Anda di halaman 1dari 5

B.

Klasifikasi erdasarkan perjalanan penyakit

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi 3 kategori,antra lain


:

1 Serangan iskemik sepintas,yaitu merupakan gangguan neurologis fokal atau saraf


pusat yang timbul secara mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai
beberapa jam. stroke ini bersifat sementara,namun jika tidak segera ditangani akan
berakibat pada serangan yang lebih fatal.
2 Progresif atau inevolution ( stroke yang sedang berkembang ), yaitu perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. stroke dimana defisit neurologisnya terus
bertambah berat atau gangguan pada sistem saraf pusat mengalami gangguan.
3 Stroke lengkap atau completed, yaitu gangguan neurologis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. stroke dimana fungsi sistem saraf menurun pada
saat onset/serangan lebih berat.stroke ini dapat menyebabkan kelupuhan permanen
jika tidak segera ditanggulangi.

A. Faktor Risiko yang tidak dapat dikendalikan


1 Usia
Kerentanan terhadap penyakit stroke meningkat seiring bertambahnya
usia.namun,stroke tidak hanya diderita oleh orang yang lanjut usia
saja,melainkan golongan remaja akhir dn dewasa juga beresiko terkena
stroke.sedangkan, data study di Roch ester Minnesota US, diketahui bahwa
88% kasus stroke terjadi pada kelompok usia diatas 65 tahun. sedangkan,
untuk usia dibawah 65 tahun juga beresiko terkena stroke, meskipun
risikonya lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang berusia 65
tahun.
Stroke juga dapat terjadi pada usia muda, bahkan anak-anak. anak-anak
biasanya sangat senang bermain dan dapat beresiko terjatuh serta
mengalami berturan dikepala. apabila terjadi berturan dikepala, maka hal
ini dapat mengakibatkan pendarahan otak. hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya stroke hemoragik yaitu stroke yang diakibatkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. sedangkan, stroke iskemik pada golongan anak-anak
jarang ditemukan.
2 Jenis Kelamin
Laki-laki lebih beresiko terkena stroke daripada perempuan. diperkirakan
bahwa insidensi stroke pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki-
laki. hal ini dikarenakan perewmpuan memiliki hormon estrogen yang
berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh sampai menopause dan
sebagai proteksi atau pelindung pada proses ateroskerosis. Namun, setelah
perempun tersebut mengalami menopouse, besar resiko terkena stroke
antara laki-laki dan perempuan menjadi sama.
Banyak penelitian menunjukan bahwa ketika produksi estrogen berkurang
dalam prose menopouse, resiko stroke pada wanita meningkat dengan
drastis. maka, untuk mengurangi efek menopouse sekaligus menurutkan
resiko stroke, umumnya disarankan melakukan terapi suli hormon. Tetapi,
sebaliknya hal inin dilakukan dibawah pengawasan dokter untuk
memperkecil efek sampingnya.
Alasan lain mengapa laki-laki lebihberesiko yaitu karena laki-laki lebih
banyak memiliki faktor resiko lain dibanding perempuan. Misalnya, lebih
banyak laki-laki yang merokok, mengomsumsi alkohol, dll. walaupun ada
beberapa faktor resiko perempuan lebih dominan. Alasan tersebut merujuk
ada data penelitian di Roshester Minnesota US yang berdasarkan indikator
faktor resiko yang ditunjukkan dengan angka perbandingan melalui hasil
uji statistik untuk mengukur besar resiko antara laki-laki dan perempuan.
data hasil perbandingan tersebut, yaitu :

Faktor Risiko Perbandingan besar Risiko


Laki-laki Perempuan
Tekanan darah 0,69 0,69
sistolik
EKG LVH 0,51 0,48
Kadar Kolestrol 0,37 0,13
serum
Rokok 0,31 0,20
Gula Darah 0,20 0,22
Kegemukan 0,15 0,44

Tabel tesebut menggambarkan perbandingan tingkat resiko terkena stroke


antara lali-laki dan perempuan. dari 6 faktor resiko, 3 faktor laki-laki lebih
dominan dan 1 faktor lainnya seimbang.
3 Ras dan Etnis
Faktor ras dan etnis juga termasuk faktor yang mempengaruhi resiko
terjadinya stroke. menurut Price dan Wilson (2006) bahwa orang Amerika
keturunan Afrika memiliki angka resiko yang lebih tinggi dari pada orang
Kaukasia. Dengan kata lain, orang berkulit hitam lebih beresiko terkena
stroke.
Prevalensi stroke berbeda pada setiap ras dan group etnis di USA. Orang
kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dari pada orang berkulit putih
karena berkaitan dengan konsumsi garam. Di Afrika, dengan urbanisasi
yang meningkat, terjadi peningkatan konsumsi garam dengan sedikit
penurunan konsumsi Potasium. kedua hal ini penyebab peningkatan
tekanan darah dalam masyarakat tersebut yang pada akhirnya memicu
peningkatan kasus dimasyarakat.
4 Riwayat Stroke dalam Keluarga
Dari sekian banyak kasus stroke yang terjadi, sebagian besar penderita
stroke memiliki faktor riwayat stroke dalam keluarga. keturunan dari
penderita stroke diketahui menyebabkan perubahan dalam penanda
aterosklerosis awal, yaitu proses terjadinya timbunan zat lemak dibawah
lapisan dinding pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya stroke.
beberapa penelitian lainnya telah dilakukan mengesankan bahwa riwayat
stroke dalam keluarga mencerminkan suatu huungan antara faktor genesis
dengan tidak berfungsinya lapisan dinding pembuluh darah dalam arteri
koronaria.

Para ahli kesehatan juga menyakini bahwa memang ada hubungan antara
resiko stroke dengan faktor keturunan, walaupun tidak secara langsung.
pada keluarga yang banyak anggotanya menderita stroke, kewaspadaan
terhadap faktr-faktor yang dapat menyebabkan stroke lebih di tingkatkan.
D. Mendiagnosa Stroke

Diagnosa stroke biasanya ditegakkan berdasarkan berjalan penyakit dan hasil


pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. ada beberapa
teknik dikenal untuk pemeriksaan imaging ( pencitraan ) untuk mengevaluasi kasus stroke
atau penyakit pembuluh darah otak ( Cerebrovascular disease/CVD ).

Untuk mendiagnosis kejadian stroke, konsesus nasional pengolaan stroke di indonesia


1999, menemukan beberapa cara dalam melakukan diagnosi stroke, antara lain :

1. Diagnosis stroke yang ditegakkan berdasarkan temuan klinis, yaitu dengan


melihat tanda dan gejala yang dapat dilihat dan dinilai.
2. CT Scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan untuk menentukan jenis patologi (
Penyakit ) stroke, lokasi, dan ekstensi lesi serta menyingkirkan lesi nonvaskuler.
3. Fungsi Lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus.
4. MRI dilakukan untuk menentukan lesi patologik stroke secara lebih tajam
5. Neurosonografi dilakukan untuk mendeteksi adanya stenosis pembuluh darah
ekstrakranial dan intrakranial dalam membantu evaluasi diagnostik, etiologi,
terapi, dan prognostik.

E. Pencintraan otak

1. CT ( computed tomography ) Scan

CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat, dan
relatif murah untuk kasus stroke. namun, dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif
dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus stroke hipeakut. CT Scan telah merepolusi
diagnosis dan penanganan stroke. pemeriksaan CT membatu dalam membedakan jenis stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Dengan CT, dapat ditentukan lokalisasi infark, pendarahan,
dan menyingkirkan penyebab lain, seperti tumor, hematomasubdural yang dapat menyerupai
gejala infark, atau pendarahan diotak. pemeriksaan CT dengan kontras dapat mendeteksi
malformasi vaskuler dan anerisma.

Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan CT Scan atau


MRI. kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke,
apakah pendarahan atau tumor otak. kadang, dilakukan angiography, yaitu penentuan susunan
pembuluh darah/ getah bening melalui kapilaroskopi/ fluoroskopi.
2. MRI ( magnetic resonance imaging )

MRI mempunyai banyak unggulan dibanding CT dalam mengevalusi stroke.


MRI lebih sensitif dalam mendeteksi infark terutama yang berlokasi di batang otak dan
cerebelum. pada tiap pasien dengan stroke, seharusnya dilakukan pemeriksaan CT atau MRI.
MRI mempunyai keunggulan bagi pasien dengan iskemia vertebrobasiler atau infark yang
kecil yang letaknya dalam.

F. Akibat / Dampak Stroke

Besarnya akibat atau dampak penyakit stroke tergantung pada lokasi


penyerangan stroke berada pada bagian mana di otak. adapun perubahan-perubahan yang
terjadi setelah sesorang yang mengalami stroke, baik stroke tersebut menyerang otak kanan
maupu otak kiri, pada umumnya, akan menimbulkan akibat sebagai berikut.

1. Lumpuh
Kelumpuhan sebelah bagian tubuh ( bemiplegia ) adalah cacat yang pling
umum terjadi setelah orang terkena stroke. bila stroke menyerang bagian kiri otak,
maka bagian tubuh yang akan mengalami kelupuhan adalah organ bagian kanan.
kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga kaki sebelah kanan, termasuk
tenggorokan dan lidah. Bila dampaknya lebih ringan, biasanya bagian yang terkena
dirasakan tidak bertenaga( bemiparesis kanan ).
Bila yang terserang bagian kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu
kelumpuhan organ tubuh sebelah kiri. Bagaimanapun, pasien stroke hemiplegia atau
hemiparesis akan mengalami kesulitan dalam melaksakan kegiatan sehari-hari, seperti
belanja, berpakaian, makan ataupun mengendalikan buang air besar atau kecil.
Bila kerusakan terjadi pada bagian bawah otak ( cerebelum ), maka
kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan gerakan tubuhnya akan berkurang.
Tentunya, hal ini berpengaruh pada kesulitan melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan kegiatannya sehari-hari, misalnya bangun dari tempat tidur/duduk; berjalan
atau mengambil makanan. Ada juga pasien stroke mengalami kesulitan untuk makan
dan menelan, hal ini biasanya disebut dengan Disfagia, karena bagian otak yang
mengendalikan otot-otot yang terkait telah rusak dan tidak berfungsi.

Anda mungkin juga menyukai