O
L
E
H
Rita syulastri
Dosen Pembibing
ns.engla rati pratama.skep
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah Keperawatan Prrofesional dengan judul “ASPEK LEGAL
ASPEK ETIS,STANDAR PRATIK KEPERAWATAN DAN MODEL
KEPERAWATAN” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu,kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kemajuan penulis untuk kedepannya. Karena seperti pepatah
mengatakan ”Tiada gading yang tak retak”. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II.
A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan
Etis adalah studi tentang prilaku, karakter dan motif yang baik, serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua
orang(fundamental)
Jadi salah satu upaya yang baik untuk menuju etik yang baik ialah dengan cara
bekerja dalam hubungan saling percaya , serta pemahaman terhadap klien dan
keluarga.
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini
adalah environment manipulation and social support (pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial). Peran perawat dalam memberikan
terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat,
atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali
system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di
masyarakat atau tempat kerja.
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan
dapat menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien
datang ke terapis untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu
menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi
terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan
perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien
meningkatkan perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat
rekomendasi tentang arti yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang
efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan
terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi
yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya
perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku kekerasan di
lingkungan sosial.
2. INTERPERSONAL ( SULLIVAN, PEPLAU)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut
seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalah Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa
berharga dan dihormati.
Ada beberapa proses terapi menurut konsep teori ini dianataranya adalah :
a. Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa aman pada
klien, perawat sebisa mungkin dalam terapi ini membuat klien merasa
aman, sebagai contoh perawat mengatakan bahwa klien berada ditempat
yang aman, dan tenang tidak ada yang akan menyakitinya seperti apa yang
ada dipikirannya.
b. Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu terapi yang
menjalin hubungan yang saling percaya dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya
melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa
dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use
empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberikan respon
verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang
lain.
3. PSYCOANALYTICAL (FREUD, ERICKSON)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak
nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
(ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber
ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah
adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Hal ini akan
menyebabkan traumatik yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas
dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu.
Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan
tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-
pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan
metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan
cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi
pasien. Pada klien yang masih anak-anak bisa diberikan terapi bermain.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna
pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi,
diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa
pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
setelah terjalin trust (saling percaya).
BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek legal keperawatan adalah suatu aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari Undang-Undang dan
Peraturan tentang praktek Keperawatan. Fungsi hukum dari aspek legal dalam
praktik keperawatan merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan
praktik keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas –
batas kewenangan serta hak dan tanggung jawab sebagai perawat.
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat (akuntabilitas)
adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam
lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam
laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya.
Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat.
Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada pasien, sehingga
aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan dengan
sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mimin Suhaemin 2003.Etik dalam Pratik Keperawatan Jakarta:EGC
2. Kathleen koening Blass.2006.Pratik Keperawatan Profesional :Konsep dan
Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC