Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI BEHAVIOR,


KOGNITIF, DAN KONSTRUKTIVISTIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Dra. Pastiria Sembiring, M.Pd.Kons.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK - 9
NAMA ANGGOTA (NIM)
 POIBE RENATHA YUDHIHANA (4151111073)
 NUZIRMA CHANIA SIREGAR (4151111070)
 SHEILLA ZAKIA NST (4151111090)
 SYAFRIDA YANTI NASUTION (4152111037)
KELAS : MATEMATIKA DIK D 2015

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan seru sekalian
alam, atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model-
Model Pembelajaran Berorientasi Behavior, Kognitif, Dan Kontruktivistis”
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dra.
Pastiria Sembiring, M.Pd.Kons, selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Pendidikan atas saran dan bimbingannya terhadap makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Medan, 09 Mei 2018

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pembelajaran ................................................................................. 3
2.2 Ragam Model Pembelajaran Yang Didasarkan Dari Teori Behavior,
Kognitif Dan Konstruktivistis ..................................................................... 4
2.2.1 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavior ......................... 5
2.2.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Kognitif .......................... 11
2.2.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Konstruktivistis .............. 26

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 31
3.2 Saran ........................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar adalah sintesis dari pembelajaran, dimana belajar berada di dalam
proses yaitu pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah proses mendidik anak
dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi
lingkungannya kelak (Mulyasana, 2015: 67). Fokus dari pembelajaran diarahkan
pada pembentukan jati diri pesrta didik, karena proses pembeljaran akan efektif
jika jati diri (fisik, emosional, dan mental) peserta didik terbangun dengan utuh.
Dalam perjalanannya, pembelajaran mengalami perkembangan seiring dengan
zaman yang berubah dan pembaharuan teori-teori pembelajaran yang banyak
dikemukakan para ahli pendidikan yang sekaligus dijadikan acuan acuan dalam
pembaharuan pembelajaran dari masa ke masa.
Di dalam praktik pembelajaran saat ini, banyak terjadi penyimpangan
antara tujuan dari pembelajaran dan hasil dari proses pembelajaran yang berimbas
pada kualitas tenaga kerja dan hasil kerja para generasi penerus yang kurang
optimal bahkan dapat menimbulkan beberapa tindakan menyimpang seperti
korupsi. Hal tersebut terjadi karena ketidaksesuaian dari metode pembelajaran
yang diberikan oleh pengajar, kurikulum yang kurang fleksibel, evaluasi
pembelajaran yang hanya memfokuskan pada kuantitas lulusan bukan kualitas
lulusan sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi dan
ketrampilannya secara optimal. Permasalahan tersebut juga diperburuk dengan
kualitas pengajar yang tidak kompeten dalam bidangnya, sehingga peserta didik
merasa belum memaknai arti dari apa yang mereka pelajari. Efeknya, peserta
didik hanya mendapat bahan ajar yang ada sesuai dengan perintah guru dan tidak
mendapatkan pelajaran tentang kepribadian dan karakter yang menjadi
penyeimbang dari sisi kognitif peserta didik.
Dari permasalahan pendidikan di atas maka penulis menyusun makalah ini
sebagai sumber informasi bagi pembaca agar lebih memaknai proses

1
pembelajaran dan metode yang diberikan dengan mengacu pada konsepsi
behavioristik, kognitif, kontruktivistik sebagai pengembangan potensi peserta
didik dan pengembangan karakter yang lebih baik. Jadi proses pembelajaran akan
lebih bermakna dengan adanya acuan yang memberi kelengkapan pada hasil
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dari pembelajaran ?
2. Bagaimana ragam model pembelajaran yang didasarkan dari teori
behavior, kognitif, dan konstruktivistis ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Memaparkan konsep dari pembelajaran.
2. Menjelaskan tentang ragam model pembelajaran yang didasarkan dari
teori behavior, kognitif, dan konstruktivistis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembelajaran


Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik, pendidik, dan bahan
ajar/ sumber belajar yang pada akhirnya menciptakan suatu kegiatan belajar antara
peserta didik dan guru/ pengajar (Rahyubi,2012:06). Dalam konteks berbeda
pembelajaran dan pengajaran memiliki tingkatan yang hampir sama, namun
berbedaan yang signifikan antara keduanya adalah pada konsep di dalamnya.
Pembelajaran menaruh konsep pada interaksi antara guru dan murid yang
kemudian menimbulkan suatu hasil belajar, sedangkan pengajaran memberikan
konsep hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu guru. Namun tujuan dan fokus
dari pengajaran dan pembelajaran adalah sama yaitu membebaskan peserta didik
dari ketidaktahuan, ketidakjujuran, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,dan
keburukan hati nurani serta kepribadian yang buruk. Pada fikus pembelajaran,
pendidik memiliki fungsi yang penting dan tidak hanya mentransferkan ilmunya
saja melainkan memberikan motivasi belajar, pengawas perkembangan peserta
didik, dan sebagai pemberi jalan yang benar dalam bersikap kepada peserta didik,
untuk itu pendidik seyogyanya dari awal pembelajaran telah mencerminkan suatu
sikap yang menjadi panutan bagi peserta didiknya. Pendidik yang baik bukanlah
pendidik yang hanya kompeten dan ahli dalam bidangnya, melainkan pendidik
yang mampu memahami peserta didiknya dan mendorong peserta didiknya untuk
belajar dengan baik.
Dalam pembelajaran terdapat ketiga aspek yang harus dicapai oleh peserta
didik yaitu : (1) perkembangan kognitif yang mumpni meliputi pencapaian
pemahaman sumber belajar secara komprehensif, (2) perkembangan afektif yang
mencakup perubahan sikap yang menuju manusia yang kaffah yaitu manusia yang
mimilki kualitas akhlak, logika, dan keimanan diri yang menyeluruh dan
seimbang sehingga islam bukan hanya urusan shalat dan saum (puasa) saja
melainkan memaknai islam sebagai pembentuk kepribadian yang
menyeimbangkan antara ilmu dan kehidupan nyata kelak (Mulyasana,2015: 67) ;

3
(3) perkembangan psikomotorik yang mencakup ketrampilan peserta didik yang
didasarkan pada pemahaman aspek koginitif sehingga terciptanya kemampuan
psikomotorik yang kompeten. Namun pada akhirnya pembelajaran akan bermuara
pada kemampuan manusia yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih
efektif di masa yang akan datang. Dalam pembelajaran, peserat didik seyogyanya
dapat membentuk dirinya menjadi manusia pembelajar yang kaffah, berkharakter,
bermakna, punya keahlian yang kompeten, berguna bagi masyarkat, dan
berkomitmen sosial yang tinggi.
Pembelajaran akan lebih bermakna apabila pendidik dapat menciptakan
kondisi lingkungan belajar menjadi kondusif dan menyenangkan bagi peserta
didik guna mencapai tujuan akhir dari pembelajaran yang dipaparkan di paragraf
sebelumnya. Sumber belajar yang menyenangkan juga akan menumbuh
kembangkan minat dan motivasi peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih
dimaknai sebagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai bagi diri peserta didik.
Guru/ pendidik juga perlu mendesain pembelajaran menjadi suatu proses yang
tidak hanya menceamahkan ilmunya saja namun juga harus memberikan desain
pembelajaran yang konkrit sehigga peserta didik mampu memetik manfaat dari
apa yang mereka lakukan dalam lingkungan belajarnya.

2.2 Ragam Model Pembelajaran yang Didasarkan dari Teori Behavior,


Kognitif dan Konstruktivistis
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman yang digunakan sebagai acuan pembelajaran (Rahyubi,2012: 251).
Model pembelajaran merupakan kerangka yang konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam pegorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran disusun berdasarkan teori-teori
belajar yang memiliki kharakteristik berbeda-beda dan menjadi acuan dalam
menyusun model pembelajaran yang kemudian disesuaikan dengan kondisi dari
negara yang menerapkan teori tersebut. Model pembelajaran cenderung pada sifat
yang menuntun dan menentukan bagaimana cara membelajarkan peserta didik,
dengan adanya model pembelajaran maka pendidikan akan lebih terarah dan
sesuai dengan keadaan peserta didik. Berikut beberapa model dan sintak
pembelajaran yang mengacu pada teori behavioristik, kognitivistik dan
kontruktivistik.

4
2.2.1 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavior

Model pembelajaran yang popular dipakai yang mengarah pada konsep


Behavioristik adalah model pembelajaran langsung (direct instruction), model
pembelajaran ekspositoris, dan model pembelajaran konvensional.

1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


Model pembelajaran ini menitik beratkan pada perubahan perilaku sebagai
hasil belajar yang dapat diobservasi. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam
belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang
diharapkan. Penguatan melalui umpan balik pada setiap tahapan tugas yang
diberikan kepada pebelajar merupakan dasar praktis penggunaan teori ini dalam
pembelajaran. Dengan cara tersebut maka peserta didik dapat berpikir dan
mengembangkan perilaku dalam belajar beriringan dengan lingkungan yang
memberikan umpan balik guna memperkuat perubahan tingkah laku dari peserta
didik. Prinsip pembelajaran langsung juga difokuskan pada kinerja peserta didik
ke dalam tujuan yang akan dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas yang harus
dilakukan, dan pengembangan aktivitas latihan untuk memantapkan penguasaan
setiap komponen tugas yang diberikan. Istilah directive digunakan untuk
menekankan pembelajaran dalam mencapai tujuan, bahwa siswa dapat meniru
perilaku-perilaku atau keterampilan yang dimodelkan atau diperagakan atau
diinstruksikan oleh guru. Di dalam pembelajaran langsung guru memiliki tugas
sebagai pengawas, pengorganisir, dan menstruktur kegiatan pembelajaran. Jadi
semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga intruksi yang diberikan
guru lebih dominan pada pembelajaran langsung ini.

Tujuan utama model direktif/langsung adalah memaksimalkan


penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku
dihubungkan dengan pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang
digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil
dalam mengerjakan tugas. Dengan demikian, model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur, dan berorientasi
akademik. Guru berperan sebagai penyampai informai, dalam melakukan
tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder,
gambar, peragaan, dan sebagainya.

5
Sintaks model pembelajaran langsung menurut Skinner dalam Rahyubi
(2012: 65) adalah sebagai berikut.

1. Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan.
Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:

a) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan


dengan pengetahuan yang dimiliki siswa
b) Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran
c) Memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan
d) Menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan
yang akan dilakukan selama pembelajaran
e) Menginformasikan kerangka pelajaran.

2. Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik konsep-konsep
maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:

a) Penyajian materi dalam langkahlangkah kecil sehingga materi dapat


dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek
b) Pemberian contoh-contoh konsep
c) Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau
penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas
d) Menghindari disgresi
e) Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

3. Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran
guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik
terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa
yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.

6
4. Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh
guru untuk mengasah kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada
fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika
diperlukan.

5. Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini
dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-
90% dalam fase bimbingan latihan.

Adapun sintaks yang secara khusus dilakukan oleh peserta didik dan
pendidik untuk mewujudkan pembelajaran langsung ini. Berikut pemaparan dari
sintak tersebut.

No Gur Siswa
u
Guru menyampaikan tujuan Memperhatikan dengan seksama
pembelajaran yang akan dicapai penjelasan dari guru

Guru menjelaskan alokasi


1 Menanyakan setiap poin-poin
waktu yang akan diperlukan
Tahap alokasi yang belum dimengerti
dalam mencapai tujuan
Orientasi dalam penjelasan guru
pembelajaran
Guru memotivasi siswa untuk
Siswa mendengarkan dan
mempersiapkan fisik maupun
memahami penyampaian guru
psikis siswa

Guru mempersentasikan
2 pelajaran yang akan dipelajari Siswa mencatat, mendengarkan,
Tahap dengan memperkenalkan bahan memahami dan bertanya kepada
Presentasi ajar menggunakan media guru tentang materi yang
proyektor ataupun langsung dipaparkan.
pada bahan ajar

7
Siswa memperhatikan setiap
Guru menyampaikan langkah- penjelasan tentang langkah kerja
langkah kerja kepada siswa yang dijelaskan guru dan bertanya
jika mengalami kesulitan.

Menjelaskan kembali setelah


Mencatat hal-hal yang dijelaskan
langkah-langkah yang
kembali oleh guru untuk
dipraktekkan guna menghindari
meningkatkan pemahaman
kesalahan pemahaman siswa

Guru memberikan tugas


Siswa melakukan tugas dengan
kepada siswa sesuai dengan
langkah-langkah yang telah
langkah-langkah yang telah
diberikan oleh guru
3 diberikan oleh guru
Latihan
Memberikan pengarahan atas Siswa membenarkan konsep
Terstruktur
respon siswa dalam memahami setiap langkah yang salah dalam
tugas yang diberikan dan pengerjaan setelah guru
memberikan penguatan memberikan penguatan

Guru memberikan kesempatan Siswa melatih keterampilan mereka


siswa untuk mencoba bahan ajar sesuai dengan penjelasan guru
4 yang telah dijelaskan sebelumnya
Latihan Siswa memperhatikan setiap
Guru mengawasi setiap
Terbimbing kesalahan yang dilakukan dan
pengerjaan siswa dan
melakukan pembenaran dari
membenarkan kinerja siswa
penguatan yang diberikan guru

5 Siswa mampu mengerjakan


Guru memonitor perkembangan
Latihan dengan teliti setiap langkah-
dari siswa
mandiri langkah yang diberikan oleh guru

8
2. Model Pembelajaran Ekspositoris
Pembelajaran ekspositoris merupakan sebuah model pembelajaran yang
menekankan penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa yang dimaksudkan agar siswa mampu menguasai materi ajar
secara optimal. Di dalam model pembelajaran ini siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi ajar yang dipelajri namun lebih kepada guru sebagai sumber
belajar utama.
Secara singkat pembelajaran ekspositoris berakar pada pengajaran yang
berpusat kepada guru (teacher sentered), oleh karena itu guru dalam model
pembelajaran ini menjadi sangat dominan dan siswa menjadikan guru menjadi
pusat dari ilmu pengetahuan yang satu-satunya. Melalui strategi ini maka guru
dapat dengan mudah menjelaskan materi ajar secara terstruktur dengan harapan
siswa dapat memahami materi ajar yang dipelajari.
Di dalam pembelajaran ekspositoris terdapat sintak / langkah-langkah
sistematis dalam mewujudkan pembelajaran tersebut. Menurut sanjaya ( 2008:
301) terdapat 5 sintak dalam pembelajaran ekspositoris. Berikut pemaparannya :
1. Persiapan
Pada tahap ini mempersiapkan siswa untuk menerima setiap materi ajar
yang diberikan. Tahap ini sangat penting bagi siswa dan terutama
dirasakan oleh guru dalam mengorganisasi kelas guna menigkatkan
efektifan pembelajaran di kelas.
2. Penyajian
Langkah menyampaikan materi sesuai dengan tahap persiapan yang telah
dilakukan. Dalam penyampaian ini hal yang terpenting guru harus mampu
menyampaikan materi ajar agar mudah dipahami dan ditangkap oleh siswa
serta menarik bagi siswa.
3. Korelasi (correration)
Pada tahap korelasi pendidik mulai menghubungkan materi ajar dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa
dapat menangkap materi yang diajarkan oleh pendidik.

9
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran
yang telah disajikan. Langkah ini merupakan langkah yang penting dalam
model pembelajaran model ekspositoris, sebab melalui langkah
menyimpulkan siswa akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian.
Dalam tahap penyimpulan berarti pendidik memberikan penguatan akan
kebenaran materi yang diajarkan.
5. Mengaplikasikan (application)
Pada tahap ini bertujuan agar melihat kemampuan siswa dalam memahami
materi ajar yang telah diajarkan oleh guru. Tahap mengaplikasikan, guru
memberikan tugas-tugas terstruktur guna melihat seberapa jauh siswa
dalam memahami materi ajar yang telah dipelajari.

Selain sintaks yang umum dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran


ekspositoris, terdapat sintaks yang khusus dilakukan oleh guru dan murid secara
khusus dipaparkan sebagai berikut:
No Guru Sis
Guru memberikan motivasi wa
Mendengarkan penguatan
kepada para siswa dalam
yang diberikan oleh guru
belajar
1
Siswa aktif berkomunikasi
Persiapan Guru menciptakan iklim
dengan guru sehingga jarak
kelas dengan komunikasi
guru dan siswa bagaikan
dengan siswa yang terbuka
sebuah teman
Guru menyajikan materi-
Siswa menyimak penjelasan
2 materi ajar yang sesuai
guru dan menyakan materi
Penyajian dengan tujuan yang ingin
yang kurang jelas
dicapai guru
Guru menjelaskan materi Siswa aktif dalam
dengan mengajak siswa berdiskusi dengan guru
3
menyambungkan materi dengan maupun dengan teman
Korelasi kehidupan nyata/ lingkungan sekelas tentang materi ajar
sekitar siswa

10
4 Guru menyimpulkan kegiatan Siswa memasukkan
pelajaran di kelas dengan pemahaman materi pelajaran
Menyimpulkan
manfaat yang didapat siswa di dengan kesimpulan yang
kehidupan nyata diberikan guru
5 Guru memberikan tugas kepada Siswa mengerjakan setiap
siswa yang berkaitan dengan tugas yang diberikan
Mengaplikasikan
materi ajar yang telah berdasarkan pemahaman
disampaikan yang dimiliki siswa setelah
materi ajar diberikan
Tabel sintaks pembelajaran ekspositoris

3. Model Pembelajaran Konvensional


Pembelajaran konvensional merupakan istilah dalam pembelajaran yang
paling sering digunakan dalam proses belajar mengajar. Pada pembelajaran
konvensional cenderung pada belajar hafalan yang mentolerir respon-respon yang
bersifat konvergen, dan menekankan pada informasi konsep, latihan soal dalam
tes.

Adapun sintaks pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang


ingin dicapai pada pelajaran tersebut
2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa secara
tahap demi tahap dengan metode ceramah.
3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru mengecek
keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.
4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan. Guru memberikan tugas
tambahan untuk dikerjakan di rumah

2.2.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Kognitif

Berdasarkan penjelasan yang telah disajikan sebelumnya, maka berikut ini


beberapa model pembelajaran yang mengacu pada teori Kognitif.

11
1. Model Pembelajaran Discovery Learning

Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari
Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery
learning). Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama,
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Beliau
berpendapat bahwa seorang peserta didik belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Peserta didik membentuk konsep dengan melihat
benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu,
pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru
dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran
penemuan.

Konsep Pembelajaran Discovery Learning pada dasarnya adalah sebuah


model pembelajaran yang digunakan untuk memahami konsep, arti, dan hubungan
melalui intuitif untuk akhirnya sampai pada proses penyimpulan materi ajar.
Proses pembelajaran ini berpusat pada kognitif siswa dalam menemukan sebuah
makna dari materi ajar. Pembelajaran Discovery Learning menitik beratkan pada
siswa yang aktif dalam memecahkan masalah yang dibuat oleh guru yang
bertujuan agar terciptanya konsep belajar mandiri dari siswa.

a) Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Secara garis besar prosedurnya adalah demikian:

1) Simulation.

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan Tanda
Tanya, kemudian dilanjutkan dengan tidak memberi generalisasi agar
timbul rasa ingin tahu dari siswa untuk menyelidiki sendiri.

12
2) Problem statement.

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan ajar. Kemudian dari susunan agenda siswa memilih salah
satu yang tepat dan dijadikan sebagai hipotesis terhadap masalah yang ada.

3) Data collection.

Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk


mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dengan
hipotesis yang telah di kemukakan guna membuktikan kebenaran hipotesis
yang diberikan pada masalah tersebut

4) Data processing.

Tahap ini semua informasi yang didapat akan diolah, diacak, dan
diklasifikasikan serta dihiutng secara cermat. Data yang diproses tadi akan
menghsilkan generalisasi atau kesimpulan dan siswa akan mendapatkan
sebuah pengetahuan baru terhadap hasil observasi dan hipotesis tadi.

5) Verification atau pembuktian.

Pada tahap ini siswa membuktikan berbagai sumber informasi yang diolah
tadi dengan peristiwa yang telah terjadi di kehidupan nyata, dengan cara
tersebut siswa dapat secara cermat merefleksikan apa yang di hipotesiskan
dengan temuan terdahulu.

6) Generalization.

Tahap ini merupakan tahap dimana semua data yang sudah didikusikan,
dikumpulkan, diolah, dan dibuktikan selanjutnya diambil sebuah
kesimpulan yang menjawab tanda Tanya pada permasalahan di materi ajar
yang diberikan oleh guru. Peran guru di sini adalah sebagai penguat
kesimpulan yang dipaparkan oleh siswa yang sudah mengalami proses
yang sistematis.

13
Di dalam mewujudkan pembelajaran model Discovery Learning, terdapat
sintak yang khusus membahas tindakan yang dilakukan siswa dan guru dalam
lingkungan pembelajaran. Berikut pemaparannya:

No Guru Siswa

Siswa memperhatikan setiap


Guru memberikan stimulus
penjelasan dari guru dan
yang berupa penjelasan
bertanya jika mengalami
1. konsep materia ajar
ketidak jelasan
Simulation Siswa aktif berpikir dan
Guru memberikan sebuah
berdiskusi dengan teman
pertanyaan yang mendasari
sekelas terhadap pertanyaan
materi ajar
yang diberikan guru
2. Siswa menyusun setiap poin
Guru membimbing siswa
yang relevan terhadap
Problem dalam merumuskan poin-
permasalahan yang diberikan
statement poin masalah yang relevan
guru
Siswa mencari sumber
3. informasi dari berbagai
Guru memberikan dasar teori
sumber belajar seperti
Data yang membimbing siswa
narasumber,
collection dalam mengumpulkan data
perpustakaan, jurnal, dan
lainlain

4. Guru berperan sebagai


fasilitator dan pemonitor Siswa mulai menyusun data
Data hasil dari sumber-sumber informasi
processing kerja siswa

5. Guru memberikan bimbingan Siswa membandingkan data


Verification kepada siswa dalam proses yang diambil dengan
atau pembuktian agar hasil yang peristiwa
pembuktian didapat benar nyata dikehidupan sehari-hari

6. Guru mengamati dan Memberikan kesimpulan dari


membenarkan hasil simpulan hasil pengamatan dan
Generalization yang didapat siswa pengolahan data

14
b) Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning

Kelebihan:

1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak


persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa,
andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan
dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan; jadi seseorang
belajar bagaimana belajar itu.

2) Belajar penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa


merasakan jerih payah penyelidikannya, menemuk an keberhasilan dan
kadang–kadang kegagalan.

3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan


kemampuannya sendiri.

4) Menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia


lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit
dapa suatu proyek penemuan khusus.

5) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan


pada diri sendiri melalui proses–proses penemuan. Dapat memungkinkan
siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.

6) Model ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada


mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru
menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya
belum diketahui sebelumnya.

Kekurangan:

1) Diperlukan persiapan mental untuk belajar cara ini. Siswa yang lamban,
akan kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang lebih
pandai akan cepat menguasai proses pembelajaran.

15
2) Model ini kurang berhasil mengajar kelas besar, karena diperlukan banyak
waktu untuk membimbing siswa dalam mengolah informasi yang
diperoleh.

3) Model ini sulit diterapkan oleh pendidik dan peserta didik yang sudah
biasa dengan pembelajaran tradisional.

4) Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk


mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

2. Model Pembelajaran Kolaboratif

Di dalam teori ini menekankan pada pembangunan makna dari siswa dan
proses sosial (kerja sama dan hubungan antara siswa) guna terbentuknya
kolaborasi antara persepsi siswa satu dengan yang lain (Thobroni, 2015: 252).
Sehingga di dalam pembelajaran ini struktur kognitif siswa akan lebih terbentuk
yang kemudian dipadukan dengan proses kolaboratif (perpaduan) dengan
hubungan antara siswa satu dengan yang lain.

a) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kolaboratif

Sintak Umum

1) Orientasi pembelajaran.

Pada tahap ini siswa diberikan pendahuluan oleh guru terhadap apa yang
akan dikerjakan dan didiskusikan serta guru memberikan penjelasan
tentang tujuan dari pembelajaran.

2) Pembagian Tugas terstruktur/ kelompok.

Pada tahap ini siswa membagi tugas-tugas yang didiskusikan berdasarkan


topik-topik yang diberikan oleh guru, serta siswa mulai mendiskusikan apa
yang harus dibahas dalam topik-topik yang sudah didapat.

3) Tahap identifikasi dan menganalisis.

Pada tahap ini siswa mulai membuat sejumlah hipotesis dan rumusan
masalah dari topik yang sudah didapat serta mengidentifikasi,
memformulasikan apa saja yang akan dibahas serta pemecahan
masalahnya.

16
4) Tahap Penyimpulan dan presentasi karya.

Pada tahap ini siswa mulai mencatat hasil diskusi pada lembar pengerjaan
secara berkelompok dan mencatat pada lembar individu yang digunakan
sebagai catatan individu serta perwakilan dari kelompok siswa mewakili
teman sekelompoknya untuk mendiskusikan hasil dari diskusi kelompok
internal tadi.

5) Tahap refleksi, penialaian, dan penguatan tiap topik.

Pada tahap ini peran guru sangat penting, karena siswa akan lebih
memahami materi yang terarah pada tahap ini. Guru sebagai fasilitator
memberikan masukan, mengomentari karya, penilaian karya, dan
penguatan terhadap diskusi topik.

Sintak Khusus

Terdapat sintaks yang secara khusus dilakukan guru dan murid


berdasarkan sintaks umum tersebut. Berikut pemaparan tentang sintaks khusus
dari pembelajaran kolaboratif:

No Tahapan Guru Murid


Memberikan siswa Mendengarkan dan
penjelasan mengenai memahami penjelasan
apa yang dipelajari dari guru
Orientasi
1. Mencatat hal penting
pembelajaran Menjelaskan siswa
dari penjelasan guru
tentang tujuan akhir
terkait dengan materi
pembelajaran
ajar
Guru membagi topik
Siswa membagi
Pembagian tugas yang harus dipelajari
2. kelompok sesuai
terstruktur/kelompok dan didiskusikan oleh
dengan topic yang ada
siswa

17
Siswa mencari
Guru memberi referensi, baik buku,
pengarahan terhadap koran, majalah, jurnal
sumber-sumber secara kelompok guna
informasi dari bahan dijadikan bahan diskusi
Tahap identifikasi dan
3. diskusi sesuai dengan topik
menganalisis
yang didapat
Siswa mendiskusikan
Guru mengawasi kerja topik dengan dasar dari
kelompok sumber bacaan yang
relevan
Siswa mulai menyusun
Guru membimbing
karya ke dalam bentuk
siswa dalam membuat
Tahap Penyimpulan laporan, makalah,
karya (jika siswa
4. dan maupun tayangan
kesulitan)
presentasi karya slide(power point)
Memperahatikan siswa Mendiskusikan topik
saat berdiskusi yang dibahas
Guru pada akhir sesi
diskusi mengomenatri Siswa memperhatikan,
kesalahan hasil memahami dan
diskusi, bentuk karya, mencatat setiap
dan teknik penyusunan penjelasan guru
Tahap refleksi, karya
5. penialaian, dan Guru memberikan
Siswa memperhatikan
penguatan tiap topik penguatan pada hasil
dan
diskusi dan
mencatat apa yang
menghantarkan siswa
penting untuk dijadikan
pada refleksi kritis
bahan pembelajaran
tentang makna materi
secara individu
topik

18
b) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kolaboratif

Kelebihan:

1) Memudahkan para siswa bekerjasama,

2) Dapat saling bertukar pengalaman

3) Saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap


pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu.

4) Dapat saling belajar dan berubah bersama serta maju bersama pula

5) Dapat saling membina

Kekurangan:

1) Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama

2) Berpotensi menimbulkan perselisihan kecil

3) Arah pembicaraan atau arah diskusi tidak merujuk pada suatu


permasalahan saja.

4) Bila para siswa di dalam suatu kelompok tidak saling menyumbangkan


pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara
kelompok maupun individu, kelompok itu tak dapat digolongkan sebagai
kelompok pembelajaran kolaboratif

3. Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukannya. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan
meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,
merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui,
melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi
dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).

19
Model Pembelajaran Inkuri efektif apabila :

a) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu


permasalahan yang ingin dipecahkan.

b) Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep
yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

c) Proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

d) Akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki


kemampuan dan kemampuan berpikir.

e) Siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.

f) Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang


berpusat pada siswa.

Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan


beberapa prinsip, yaitu:

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan


berfikir)

2) Prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan


guru bahkan antara siswa dengan lingkungan)

3) Prinsip bertanya (guru sebagai penanya)

4) Prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think)

5) Prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan


kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan).

20
a) Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Secara umum, langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.

1) Orientasi. Pada langkah orientasi dalam Model Pembelajaran Inkuiri, guru


merangsang dan mengajak siswa berpikir memecahkan masalah.

2) Merumuskan masalah. Langkah ini membawa siswa pada persoalan yang


mengandung teka-teki.

3) Mengajukan hipotesis. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang
dikaji.

4) Mengumpulkan data. Pada tahap ini, aktivitas menjaring infirmasi yang


dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajuakan.

5) Menguji hipotesis, merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap


diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.

6) Merumuskan kesimpulan, proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh


berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai
kesimpulan yang akurat hendaknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data mana yang relevan.

21
Berikut ini akan diberikan contoh implementasi model Inkuiri dalam
pembelajaran IPA.

Fase/Tahap Kegiatan
 Memicu rasa ingin tahu peserta didik dengan pertanyaan
yang membutuhkan jawaban: : Air dan Larutan gula
(air+gula) kalau dididihkan mana yang lebih tinggi titik
didihnya?
 Minta peserta didik untuk menebak jawabannya
berdasarkan pikirannya.
 Ajukan pertanyaan, apakah peserta ingin jawabannya?
Kalau ingin jawabannya, minta peserta didik untuk
Orientasi membuktikan sendiri melalui sebuah percobaan.
 Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan
 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
 Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model Latihan Inkuiri.
 Bentuk kelompok untuk melakukan eksperimen
 Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan (di
Laboratorium kimia)
 Menjelaskan bagaimana cara merumuskan masalah
 Setiap kelompok merumuskan masalah, misalnya: (1)
Apakah semakin besar berat benda semakin ? (2)
Merumuskan
Berapakah perubahan titik didih air sebelum ditambah zat
Masalah
terlarut dengan air yang sudah ditambah zat terlarut?
 Minta setiap kelompok mencari informasi tentang sifat
koligatif larutan dari referensi yang ada
 Berdasarkan pada kajian referensi yang dilakukan setiap
Merumuskan
kelompok, minta setiap kelompok merumuskan
Hipotesis
hipotesisnya

22
 Setiap kelompok melakukan eksperimen (percobaan)
 Membimbing setiap kelompok untuk melakukan kegiatan
Mengumpulkan
eksperimen
Data
 Membimbing setiap kelompok untuk melakukan
pengamatan untuk memperoleh data yang mendukung
 Membimbing setiap kelompok untuk merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
 Meminta setiap kelompok untuk menulis laporan hasil
Kesimpulan
eksperimen
 Mepresentasikan laporan

b) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Kelebihan:

1) Dapat membentuk dan mengembangkan konsepsi pada diri


siswa,sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep atau ide-ide yang
lebih baik.
2) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesis.
5) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
7) Siswa dapat menghindari cara-cara yang tradisional.
8) Memberi kebebasan siswa untuk berpikir sendiri.
9) Situasi proses belajar lebih terangsang.
10) Memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi.

23
Kekurangan:

1) Jika model ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan


sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.

4. Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Face (LC 5 E)

Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa


(student centered), berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Model
pembelajaran Learning Cycle dikembangkan dari teori perkembangan kognitif
piaget. Implementasi Learning Cycle dalam pembelajaran menempatkan guru
sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari
perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama
pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan), dan evaluasi
(Fajaroh dan Dasna, 2007).

a) Langkah/Tahapan Pembelajaran Learning Cycle

Menurut Lorsbach dalam The Learning Cycle as a Tool for planning science
Instruction dalam Learning Cycle terdiri dari lima fase. Kelima fase tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut (Dasna, 2006).

1) Fase pendahuluan (engagement)


Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa,
mendorong kemampuan berfikirnya, dan membantu mereka mengakses
pengetahuan awal yang dimilikinya. Hal penting yang perlu dicapai oleh
pengajar pada fase ini adalah timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema
atau topik yang akan dipelajari. Keadaan tersebut dapat dicapai dengan

24
mengjukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau
fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Jawaban
siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui
oleh mereka.pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi
tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dengan fase
eksplorasi (Dasna,2006:79)
2) Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara
mandiri maupun bekerja secara berkelompok tanpa instruksi atau
pengarahan secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu
objek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan,
pengumpulan data sampai pada membuat kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan . dalam kegiatan ini guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator
membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang
dibuat sebelumnya).
3) Fase penjelasan (Exsplaination)
Kegiatan belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi,
menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa.
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya
dengan kata-katanya sendiri, menunjukan contoh yang berhubungan
dengan konsep untuk melengkapi penjelasanya. Pada kegiatan ini sangat
penting adanya diskusi antara anggota kelompok untuk mengkritisi
penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan siswa yang lain.
4) Fase penerapan konsep (Extend)
Kegiatan belajar pada fase ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-
konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimilikinya pada
situasi baru. Guru dapat mengrahkan siswa untuk memperoleh penjelasan
alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi
alam situasi yang baru gurundapat memulai dengan mengajukan masalah
baru yang memerlukan pengujian lewat eksplorasi dengan melakukan
percobaan, pengamatan, pengumpulan data analisis data sampai membuat
kesimpulan.

25
5) Fase Evaluasi (Evaluation)
Kegiatan belajar pada fase evaluasi , guru ingin mengamati perubahan
pada siswa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini guru dapat
mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab menggunakan lembar
observasi, fakta atau data dari penjelasan sebelumnya yang dapat diterima.
Kegiatan pad fase evaluasi berhubungan dengan penilaian kelas yang
dilakukan guru meliputi penilaian proses dan evaluasi punguasaan konsep
yang diperoleh siswa.

b) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Learning Cycle


Kelebihan:
1) Memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam
merancang pembelajaran
2) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran
3) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa
4) Pembelajaran menjadi lebih bermakna

Kekurangan:
1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran
2) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4) memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.

2.2.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Konstruktivistis

Dalam model pembelajaran yang diterapkan dengan acuan teori ini


adalah Model pembelajaran Reasoning and Problem solving. Berikut penjabaran
tentang model belajar yang mengacu pada teori konstruktivistik.

26
1. Model pembelajaran Reasoning and Problem solving

Munculnya model pembelajaran ini didasarkan pada perubahan paradigma


pendidikan, yang meliputi perubahan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian
yang komprehensif. Pembelajaran ini juga bermuara pada pembentukan siswa
dalam hal ketrampilan yang akan digunakan langung dalam pemecahan masalah
dalam kehidupan yang mendatang.

Dalam model ini guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber
kritik yang kontruktif fasilitator, dan penyuplai ide. Sarana pembelajaran yang
diperlukan alaha berupa materi yang mampu membangkitkan proses berpikir
dasar hingga tingkat tinggi, kritis, dan kreatif. Sehingga peran guru di dalam
pembelajaran ini tidak hanya sebagi penyampai ilmu melainkan lebih dari hal
tersebut.

Sebagai dampak dari pembelajaran ini adalah pemahaman, ketrampilan,


berpikir kritis dan kreatif, ketrampilan menggunakan pengetahuan bermakna, dan
kemampuan untuk berkomunikasi yang baik. Sedangkan dampak pengiringnya
adalah keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa dalam
belajar, toleransi terhadap ketidakpastian, dan masalah-masalah yang tidak rutin.

Pembelajaran Model Reasoning and Problem solving memiliki 5 langkah


(sintak) umum pembelajaran, yaitu:

a. Mengidentifikasi dan mengolah masalah

Pada tahapan ini guru memberikan sebuah permasalahan yang


berkaitan dengan materi ajar dan meminta siswa untuk menemukan
pemecahannya dengan Membaca, berpikir (mengidentifikasi) fakta dan
masalah memvisualisasi situasi, dan mendeskrisipkan setting pemecahan.

b. Mengeksplorasi masalah
Pada tahapan ini siswa lebih terfokus pada pengumpulan informasi
yang kemudian dijadikan sebagai dasar pemecahan masalah yang
diberikan oleh guru (pengorganisasian informasi melukiskan diagram
pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar)

27
c. Menseleksi strategi pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa mulai menetapkan poin-
poin alternative dalam pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan
informasi yang ada (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau
eksperimen, reduksi atau ekspansi , deduksi logis, menulis persamaan)
d. Menemukan jawaban
Siswa mulai dapat menentukan jawaban atas permaslahan yang
diberikan dan peran guru pada tahp ini sebagai fasilitator, konselor dan
konsultan atas jawaban yang telah didiskusikan oleh siswa (mengestimasi,
menggunakan kemampuan komputasi,aljabar dan geometri)
e. Refleksi dan perluasan
Pada tahap ini peran guru sangat penting dilakukan sebab, pada
tahap ini semua jawaban yang ada kemudian di refelksikan ke dalam
materi ajar yang pada akhirnya guru akan memberikan gambaran
terhadapa apa yang dipelajari sesuai dengan keterkaitan di lingkungan para
siswa (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan
lain,memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahana
masalah, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).

2. Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memilih satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa,
dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran terpadu,
materi ajar merupakan materi yang saling berkaitan satu sama lain yang bertujuan
agar siswa dapat membangun makna dibalik materi ajar yang dipelajari.

Pada dasarnya materi ajar yang diberikan guru kepada siswa harus tetap
mengacu pada tujuan kurikulum yang telah diatur. Materi ajar yang dipadukan
juga harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti minat, kemampuan siswa,
kebutuhan, dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Pemaduan antara
materi satu dan yang lainnya tidak harus dipaksakan sehingga tidak akan timbul
kebingungan disisi guru maupun siswa. Pada akhirnya model pembelajaran
terpadu akan bermuara pada tujuan terbentuknya pribadi siswa yang gemar

28
membaca, tanggap, dan pemahaman yang tinggi terhadap materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata. Peningkatan yang signifikan pada mode ini adalah pada
aspek kognitif siswa ( produk dan proses ).

Di dalam mewujudkan pembelajaran terpadu maka terdapat sintak atau


langkah-langkah yang sistematis pembelajaran ini. Berikut pemaparannya :

a. Tahap Perencanaan

Tahap ini berhubungan pada penyusunan materi ajar yang


proporsional dan berkaitan serta tidak memaksaan pemaduan materi ajar
yang kurang tepat. Pada tahap ini, guru menentukan kajian materi, standar
kompetensi, dan kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, guru dituntut tidak menjadikan dirinya


sebagai sumber belajar utama bagi siswa. Guru disini berperan aktif dalam
memfasilitasi siswa (Fasilitator) dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
menjadi individu pembelajar yang mandiri.

c. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran siswa


yang diwujudkan dalam umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan,
membimbing siswa, dan merefleksikan setiap tugas yang diberikan guru
kepada siswanya.

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran ini merupakan sebuah model pembelajaran yang berpangkal


dari sebuah aliran pendidikan kontruktivistik yang dimana secara garis besar
pembelajaran ini menitik berat kan pada proses berpikir peserta didik untuk
mengkontruk sebuah makna di dalam pembelajaran sebagai hasil dari pemahaman
setiap individu/ pelajar. Pembelajaran Problem Based Learning / pembelaran
berbasis masalah adalah pembelajaran yang berdasarkan kontrutivisme dan
mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam

29
pemecahan yang kontektual. Pada pembelajaran ini setiap pemecahan masalah
yang diberikan kepada siswa sangat erat hubungannya dengan kejadian-kejadian
pada kehidupan siswa, sehingga siswa lebih responsif dan aktif di dalam
melakukan pemecahan masalah dan di dalam pemahaman yang komprehensif.

Berikut sintaks umum dari pembelajaran berbasis masalah :

1. Orientasi siswa kepada masalah


Pada tahap ini guru memberikan pengarahan, penjelasan, dan penguraian
tentang tujuan pembelajaran, serta materi dan bahan ajar kepada siswa
sehingga siswa lebih terarah dan guru dalam tahap ini memotivasi siswa
agar terlibat di dalam pemecahan masalah.
2. Mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa unutk belajar
Pada tahap ini guru memberikan sebuah gambaran nyata tentang
permasalahan yang diberikan serta mengarahkan siswa kepada
pengorganisasian topic-topik, bahan ajar, alat yang diperlukan, dan jadwal
yang dibutuhkan dalam pemecahan permasalahan.
3. Memandu investigasi mandiri maupun investigasi kelompok
Tahap ini seorang guru memotivasi dan mengarahkan siswa unutk
membuat hipotesis yang menunjang pemecahan permasalahan,
mengumpulkan informasi, mencari data yang relevan dan melakukan
eksperimen.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan karya
Pada tahap ini seorang guru membantu dan mengarahkan siswa nya untuk
memecahkan masalah dari hasil proses sebelumnya dan guru juga
membantu mengarahkan siswanya untuk membuat sebuah karya tulis yang
dijadikan sebuah bukti pengerjaan tugas berupa laporan ataupun
presentasi.
5. Refleksi dan penilaian
Pada tahap terakhir ini peran guru sangatlah penting bagi siswa dan
keberhasilan pembelajaran, di sini guru berperan sebagai pemberi
penguatan sehingga permasalahan yang dipecahkan siswanya menemui
titik kebenarannya dan tugas guru pada tahap ini juga membantu
mengarahkan siswanya untuk merefleksi bahan ajar yang di pelajarinya.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan masalah yang ada dan penjelasan diatas, maka kesimpulan


yang dapat saya tulis, sebagai berikut :

1. Pembelajaran merupakan proses mendidik anak dari ketidaktahuan,


ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran,
ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi
lingkungannya kelak.
2. Banyak bermunculan model pembelajaran yang beragam jenisnya dan
memiliki kharakteristik dalam mendidik anak. Teori-teori tentang belajar
(behavioristic, kognitif, & kontruktivistik) yang dikemukakan para ahli
pendidikan yang berpandangan berbeda-beda merupakan acuan yang
melandasi terbentuknya berbagai ragam model dari pembelajaran.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran penulis terhadap pembahasan ini


adalah dalam pembelajaran dengan memperhatikan kajian teori pendidikan
merupakan sebuah jalan yang benar dalam menentukan model pembelajaran yang
ada dan tentunya sebaikknya model yang dibuat bersifat fleksibel dan sesuai
dengan keadaan peserta didik di suatu wilayah atau bangsa sehingga terciptanya
pembelajaran yang dapat di terima dengan baik oleh peserta didik dan pendidik.

31
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Hariyanto, Agus. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning


Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 21 (3): 221-242.

Haryanto & Suyono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyasana, Dedy. 2015. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Rahyubi,Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.


Bandung: Penerbit Nusa Media.

Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran : Teori dan Praktek. Malang:


ELANG MAS.

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik. Jakarta: Gaung


Persada Press.

iii

Anda mungkin juga menyukai