Anda di halaman 1dari 16

“MAKALAH”

ASPEK LEGAL,ASPEK ETIS,


STANDAR PRATIK KEPERAWATAN
DAN MODEL KEPERAWATAN

O
L
E
H

Rita syulastri

Dosen Pembibing
ns.engla rati pratama.skep

STIKES YARSI BUKIT TINGGI


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah Keperawatan Prrofesional dengan judul “ASPEK LEGAL
ASPEK ETIS,STANDAR PRATIK KEPERAWATAN DAN MODEL
KEPERAWATAN” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin menyampaikan


ucapan terima kasih kepada Bapak / Ibu dosen mata kuliah Keperawatan selaku
pembimbing kami. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam
penyusunan makalah kami ini.

Dalam makalah kami ini, kami ingin menginformasikan tentang pengertian


aspek legal,aspek etis,standar pratik keperawatan dan model keperawatan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu,kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kemajuan penulis untuk kedepannya. Karena seperti pepatah
mengatakan ”Tiada gading yang tak retak”. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Aspek Legal/Aspek Etis
B. Standart Praktik Keperawatan
C. Model Keperawatan

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan


perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan
tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini
mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah
sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat
kerja. Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka harus ada
otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan, siapamelakukan apa. Karena
diberi kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab
terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.Tuntutan perubahan
paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan yangsebenarnya, hal
ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah mengeluhkan
mengenaisemaraknya razia terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan keperawatan
diberbagai rumah sakit belummencerminkan praktik pelayanan profesional.
Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkanlebih berorientasi
pada pelaksanaan tugas rutin seorang perawat.

Nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan dengan di


negara Baratmemang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-negara Asia
sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai sejak tujuh tahun
terakhir di tanah air merupakan upaya positif yang sudah pasti memerlukan
dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting adalahdukungan pemikiran-
pemikiran kritis terutama dari nurses itu sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan
tindakan yang mendasari evidence-based practice dunia nursingyang memerlukan
proses pembuktian sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir tersebut
bukan berarti mengharuskan setiap individu menjadi peneliti/researcher.
Sebaliknya, sebagai landasan dalam praktek nursing sehari-hari. Dengan demikian
kemampuan merefleksikan kenyataan praktis lapangan dengan dasar ilmunursing
ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing proses kepada pasien ataupun
dalammelaksanakan program pendidikan nursing, sudah seharusnya menyatu
dalam intelektualitasnurses.
B. Tujuan
Untuk mengetahui aspek legal,aspek etis keperawatan,standar pratik
keperawatan dan model keperawatan.

BAB II.
A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-
masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk mewujudkan
keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik,
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang
didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care Provision and
Management (3)dan bidang Professional Development. Profesi pada dasarnya
memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan
yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya,
dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang
bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada
masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri
profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi
dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi
kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau
kompetensi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya,
sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang
tersebut melalui pemberian izin.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse)
yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja
(SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP)
bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan
khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus
dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja
yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di
bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada
profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-
Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.
B. Aspek Etis

Etis adalah studi tentang prilaku, karakter dan motif yang baik, serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua
orang(fundamental)

Etis dalam keperawatan

Untuk menjadi perawata yang profesional perawat tersebut mampu secara


aktif berpartisipasi dengan klien dalam menjalankan praktik keperawatan. Yaitu
dengan cara bertanggung jawab dan tanggung gugat.

Prinsip-prinsip etis dalam pelayanan kesehatan.

1. Autonomi (penentu pilihan)


Yauitu perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien
untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi
berarti perawat meyadari keunikan dari tingkah laku dari individu.
2. Non maleficence
Yaitu berarti tugas yang dilakukan oleh perawat tidak menyebabkan
bahaya bagi kliennya.
3. Beneficence (do good)
Yaitu perawat melakukan suatu pelayanannya dengan baik,yaitu
malakukan askepnya dengan menguntungkan klien.
4. Justice (perlakuan adil)
Perawat sering mengambil keputusan itu dengan adil
5. Fidelity Fidalety berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab
yang dimiliki seseorang
6. Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran.

Cara – cara dalam pengambilan keputusan etis

1. Menunjukkan maksud dan tujuan yang baik.


2. Mengidentifikasi semua orang penting
3. Mengumpulkan informasi yang relevan
4. Mengidentifikasi prinsip etis yang penting
5. Mengusulkan tindakan alternatif
6. Melakukan tindakan

Jadi salah satu upaya yang baik untuk menuju etik yang baik ialah dengan cara
bekerja dalam hubungan saling percaya , serta pemahaman terhadap klien dan
keluarga.

C. Standart Praktik Keperawatan


Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf
atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat
diterima sampai pada wewenangtertentu (Schroeder, 1991). Sebuah standar secara
komprehensif menguraikan semua aspek profesionalisme, termasuk sistem,
praktisi dan pasien. Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi
keperawatandan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para
anggotanya. Standar diperlukan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan publik
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau penelitian.
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu profesi
yaitu
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik
terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.
Tipe standar keperawatan :
1. Standar Praktek Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan standar
kerja. Fungsi standar praktek :
a. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Menetapkan level kinerja perawat
c. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d. Kebijakan menentukan sumber ± sumber untuk memfasilitasi pemberian
asuhan
2. Standar AsuhanStandar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan generik
dan rencana asuhan. Fungsi standar asuhan :
a. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b. Memastikan hasil yang berasal dari pasien

D. Model Keperawatan Jiwa


a. Model Psicoanalitical
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
(ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das
uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral).
b. Model Interpersonal
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini meyakini
bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.
c. Model Sosial
Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori
ini mengemukakan pandangan sosial terhadap perilaku bahwa faktor sosial
dan lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang akan
menimbulkan gejala perilaku menyimpang.
d. Model Eksistensi
Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika
individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan
diri dari lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu.
Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang
mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain.
Klien sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang
memberi arti pada eksistensinya
e. Model Komunikasi
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pasien tidak
dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna,
pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras. Fase komunikasi
ada 4 yaitu: pra interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi.
f. Model Perilaku
Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini
meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif dan afektif.
g. Model Medical
Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan sistem saraf
pusat. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh transmisi
impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia. Faktor sosial
dan lingkungan diperhitungkan sebagi faktor pencetus.
h. Model Keperawatan
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon
individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial dengan
model pendekatan berdasarkan teori sistem, teori perkembangan, teori
interaksi, pendekatan holistik, teori keperawatan.
Fokus pada rentang sehat sakit, teori dasar keperawatan, tindakan
keperawatan, dan hasil tindakan.

Konsep model keperawatan jiwa yang sesuai dengan kasus adalah:


1. SOCIAL ( CAPLAN, SZASZ)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and
environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom).
Menurut Caplan, situasi sosial dapat menjadi faktor predisposisi dari
gangguan jiwa. Situasi tersebut dapat berupa kemiskinan, keluarga yang tidak
stabil dan pendidikan yang rendah. Penyimpangan perilaku dalam kehidupan
dapat menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk mengatasi stress. Individu
yang kurang dukungan sosial juga dapat menyebabkan respon koping yang
maladaptive.
Fokus dari model sosial adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial
tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman individu dalam
hidupnya. Berdasarkan model sosial, kondisi sosial besar pengaruhnya
terhadap penyimpangan perilaku. Tingkah laku yang normal pada suatu
budaya, kadang bisa jadi eksentrik pada budaya lain. Menurut Szass setiap
individu bertanggungjawab terhadap perilakunya.
Caplan berpendapat bahwa terdapat model kesehatan masyarakat yang
dapat diberikan untuk menjaga kesehatan jiwa yang terdiri dari prevensi
primer, sekunder dan tertier. Kurangnya pemahaman tentang penyebab
penyimpangan perilaku dapat diatasi dengan tehnik prevensi primer.
Berdasarkan model ini profesi yang profesional dan tidak profesional dengan
keterampilan konsultasi yang profesional.

Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini
adalah environment manipulation and social support (pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial). Peran perawat dalam memberikan
terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat,
atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali
system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di
masyarakat atau tempat kerja.
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan
dapat menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien
datang ke terapis untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu
menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi
terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan
perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien
meningkatkan perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat
rekomendasi tentang arti yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang
efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan
terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi
yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya
perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku kekerasan di
lingkungan sosial.
2. INTERPERSONAL ( SULLIVAN, PEPLAU)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut
seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalah Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa
berharga dan dihormati.
Ada beberapa proses terapi menurut konsep teori ini dianataranya adalah :
a. Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa aman pada
klien, perawat sebisa mungkin dalam terapi ini membuat klien merasa
aman, sebagai contoh perawat mengatakan bahwa klien berada ditempat
yang aman, dan tenang tidak ada yang akan menyakitinya seperti apa yang
ada dipikirannya.
b. Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu terapi yang
menjalin hubungan yang saling percaya dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya
melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa
dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use
empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberikan respon
verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang
lain.
3. PSYCOANALYTICAL (FREUD, ERICKSON)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak
nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
(ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber
ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah
adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Hal ini akan
menyebabkan traumatik yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas
dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu.
Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan
tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-
pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan
metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan
cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi
pasien. Pada klien yang masih anak-anak bisa diberikan terapi bermain.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna
pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi,
diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa
pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
setelah terjalin trust (saling percaya).
BAB III.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek legal keperawatan adalah suatu aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari Undang-Undang dan
Peraturan tentang praktek Keperawatan. Fungsi hukum dari aspek legal dalam
praktik keperawatan merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan
praktik keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas –
batas kewenangan serta hak dan tanggung jawab sebagai perawat.
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat (akuntabilitas)
adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam
lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam
laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya.
Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat.
Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada pasien, sehingga
aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan dengan
sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mimin Suhaemin 2003.Etik dalam Pratik Keperawatan Jakarta:EGC
2. Kathleen koening Blass.2006.Pratik Keperawatan Profesional :Konsep dan
Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai