrumen untuk pelayanan pasien.

2) Aturan 13s
Aturan ini mendeteksi kesalahan acak. Satu saja nilai kontrol berada diluar batas 3SD,
instrumen dievaluasi bila adanya kesalahan acak. Instrumen tidak boleh digunakan untuk
pelayanan hingga masalah yang mendasari teratasi. Nilai yang berada diluar batas
3SD dalam distributor normal Gaussian hanya sebesar 0,3%. Apabila nilai ini sampai
ditemukan kemungkinan besar ada kesalahan pengukuran. Aturan ini dapat diberlakukan untuk
menolak run. Walaupun hanya memakai satu level kontrol saja.

3) Aturan 22s

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik, kontrol dinyatakan keluar apabila dua
nilai kontrol pada satu level berturut-turut diluar batas 2SD. Kontrol juga dinyatakan
keluar apabila nilai kontrol pada dua level yang berbeda berada diluar batas 2SD yang
sama (sama-sama diluar +2SD atau -2SD). Bila hal ini terjadi berturut-turut pada bahan
kontrol dengan level yang sama, kemungkinan permasalahan ada pada bahan kontrol
yang digunakan.

4) Aturan 41s
Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Aturan ini dapat digunakan pada satu level
kontrol maupun pada lebih dari satu level kontrol. Empat nilai kontrol yang berturut-
turut keluar dari satu batas SD yang sama (selalu keluar dari +1SD atau -1SD).
5) Aturan R4s
Aturan ini hanya dapat digunakan apabila kita menggunakan dua level kontrol. Aturan
yang mempergunakan konsep statistic “rentang” ini mendeteksi kesalahan acak. Aturan ini
menyatakan bahwa apabila dua nilai kontrol level yang berbeda pada hari atau run yang
sama memiliki selisih melebihi empat kali SD.

6) Aturan 10x
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada level yang sama maupun
berbeda-beda secara berturut-turut berada di satu sisi yang sama terhadap rerata, maka perlu
melakukan maintenance terhadap instrumen atau melakukan kalibrasi kit/instrument. Aturan
ini mendeteksi adanya kesalahan sistematik.
HASIL PENGAMATAN :

PERIODE PENDAHULUAN FEBRUARI

CHART TITLE
Series1

4
3
2
1
Axis Title

0
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-2
-3
-4
Axis Title
Level 1 kreteria
NO Data QC posisi (SD) diterima ditolak
1 280 -1,60383257 1S
2 290 0,729014804 diterima
3 283 -0,903978357 2S peringatan
4 277 -2,303686782 12S
5 278 -2,070402044 12S
6 285 -0,437408883 2S
7 278 -2,070402044 22S peringatan
8 296 2,128723229 ditolak R4S
9 289 0,495730067 12S
10 293 1,428869017 1S
11 278 -2,070402044 ditolak R3S
12 290 0,729014804 ditolak R3S
13 290 0,729014804 diterima
14 288 0,26244533 diterima
15 286 -0,204124145 diterima
16 283 -0,903978357 diterima
17 294 1,662153754 diterima
18 283 -0,903978357 diterima
19 281 -1,370547832 diterima
20 288 0,26244533 diterima
21 290 0,729014804 diterima
22 278 -2,070402044 ditolak R3S
23 274 -3,003540994 ditolak 13S
24 289 0,495730067 diterima R4S
TV 286,875
SD pendahuluan 4,28660705
RATA RATA
SD FEBRUARI
CV%
D%
Kesimpulan :
Dari hasil pembacaan kontrol chart pada bahan kontrol periode februari terdapat 3
penolakan yang terdapat pada ;
1. Nomor 5  melanggar 2-2s yaitu 2 kontrol berturut turut di luar x + 2sd atau dua kontrol
berada di luar x+2sd , mencerminkan kesalahan sistemik
2. Nomor 8  1 kontrol diluar x +2SD dan 1 kontrol lain diluar x-2SD yang
mencerminkan kesalahan acak
3. No 23  melanggar 1-3S artinya satu kontrol diluar x+3SD , mencerminkan kesalahan
acak

Daftar Pustaka :

 Cooper, G. 2008. Basic Lessons in Laboratory Quality Control. Bio-Rad Laboratories,


Inc. Depkes RI, 2008, Good Laboratory Practice (Pedoman Praktek Laboratorium
Yang benar.
 Dirjen Bina Pelayanan Medik departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai