Anda di halaman 1dari 11

MENELUSURI PERTEMUAN FILSAFAT

ILMU DAN AGAMA


Dosen: Nova Adia Mirza
Disusun
Oleh:
Fitra Wijaya
Randi Albar

Fakultas Tarbiyah
Program Studi
PBL 02
TA 2015/2016
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................i
Daftar isi........... ..........................................................................................ii
Bab I : pendahuluan....................................................................................3
Bab II : Pembahasan....................................................................................4

A.Pengertian studi Islam...............................................................4

B.Asal-Usul Dan Pertumbuhan Studi Islam.................................5


C.Pengertian Agama.....................................................................
D.Kedudukan ilmu, filsafat, dan agama......................................

Bab III : Penutup........................................................................................11


Daftar pustaka............................................................................................12
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”MENELUSURI PERTEMUAN
FILSAFAT ILMU DENGAN AGAMA”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan dosen
pembimbing yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Penyusun

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa
Yunani yaitu philosophia, yang terdiri atas dua kata yang berarti philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau
kebenaran. Dalam berfilsafat para pilshuf haruslah memiliki analisis yang tajam serta harus
memiliki sifat kritis. Selain itu seorang pilshuf juga harus berpegang teguh pada dasar dasar
agama agar tidak menyimpang dari agamanya, tak jarang banyak pilshuf yang salah arah karena
tidak berpegang teguh pada prinsip agamanya dan lari dari prinsip agama sehingga menuju ke
pada kesesatan atau menyimpang dari agama.
Oleh karena itu dari permasalahan tersebut perlunya pengetahuan terhadap pentinggnya
keterkaitan antara filsafat dan agama agar tetap pada prinsip agama dan tidak menyimpang dari
agama.

B.Rumusan Masalah

1. Apa itu filsafat ilmu?


2. Apa itu agama?
3. Bagaimanakah hubungan antara filsafat ilmu dengan agama?

C.Tujuan

Tujuan penulis dalam menulis makalah ini adalah agar kita mengetahui apa itu filsafat
ilmu, apa agama dan bagaimana hubungan antara filsafat ilmu dengan agama, sehingga kita
mengetahui bahwa keduanya memiliki hubungan yang erat dan paham akan pentingnya agama
terhadap filsafat itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat ilmu

Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa
Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,
inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato
menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata
falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal
dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal
sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.

Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka
membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis
mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan
astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat
praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.

Menurut Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis
tentang pendapat-pendapat ilmiah dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau
yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-
pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah
senyatanya. Sedangkan menurut John Macmurray Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan
pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang
terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu.

Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah
pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi
logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan
ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun
mikrokosmos.

Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih
terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa
manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan
meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan akslologi.

Jadi filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang
termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat
berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat
menjelaskan masalah-masalah seperti, apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat
disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat
menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan
validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam
penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan
model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

Selain itu filsafat ilmu juga dapat di artikan sebagai upaya untuk mencari kejelasan
mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat tentang ilmu serta upaya untuk
membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kepragmatisan dan kerasionalan. Aspek filsafat ini erat
hubungannya dengan hal ihwal yang logis dan epistemologis. Jadi, peran filsafat ilmu disini
berganda. Pada sisi pertama, filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap anggapan dasar,
seperti kualitas, kuantitas, ruang, waktu dan hukum. Pada sisi yang lain filsafat ilmu mencakup
studi mengenai keyakinan tertentu, seperti keyakinan mengenai dunia 'sana', keyakinan
mengenai keserupaan di dalam alam semesta dan keyakinan mengenai kenalaran proses alami.

B. Ruang lingkup filsafat ilmu


Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi ilmu

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan
bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi
idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya,
merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita
masing-masing mengenai apa dan bagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

2. Epistemologi ilmu

Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan ilmiah. Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
(Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman,
intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya
model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis,
positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan
dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolak ukurnya bagi pengetahuan ilmiah itu
seperti teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

3. Akslologi llmu

Akslogi ilmu meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik-material.
Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non
yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam
menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi


Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-
budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
maknanya bagi kehidupan.
C. Pengertian agama
Para pakar memiliki beragam pengertian tentang agama. Secara etimologi, kata “agama”
bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang
menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India. Agama terdiri dari
kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis
peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju
keteraturan dan ketertiban.
Ada pula yang menyatakan bahwa agama terangkai dari dua kata, yaitu a yang berarti
“tidak”, dan gam yang berarti “pergi”, tetap di tempat, kekal-eternal, terwariskan secara turun
temurun. Pemaknaan seperti itu memang tidak salah karena dala agama terkandung nilai-nilai
universal yang abadi, tetap, dan berlaku sepanjang masa. Sementara akhiran a hanya memberi
sifat tentang kekekalan dankarena itu merupakan bentuk keadaan yang kekal.
Ada juga yang menyatakan bahwa agama terdiri dari tiga suku kata, yaitu: a-ga-ma. A
berarti awang-awang , kosong atau hampa. Ga berarti tempat yang dalam bahasa Bali disebut
genah. Sementara ma berarti matahari, terang atau sinar. Dari situ lalu diambil satu pengertian
bahwa agama adalah pelajaran yang menguraikan teta cara yang semuanya penuh misteri
kareana Tuhan dianggap bersifat rahasia.
Kata tersebut juga kerap berawalan i dan atau u, dengan demikian masing-masing berbunyi
igama dan ugama. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama-igama-ugama adalah koda kata
yang telah lama dipraktikkan masyarakat Bali. Orang Bali memaknai agama sebagai peraturan,
tata cara, upacara hubungan manusia denga raja. Sedangkan igama adalah tata cara yang
mengatur hubungan manusia denga dewa-dewa. Sementara ugama dipahami sebagai tata cara
yang mengatur hubungan antamanusia.
Dalam bahasa Belanda, Jerman, dan Inggris, ada kata yang mirip sekaligus memilliki
kesamaan makna dengan kata “gam”. Yaitu ga atau gaa dalam bahasa Belanda; gein dalam
bahasa Jerman, dan go dalam bahasa Inggris. Kesemuanya memiliki makna yang sama atau
mirip, yaiut pegi. Setelah mendapatkan awalan dan akhiran a, ia mengalami perubahan makna.
Dari bermakna pergi berubah menjadi jalan. Kemiripan seperti ini mudah dimaklumi karena
bahasa Sansekerta, Belanda, Jerman, dan Inggris, kesemuanya termasuk rumpun bahasa Indo-
Jerman.
Selain itu, dikenal pula istilah religion bahasa Inggris, religio atau religi dalam bahasa
Latin, al-din dalam bahasa Arab, dan dien dalam bahasa Semit. Kata-kata itu ditengarai
memiliki kemiripan makna dengan kata “agama” yang berasal dari bahasa Sansekerta itu.
Religious (Inggris) berarti kesalehan, ketakwaan, atau sesuatu yang sangat mendalam dan
berlebih-lebihan. Yang lain menyatakan bahwa religion adalah: (1) keyakinan pada Tuhan atau
kekuatan supramanusia untuk disembah sebagai pencipta dean penguasa alam semesta; (2)
sistem kepercayaan dan peribadatan tertentu.
Menurut Olaf Scuhman, baik religion maupun religio, keduanya berasala dari akar kata yang
sama, yaitu religare yang berarti “mengikat kembal”, atau dari kata relegere yang berarti
“menjauhkan, menolak, melalui”. Arti yang kedua, relegere dipegang oleh pujangga ada filosof
Romawi Cicero dan Teolog Protestan Karl Barth, dan sebab itu mereka melihat religio sebagai
usaha manusia yang hendak memaksa Tuhan untuk memberikan sesuatu, lalu manusia
menjauhkan diri lagi.

D. Kedudukan ilmu, filsafat, dan agama


Ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan
manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila
tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada di dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga
utama manusia adalah akal, pikir, rasa dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut
manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikran manusia.juga, agama
dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Akan tetapi, ketiga alat dan tenaga
utama tersebut tidak dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat, dan agama apabila tidak di
dorong dan di jalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga diri sendiri yang
terdaat di dalam diri manusia.
Dikatakan reflektif, karena ilmu, filsafat, dan agama baru dapat dirasakan faedahnya
dalam kehidupan manusia, apabila ketiganya merefleksi dalam diri manusia.
Ilmu mendasar pada akal pikir lewat pengalaman dan indra, dan filsafat mendasar pada
otoritas akal murni secara bebas dalam penyelidikan secara kenyataan dan pengalaman
terutama dikaitkan dengan kehidupan manusia. Sedangkan agama mendasarkan pada otoritas
wahyu. Harap di bedakan agama yang berasal dari pertumbuhan dan perkembangan filsafat
yang mendasarkan pada konsep konsep tentang kehidupan dunia, terutama konsep-konsep
tentang moral.
Menurut Prof. Nasroen, S.H., mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah
berdasarkan dari agama. Apabila filsafat tidak di dasarkan pada agama dan filsafat hanya
semata mata berdasarkan atas akal fikiran saja, filsafat tersebut tidak akan membuat
kebenaran objektif karena yang memberi penerangan dan keputusan adalah akal fikiran.
Sementara itu, kesanggupan akal pikiran terbatas sehingga filsafat yang hanya berdasarkan
pada akal pikir semata mata akan tidak sanggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama
bagi rangka pemahamannya terhadap yang gaib.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu.
Ruang lingkup filsafat ilmu meliputi : Ontologi ilmu, epistemologi ilmu, dan akslologi ilmu
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan
bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn).
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan ilmiah.
Akslogi ilmu meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik-material.
Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikran manusia.juga, agama
dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Akan tetapi, ketiga alat dan tenaga
utama tersebut tidak dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat, dan agama apabila tidak di
dorong dan di jalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga diri sendiri yang
terdaat di dalam diri manusia.
Tidak ada pemisah antara ilmu dan agama.
Ilmu boleh, tetapi kalau tidak adanya nilai nilai kemanusiaan tidak dikatakan ilmu.
Daftar pustaka :
Asmoro acmadi. 2014. Filsafat umum. Jakarta: rajawali pers
M. Thoyibi. 1999. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Surakarta: MUP Press.
Jerome R. Ravertz. 2009. Filsafat Ilmu: Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Drs. H. Mohammad Adib, MA. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan
Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Drs. Rizal Mustansyir, M.Hum. & Drs. Misnal Munir, M.Hum. 2012. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Drs. Kaelan, M.S. 1998. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Penerbit Paradigma.

Koento Wibisono Siswomihardjo. 1996. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme


Auguste Comte. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

M. Thoyibi. 1999. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Surakarta: MUP Press.


Soepomo Poedjosoedarmo. 2001. Filsafat Bahasa. Surakarta: MUP Press.
Yuyun Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Yuyun Suriasumantri. 2009. Ilmu dalam Perspektif: Kumpulan Karangan tentang
Hakikat Ilmu. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai