Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodesel). perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di
dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi.

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut
tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna
hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12
tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa.

CPO (Crude Palm Oil) yang biasa di sebut minyak kelapa sawit merupakan produk
yang ditransaksikan di pasar komoidi, komoditi ini merupakan hasil sumber daya
alam yang lazim diolah menjadi berbagai produk turunan, baik yang berupa barang
konsumsi maupun bahan baku industri. indonesia merupakan penghasil minyak sawit
terbesar di dunia, yang kemudian disusul oleh malaysia. akan tetapi, malaysia terlebih
dahulu memperkenalkan produk berjangka CPO berdenominasi ringgit dibandingkan
dengan indonesia.
CPO (Crude Palm Oil) yang biasa di sebut minyak kelapa sawit merupakan produk
yang ditransaksikan di pasar komoidi, komoditi ini merupakan hasil sumber daya
alam yang lazim diolah menjadi berbagai produk turunan, baik yang berupa barang
konsumsi maupun bahan baku industri. indonesia merupakan penghasil minyak sawit
terbesar di dunia, yang kemudian disusul oleh malaysia. akan tetapi, malaysia terlebih
dahulu memperkenalkan produk berjangka CPO berdenominasi ringgit dibandingkan
dengan indonesia.

CPO (Crude Palm Oil) yang biasa di sebut minyak kelapa sawit merupakan produk
yang ditransaksikan di pasar komoidi, komoditi ini merupakan hasil sumber daya
alam yang lazim diolah menjadi berbagai produk turunan, baik yang berupa barang
konsumsi maupun bahan baku industri. indonesia merupakan penghasil minyak sawit
terbesar di dunia, yang kemudian disusul oleh malaysia. akan tetapi, malaysia terlebih
dahulu memperkenalkan produk berjangka CPO berdenominasi ringgit dibandingkan
dengan indonesia.

Dalam kemajuan zaman yang sangat pesat ini, kita sebagai masyarakat yang terlibat
di dalamnya harus peka dan mengerti akan fenomena-fenomena kimia sederhana
yang terjadi di sekitar kita karena hal tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk
menciptakan kreasi dan inovasi di masa mendatang. Banyak orang awam kurang
memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal kecil atau bahkan tidak peduli akan
fenomena yang sering terjadi dalam keseharian mereka. Salah satu contoh sederhana
yang dapat kita tinjau ialah mencuci dengan deterjen. Banyak di antara kita yang
tidak mengerti bagaimana sabun dan deterjen dalam media air dapat membersihkan
tangan dan pakaian kita dari minyak dan kotoran yang menempel.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi
saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata
“sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi
(saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan
larutan alkali. Salah satu produk yang dihasilkan adalah sabun mandi ataupun sabun
cuci.

Sabun mandi ataupun cuci pada saat ini sudah tidak menjadi barang mewah yang
hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui cara pembuatannya. Jadi
mengetahui cara pembuatan sabun pada saat ini sudahlah harus kita miliki terutama
bagi orang-orang yang memang berkecimpung di dunia kimia industry.

Pembuatannya yang cukup sederhana, membuat sabun cukup banyak diminati oleh
banyak kalangan baik dari orang dewasa sampai remaja. Walaupun hanya untuk
kalangan pribadi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
memudahkan kita untuk mempelajari tentang pembuatan sabun ini. Apalagi kita
sebagai mahasiswa kimia industry, sudah sepatutnya kita memahami tentang
pembuatan sabun ini, karena selain cara pembuatannya yang cukup sederhana,
potensi untuk pengembangan ke depannya juga cukup menjanjikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah sabun
Konon, tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah
membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka juga
membarterkannya dalam berdagang dengan bangsa Kelt, yang sudah bisa
membuat sendiri sabun dari bahan serupa. Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam
Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon
beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul
sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang
berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat.
Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan
Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai
seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun
terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara
bersamaan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan
karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir
tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali
dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia
terjangkau bagi semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-
an. "Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam
panci besi besar. Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah
mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijual dari rumah ke rumah.

B. Pengenalan sabun

Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam


monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan
sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan
pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa
digunakn pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun


zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak
dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan
dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.

Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun
mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga,
hingga sabun yang digunakan dalam industri.

Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan
sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu
memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan
menggunakannya.

Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin,
garam dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat
digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe
ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam
karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti
minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.

C. Reaksi pembuatan sabun

Sabun merupakan salah satu jenis pembersih yang dapat dibuat degngan
reaksi kimia antara basa natrium dengan kalium natrium dengan minyak nabati
atau lemak hewani. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifattulah sabun
mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Selain
itu, sabun juga merupakan pembersih yang dapat dibuat dengan reaksi kimia
antara kalium atau natrium dengna asam lemak dari minyak nabatai atau lemak
hewani. Sabun dibuat dengan ua cara yaitu proses saponifikasi dan proses
proses netralisasi minyak proses saponifikasi mnyak akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara
trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi
asam lemak bebas dengan akali.\

Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam


produksi ester dari asam lemak spesifik Laju reaksi esterifikasi sangat
dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam
senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun
berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan reaksi
dinyatakan sebagai konstanta kesetimbangan. Secara umum laju reaksi
esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan


paling lambat alkohol tersier
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi
mempunyai batas konversi yang tinggi
4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau
tidak terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.

Pemilihan jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun yang


dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang
berbeda pada sabun yaitu perbedaan kekerasan dan karakteristik busa pada
sabun akhir. Secara umum, panjang rantai atom karbon dalam trigliserida
(minyak) yang kurang dari 12 adalah tidak diinginkan, karena reaksi
peyabunan minyak tersebut akan menghasilkan sabun yang dapat
menyebabkan iritasi kulit. Panjang rantai atom karbon yang lebih dari 20
dalam minyak akan membentuk sabun yang tidak mudah larut dalam air.
Selain itu, semakin besar proporsi asam-asam lemak tidak jenuh dalam
minyak akan menghasilkan sabun yang tidak stabil karena proses sifat asam
lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi. Komposisi asam lemak yang baik
untuk sabun adalah rantai panjang (C12-C18). Rantai C12-C14 memberikan
fungsi yang baik untuk pembusaaan, sedangkan C16-C18 baik untuk kekerasan
pada sabun.

Karakteristik sabun bukan hanya ditentukan oleh pemilihan asam


lemaknya saja, tetapi juga ditentukan oleh kadar dari bahan baku lainnya
seperti NaOH. NaOH berfungsi sebagai pengubah minyak nabati dan lemak
hewan menjadi sabun. NaOH memiliki efek korosif yang tinggi pada kulit,
sehingga dapat menyebabkan luka pada kulit, sehingga kadar NaOH pada
pembuatan sabun perlu ditangani dan diperhatikan sebab penambahan alkali
yang berlebihan pada proses penyabunan menyebabkan meningkatnya alkali
bebas. Alkali bebas yang berlebihan tidak diinginkan ada dalam sabun, sebab
alkali bersifat keras dan dapat menyebabakan iritasi pada kulit, tetapi jika
sabun kekurangan NaOH maka akan menyebabkan berlebihnya asam lemak
bebas yang tidak dapat tersabunkan sehingga akan mengurangi daya ikat
sabun terhadap kotoran.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang
digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun yang dibuat dengan NaOH
dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan
KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap), sabun keras (hard soap) dibuat
dari lemak netral yang padat atau dari minyak nabati, sabun ini dalam bentuk
batangan dan bersifat sukar larut dalam air. sabun lunak (soft soap) dibuat dari
minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih,
sabun ini dalam bentuk pasta maupun cair bersifat mudah larut dalam air.

Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang
terbentuk. Asam laurat pada sabun dapat menyebabkan sabun menjadi keras
dan menghasilkan busa yang lembut, sama seperti asam miristat . asam
palmitat, selain dapat mengeraskan juga dapat menyebabkan busa menjadi
stabil. Berbeda dengan asam oleat dan linoleat, mereka berperan dalam
melembabkan sabun pada saat sabun digunakan ( paul, 2007 ).

Molekul sabun terdiri dari rantai karbon, hydrogen dan oksigen yang
disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian kepala merupakan gugus
hidrofilik (rantai karboksil) yang berfungsi untuk mengikat air, sedangkan
bagian ekor merupakan gugus hidrofobik (rantai hidrokarbon) yang berfungsi
untuk mengikat kotoran dan minyak.

Jika sabun dilarutkan di dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya ditarik
kedalam air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak oleh moekul
air. Akibatnya, suatu lapisan tipis terbentuk diatas permukaan air, dan secara
drastis menurunkan tegangan permukaan air.

D. Bahan Baku Pembuatan Sabun

1. Bahan Baku Utama

a. Minyak atau Lemak

Lemak atau minyak yang umumya digunakan dalam pembuatan sabun


adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan
diesterifikas dengan gliserol . Masing-masing lemak menandun sejumlah
molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik)
hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh fan begitu juga dengan lemak tak
jenuh. Campuran triglisrida diolah menjadi sabun mealui proses saponifikasi
dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat-sifat sabun
yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam-
asam lemak yang digunakan Komposisi asam –asam lemak yang sesuai dalam
pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan.

Jenis-jenis Minyak atau Lemak

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun
harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi
produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan
lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya :

a) Tallow.

Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh


industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari
tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam
lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin.
Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan
sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam
pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang
paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow
berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C.
Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
b) Lard.
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung
asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh
seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow,
lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih
dan mudah berbusa.
c) Palm Oil (minyak kelapa sawit).
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti
tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah
kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena
adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan
terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit
akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa
sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
d) Coconut Oil (minyak kelapa).
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan
dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning
pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan
(kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang
tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap
oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki
kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
e) Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit).
Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak
inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak
kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih
tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak
kelapa.
f) Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin).
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi
asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan
heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah
stearin
g) Marine Oil.
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine
oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi,
sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan baku.
h) Castor Oil (minyak jarak).
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk
membuat sabun transparan. Jarak pagar (Jatropha Curcas Linn) telah
lama dikenal mayarakat di Indonesia sejak dikenalkan oleh bangsa
jepang pada tahun 1942. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan
yang mempunyai potensi untuk menghasikan minyak nabati. Tanaman
jarak pagar dapat tumbuh hamper disemua wilayah Indonesia,
termasuk daerah marginal. Jarak pagar tumbuh didataram rendah
sampai ketinggian sekitar 1000m diatas permukaaan laut.

Komposisi utama dari minyak jarak adalah asan lemak tidak jenuh, yakni:

1. Asam lemak oleat dengan kadar 34,3-45,8 % dan mempunyai titik didih cair
sekitar 16,3OC
Rumus bangun:

CH3(CH2)4CH=CH(CH2)7COOH

2. Asam lemak linoleat dengan kadar 29,0 – 44,2 % dan mempunyai titk cair
sekitar -5OC

Rumus bangun:

CH3(CH2)4CH=CH2CH=CH(CH2)7COOH

3. Olive oil (minyak zaitun).


Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan
kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak
zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
4. Campuran minyak dan lemak.
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari
campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur
dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa
memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat
sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang
tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
Umumnya asam lemak berfase cair atau pada pada suhu ruang. Semakin
panjang rantai karbon penyusunnya, semakin mdah membeku dan juga
semakin sukar larut.
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mdah bereaksi) daripada
asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh memeberi
kelembaban pada kuliit. Asam lemak tak jenuh memilki iaktan rangkap
sehingga titik lelehnya daripada asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan
rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah
meleleh pada temperatur tinggi.
Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari
penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya apabila
panjang rantai yang lebih dari18 atom karbon membentuk sabun yang sukar
larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam-asam lemak tak
jenuh menghasilkan sabun ynag mudah teroksidasi bila terkena udara.

Tabel. Asam lemak yang biasa digunakan

2. Bahan Pembentuk
Untuk pembuatan sabun mandi, bahan baku yang umum digunakan adalah
lemak sapi, minyak kelapa dan minyak zaitun. Pereaksi yang umum
digunakan adalah alakali yang bersifat basa yaitu NaOH atau KOH.
a. NaoH
NaOH sering kali disebut dengan natrium hidroksida, soda api, ataupun
kaustik soda adalah alkali yang bersifat basa. NaOH dapat dibuat dengan cara
mengelektrolsis NaCl, zat ini juga sering digunakan proses pembuatan sabun,
detergen, kertas tekstil, dan menurunkan kadar belerang minyak bumi.
b. Asam Stearat
Asam stearat adalah jeis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang
panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metal
di ujung yang lain, memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam lemak
jenuh Karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara karbonnya. Wujudnya
padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH.
Asam stearat sering digunakan sebagai bahan pembuatan krim dan sabun.
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih dan berperan dalam
memberikan konsistensi, kekerasan sabun dan menstabilkan busa. Asam
stearat meleleh pada Suhu 69.9 oC dan mendidih pada suhu 240 oC.
Penggunaan asam stearat adalah dengan mencairkan terlebih dahulu
dengan pemanasan, dicampur dengan minyak dan kemudian dicampur NaOH
untuk saponifikasi.
c. Asam Sitrat
Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat yang diperoleh dari
ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. Keasaman asam sitrat
disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil (COOH), diamana dalam bentuk
larutan masing-masing gugus akan melepaskan protonnya. Jika ini terjadi
maka akan terbentuk ion sitrat.
Asam sitrat (C6H8O7) membuat penyangga yang sangat baik untuk
mengendalikan pH. Pada suhu kamar asam sitrat berbentuk bubuk Kristal
putih terdiri dari asam sitrat yang tidak berair (anhydrous) atau sebagai
monohydrate (satu molekul dala setiap molekul asam sitrat)
d. Etanol
Dalam hal ini etanol cenderung berfungsi sebagai bahan pengawet yang
dapat menghambat timbulnya ketengikan pada berbagai produk berbahan
baku minyak atau lemak, tetapi dalam pembuatan sabun transparan, etanol
berperan sebagai pelarut dan membantu membentuk struktur transparan.
Disisi lain, penggabungan etanol dengan asam lemak akan menghasilkan
sabun dengan tingkat kelarutan yang tinggi.
e. Air
Air disini berfungsi sebagai pelarut, seperti pelarut terhadap Natrium
Hidroksida (NaOH). Dan juga sering disebut sebagai pelarut universal karena
dapat melarutkan banyak bahan kimia termasuk berbagai bahan dalam
pembuatan sabun
f. TEA
Trietanolamin (C6H15NO3) diproduksi dari reaksi etilen oksida dengan
ammonia, juga dapat oleh etanolamin dan dietanolamin. Trietanolamin
digunakan sebagai surfaktan dan zat penstabil busa.
3. Bahan Tambahan
1. Pewarna
Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan
produk yang beraneka ragam sehingga menarik minat konsumen. Selain itu
bahan pewarna yang dipakai sebaiknya adalah pewarna yang tidak mudah
larut dan pudar jika bereaksi dengan air.
2. Pewangi
Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan
efek wangi pada produk sabun yang dihasilkan. Sama halnya dengan pewarna,
pewangi yang ditambahkan tidak boleh memilki efek yang berlawanan
terhadap sifat sabun yang dihasilkan.
E. Macam - Macam Sabun
1. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya
adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan
2:1.
2. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan
minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan
kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.
3. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar
parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas
dari bakteri adiktif.
Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida,
tri-klor carbanilyda, irgassan Dp 300 dan sulfur.
4. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam
menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan
beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai
cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun
yang berbentuk batangan.
F. Sifat Sifat Sabun
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH-

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa
ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan
buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

2CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia


koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen
CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang
bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
d. Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga
memisahkan kotoran non polar)

Polar : COONa + (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar)

G. Cara Kerja Pembuatan Sabun


a. Pembuatan Sabun
1. Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang dengan teliti dan dimasukkan
kedalam beaker glass
3. Dicairkan asam stearat pada suhu 60 oC dengan menggunakan magnetic
stirrer yang disebut campuran I
4. Kedalam campuran I, ditambahkan minyak jarak dan dilakukan pengadukan
dengan kecepatan tetap dan suhu tetap dijaga pada (60-70)oC
5. Setelah larutan bercampur rata, ditambahkan NaOH sambil terus menerus
diaduk dengan kecepatan tetap. Sampai larutan tercampur rata yang kemudian
disebut stok sabun.
6. Kemudian kedalam campuran I ditambahkan bahan-bahan lainnya yaitu
etanol hingga bercampur rata.
7. Kemudian kedalam campuran I ditambahkan air atau air gula jika ingin
membuat sabun transparan, suhu tetap dijaga pada kisaran (60-70)oC.
8. Kemudian ditambahkan asam sitrat dan TEA kedalam campuran I, sambil
tetap diaduk pada suhu dan kecepatan pengadukan yang tetapa (60-70)oC.
9. Setelah tercampur rata, hentikan pemanasan dan pengadukan
10. Kemudian campuran dibiarkan sebentar hingga suhu pada kisaran 40oC dan
ditambahkan pewangi.
11. Kemudian dibuang buih / busa yang mengapung di atas campuran.
12. Setelah itu campuran siap dictak dan dibiarkan hingga dingin (suhu 40oC) dan
mengeras.
13. Kemudian simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum sabun digunakan
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari makalah tentang proses pembuatan sabun ini yaitu:

1. Bahan dasar pembuatan sabun secara sederhana adalah campuran antara


lemak/minyak dengan alkali (basa).
2. Sabun memiliki dua ujung, yang mana salah satu ujungnya sangat suka larut
dalam air, dan ujung satunya lagi sangat suka larut dalam minyak.
3. Selain bahan baku sabun minyak/lemak dan alkali (basa), pada sabun juga
ditambahkan pewarna dan parfum agar sabun lebih bersifat ekonomis.
4. Karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan untuk membuat
sabun yaitu warna, angka saponifikasi dan bilangan iod
DAFTAR PUSTAKA

Harold Hart,” Organic Chemistry”, a Short Course, Sixth Edition, Michigan State
University, 1983, Houghton Mifflin Co.

Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry,” Third Edition,


University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002,
Massachuset, USA

http://www.proses penyabunani.com/content/tentang sabun cair/

http://www.asam lemak. com/content/

http://www.sabun.com/content/sejarah-1/

http://id.m.wikipedia.org/wiki/kimia/

Anda mungkin juga menyukai