DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BUMIJAWA
Jalan Raya Bumijawa No 197 Bumijawa – Tegal 52466
BAB I
LATAR BELAKANG KEBIJAKSANAAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT KUSTA
I. PENDAHULUAN
1. Zaman Purbakala.
Penyakit kusta telah dikenal hampir 2000 tahun SM. Hal ini
dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India
1400 SM, istilah kusta yang sudah dikenal didalam kitab Weda, di
Tiongkok 600 SM, di Mesopotamia 400 tahun SM.
Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan
secara spontan karena penderita merasa rendah diri dan malu,
disamping masyarakat menjauhi karena merasa jijik dan takut.
2. Zaman Pertengahan.
3. Zaman Modern
I. DEFINISI :
Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan
disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang
syaraf tepi, kulit dan jaringan tumbuh lainnya.
II. PENYEBAB :
Penyebab penyakit kusta adalah kuman kusta, yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1–8 mic, lebar 0,2–0,5 mic biasanya
berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan
bersifat tahan asam (BTA).
1. Anamnese.
2. Pemeriksaan klinis yaitu :
- Pemeriksaan kulit.
- Pemeriksaan syaraf tepi dan fungsinya.
3. Pemeriksaan bakteriologis.
4. Pemeriksaan hispatologis.
5. Immunologis.
VI. KLASIFIKASI :
1. Tujuan :
- Untuk menentukan regimen pengobatan.
- Untuk perencanaan opersional.
I. Pemeriksaan kulit
1. Persiapan
a. Tempat.
Tempat pemeriksaan harus cukup terang, sebaiknya diluar rumah tidak
boleh langsung dibawah sinar matahari.
b. Waktu pemeriksaan.
Pemeriksaan diadakan pada siang hari (menggunakan penerangan sinar
matahari).
c. Yang diperiksa :
Diberikan penjelasan kepada yang akan diperiksa dan keluarganya
tentang cara pemeriksaan. Anak-anak cukup memakai celana pendek,
sedangkan orang dewasa (laki-laki dan wanita) memakai kain sarung
tanpa baju.
2. Pelaksanaan pemeriksaan :
Pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari :
a. Pemeriksaan pandang,
b. Pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan
c. Pemeriksaan syaraf tepi dan fungsinya.
I. TUJUAN :
II. KEBIJAKSANAAN
III. STRATEGI
i. MDT dilaksanakan secara intensif dan extensif.
ii. Meningkatkan peran serta organisasi swasta.
3. Meningkatkan peran serta lintas sektor dan kerjasama program.
4. Meningkatkan kemampuan serta ketrampilan petugas yang ber-
tanggung jawab.
1. Penemuan penderita.
2. Pengobatan penderita.
3. Pembinaan pengebotan.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Pencegahan cacat dilapangan.
6. Pencatatan dan pelaporan.
7. Penyuluhan kesehatan dan penggerakkan peran serta.
8. Managemen logistik.
BAB VI
PENEMUAN PENDERITA
1). Mencari penderita baru yang mungkin sudah lama ada dan belum
berobat (index case).
2). Mencari penderita baru yang mungkin ada.
b. Sasaran :
Pemeriksaan ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal
serumah dengan penderita.
c. Frekwensi pemeriksaan :
d. Pelaksanaan :
1). Membawa kartu kuning (kartu penderita), dari penderita yang sudah
dicatat dan membawa kartu penderita kosong,alat-alat untuk
pemeriksaan serta obat MDT.
a. Tujuan :
b. Sasaran :
c. Frekuensi pemeriksaan
Pemeriksaan anak sekolah dilaksanakan 2 tahun 1 kali.
d. Pelaksanaan Pemeriksaan
Untuk melakukan survei sekolah ini perlu dibina kerjasama dengan
UKS dan guru-guru sekolah. Perlu diberikan penyuluhan kesehatan
terlebih dahulu kepada murid-murid bertempat di lapangan upacara
atau didalam suatu ruangan yang cukup besar bila
mungkin.Sesudah pemeriksaan murid-murud kelas demi
kelas,mulai dari kelas 1 danakhirnya kelas 6,maka diadakan
penyuluhan kesehatan kepada guru-guru bertempat di Kantor guru
atau ruangan lainnya. Pada pemeriksaan murid tersebut,bila ada
yang dicurigai kusta, dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan
lebih lanjut. Jumlah anak yang diperiksa dan penderita baru
diketemukan dicatat pada buku “Pencatatan Harian Penemuan
Penderita” (Lapiran 5).
3. “Chase Survey” :
Maksud dari survei ini adalah mencari penderta baru dalam suatu
lingkup kecil misalnya Desa atau kelurahan sambil membina
partisipasi masyarakat.
a. Tujuan :
1). Persiapan.
Pimpinan Puskesmas “chusus survey” dengan Kepala Desa
atau memberitahukan dengan mengirim surat melalui Camat
untuk menentukan tanggal pelaksanaannya, sebaiknya
diadakan bersama dengan pertemuan bulanan desa, atau
kegiatan lain.
- Pengadaan fomulir tersangka penderita sebanyak mungkin
(contoh formulir lampiran 4).
- Kepala Desa mengingatkan Camat untuk hadir dan
memberikan pengarahan pada tanggal yang telah ditetap-
kan.
- Kepala desa membuat pengumuman kepada masyarakat
dan meminta pemuka-pemuka masyarakat untuk hadir pada
tanggal yang telah ditetapkan.
2). Pelaksanaan.
Pertemuan (Penyuluhan Kesehatan) diadakan sesuai dengan
tanggal yang telah ditetapkan dan dipimpin oleh Kepala Desa
dengan susunan acara sebagaii berikut :
- Ucapan selamat datang, penjelasan dimaksud dan tujuan
pertemuan oleh Kepala Desa.
- Sambutan dan pengarahan Camat.
- Penjelasan tanda-tanda dini dari kusta, program pemberan-
tasannya oleh Dokter Puskesmas.
- Tanya jawab.
- Pembagian formulir-formulir kepada peserta peertemuan
dan seterusnya dibagikan kepada masyarakat.
- Penetapan pengiriman paling lambat 2 minggu setelah
pertemuan.
Sesudah beberapa hari kemudian, sesuai dengan waktu yang ditetapkan
maka diadakan pemeriksaan terhadap suspek. Bila ditemukan penderita
baru dibuatkan kartu dan diberi pengobatan serta penyuluhan kesehatan
yang lebih dalam terhadap penyakitnya. Kartu penderita diisi dengan
lengkap. Bilamana dari suspek yang tercatat belum dapat diperiksa, maka
nama suspek tersebut dicatat oleh petugas kesehatan dan direncanakan
akan diperiksa Puskesmas.
Catatan :
? Bila memeungkinkan Chase Survey seperti tersebut diatas dapat
dikembangkan sebagai berikut :
- Pada waktu penyerahan formulir kepada peserta pertemuan dapat
disertai dengan brosur dan quisioner mengenai tanda-tanda dini
kusta.
- Formulir, brosur, quisioner diberikan sebanyak mungkin kepada
masyarakat sekitarnya. Hasil quisioner dikembalikan melalui Kepala
Desa untuk diperiksa dan dinilai sesuai dengan waktu tersebut diatas.
4. Survai Khusus.
a. Survai Fokus :
Dilakukan pada suatu lingkup kecil misalnya suatu RT, dimana
proporsi penderita baru MB minimal 60% dan dijumpai penderita
usia muda cukup tinggi.
Caranya :
Terlebih dahulu didaftarkan nama penduduk RT menurut keluarga
mulai dari kepala keluarga dan kemudian diperiksa rumah demi
rumah yang alpa dicari untuk diperiksa. Survai Fokus ini dilakukan
satu kali saja kalau perlu diulang di tahun-tahun kemudian.
b. Random Sample Survay (Survay Prevalensi).
Survai ini dilakukan sesuai perancanaan danpetunjuk dari Pusat
sesudah diadakan “set-up” secara statistik oleh ahli statistik WHO
atau yang ditunjuk Depkes.
Survei ini dilaksanakan dengan timyang tetap dan dipimpin oleh
seorang yang telah berpengalaman di bidang kusta.
I. TUJUAN PENGOBATAN
d. Efek sampingan :
1). Warna kulit terutama pada infiltrat berwarna ungu sampai
kehitam-hitaman yang dapat hilang pada pemberian obat
Lampprene disetop.
2). Gangguan pencernaan berupa diare, nyeri pada lambung.
3. Rifampicin.
a. Bentuk : Kapsul atau tablet takaran 150 mg, 300 mg, 450 mg dan
600 mg.
b. Sifat : Mematikan kuman kusta (Bakteriosid).
c. Dosis :
Untuk dipergunakan dalam pengobatan kombinasi,lihat pada
Regimen pengobatan MDT. Untuk anak-anak dosisnya adalah 10-
15 mg/kg berat badan.
d. Efek samping :
Efek samping yang ditimbulkan oleh Rifampicin yaitu dapat
menimbulkan kerusakan pada hati dan ginjal. Dengan pemberian
Rifampicin 600 mg/bulan tidak berbahanya bagi hati dan ginjal
(kecuali ada tanda-tanda penyakit sebelumnya). Sebelum
pemberian obat ini perlu dilakukan tes fungsi hati apabila ada
gejala-gejala yang mencurigakan.
Catatan :
Perlu diberitaukan kepada penderita bahwa air seni akan berwarna
merah bila minum obat. Efek samping lain adalah tanda-tanda seperti
inflensa (flu Syndrom) yaitu badan panas,beringus,lemah dan lain-lain,
yang akan hilang bilamana diberikan obat simptomatis. Pengobatan
Rifampicin supaya dihentikan sementara bila timbul gejala gangguan
fungsi hati dan dapat dilanjutkan kembali bila fungsi hati sudah normal.
4. Prednison.
Obat ini digunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi. Mengenai
cara pemberiannya,lihat Bab VIII. Reaksi.
5. Sulfat Ferrosus.
Obat tambahan untuk pederita kusta yang Anemia Berat.
6. Vitamin A.
Obat ini digunakan untuk menyehatkan kulit yang bersisik (Ichthiosis).
III.REGIMEN PENGOBATAN MDT.
a. Tipe PB 1 : Lesi 1
Diberikan dosis tunggal ROM :
4). Unit daerah operasional terkecil untuk satu sumber dana dari
NGO (LSM) adalah Kabupaten.
b. Ketentuan Teknis :
- Nodule
- Reaksi ENL/Rrveresal
Otonom
Motorik
Sensorik
Anestesi Kelema
Ganguan
Kel.Keringat
Kel.Minyak,
Aliran darah
Luka
Langkah I :
1. PEMERIKSAAN MATA :
Mata penderita diperhatikan, apakah berkedip secara teratur
atau salah satu mata berkedip terlambat : kemudian
penderita diminta memejamkan mata perlahan seperti waktu
tidur.
b. Kekuatan Obat.
- Bila jari ke-V tidak dapat lurus dan tidak dapat bertemu
dengan ibu jari, pada umumnya berarti jari ke-V sudah
lumpuh, maka lingkarilah tanda “L”.
- Bila jari ke-V bisa lurus dan bertemu dengan ibu jari tetapi
tidak dapat menahan dorongan ibu jari pemeriksa,berarti
kekuatan otot sudah lemah dan nilai “Sedang”, maka
lingkarilah tanda “S”.
- Bila jari ke-V bisa lurus, bertemu dengan ibu jari dan
dapat menahan dorongan pemeriksa, berarti otot masih
kuat, maka lingkarilah tanda “K”.
Gambar 2
Gambar 3
- Bila ibu jari bisa maju tetapi tidak dapat manahan
dorongan ibu jari pemeriksa, berarti kekuatan otot sudah
lemah dan dinilai “Sedang”, maka lingkarilah tanda “S”.
- Bila ibu jari bisa maju dan dapat menahan dorongan iu
jari pemeriksa, berarti otot masih kuat, maka lingkarilah
tanda “K”.
Selalu perlu dibandingkan kekuatan otot tangan kanan
dan tangan kiri untuk menentukan bahwa ada
kelemahan.
C. Rasa raba.
Gambar 4.
1). Bila penderita sudah menunjukkan dalam jarak 1,5 cm dari tempat
yang ditusuk, berarti penderita masih berasa, dan perlu diberikan
tanda (V) pada titik yang masih merasa.
2). Bila penderita tidak dapat menunjukkan dalam jarak 1,5 cm dari
tempat ditusuk, berarti tangan penderita sudah mati rasa atau
kurang berasa dan perlu diberikan tanda (X) pada titik yang
tidak/kurang berasa.
Ada mata rasa atau rasa raba dinyatakan berkurang bila ada paling
sedikit 2 titik yang berdekatan yang mati rasa/kurang rasa.
d. Cacat lainnya.
Bila ada luka, luka itu perlu digambar pada gambar tangan sesuai
dengan ukuran dan bentuknya.
Bila ada jari yang sudah MEMENDEK perlu dicatat seperti pada
gambar.
3. PEMERIKSAAN KAKI :
b. Kekuatan otot.
Penderita diminta untuk menaikkan kedua ujung kakinya keatas
dengan tumit tetap dilantai. Pemeriksa menekan kedua kaki penderita
ke bawah untuk menilai kekuatan otot. (Lihat gambar 5).
Gambar 5
1). Bila ujung kaki penderita tidak dapat bergerak ke atas, berarti
sudah lumpuh, maka lingkarilah tanda “L”.
2). Bila ujung kaki penderita dapat bergerak ke atas tetapi tidak dapat
menahan tekanan tangan pemeriksa,berarti otot sudah lemah, dan
dinilai “sedang” maka lingkarilah “S”.
3). Bila ujung kaki penderita dapat bergerak ke atas dan dapat
menahan tekanan tangan pemeriksa,berarti otot masih kuat,maka
lingkarilah tanda “K”.
c. Rasa raba.
Kaki penderita ditumpangkan pada lutut kakinya yang sebelah agar
lebih mudah diperiksa (lihat gambar 6).
Vara pemeriksaan dan pecatatan sama dengan tangan.
Gambar 6
Adanya mati/kurang rasa bila ada paling sedikit 2 titik yang berdekatan
yang mati/kurang rasa.
d. Cacat lainnya.
1). Bila ada jari kaki yang bengkok,perlu dicatat :
- dengan tanda “C” bila sendi tidak kaku.
- Dengan tanda “S” bila sendi sudah kaku.
2). Bila ada luka, luka itu perlu digambar pada gambar kaki sesuai
dengan ukuran dan bentuknya.
3). Bila ada jari yang sudah memendek,perlu dicatat seperti pada
contoh. Bila ada kulit pecah perlu digambar seperti pada contoh.
Jadi, bila :
2. Mengajar cara RAWAT DIRI kepada penderita dengan cacat yang sudah
menetap.
Pertama-tama penderita perlu dijelaskan bahwa cacat yang menetap
tidak dapat disembuhkan lagi karena terlambat,tetapi dapat dihindari
bertambah berat dengan cara MERAWAT DIRI.
Cara RAWAT DIRI untuk mata,tangan dan kaki berpedoman pada buku
“TINDAKAN PENTING UNTUK MENGURANGI RESIKO CACAT PADA
PENDERITA KUSTA” oleh Jean Watson, pada hal. 10-27.
Kolom TINGKAT CACAT perlu diisi pada waktu registrasi penderita dan
pada waktu penderita di RFT.
TINGKAT KECACATAN
Tingkat MATA TELAPAK TANGAN/KAKI
0 Tidak ada kelainan pada mata Tidak ada anestesi,tidak ada
akibat kusta. cacat yang kelihatan akibat
kusta.