DISUSUN OLEH :
KELOMPOK - 9
NAMA ANGGOTA (NIM)
POIBE RENATHA YUDHIHANA (4151111073)
NUZIRMA CHANIA SIREGAR (4151111070)
SHEILLA ZAKIA NST (4151111090)
SYAFRIDA YANTI NASUTION (4152111037)
KELAS : MATEMATIKA DIK D 2015
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pembelajaran ................................................................................. 3
2.2 Ragam Model Pembelajaran Yang Didasarkan Dari Teori Behavior,
Kognitif Dan Konstruktivistis ..................................................................... 4
2.2.1 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavior ......................... 5
2.2.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Kognitif .......................... 11
2.2.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Konstruktivistis .............. 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pembelajaran dan metode yang diberikan dengan mengacu pada konsepsi
behavioristik, kognitif, kontruktivistik sebagai pengembangan potensi peserta
didik dan pengembangan karakter yang lebih baik. Jadi proses pembelajaran akan
lebih bermakna dengan adanya acuan yang memberi kelengkapan pada hasil
pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(3) perkembangan psikomotorik yang mencakup ketrampilan peserta didik yang
didasarkan pada pemahaman aspek koginitif sehingga terciptanya kemampuan
psikomotorik yang kompeten. Namun pada akhirnya pembelajaran akan bermuara
pada kemampuan manusia yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih
efektif di masa yang akan datang. Dalam pembelajaran, peserat didik seyogyanya
dapat membentuk dirinya menjadi manusia pembelajar yang kaffah, berkharakter,
bermakna, punya keahlian yang kompeten, berguna bagi masyarkat, dan
berkomitmen sosial yang tinggi.
Pembelajaran akan lebih bermakna apabila pendidik dapat menciptakan
kondisi lingkungan belajar menjadi kondusif dan menyenangkan bagi peserta
didik guna mencapai tujuan akhir dari pembelajaran yang dipaparkan di paragraf
sebelumnya. Sumber belajar yang menyenangkan juga akan menumbuh
kembangkan minat dan motivasi peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih
dimaknai sebagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai bagi diri peserta didik.
Guru/ pendidik juga perlu mendesain pembelajaran menjadi suatu proses yang
tidak hanya menceamahkan ilmunya saja namun juga harus memberikan desain
pembelajaran yang konkrit sehigga peserta didik mampu memetik manfaat dari
apa yang mereka lakukan dalam lingkungan belajarnya.
4
2.2.1 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavior
5
Sintaks model pembelajaran langsung menurut Skinner dalam Rahyubi
(2012: 65) adalah sebagai berikut.
1. Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan.
Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:
2. Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik konsep-konsep
maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
3. Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran
guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik
terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa
yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
6
4. Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh
guru untuk mengasah kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada
fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika
diperlukan.
5. Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini
dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-
90% dalam fase bimbingan latihan.
Adapun sintaks yang secara khusus dilakukan oleh peserta didik dan
pendidik untuk mewujudkan pembelajaran langsung ini. Berikut pemaparan dari
sintak tersebut.
No Gur Siswa
u
Guru menyampaikan tujuan Memperhatikan dengan seksama
pembelajaran yang akan dicapai penjelasan dari guru
Guru mempersentasikan
2 pelajaran yang akan dipelajari Siswa mencatat, mendengarkan,
Tahap dengan memperkenalkan bahan memahami dan bertanya kepada
Presentasi ajar menggunakan media guru tentang materi yang
proyektor ataupun langsung dipaparkan.
pada bahan ajar
7
Siswa memperhatikan setiap
Guru menyampaikan langkah- penjelasan tentang langkah kerja
langkah kerja kepada siswa yang dijelaskan guru dan bertanya
jika mengalami kesulitan.
8
2. Model Pembelajaran Ekspositoris
Pembelajaran ekspositoris merupakan sebuah model pembelajaran yang
menekankan penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa yang dimaksudkan agar siswa mampu menguasai materi ajar
secara optimal. Di dalam model pembelajaran ini siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi ajar yang dipelajri namun lebih kepada guru sebagai sumber
belajar utama.
Secara singkat pembelajaran ekspositoris berakar pada pengajaran yang
berpusat kepada guru (teacher sentered), oleh karena itu guru dalam model
pembelajaran ini menjadi sangat dominan dan siswa menjadikan guru menjadi
pusat dari ilmu pengetahuan yang satu-satunya. Melalui strategi ini maka guru
dapat dengan mudah menjelaskan materi ajar secara terstruktur dengan harapan
siswa dapat memahami materi ajar yang dipelajari.
Di dalam pembelajaran ekspositoris terdapat sintak / langkah-langkah
sistematis dalam mewujudkan pembelajaran tersebut. Menurut sanjaya ( 2008:
301) terdapat 5 sintak dalam pembelajaran ekspositoris. Berikut pemaparannya :
1. Persiapan
Pada tahap ini mempersiapkan siswa untuk menerima setiap materi ajar
yang diberikan. Tahap ini sangat penting bagi siswa dan terutama
dirasakan oleh guru dalam mengorganisasi kelas guna menigkatkan
efektifan pembelajaran di kelas.
2. Penyajian
Langkah menyampaikan materi sesuai dengan tahap persiapan yang telah
dilakukan. Dalam penyampaian ini hal yang terpenting guru harus mampu
menyampaikan materi ajar agar mudah dipahami dan ditangkap oleh siswa
serta menarik bagi siswa.
3. Korelasi (correration)
Pada tahap korelasi pendidik mulai menghubungkan materi ajar dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa
dapat menangkap materi yang diajarkan oleh pendidik.
9
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran
yang telah disajikan. Langkah ini merupakan langkah yang penting dalam
model pembelajaran model ekspositoris, sebab melalui langkah
menyimpulkan siswa akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian.
Dalam tahap penyimpulan berarti pendidik memberikan penguatan akan
kebenaran materi yang diajarkan.
5. Mengaplikasikan (application)
Pada tahap ini bertujuan agar melihat kemampuan siswa dalam memahami
materi ajar yang telah diajarkan oleh guru. Tahap mengaplikasikan, guru
memberikan tugas-tugas terstruktur guna melihat seberapa jauh siswa
dalam memahami materi ajar yang telah dipelajari.
10
4 Guru menyimpulkan kegiatan Siswa memasukkan
pelajaran di kelas dengan pemahaman materi pelajaran
Menyimpulkan
manfaat yang didapat siswa di dengan kesimpulan yang
kehidupan nyata diberikan guru
5 Guru memberikan tugas kepada Siswa mengerjakan setiap
siswa yang berkaitan dengan tugas yang diberikan
Mengaplikasikan
materi ajar yang telah berdasarkan pemahaman
disampaikan yang dimiliki siswa setelah
materi ajar diberikan
Tabel sintaks pembelajaran ekspositoris
11
1. Model Pembelajaran Discovery Learning
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari
Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery
learning). Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama,
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Beliau
berpendapat bahwa seorang peserta didik belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Peserta didik membentuk konsep dengan melihat
benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu,
pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru
dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran
penemuan.
1) Simulation.
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan Tanda
Tanya, kemudian dilanjutkan dengan tidak memberi generalisasi agar
timbul rasa ingin tahu dari siswa untuk menyelidiki sendiri.
12
2) Problem statement.
3) Data collection.
4) Data processing.
Tahap ini semua informasi yang didapat akan diolah, diacak, dan
diklasifikasikan serta dihiutng secara cermat. Data yang diproses tadi akan
menghsilkan generalisasi atau kesimpulan dan siswa akan mendapatkan
sebuah pengetahuan baru terhadap hasil observasi dan hipotesis tadi.
Pada tahap ini siswa membuktikan berbagai sumber informasi yang diolah
tadi dengan peristiwa yang telah terjadi di kehidupan nyata, dengan cara
tersebut siswa dapat secara cermat merefleksikan apa yang di hipotesiskan
dengan temuan terdahulu.
6) Generalization.
Tahap ini merupakan tahap dimana semua data yang sudah didikusikan,
dikumpulkan, diolah, dan dibuktikan selanjutnya diambil sebuah
kesimpulan yang menjawab tanda Tanya pada permasalahan di materi ajar
yang diberikan oleh guru. Peran guru di sini adalah sebagai penguat
kesimpulan yang dipaparkan oleh siswa yang sudah mengalami proses
yang sistematis.
13
Di dalam mewujudkan pembelajaran model Discovery Learning, terdapat
sintak yang khusus membahas tindakan yang dilakukan siswa dan guru dalam
lingkungan pembelajaran. Berikut pemaparannya:
No Guru Siswa
14
b) Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning
Kelebihan:
Kekurangan:
1) Diperlukan persiapan mental untuk belajar cara ini. Siswa yang lamban,
akan kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang lebih
pandai akan cepat menguasai proses pembelajaran.
15
2) Model ini kurang berhasil mengajar kelas besar, karena diperlukan banyak
waktu untuk membimbing siswa dalam mengolah informasi yang
diperoleh.
3) Model ini sulit diterapkan oleh pendidik dan peserta didik yang sudah
biasa dengan pembelajaran tradisional.
Di dalam teori ini menekankan pada pembangunan makna dari siswa dan
proses sosial (kerja sama dan hubungan antara siswa) guna terbentuknya
kolaborasi antara persepsi siswa satu dengan yang lain (Thobroni, 2015: 252).
Sehingga di dalam pembelajaran ini struktur kognitif siswa akan lebih terbentuk
yang kemudian dipadukan dengan proses kolaboratif (perpaduan) dengan
hubungan antara siswa satu dengan yang lain.
Sintak Umum
1) Orientasi pembelajaran.
Pada tahap ini siswa diberikan pendahuluan oleh guru terhadap apa yang
akan dikerjakan dan didiskusikan serta guru memberikan penjelasan
tentang tujuan dari pembelajaran.
Pada tahap ini siswa mulai membuat sejumlah hipotesis dan rumusan
masalah dari topik yang sudah didapat serta mengidentifikasi,
memformulasikan apa saja yang akan dibahas serta pemecahan
masalahnya.
16
4) Tahap Penyimpulan dan presentasi karya.
Pada tahap ini siswa mulai mencatat hasil diskusi pada lembar pengerjaan
secara berkelompok dan mencatat pada lembar individu yang digunakan
sebagai catatan individu serta perwakilan dari kelompok siswa mewakili
teman sekelompoknya untuk mendiskusikan hasil dari diskusi kelompok
internal tadi.
Pada tahap ini peran guru sangat penting, karena siswa akan lebih
memahami materi yang terarah pada tahap ini. Guru sebagai fasilitator
memberikan masukan, mengomentari karya, penilaian karya, dan
penguatan terhadap diskusi topik.
Sintak Khusus
17
Siswa mencari
Guru memberi referensi, baik buku,
pengarahan terhadap koran, majalah, jurnal
sumber-sumber secara kelompok guna
informasi dari bahan dijadikan bahan diskusi
Tahap identifikasi dan
3. diskusi sesuai dengan topik
menganalisis
yang didapat
Siswa mendiskusikan
Guru mengawasi kerja topik dengan dasar dari
kelompok sumber bacaan yang
relevan
Siswa mulai menyusun
Guru membimbing
karya ke dalam bentuk
siswa dalam membuat
Tahap Penyimpulan laporan, makalah,
karya (jika siswa
4. dan maupun tayangan
kesulitan)
presentasi karya slide(power point)
Memperahatikan siswa Mendiskusikan topik
saat berdiskusi yang dibahas
Guru pada akhir sesi
diskusi mengomenatri Siswa memperhatikan,
kesalahan hasil memahami dan
diskusi, bentuk karya, mencatat setiap
dan teknik penyusunan penjelasan guru
Tahap refleksi, karya
5. penialaian, dan Guru memberikan
Siswa memperhatikan
penguatan tiap topik penguatan pada hasil
dan
diskusi dan
mencatat apa yang
menghantarkan siswa
penting untuk dijadikan
pada refleksi kritis
bahan pembelajaran
tentang makna materi
secara individu
topik
18
b) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kolaboratif
Kelebihan:
4) Dapat saling belajar dan berubah bersama serta maju bersama pula
Kekurangan:
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukannya. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan
meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,
merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui,
melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi
dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).
19
Model Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
b) Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep
yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
e) Siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
20
a) Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri
3) Mengajukan hipotesis. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang
dikaji.
21
Berikut ini akan diberikan contoh implementasi model Inkuiri dalam
pembelajaran IPA.
Fase/Tahap Kegiatan
Memicu rasa ingin tahu peserta didik dengan pertanyaan
yang membutuhkan jawaban: : Air dan Larutan gula
(air+gula) kalau dididihkan mana yang lebih tinggi titik
didihnya?
Minta peserta didik untuk menebak jawabannya
berdasarkan pikirannya.
Ajukan pertanyaan, apakah peserta ingin jawabannya?
Kalau ingin jawabannya, minta peserta didik untuk
Orientasi membuktikan sendiri melalui sebuah percobaan.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model Latihan Inkuiri.
Bentuk kelompok untuk melakukan eksperimen
Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan (di
Laboratorium kimia)
Menjelaskan bagaimana cara merumuskan masalah
Setiap kelompok merumuskan masalah, misalnya: (1)
Apakah semakin besar berat benda semakin ? (2)
Merumuskan
Berapakah perubahan titik didih air sebelum ditambah zat
Masalah
terlarut dengan air yang sudah ditambah zat terlarut?
Minta setiap kelompok mencari informasi tentang sifat
koligatif larutan dari referensi yang ada
Berdasarkan pada kajian referensi yang dilakukan setiap
Merumuskan
kelompok, minta setiap kelompok merumuskan
Hipotesis
hipotesisnya
22
Setiap kelompok melakukan eksperimen (percobaan)
Membimbing setiap kelompok untuk melakukan kegiatan
Mengumpulkan
eksperimen
Data
Membimbing setiap kelompok untuk melakukan
pengamatan untuk memperoleh data yang mendukung
Membimbing setiap kelompok untuk merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
Meminta setiap kelompok untuk menulis laporan hasil
Kesimpulan
eksperimen
Mepresentasikan laporan
Kelebihan:
23
Kekurangan:
Menurut Lorsbach dalam The Learning Cycle as a Tool for planning science
Instruction dalam Learning Cycle terdiri dari lima fase. Kelima fase tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut (Dasna, 2006).
24
mengjukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau
fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Jawaban
siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui
oleh mereka.pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi
tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dengan fase
eksplorasi (Dasna,2006:79)
2) Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara
mandiri maupun bekerja secara berkelompok tanpa instruksi atau
pengarahan secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu
objek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan,
pengumpulan data sampai pada membuat kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan . dalam kegiatan ini guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator
membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang
dibuat sebelumnya).
3) Fase penjelasan (Exsplaination)
Kegiatan belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi,
menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa.
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya
dengan kata-katanya sendiri, menunjukan contoh yang berhubungan
dengan konsep untuk melengkapi penjelasanya. Pada kegiatan ini sangat
penting adanya diskusi antara anggota kelompok untuk mengkritisi
penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan siswa yang lain.
4) Fase penerapan konsep (Extend)
Kegiatan belajar pada fase ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-
konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimilikinya pada
situasi baru. Guru dapat mengrahkan siswa untuk memperoleh penjelasan
alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi
alam situasi yang baru gurundapat memulai dengan mengajukan masalah
baru yang memerlukan pengujian lewat eksplorasi dengan melakukan
percobaan, pengamatan, pengumpulan data analisis data sampai membuat
kesimpulan.
25
5) Fase Evaluasi (Evaluation)
Kegiatan belajar pada fase evaluasi , guru ingin mengamati perubahan
pada siswa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini guru dapat
mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab menggunakan lembar
observasi, fakta atau data dari penjelasan sebelumnya yang dapat diterima.
Kegiatan pad fase evaluasi berhubungan dengan penilaian kelas yang
dilakukan guru meliputi penilaian proses dan evaluasi punguasaan konsep
yang diperoleh siswa.
Kekurangan:
1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran
2) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4) memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.
26
1. Model pembelajaran Reasoning and Problem solving
Dalam model ini guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber
kritik yang kontruktif fasilitator, dan penyuplai ide. Sarana pembelajaran yang
diperlukan alaha berupa materi yang mampu membangkitkan proses berpikir
dasar hingga tingkat tinggi, kritis, dan kreatif. Sehingga peran guru di dalam
pembelajaran ini tidak hanya sebagi penyampai ilmu melainkan lebih dari hal
tersebut.
b. Mengeksplorasi masalah
Pada tahapan ini siswa lebih terfokus pada pengumpulan informasi
yang kemudian dijadikan sebagai dasar pemecahan masalah yang
diberikan oleh guru (pengorganisasian informasi melukiskan diagram
pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar)
27
c. Menseleksi strategi pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa mulai menetapkan poin-
poin alternative dalam pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan
informasi yang ada (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau
eksperimen, reduksi atau ekspansi , deduksi logis, menulis persamaan)
d. Menemukan jawaban
Siswa mulai dapat menentukan jawaban atas permaslahan yang
diberikan dan peran guru pada tahp ini sebagai fasilitator, konselor dan
konsultan atas jawaban yang telah didiskusikan oleh siswa (mengestimasi,
menggunakan kemampuan komputasi,aljabar dan geometri)
e. Refleksi dan perluasan
Pada tahap ini peran guru sangat penting dilakukan sebab, pada
tahap ini semua jawaban yang ada kemudian di refelksikan ke dalam
materi ajar yang pada akhirnya guru akan memberikan gambaran
terhadapa apa yang dipelajari sesuai dengan keterkaitan di lingkungan para
siswa (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan
lain,memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahana
masalah, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).
Pembelajaran terpadu memilih satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa,
dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran terpadu,
materi ajar merupakan materi yang saling berkaitan satu sama lain yang bertujuan
agar siswa dapat membangun makna dibalik materi ajar yang dipelajari.
Pada dasarnya materi ajar yang diberikan guru kepada siswa harus tetap
mengacu pada tujuan kurikulum yang telah diatur. Materi ajar yang dipadukan
juga harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti minat, kemampuan siswa,
kebutuhan, dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Pemaduan antara
materi satu dan yang lainnya tidak harus dipaksakan sehingga tidak akan timbul
kebingungan disisi guru maupun siswa. Pada akhirnya model pembelajaran
terpadu akan bermuara pada tujuan terbentuknya pribadi siswa yang gemar
28
membaca, tanggap, dan pemahaman yang tinggi terhadap materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata. Peningkatan yang signifikan pada mode ini adalah pada
aspek kognitif siswa ( produk dan proses ).
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Evaluasi
29
pemecahan yang kontektual. Pada pembelajaran ini setiap pemecahan masalah
yang diberikan kepada siswa sangat erat hubungannya dengan kejadian-kejadian
pada kehidupan siswa, sehingga siswa lebih responsif dan aktif di dalam
melakukan pemecahan masalah dan di dalam pemahaman yang komprehensif.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
iii