Anda di halaman 1dari 6

1

One Minute Awareness (OMA)


Bersama NAQOY
Twitter @naqoy
087878289001
(Founder,master trainer the7awareness, pemecah rekor MURI)

” Yang merubah kita, bukan hanya pengalaman dan kecerdasan saja


Namun, kita membutuhkan sebuah kesadaran yang benar-benar
Membuat kita ambil keputusan untuk berubah, dan tidak akan
Kembali lagi, sebuah hitungan menit yang merubah jutaan menit anda setelahnya
(one minute awareness)”
- Nanang Qosim Yusuf-
OMA adalah buku ketiga dari

. Setelah sukses buku pertama


dan kedua (The Heart of 7 awareness), sebagai
bagian akhir dari perjalanan panjang (long journey),
saya menulis buku ini sebagai sebuah hadiah buat
semua orang yang menginginkan, melakukan
hidupnya berubah dari “Good” menjadi “Great”.
Semua orang ingin berubah dan mungkin sudah
berubah, namun jika perubahan itu hanya beberapa
saat saja, rasanya kurang “afdhol”, sejatiya,
perubahan adalah sebuah langkah awal untuk
membuka kehidupan yang jauh lebih indah dan
bahagia.
Setelah langsung turun melakukan talksow,
seminar ataupun training di berbagai dearah, hati ini
semakin yakin, bahwa perubahan yang konsisten,
selalu didasari oleh satu kalimat yaitu ”Kesadaran”.

“Dalam hidup kita mempunyai


jutaan menit yang sudah kita
semua lewati, namun pertanyaan buat kita
semua, adalah satu menit yang kita lewati
merupakan “daya ungkit” untuk melompatkan
kita ke tempat yang sangat tinggi dan mulia”.

2
OMA (One Minute Awareness), merupakan
daya ungkit dalam hidup setiap orang, para
pemimpin dunia yang kita kenal adalah
orang-orang yang telah menemukan OMA,
sejak itulah perubahan datang kepadanya,
terkadang dengan pelan-pelan namun juga
terkadang ada dalam bentuk revolusi. Baik “Serupa dengan
dirinya, orang terdekat dan lingkunganya
merasakan perubahan yang ia lakukan. gajah lampung, kita
Bangsa ini adalah bangsa yang sering terikat sejak
sangat besar, memiliki ribuan pulau dan
ratusan
kecil, potensi-
juta potensi luhur dan
pendudu
knya “OMA adalah sebuah mulia yang kita
beraneka rahasia (kunci) diri, ia miliki, akhirnya
ragam, seperti minyak, sekali terkalahkan oleh
merupak
an terkena api, langsung belenggu-belenggu
karakter membakar segalanya” yang tak tampak
dari
bangsa namun nyata,
ini, seperti manusia, bangsa inipun sulitnya lagi
mengalami perubahan setelah menemukan
OMA, Lihatlah Jepang, yang bangkit setelah
belenggu itu begitu
menemukan OMA, pada saat Nagasaki dan dekat, sehingga kita
Hirosima di Bom Atom, Negara yang paling
banyak bencana alamnya, mulai dari Gempa
tidak bisa
bahkan Tsunami, hari ini menjadi salah satu mengenalinya, ia
Negara maju dunia di Asia, Amerika, sebagai bersembunyi dalam
Negara Adikuasa hari inipun menjadi
pemimpin dunia setelah menemukan OMA, diri kita sendiri”
bahkan sebuah daerah yang dulunya
tertinggal dari peradaban, kemudian Nanang Qosim Yusuf
menjadi pusat peradaban Islam, yaitu
Mekkah-Madinah, menjadi Negara yang
sangat beradab juga serupa setelah
menemukan dan merasakan OMA.
Manusia juga serupa, satu hari saya
mendapatkan pertanyaan dari seorang
sahabat, “Kalau OMA begitu penting,
kenapa ada orang yang selalu diberikan
masalah terus akan tetapi dirinya tidak
pernah berubah?”, saya rasa ini pertanyaan bukan hanya sahabat saya saja, namun
pertanyaan ini mewakili banyak orang. Saya tertekun lalu menjawab pertanyaan
sahabat saya dengan berujar sebagai berikut : “Jangan-jangan orang itu sudah tidak
menyadari dirinya punya masalah sama sekali”, kata saya. Hal ini senada dengan
sebuah kisah tentang yang saya beri nama GAJAH LAMPUNG, konon ada sebuah
cerita, setelah gajah berhasil ditangkap ketika masih kecil, sang penjinak langsung
mengikat tali di kaki sang gajah.

3
Awalnya ia berontak, mencoba melawan, melepaskan tali yang
mengikatnya, namun usahanya adalah sia-sia belaka, akhirnya sang
dengan satu bunyi “tok” lama kelamaan “tok, tok, tok, tok” hingga akhirnya berhasil gajahpun hidup dengan belenggu yang ada di kakinya. Uniknya, sampai
“ OMA (One Minute Awareness) ibarat kita sedang mematok dengan palu, awalnya

gajah itu dewasa bahkan terlihat kekar dan besar, tali kecil yang mengikat
kakinya tidak pernah terlepas dari sang gajah, padahal kalau ia tahu, sekali
tendang saja, tali kecil itu akan putus sama sekali.
Cerita diatas mungkin saja relevan dengan orang yang sudah sulit
berubah, belenggu-belanggu tersebut sudah terlalu lama ada, bahkan
sejak ia masih kecil, ketika itupun ia belum menyadarinya sama sekali.
Belenggu-belenggu itu awalnya adalah sebuah ucapan biasa namun bagi
sang anak berdampak luar biasa, kalimat seperti “kamu bodoh, tolol,”
kalimat-kalimat itu awalnya tidak berarti apapun, namun lama kelamaan
ia menjadi tali belenggu yang mengikat kemampuan sang anak. Kelak
pada saat ia dewasa, kemampuan untuk menunjukan eksistensi dirinya
hilang bersama belenggu-belenggu tersebut, ia mati sebelum kematian
sesungguhnya.
Buku ini adalah renungan terdalam dari keheningan pikiran, hati
dan jiwa saya yang didukung dengan riset dan contoh-contoh terbaru
dalam dunia bisnis dan menejemen, ditulis diberbagai tempat dan daerah.
Saya ceritakan dulu, bagaimana buku ini ditulis, ketika saya sedang macet
di jalan, sementara sang supir menyetir, saya menulis renungan ini, ketika

sedang “break” training saya langsung mengisi


waktu dengan mengetik, ketika menunggu seseorang dalam sebuah janji
mendobrak semuanya”. Master of Awareness

bertemu, ketika hati dan pikiran ini sedang gelisah, ketika hari-hari tidak
ada training, saya langsung habiskan waktu saya dalam catatan ini,
bahkan ketika sedang berlibur dengan keluarga, pas ada waktu luang dan
longgar, saya langsung mengetik juga. Namun, salah satu tempat yang
saya sukai untuk menulis adalah di depan saya pemandangan yang sangat
indah dan hijau serta asri, menghadap ke sebuah gunung yang seolah
berkata kepada saya “ jangan menyerah, terus dan terus”. Energi alam
yang besar memberikan dampak yang sangat besar kepada karya-karya
saya.
Tempat lain adalah mengetik didepan lautan yang bergemuruh,
seperti sebuah orkestra akbar yang saling memuat antara satu dengan
lainya. Jika, dengan gunung saya belajar tegar dan terus mencoba serta
tidak ada istilah menyerah, dengan lautan, saya belajar menjadi penyabar,
tenang dan damai. Meski diluar ada keributan dan masalah yang berat,
namun hati ini tetap tenang dan damai. Sekarang kembali kepada buku
ini. Jadi, manusia berubah, alam berubah dan semuanya berubah bukan
semata-mata oleh dirinya saja, namun ada umpan balik dari tangan-
tangan ilahi yang terlihat seperti kotoran kerbau namun sebenarnya
adalah pupuk yang sangat langka dan bermanfaat.
Buku ini adalah hadiah sekaligus petunjuk buat para pemimpin
yang merindukan perubahan namun mengalami ribuan hambatan, hingga
dirinya berpikir untuk menyerah. Juga, buat para orang-orang yang sulit
dirubah oleh orang lain dan buat orang-orang yang sudah nyaman dengan
perubahan sesaat namun ia berhenti dan merasa sudah diatas segala-
galanya. Juga buat orang-orang yang ingin selalu meningkatkan dirinya
menjadi ”kelas 1” dalam segala bidang. Hal ini kenapa begitu penting,

4
karena saya sendiri pernah ada dalam kondisi-kondisi diatas yang saya sebutkan.
Kekerasan hati dan pikiran ini pernah menutup cahaya OMA yang datang kepada
saya. Untungnya saya ambil sebuah pelajaran berharga dan memulai berdiri dan
berlari seperti seekor rusa yang gesit, meninggalkan ketertinggalan dan kebodohan
menuju cahaya dan kearifan. Saya menyadari buat anda yang baru pertama kali
berlari, sedikit akan mengalami hambatan, namun seperti sebuah pepatah ”tidak ada
yang bisa mengalahkan ketekunan”. Dari ketekunan melahirkan kebiasaan yang
membuat anda menjadi pelari tercepat dalam hidup anda.
Tinggalkan keburukan yang ada dalam diri anda sekarang, atau keburukan itu
akan selalu menjadi baju anda selamanya dengan berganti-ganti. Salam Kesadaran
Indonesia.
Salam dari istora Senayan
NAQOY
@naqoy
081905666479
021-75872807

Mengintip OMA Sang Penutur Kesadaran


Harian Indopost, tanggal 3 juni 2008 tentang OMA
Mengenal Trainer Muda Bergelar Penutur Kesadaran Indonesia

Sempat Jadi Penjaga Sandal Di Masjid


Kesulitan sering membuat seseorang patah semangat,tapi tidak bagi
Nanang Qosim Yusuf. Penderitaan yang di alaminya justru membawanya
ke tangga kesuksesan: menjadi trainer termuda di Indonesia. Kini, dia
menginspirasi banyak orang lewat bukunya.

ERIKA OCTAVIANA SARI:


NAQOY, begitu pria kelahiran Brebes,12 Agustus 1979 ini akrab disapa.
Sepintas, tak ada yang istimewa dari dirinya. Dia hanya anak seorang petani miskin
yang berda di kota Udang, Cirebon,Jawa Barat.Namun kemiskinan yang di beri
keluarganya itu tak lantas menyurutkan semangatnya untuk terus mengenyam
pendidikan setinggi mungkin.Berbekal uang Rp 60 ribu, selepas SMU tahun 1997,
Naqoy memberanikan diri mengadu nasib ke ibu kota. Tujuannya hanya satu,
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Saat itu langkahnya tertuju pada
IAIN Syarif Hidayatullah di kawasan Ciputat, Jakarta Selatan.
Sebelum mendaftar menjadi mahasiswa, dia harus berjuang keras mencari
uang untuk biaya masuk ke kampus tersebut. “Apa saja saya lakukan, tapi yang
positif tentunya. Apa saja yang bisa jual, saya jual,” katanya memulai perbincangan
dengan Indo Pos. Setelah masalah biaya masuk kuliah terselesaikan, datang
masalah berikutnya. Yakni tempat tinggal. Ya, di Jakarta tak seorangpun dikenalnya.
Tak ada sanak keluarga yang bisa di tumpanginya selama berada di kota
metropolitan yang dapat julukan kota kejam ini.
Maka, jadilah dia penjaga sepatu dan sandal di masjid untuk sekedar
mendapat tempat bernaung sementara. Dinginnya lantai masjid Fathullah yang
berada di komplek kampusnya menjadi saksi bisu perjuangan Naqoy selama berada
di Jakarta. “ Selama dua tahun, saya tidur di luar tanpa alas,” kenangnya. Anak
pertama dari tiga bersaudara ini memang benar-benar harus hidup prihatin. Makan
pun tak bisa sesuka hati.

5
Untuk mengirit pengeluarannya, dia menjalani puasa Senin-Kamis. “Selain
sunah, ya karna memang ga ada uang untuk beli makanan,”
tukas Naqoy sambil tertawa.Berat memang, terlebih saat dirinya mulai sakit-sakitan.
Dinginya udara malam membuatnya sering mengalami batuk darah. Tetapi apa
daya, tak ada pilihan lain baginya. Dia pun memilih bersabar dan menjalani hari-
harinya dengan ikhlas. Bahkan ejekan dan sindiran datang dari teman-teman
sekampusnya.“karena kerjaan saya jaga sepatu, menyapu dan mengepel lantai
masjid, temen kampus sering ngeledekin, saya di anggap remeh,”tuturnya.
Meremehkan. Sikap itu pula yang di tunjukan wanita yang kini menjadi isterinya kala
itu. Kondisi Naqoy yang serba kekurangan membuat Dewi Umronih memandang
dirinya sebelah mata.
Saat menyatakan perasaan cintanya, bisa di tebak Naqoy langsung
mendapatkan penolakan dari pujaan hatinya itu. ”Kita beda, dia (dewi, Red) dari
keluarga berada, setiap datang ke masjid, dia bawa mobil,” tambahnya. Beruntung
dewi tak lantas menjauhinya dia menerima dirinya sebagai seorang sahabat. Tahun
ke tiga di Jakarta, kehidupa Naqoy mulai membaik. Ancaman DO (drop out) yang
sempat di terimanya beberapa kali dari pihak kampus tak lagi di terimanya.
Pasalnya, selain „naik pangkat‟ dengan menjadi staf di pusat pelatihan psikologis di
lantai dua masjid Fathullah, dia di angkat anak oleh seorang psikolog yang menjadi
trainer di tempatnya bekerja. “setiap dapat nilai bagus, saya mendapat
beasiswa,”akunya. Soal kecerdasan otak, Naqoy tidak diragukan lagi, dari 730
lulusan IAIN di tahun 2001. Dia menjadi salah satu dari tiga mahasiswa yang
direkrut kampusnya menjadi dosen. Tiga tahun lamanya dia mengajar kuliah
psikologi di sana. Sebelum akhirnya menulis buku berjudul The 7 Awareness dan
memulai menjadi trainer atau di sebut juga motivator.
Babak baru kehidupannya pun di mulai. Propesinya sebagai trainer melaju
pesat dan menjadikannya sebagai trainer termuda di Indonesia. Sejumlah
perusahaan besar tercatat sebagai kliennya dan mendapat kepercayaan pencerahan
hati di sebuah radio swasta dipercayakan kepadanya. Buku pertamanya The 7
Awareness sudah terjual 15 ribu eksemplar, disusul dengan buku keduanya berjudul
The Heart Of 7 Awareness yang masuk cetakan kedua. Tak kurang dari empat ribu
alumni sudah berhasil di cetak The 7 Awareness Training yang di kelolanya sejak
April 2006. kini, pusat pelatihan kesadaran miliknya itu sudah tersebar di lima kota,
Bogor, Cirebon, Surabaya, Makasar dan Jakarta sebagai pusatnya.
Naqoy telah berhasil memotivasi banyak orang untuk bangkit dan menjadi
lebih baik. Dari orang yang biasa-biasa saja menjadi di atas rata-rata. Baik dari segi
ekonomi, kesehatan, sosial, intelektual maupun spiritual. ” Tidak ada maksud untuk
menggurui, tapi menggugah kesadaran orang, memberinya jiwa baru,” tegas ayah
dari Zaara dan Zyvaa Hayat Yusuf ini. Menurutnya, ada tujuh langkah untuk
mengubah kondisi diri dari yang biasa menjadi di atas rata-rata. Kesuksesan, jiwa
yang kuat, sikap bijak sana, visi yang datang dari panggilan jiwa bukan persepsi dan
keikhlasan. Dia menambahkan, selama ini orang akan baru bangkit setelah
mendapatkan oma alias one minute awareness. Oma, kata dia, bisa di peroleh dalam
tiga cara. Lebih banyak mendengarkan, lebih banyak merenung, dan perbanyak
meditasi atau berzikir.” Selama ini, banyak orang mendapat oma ketika sudah gagal.
Seharusnya, kita menemukan oma sebelum gagal.

Anda mungkin juga menyukai