Permendagri 17 2007
Permendagri 17 2007
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri ini, yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
2. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi daerah Provinsi, Bupati bagi daerah
Kabupaten, Walikota bagi daerah Kota.
3. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang
sah.
4. Pengelola barang milik daerah selanjutnya disebut pengelola adalah
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi
pengelolaan barang milik daerah.
5. Pembantu pengelola barang milik daerah selanjutnya disebut pembantu
pengelola adalah pejabat yang bertanggungjawab mengkoordinir
penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada satuan
kerja perangkat daerah.
6. Pengguna barang milik daerah selanjutnya disebut pengguna adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.
7. Kuasa pengguna barang milik daerah adalah kepala satuan kerja atau
pejabat yang ditunjuk oleh pengguna untuk menggunakan barang milik
daerah yang berada dalam penguasaannya.
8. Penyimpan barang milik daerah adalah pegawai yang diserahi tugas untuk
menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang.
9. Pengurus barang milik daerah adalah pegawai yang diserahi tugas untuk
mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap satuan
kerja perangkat daerah/unit kerja.
10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
perangkat daerah selaku pengguna barang.
11. Unit kerja adalah bagian SKPD selaku kuasa pengguna barang.
12. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan
barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang.
13. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan
barang daerah dan jasa.
14. Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman barang milik
daerah dari gudang ke unit kerja pemakai.
15. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua
barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
16. Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan
barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya
hukum.
17. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna/kuasa
pengguna dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
bersangkutan.
18. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak
dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan,
bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status
kepemilikan.
19. Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
4
Pasal 2
Pengelolaan barang milik daerah sebagai bagian dari pengelolaan keuangan
daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang milik Negara.
Pasal 3
(1) Barang milik Daerah meliputi:
a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan
b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;
(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 4
(1) Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas, dan kepastian nilai.
(2) Pengelolaan barang milik daerah meliputi:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan;
e. penatausahaan;
f. pemanfaatan;
g. pengamanan dan pemeliharaan;
h. penilaian;
i. penghapusan;
j. pemindahtanganan;
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
l. pembiayaan; dan
m. tuntutan ganti rugi.
BAB II
PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH
Pasal 5
(1) Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang
milik daerah berwenang dan bertanggungjawab atas pembinaan dan
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah;
(2) Dalam melaksanakan ketentuan pada ayat (1), Kepala Daerah
dibantu oleh:
a. Sekretaris Daerah selaku pengelola;
b. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik
daerah selaku pembantu pengelola;
c.Kepala SKPD selaku pengguna;
d. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna;
e. Penyimpan barang milik daerah; dan
f. Pengurus barang milik daerah.
Pasal 6
(1) Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah,
mempunyai wewenang :
a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah
dan bangunan;
c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;
d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
6
BAB III
PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGANGGARAN
Pasal 7
(1) Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dalam rencana kerja dan
anggaran satuan kerja perangkat daerah setelah memperhatikan
ketersediaan barang milik daerah yang ada.
(2) Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah disusun dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan
memperhatikan data barang yang ada dalam pemakaian.
(3) Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berpedoman pada standarisasi sarana
dan prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Kepala Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah.
(4) Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dijadikan acuan dalam menyusun Rencana
Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan
Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).
(5) Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah dan Rencana Kebutuhan
Pemeliharaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
masing-masing satuan kerja perangkat daerah sebagai bahan penyusunan
Rencana APBD.
Pasal 8
Pengelola bersama pengguna membahas usul Rencana Kebutuhan Barang Milik
Daerah/Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah masing-masing
SKPD tersebut dengan memperhatikan data barang pada pengguna dan/atau
pengelola untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah
(RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).
Pasal 9
(1) Setelah APBD ditetapkan, pembantu pengelola menyusun Daftar Kebutuhan
Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang
Milik Daerah (DKPBMD), sebagai dasar pelaksanaan pengadaan dan
pemeliharaan barang milik daerah;
(2) Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan
Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBD), ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah.
Pasal 10
Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah
sesuai tugas dan fungsinya duduk sebagai Tim Pemerintah Daerah dalam
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
BAB IV
PENGADAAN
8
Pasal 11
Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien,
efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.
Pasal 12
(1) Pengadaan barang/jasa pemerintah daerah dilaksanakan oleh Panitia
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah.
(2) Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
(3) Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan kepada SKPD untuk
membentuk Panitia Pengadaan Barang/Jasa.
Pasal 13
(1) Pengadaan barang/jasa pemerintah daerah dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pengadaan barang/jasa pemerintah daerah yang bersifat khusus dan
menganut asas keseragaman, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 14
(1) Realisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan pemeriksaan oleh
Panitia Pemeriksa Barang/Jasa Pemerintah Daerah.
(2) Panitia Pemeriksa Barang/Jasa Pemerintah Daerah
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
(3) Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan kepada
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk membentuk Panitia
Pemeriksa Barang/Jasa.
Pasal 15
(1) Pengguna membuat laporan hasil pengadaan barang/jasa
pemerintah daerah kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
(2) Laporan hasil pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilengkapi dokumen pengadaan barang/jasa.
BAB V
PENERIMAAN DAN PENYALURAN
Pasal 16
(1) Hasil pengadaan barang diterima oleh penyimpan barang.
(2) Penyimpan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkewajiban
melaksanakan tugas administrasi penerimaan barang milik daerah.
(3) Penerimaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selanjutnya disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan.
Pasal 17
(1) Hasil pengadaan barang milik daerah tidak bergerak diterima oleh Kepala
SKPD, kemudian melaporkan kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan
penggunaanya.
(2) Penerimaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang Daerah, dengan membuat
Berita Acara Pemeriksaan.
Pasal 18
(1) Panitia Pemeriksa Barang Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(2) bertugas memeriksa, meneliti dan menyaksikan barang yang diserahkan
sesuai dengan persyaratan yang tertera dalam Surat Perintah Kerja atau
kontrak/perjanjian dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan.
(2) Berita Acara sebagaimana dimaksud ayat (1) dipergunakan sebagai salah satu
syarat pembayaran.
Pasal 19
9
Pasal 20
(1) Penyaluran barang milik daerah oleh penyimpan barang dilaksanakan atas
dasar Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) dari Pengguna/Kuasa
Pengguna disertai dengan Berita Acara Serah Terima.
(2) Pengguna wajib melaporkan stock atau sisa barang kepada Pengelola melalui
pembantu pengelola.
(3) Kuasa pengguna wajib melaporkan stock atau sisa barang kepada pengguna.
BAB VI
PENGGUNAAN
Pasal 21
Barang milik daerah ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
mendukung pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang
bersangkutan.
Pasal 22
(1) Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah.
(2) Penetapan status penggunaan barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur dengan tata cara sebagai berikut:
a. pengguna melaporkan barang milik daerah yang diterima kepada
pengelola disertai dengan usul penggunaannya; dan
b. pengelola meneliti usul penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, untuk ditetapkan status penggunaannya.
Pasal 23
(1) Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan
ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna dan/atau kuasa
pengguna.
(2) Pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib menyerahkan tanah dan/atau
bangunan termasuk barang inventaris lainnya yang tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna dan/atau
kuasa pengguna kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
Pasal 24
(1) Pengguna yang tidak menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak
digunakan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi SKPD
bersangkutan kepada Kepala Daerah, dikenakan sanksi berupa pembekuan
dana pemeliharaan tanah dan/atau bangunan dimaksud.
(2) Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi
SKPD, dicabut penetapan status penggunaannya dan dapat dialihkan kepada
SKPD lainnya.
BAB VII
PENATAUSAHAAN
10
Bagian Pertama
Pembukuan
Pasal 25
(1) Pengguna/Kuasa Pengguna melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna
(DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut penggolongan dan
kodefikasi barang.
(2) Pencatatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dimuat dalam Kartu Inventaris Barang A, B, C, D, E dan F.
(3) Pembantu pengelola melakukan rekapitulasi atas
pencatatan dan pendaftaran barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD).
Pasal 26
(1)Pengguna/Kuasa Pengguna menyimpan dokumen kepemilikan barang milik
daerah selain tanah dan bangunan.
(2)Pengelola menyimpan seluruh dokumen kepemilikan tanah dan/atau
bangunan milik pemerintah daerah.
Bagian Kedua
Inventarisasi
Pasal 27
(1) Pengelola dan pengguna melaksanakan sensus barang milik daerah setiap 5
(lima) tahun sekali untuk menyusun Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris
beserta rekapitulasi barang milik pemerintah daerah.
(2) Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan sensus barang milik daerah.
(3) Pelaksanaan sensus barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
(4) Sensus barang milik daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dilaksanakan serentak
seluruh Indonesia.
(5) Pengguna menyampaikan hasil sensus kepada pengelola paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah selesainya sensus.
(6) Pembantu Pengelola menghimpun hasil inventarisasi barang milik daerah.
(7) Barang milik daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam
pengerjaan dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 28
(1) Pengguna/kuasa pengguna menyusun laporan barang semesteran dan
tahunan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala
Daerah melalui pengelola.
(3) Pembantu Pengelola menghimpun laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menjadi Laporan Barang Milik Daerah (LBMD).
Pasal 29
(1) Laporan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(3), digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca Pemerintah Daerah.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara
berjenjang.
Pasal 30
Untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan barang milik
daerah secara akurat dan cepat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 27
dan Pasal 28, mempergunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang
Daerah (SIMBADA).
11
BAB VIII
PEMANFAATAN
Bagian Pertama
Kriteria Pemanfaatan
Pasal 31
(1) Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan, selain
tanah dan/atau bangunan yang dipergunakan untuk menunjang
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengguna
setelah mendapat persetujuan pengelola.
(2) Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang
tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan
Kepala Daerah.
(3) Pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang tidak
dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
SKPD, dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola.
(4) Pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan
teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan
umum.
Bagian Kedua
Bentuk Pemanfaatan
Pasal 32
Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah berupa:
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerjasama Pemanfaatan; dan
d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna.
Bagian Ketiga
Sewa
Pasal 33
(1) Barang milik daerah baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang belum
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah, dapat disewakan kepada Pihak
Ketiga sepanjang menguntungkan daerah.
(2) Barang milik daerah yang disewakan, tidak merubah status kepemilikan
barang daerah.
(3) Penyewaan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan dari Kepala
Daerah.
(4) Penyewaan barang milik daerah atas sebagian tanah dan/atau bangunan,
selain tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan oleh pengguna,
dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan dari pengelola.
(5) Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang.
(6) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian sewa-menyewa, yang
sekurang-kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka waktu;
c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan
selama jangka waktu penyewaan; dan
d. persyaratan lain yang dianggap perlu.
(7) Hasil penerimaan sewa disetor ke Kas Daerah.
Pasal 34
(1) Pemanfaatan barang milik daerah selain disewakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 dapat dikenakan retribusi.
12
Bagian Keempat
Pinjam Pakai
Pasal 35
(1) Barang milik daerah baik berupa tanah dan/atau bangunan maupun selain
tanah dan/atau bangunan, dapat dipinjampakaikan untuk kepentingan
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
(2) Pinjam pakai barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
maupun selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengelola
setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah;
(3) Barang milik daerah yang dipinjampakaikan tidak merubah status
kepemilikan barang daerah;
(4) Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang;
(5) Pelaksanaan pinjam pakai dilakukan berdasarkan surat perjanjian yang
sekurang-kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. jenis, luas dan jumlah barang yang dipinjamkan;
c. jangka waktu peminjaman;
d. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan
selama jangka waktu peminjaman; dan
e. persyaratan lain yang dianggap perlu.
Bagian Kelima
Kerjasama pemanfaatan
Pasal 36
Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dengan pihak lain dilaksanakan
dalam rangka:
a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah; dan
b. meningkatkan penerimaan daerah.
Pasal 37
(1) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan sebagai berikut:
a. kerjasama pemanfaatan barang milik daerah atas
tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna kepada
pengelola;
b. kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan/atau
bangunan yang masih digunakan oleh pengguna; dan
c. kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah
selain tanah dan/atau bangunan.
(2) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat
persetujuan Kepala Daerah.
(3) Kerjasama Pemanfaatan atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dan huruf c, dilaksanakan oleh pengguna setelah
mendapat persetujuan pengelola.
Pasal 38
(1) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. tidak tersedia dan/atau tidak cukup tersedia dana
dalam APBD untuk memenuhi biaya
operasional/pemeliharaan/perbaikan yang diperlukan terhadap barang
milik daerah dimaksud;
b. mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui
tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima)
13
Pasal 39
Setelah berakhir jangka waktu kerjasama pemanfaatan, Kepala Daerah
menetapkan status penggunaan/pemanfaatan atas tanah dan/atau bangunan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Bangun Guna Serah
Pasal 40
(1) Bangun Guna Serah barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pemerintah Daerah memerlukan bangunan dan
fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
b. tanah milik pemerintah daerah yang telah diserahkan
oleh pengguna kepada Kepala Daerah; dan
c. tidak tersedia dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud.
(2) Bangun Guna Serah barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala
Daerah.
Pasal 41
(1) Penetapan mitra Bangun Guna Serah dilaksanakan melalui tender/lelang
dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat.
(2) Mitra Bangun Guna Serah yang telah ditetapkan selama jangka waktu
pengoperasian, harus memenuhi kewajiban sebagai berikut:
a. membayar kontribusi ke kas daerah setiap tahun yang besarannya
ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh Kepala
Daerah;
b. tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan objek
Bangun Guna Serah; dan
c. memelihara objek Bangun Guna Serah;
(3) Objek bangun guna serah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
berupa sertifikat hak pengelolaan milik Pemerintah Daerah.
(4) Objek bangun guna serah berupa tanah dan/atau bangunan tidak boleh
dijadikan jaminan dan/atau diagunkan.
(5) Hak guna bangunan di atas hak pengelolaan milik pemerintah daerah, dapat
dijadikan jaminan dan/atau diagunkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Jangka waktu bangun guna serah paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
perjanjian ditandatangani.
14
(7) Bangun guna serah dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yang sekurang-
kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. objek bangun guna serah;
c. jangka waktu bangun guna serah;
d. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian; dan
e. persyaratan lain yang dianggap perlu;
(8) Izin mendirikan bangunan bangun guna serah atas nama pemerintah
daerah.
(9) Biaya pengkajian, penelitian dan pengumuman tender/lelang,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(10) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan Surat Perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas, dibebankan
pada pihak pemenang.
(11) Setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek bangun guna
serah terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasan fungsional pemerintah
daerah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Bagian Keenam
Bangun Serah Guna
Pasal 42
(1) Bangun serah guna barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pemerintah daerah memerlukan bangunan dan
fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
b. tanah milik pemerintah daerah yang telah
diserahkan oleh pengguna kepada Kepala Daerah; dan
c. tidak tersedia dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud.
(2) Bangun serah guna barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala
Daerah.
Pasal 43
(1) Penetapan mitra bangun serah guna dilaksanakan melalui
tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima)
peserta/ peminat.
(2) Mitra Bangun Serah Guna yang telah ditetapkan selama jangka
waktu pengoperasian, harus memenuhi kewajiban sebagai berikut:
a. membayar kontribusi ke kas daerah setiap tahun yang besarannya
ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh Kepala
Daerah;
b. tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan objek
Bangun Serah Guna; dan
c. memelihara objek Bangun Serah Guna;
(3) Objek bangun serah guna sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, berupa sertifikat hak pengelolaan milik pemerintah daerah.
(4) Objek bangun serah guna berupa tanah tidak boleh dijadikan
jaminan utang/ diagunkan.
(5) Hak guna bangunan di atas hak pengelolaan milik pemerintah
daerah, dapat dijadikan jaminan utang/diagunkan dan dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Jangka waktu bangun serah guna paling lama 30 (tiga puluh) tahun
sejak perjanjian ditandatangani.
(7) Bangun serah guna dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yang
sekurang-kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. objek bangun serah guna;
c. jangka waktu bangun serah guna;
15
d. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian; dan
e. persyaratan lain yang dianggap perlu;
(8) Izin mendirikan bangunan bangun serah guna atas nama pemerintah
daerah.
(9) Biaya pengkajian, penelitian dan pengumuman lelang, dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(10) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas, dibebankan
pada pihak pemenang.
Pasal 44
Bangun Serah Guna barang milik daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. mitra Bangun Serah Guna harus menyerahkan
hasil Bangun Serah Guna kepada Kepala Daerah setelah selesainya
pembangunan;
b. mitra Bangun Serah Guna dapat
mendayagunakan barang milik daerah tersebut sesuai jangka waktu yang
ditetapkan dalam surat perjanjian; dan
c. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir,
objek Bangun Serah Guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasan
fungsional pemerintah daerah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh
Kepala Daerah.
BAB IX
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN
Bagian Pertama
Pengamanan
Pasal 45
(1) Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib melakukan
pengamanan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.
(2) Pengamanan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi,
pelaporan dan penyimpanan dokumen kepemilikan;
b. pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang,
penurunan jumlah barang dan hilangnya barang;
c. pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan cara
pemagaran dan pemasangan tanda batas, selain tanah dan bangunan
dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan; dan
d. pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti status
kepemilikan.
Pasal 46
(1) Barang milik daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama
Pemerintah daerah.
(2) Barang milik daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti
kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah.
(3) Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi
dengan bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah.
Pasal 47
Barang milik daerah dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan daerah dan
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pemeliharaan
16
Pasal 48
(1) Pembantu Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna bertanggung
jawab atas pemeliharaan barang milik daerah yang ada di bawah
penguasaannya.
(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Daftar
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD).
(3) Biaya pemeliharaan barang milik daerah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 49
(1) Pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib membuat Daftar Hasil
Pemeliharaan Barang dan melaporkan kepada Pengelola secara berkala.
(2) Pembantu pengelola meneliti laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan menyusun Daftar Hasil Pemeliharaan Barang yang dilakukan dalam 1
(satu) tahun anggaran.
(3) Laporan hasil pemeliharaan sebagaimana dimaksud ayat (2) dijadikan
sebagai bahan evaluasi.
BAB X
PENILAIAN
Pasal 50
Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca
Pemerintah Daerah, pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah.
Pasal 51
Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca
Pemerintah Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
Pasal 52
(1) Penilaian barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50,
dilaksanakan oleh tim yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan dapat
melibatkan penilai independen yang bersertifikat dibidang penilaian aset.
(2) Penilaian barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar dengan estimasi terendah
menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
(3) Hasil penilaian barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
BAB XI
PENGHAPUSAN
Pasal 53
Penghapusan barang milik Daerah meliputi:
a. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa
Pengguna; dan
b. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah.
Pasal 54
(1) Penghapusan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf a, dilakukan dalam hal barang milik daerah dimaksud sudah tidak
berada dalam penguasaan pengguna dan/atau kuasa pengguna.
(2) Penghapusan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf b, dilakukan dalam hal barang milik daerah dimaksud sudah beralih
kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain.
(3) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan
Keputusan pengelola atas nama Kepala Daerah.
(4) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
17
Pasal 55
(1) Penghapusan barang milik daerah dengan tindak lanjut pemusnahan
dilakukan apabila barang milik daerah dimaksud:
a. tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat
dipindahtangankan; atau
b. alasan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
pengguna dengan keputusan dari pengelola setelah mendapat persetujuan
Kepala Daerah.
(3) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan
dalam Berita Acara Pemusnahan dan dilaporkan kepada Kepala Daerah.
BAB XII
PEMINDAHTANGANAN
Pasal 56
(1) Barang milik daerah yang sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan,
dihapus dari Daftar Inventaris Barang Milik Daerah.
(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai
ketentuan perundang-undangan.
(3) Barang milik daerah yang dihapus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
masih mempunyai nilai ekonomis, dapat dilakukan melalui:
a. pelelangan umum/pelelangan terbatas; dan/atau
b. disumbangkan atau dihibahkan kepada pihak lain.
(4) Hasil pelelangan umum/pelelangan terbatas sebagaimana pada ayat (3)
huruf a, disetor ke kas Daerah.
Bagian Pertama
Bentuk-Bentuk Pemindahtanganan dan Persetujuan
Pasal 57
Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas penghapusan
barang milik daerah, meliputi:
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; dan
d. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah.
Pasal 58
(1) Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
57, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, untuk:
a. tanah dan/atau bangunan; dan
b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
(2) Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, apabila:
a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen penganggaran;
c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;
d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; dan
e. dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak
secara ekonomis.
Pasal 59
18
Pasal 60
Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang
bernilai sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), dilakukan oleh
pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah.
Bagian Kedua
Penjualan
Pasal 61
(1) Penjualan barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau idle;
b. secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dijual; dan
c. sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penjualan barang milik daerah dilakukan secara lelang, kecuali
dalam hal-hal tertentu.
(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. penjualan kendaraan perorangan dinas pejabat negara;
b. penjualan rumah golongan III; dan
c. barang milik daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh
pengelola.
(4) Tata cara penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Paragraf 1
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
Pasal 62
(1) Penjualan kendaraan perorangan dinas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (3) huruf a, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penjualan kendaraan perorangan dinas yang dipergunakan oleh
Pejabat Negara yang berumur 5 (lima) tahun lebih, dapat dijual 1 (satu) unit
kepada yang bersangkutan setelah masa jabatannya berakhir.
Paragraf 2
Penjualan Kendaraan Dinas Operasional
Pasal 63
Penghapusan/Penjualan Kendaraan Dinas operasional:
(1)Penghapusan/Penjualan kendaraan dinas operasional terdiri dari:
a. Kendaraan dinas
operasional; dan
b. Kendaraan dinas operasional
khusus/lapangan;
(2)Kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yang berumur 5
(lima) tahun lebih, dapat dihapus dari daftar inventaris barang milik daerah.
(3) Kepala Daerah menetapkan lebih lanjut umur kendaraan dinas operasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memperhatikan kondisi daerah
masing-masing.
(4)Penjualan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
setelah dihapus dari daftar inventaris barang milik daerah.
(5)Penjualan kendaraan dinas operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, dilakukan melalui pelelangan umum dan/atau pelelangan terbatas
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 64
19
Paragraf 3
Penjualan Rumah Dinas Daerah
Pasal 65
(1) Kepala Daerah menetapkan golongan rumah dinas daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penggolongan rumah dinas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari:
a. rumah dinas daerah
golongan I (rumah jabatan);
b. rumah dinas daerah
golongan II (rumah instansi); dan
c. rumah dinas daerah
golongan III (perumahan pegawai).
Pasal 66
(1) Rumah dinas daerah golongan
I yang sudah tidak sesuai dengan fungsinya sebagai akibat adanya perubahan
struktur organisasi dan/atau sudah ada pengganti yang lain, dapat dirubah
statusnya menjadi rumah dinas daerah golongan II.
(2) Rumah dinas daerah golongan
II dapat dirubah statusnya menjadi rumah dinas golongan III, kecuali yang
terletak di suatu kompleks perkantoran.
(3) Rumah dinas daerah golongan
II dapat dirubah statusnya menjadi rumah dinas daerah golongan I untuk
memenuhi kebutuhan rumah jabatan.
Pasal 67
Rumah dinas daerah yang dapat dijualbelikan atau disewakan, dengan ketentuan:
a. Rumah
dinas daerah golongan II yang telah dirubah golongannya menjadi rumah dinas
golongan III;
b. Rumah
dinas daerah golongan III yang telah berumur 10 (sepuluh) tahun atau lebih;
c. Pegawai
yang dapat membeli adalah pegawai yang sudah mempunyai masa kerja 10
(sepuluh) tahun atau lebih dan belum pernah membeli atau memperoleh
rumah dengan cara apapun dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat;
d. Pegawai
yang dapat membeli rumah dinas daerah adalah penghuni yang pemegang
Surat Ijin Penghunian yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah;
e. Rumah
dinas daerah dimaksud tidak sedang dalam sengketa; dan
f. Rumah
dinas daerah yang dibangun di atas tanah yang tidak dimiliki oleh Pemerintah
Daerah, maka untuk memperoleh hak atas tanah harus diproses tersendiri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 68
(1) Penjualan rumah dinas daerah golongan III beserta atau tidak beserta
tanahnya ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan harga taksiran dan
20
Pasal 69
Pelapasan hak atas tanah dan penghapusan dari Daftar Inventaris barang milik
daerah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelah harga penjualan atas
tanah dan/atau bangunannya dilunasi.
Paragraf 4
Pelepasan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan dengan Ganti Rugi
Pasal 70
(1) Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan atau bangunan
melalui pelepasan hak dengan ganti rugi, dapat diproses dengan
pertimbangan menguntungkan daerah.
(2) Perhitungan perkiraan nilai tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak
dan/atau Harga Umum setempat yang dilakukan oleh Panitia Penaksir yang
dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah atau dapat dilakukan oleh
Lembaga Independen yang bersertifikat dibidang penilaian aset.
(3) Proses pelepasan hak tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan dengan pelelangan/tender.
Pasal 71
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 tidak berlaku bagi
pelepasan hak atas tanah untuk kavling perumahan pegawai negeri.
(2) Kebijakan pelepasan hak atas tanah kavling untuk pegawai negeri ditetapkan
oleh Kepala Daerah.
Paragraf 5
Penjualan Barang Milik Daerah selain Tanah dan/atau Bangunan
Pasal 72
(1) Penjualan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah.
(2) Penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pengguna mengajukan usul penjualan kepada
pengelola;
b. pengelola meneliti dan mengkaji usul penjualan yang
diajukan oleh pengguna sesuai dengan kewenangannya;
c. pengelola menerbitkan keputusan untuk menyetujui
atau tidak menyetujui usulan penjualan yang diajukan oleh pengguna
dalam batas kewenangannya; dan
d. untuk penjualan yang memerlukan persetujuan Kepala
Daerah atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pengelola mengajukan
usul penjualan disertai dengan pertimbangan atas usulan dimaksud.
(3) Penerbitan persetujuan pelaksanaan penjualan oleh pengelola untuk
penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, dilakukan setelah
mendapat persetujuan Kepala Daerah atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah;
(4) Hasil penjualan barang milik daerah disetor ke Kas Daerah.
Bagian Ketiga
Tukar Menukar
21
Pasal 73
(1) Tukar menukar barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. Untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan
pemerintahan;
b. untuk optimalisasi barang milik daerah; dan
c. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
(2) Tukar menukar barang milik daerah dapat dilakukan dengan pihak:
a. Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;
b. Antar Pemerintah Daerah;
c. Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum milik pemerintah
lainnya;
d. Swasta.
Pasal 74
(1) Tukar menukar barang milik daerah dapat berupa :
a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD
kepada Kepala Daerah melalui pengelola;
b. tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna tetapi tidak sesuai
dengan tata ruang wilayah atau penataan kota; dan
c. barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.
(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah sesuai batas
kewenangannya.
Pasal 75
Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat
(1) huruf a dan huruf b, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengelola mengajukan usul tukar menukar
tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah disertai
alasan/pertimbangan dan kelengkapan data;
b. Tim yang dibentuk dengan Keputusan Kepala
Daerah meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan perlunya tukar menukar
tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis;
c. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang
berlaku, Kepala Daerah dapat mempertimbangkan untuk menyetujui dan
menetapkan tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan;
d. Tukar menukar tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah;
e. Pengelola melaksanakan tukar menukar selain
tanah dan bangunan sesuai batas kewenangannya setelah mendapat
persetujuan Kepala Daerah; dan
f. Pelaksanaan serah terima barang yang dilepas
dan barang pengganti harus dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
Barang.
Pasal 76
Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat
(1) huruf c dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pengguna mengajukan usul tukar menukar kepada pengelola disertai alasan
dan pertimbangan, kelengkapan data dan hasil pengkajian Panitia yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah;
b. pengelola meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan perlunya tukar
menukar tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis;
c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, pengelola dapat
mempertimbangkan untuk menyetujui sesuai batas kewenangannya;
d. pengguna melaksanakan tukar menukar setelah mendapat persetujuan
pengelola; dan
22
e. pelaksanaan serah terima barang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
Barang.
Pasal 77
(1) Tukar menukar antara Pemerintah Pusat dengan pemerintah daerah
dan antar pemerintah daerah apabila terdapat selisih nilai lebih, maka selisih
nilai lebih dimaksud dapat dihibahkan;
(2) Selisih nilai lebih yang dihibahkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dituangkan dalam Berita Acara Hibah.
Bagian Keempat
Hibah
Pasal 78
(1) Hibah barang milik daerah dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk
kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan, dan penyelenggaraan
pemerintahan;
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. bukan merupakan barang rahasia negara/daerah;
b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak; dan
c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pasal 79
Hibah barang milik daerah berupa:
a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh kepala satuan
kerja perangkat daerah kepada Kepala Daerah;
b. tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan
untuk dihibahkan;
c. selain tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh kepala
satuan kerja perangkat daerah kepada Kepala Daerah melalui pengelola;
dan
d. selain tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk dihibahkan.
Pasal 80
(1) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf a, ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan DPRD, kecuali
tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2).
(2) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf b, ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
(3) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf c yang bernilai di
atas Rp 5.000,000.000,00 (lima milyar rupiah) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan DPRD.
(4) Hibah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 huruf d dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan
pengelola.
Bagian Kelima
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pasal 81
(1) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah dilakukan
dalam rangka pendirian, pengembangan dan peningkatan kinerja Badan
Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki oleh
Pemerintah dan swasta.
(2) Barang milik daerah yang dijadikan sebagai penyertaan modal daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah
setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Penyertaan modal Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
23
BAB XIII
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 82
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan pengelolaan barang milik daerah.
(2) Kepala Daerah melakukan pengendalian pengelolaan barang milik daerah.
(3) Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban terhadap
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pemeliharaan, dan pengamanan Barang Milik Daerah yang berada di bawah
penguasaannya.
(4) Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (3), dilaksanakan oleh Pengguna.
(5) Pengguna dan Kuasa Pengguna Barang dapat meminta aparat pengawas
fungsional untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan
penertiban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).
(6) Pengguna dan Kuasa Pengguna Barang menindaklanjuti hasil audit
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai ketentuan perundang-
undangan.
Pasal 83
(1) Pengelola berwenang untuk melakukan pemantauan dan
investigasi atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan Barang Milik Daerah, dalam rangka penertiban
penggunaan, pemanfaatan, dan pemindahtanganan Barang Milik Daerah
sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengelola dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan
audit atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan pemindahtanganan
Barang Milik Daerah.
(3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Pengelola untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan
perundang-undangan.
BAB XIV
PEMBIAYAAN
Pasal 84
(1) Dalam pelaksanaan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah,
disediakan anggaran yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
(2) Pejabat/pegawai yang melaksanakan pengelolaan barang milik daerah yang
menghasilkan pendapatan dan penerimaan daerah, diberikan insentif.
(3) Penyimpan barang dan pengurus barang dalam melaksanakan tugas diberikan
tunjangan khusus yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan
keuangan daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
(4)
BAB XV
TUNTUTAN GANTI RUGI
Pasal 85
(1) Setiap kerugian daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan/ pelanggaran
hukum atas pengelolaan Barang Milik Daerah diselesaikan melalui tuntutan
ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
24
Pasal 86
Barang-barang yang berada dalam penguasaan Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk kepentingan Pemerintah Daerah, pengelolaannya menjadi tanggungjawab
Pemerintah Daerah.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 87
(1) Barang milik daerah yang telah ada sebelum berlakunya
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini wajib dilakukan inventarisasi dan
diselesaikan dokumen kepemilikannya.
(2) Penyelesaian dokumen kepemilikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan oleh pengguna dan/atau pengelola.
(3) Biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan ketentuan
pada ayat (2), dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 88
Pengelolaan barang milik daerah khususnya yang terkait dengan
pemindahtanganan dan pemanfaatan (kerjasama pemanfaatan, bangun guna
serah dan bangun serah guna) yang sudah berjalan dan/atau sedang dalam proses
sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini, tetap dapat
dilaksanakan.
Pasal 89
Teknis pengelolaan barang milik daerah tercantum dalam lampiran Peraturan
Menteri ini.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 90
Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 152 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 91
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
H. MOH. MA’RUF, SE