Anda di halaman 1dari 16

Latar Belakang

Pajak adalah istilah yang tidak asing lagi bagi kita, peranannyapun dalam pengembangan suatu
Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia banyak Undang-Undang maupun peraturan
perundang-undangan yang menjelaskan tentang pajak. Dari periode ke periode peraturan tentang
pajak selalu mengalami perubahan, begitupun di Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah
baru tentang perpajakan yang harus diketahui oleh orang banyak. Selain itu perlu disadari juga
bahwa sebagian besar penduduk indonesia yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP
tersebut sangat penting bagi pembangunan Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini
guna memberi tahu pembaca tentang NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca untuk
membayar pajak. Dalam rangka memahami setiap perubahan dan perkembangan dalam
Peraturan Perpajakan diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai dasar
peraturannya.Peraturan dan perundang-undangan pajak memang senantiasa mengalami
penyesuaian mengikuti perkembangan dan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa. Namun
satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa undang-undang pajak yang baru biasanya tidak
terlepas dari undang-undang pajak yang mendahuluinya, dengan kata lain perubahan hanya
berlaku untuk bagian-bagian tertentu saja. Karena itu pengelola pajak harus menguasai hal-hal
yang mendasar dalam peraturan pajak itu sendiri sehingga bila ada peraturan baru akan lebih
mudah memahami dan menyesuaikannya

Rumusan Masalah

1. Apasaja istilah-istilah baru tentang perpajakan?


2. Bagaimana penjelasan tentang Nomor Pokok Wajib Pajak?
3. Hal-hal apa saja yang berkaitan dengan Surat Setoran Pajak?
4. Bagaimana dengan Surat Pemberitahuan?
5. Apa saja Wewenang dan Kewajiban Aparat Perpajakan?
6. Bagaimana tentang Daluwarsa Perpajakan?
I. Pengertian Wajib Pajak
Dalam Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Pasal 1 ayat 2 disebutkan pengertian Wajib Pajak yaitu:
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan.

II. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak secara umum


Berdasarkan undang-undang no 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan,
sebagaimana terakhir telah diubah dengan undang-undang no 16 tahun 2009, terdapat hak dan
kewajban wajib pajak sebagai berikut :
a. Kewajiban Wajib Pajak
1. Mendaftarkan diri ke KPP untuk memperoleh NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, Selain daripada itu,
Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran
pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan
dokumen perpajakan,
2. Wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain dipergunakan untuk mengetahui identitas
Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya, juga berguna untuk melaksanakan hak dan
kewajiban di bidang PPN dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) serta untuk
pengawasan administrasi perpajakan.
3. Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak
Formulir Surat Pemberitahuan disediakan pada kantor-kantor di lingkungan DJP dan tempat-
tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yang diperkirakan mudah
terjangkau oleh Wajib Pajak.
4. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap,
jelas, dan menandatanganinya. Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri
Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia
dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan.
5. Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang
Setiap jenis pajak ada jatuh tempo (jangka waktu) pembayarannya. Jika melewati jatuh
tempo, dikenakan sanksi perpajakan berupa bunga penagihan yang besarnya 2% tiap
bulannya. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat
ketetapan pajak. Sarana atau bukti pembayaran dilakukan dengan :
a. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPh, PPN, PPnBM, dan bunga penagihan.
b. Surat Setoran Bea (SSB) untuk BPHTB.
c. Surat Tanda Setoran untuk PBB.
Wajib membayar atau menyetorkan pajak yang terutang kekas Negara melalui Bank yang
ditunjuk Pemerintah, Kantor Pos, atau tempat lain yang ditetapkan Menteri Keuangan.
6. Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak,Wajib Pajak wajib :
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
7. Wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan.
Dikecualikan dari kewajiban pembukuan, tetapi diwajibkan melakukan pencatatan bagi
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Pembukuan
dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kegiatan usaha harus disimpan oleh wajib
pajak selama 10 (sepuluh) tahun. Karena selama jangka waktu tersebut DJP masih dapat
melakukan pemeriksaan.
b. Hak Wajib Pajak
1. Wajib Pajak berhak untuk menerima tanda bukti pelaporan SPT.
Untuk Surat Pemberitahuan yang disampaikan dengan pos tercatat melalui kantor pos dan
giro, maka tanggal pegiriman dianggap sebagai tanggal penerimaan.
2. Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Perpanjangan jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanya dapat diberikan paling
lama 6 (enam) bulan.
3. Wajib Pajak berhak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan ke KPP.
Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak,
masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka
waktu 2 tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak.
4. Wajib Pajak dapat untuk mengajukan permohonan penundaan dan permohonan untuk
mengangsur pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya.
Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang terutang termasuk kekurangan
pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan, meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran telah ditentukan.
Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati untuk paling lama 12 bulan dan terbatas
kepada Wajib Pajak yang benar-benar sedang mengalami kesulitan likuiditas.
5. Wajib pajak berhak untuk mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak.
Bila pajak yang telah dibayar melebihi dari pajak yang seharusnya terhutang dan dilaporkan
dalam SPT, maka dapat direstitusikan atau wajib pajak berhak memperoleh pengembalian atas
kelebihan pembayaran pajak tersebut.
6. Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan pembetulan salah tulis atau salah hitung
atau kekeliruan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak.
Wajib Pajak berhak untuk mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak dan memperoleh
kepastian terbitnya keputusan atas surat keberatannya.Wajib Pajak dapat mengajukan
keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
7. Wajib Pajak berhak mengajukan banding ke pengadilan pajak atas keputusan keberatan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
8. Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penghapusan atau pengurangan
pengenaan sanksi perpajakan serta pembetulan ketetapan pajak yang salah atau keliru.
9. Wajib Pajak berhak memberikan kuasa khusus kepada orang lain yang dipercayainya untuk
mewakilinya dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
10. wajib pajak berhak untuk dijaga kerahasiaan datanya.

III. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Pengertian
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Selain itu NPWP
juga dapat dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal ini berhubungan dengan dokumen perpajakan,
wajib pajak diharuskan untuk mencantumkan NPWP yang dimilikinya.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) terdiri atas 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode wajib
pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi.

Format NPWP
Fungsi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
yaitu :
1. Fungsi NPWP sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
2. Fungsi NPWP untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.

Tata Cara Pendaftaran NPWP dan NPPKP


Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan ke KPP atau KP4 setempat
dengan melampirkan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk WP Orang pribadi Non-Usahawan
 Fotokopi KTP / Paspor ditambah surat keterangan dari kelurahan setempat.
2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan
 Fotokopi KTP / Paspor ditambah surat keterangan dari kelurahan setempat.
 Surat keterangan tempat kegiatan usaha
3. Untuk WP Badan
 Fotokopi akta pendirian dan perubahan terakhir
 Fotokopi KTP / Paspor ditambah surat keterangan dari kelurahan setempat dari
seorang pengurus aktif
 Surat keterangan tempat kegiatan usaha
4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemotong/ Pemungut
 Fotokopi KTP bendaharawan
 Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan
5. Untuk joint operation sebagai WP Pemotong/Pemungut
 Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation.
 Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation.
 Fotokopi KTP/ Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari seorang
pengurus joint operation.
6. WP dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak
pisah harta harus melampirkan fotokopi surat keterangan terdaftar.
7. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa
khusus.
Penghapusan NPWP dan NPPKP
Penghapusan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dapat dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak
apabila :
1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh wajib pajak dan/atau ahli warisnya apabila
wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Wajib pajak badan dilikuidasi (telah dilakukan pembubaran) karena penghentian atau
penggabungan usaha.
3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita tersebut telah terdaftar sebagai
wajib pajak.
4. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
5. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari wajib pajak
yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

DJP setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan


penghapusan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dalam jangka waktu 6 bulan untuk wajib pajak
badan, maka dimulai sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu
sebagaimana telah ditentukan lewat dan DIRJEN pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan penghapusan NPWP pajak dianggap dikabulkan.

Sanksi
Jika Wajib Pajak dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara,
diancam dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun dan denda setinggi-tingginya empat
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
IV. NPPKP (Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)

Pengertian
NPPKP (No. pengukuhan pengusaha kena pajak) adalah setiap wajib pajak sebagai pengusaha
yang dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) berdasrkan undang-undang PPN wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan pengusaha kena pajak (PKP) dan atau pengusaha yang
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak memiliki surat pengukuhan kena pajak yang berisi
identitas dan kewajban perpajakan Pengusaha kena pajak.

Fungsi NPPKP
a. Untuk mengetahui identitas pengusaha kena pajak yang sebenarnya.
b. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah.
c. Untuk pengawasan terhadap administrasi perpajakan.

Pencabutan PKP
Adapun Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), syarat-syaratnya adalah sebagai
berikut:
1. Pengusaha PKP pindah alamat kewilayah kerja KPP lain
2. Pindah tempat kedudukan
3. Pindah tempat kegiatan usaha
4. Perubahan status perusahaan
V. SPT (Surat Pemberitahuan)

Pengertian Surat Pemberitahuan


Pasal 1 angka 11 Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang
oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak
dan bukan objek pajak, dan harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Pengaturan SPT tersebut selanjutnya dimuat dalam Peraturan Pemerintah nomor 80 tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang – Undang nomor 28 tahun
2007 dan aturan pelaksanaan pada tingkat dibawahnya seperti peraturan menteri keuangan.

Fungsi Surat Pembertitahuan


Pasal 3 Undang- Undang KUP juga menegaskan kewajiban bagi setiap wajib pajak untuk
mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam Bahasa Indonesia, satuan mata uang
rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jendral Pajak tempat
wajib pajak terdaftar. Fungsi nSPT bagi wajib pajak :
1. Bagi pengusaha.
Bagi pengusaha bahwa SPT Pajak Penghasilan yaitu berfungsi sebagai sarana
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan pajak yang sebenarnya
terutang dan melaporkan tentang pembayaran yang telah dilakukan, penghasilan yang
merupakan objek pajak / bukan objek pajak, harta dan kewajiban, dan pembayaran dari
pemotong

2. Bagi pengusaha kena pajak


Bagi pengusaha kena paak fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang
perkreditan pajak masukkan terhadap pajak keluaran, dan pembayaran pajak yang telah
dilakukan.
3. Bagi pemotong atau pemungut pajak
Bagi pemotong atau pemungut pajak fungsi SPT adalah sebagai sarana melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yag dipotong dan yang disetorkannya.

Bentuk dan Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)


Jenis SPT
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan yaitu SPT untuk suatu pajak atau bagian tahun pajak
2. SPT Masa yaitu SPT untuk suatu masa pajak yang terdiri dari :
a) SPT Masa Pajak Penghasilan
b) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
c) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai
SPT Masa beebentuk :
1. Formulir kertas (hardcopy)
2. e-SPT yaitu data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh wajib pajak
dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan Direktorat Jendral Pajak.

Isi Surat Pemberitahuan (SPT)


SPT Tahunan :
Data Dasar (formal) :
1. Nama wajib pajak, nomor poko wajib pajak, dan alamat wajib pajak.
2. Masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan,
3. Tanda tangan wajib pajak.

Data Materiil :
1. Jumlah peredaran usaha
2. Jumlah penghasilan
3. Jumlah penghasilan kena pajak
4. Jumlah pajak terutang
5. Jumlah kredit pajak
6. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
7. Jumlah harta dan kewajiban
8. Tanggal pembayaran pajak penghasila pasal 29
9. Data lainnya.

SPT Masa
SPT Masa Pajak Penghasilan :
1. Jumlah objek pajak, jumlah pajak terutang
2. Tanggal pembayaran
3. Data lainnya

Sedangkan untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dipisahkan dengan SPT Masa Pajak
Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai
1. SPT Masa Pertambahan Nilai :
a) Jumlah penyerahan
b) Jumlah dasar pengenaan pajak
c) Jumlah pajak keluaran
d) Jumlah pajak masukkan yang dapat dikreditkan
e) Jumlah kekurangan ataui kelebihan pajak
f) Tanggal peyetoran
g) Data lainnya

2. SPT Masa Pajak Pertamnahan Nilai bagi pemungut PPN:


a) Jumlah dasar pengenaan pajak
b) Jumlah pajak yang dipunggut
c) Jumlah pajak yang disetor
d) Tanggal pemunggutan
e) Tanggal penyetoran
f) Data lainnya
Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
SPT dapat disampaikan secara :
1. Secara langsung
2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
3. Cara lain

Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan


1. SPT Tahunan Pajak Penghasilam Orang Pribadi paling lama 3 bulam setelah akhir masa
pajak.
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilam Wajib Pahjak Badan paling lama 4 bulam setelah akhir
tahun pajak.

Penyampaian SPT Masa Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu


1. Wajib pajak usaha kecil
1. Wajib pajak orang pribadi
 Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
 Menerima peredaran usaha dari kegiatan usaha atau penerimaan bruto dalam
tahun pajak sebelumnya tidak lebih daro Rp 600.000.000.000

2. Wajib pajak badan


 Modal wajib pajak 100% dimiliki oleh Warga Negara Indonesia
 Menerima peredaran usaha dalam tahun pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp
900.000.000.000

2. Wajib pajak didaerah tertentu yaitu wajib pajak yang tempat tinggal, tempat kedudukan,
atau tempat kegiatan usahanya yang berlokasi disaerah tertentu yang ditetapkan oleh
Direktur Jendral Pajak.
Dikecualikan dari Kewajiban menyampaikan SPT Pajak Penghasilan
Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajibannya menyampaikan SPT yaitu wajib pajak dengan
criteria :
1. Wajib pajak orang pribadi dalam satu tahun pajak menerima penghasilan neto tidak
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang –
Undang Pajak Penghasilan. Wajib pajak ini dikecualikan dari menyampaikan SPT Masa
Pajak Penghasilam Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi.

2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan
pejerjaan bebas. Wajib pajak ini dekecualikan daari kewajiban menyampaikan SPT Masa
Pajak Penghasilan Pasal 25.

Penyampaian SPT bagi Wajib Pajak yang ,menyelanggarakan pembukuan dengan Bahasa
Inggris dan Mata Uang Dollar.
Wajib pajak dianggap tidak menyampaikan SPT apabila :
1. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani
2. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnnya dilampiri keterangan dan dokumen
3. Surat pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 tahun sesudah
berakhirnya masa pajak.
4. Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jendral Pajak melakukan pemeriksaan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

Lampiran Surat Pemberitahuan


Hal yang perlu dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan yaitu :
1. Bagi wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan SPT nya harus dilampiri dengan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba – rugi serta keteranngan – keterangan
lain yang diperlukan untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak.
2. Bagi wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan dalam SPT nya harus
dilampiri peredaean yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Jenis Surat Pemberitahuan
Berdasarkan saat pelaporannya SPT dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan pembayaran pajak terutang dalam suatu masa pajak.
2. SPT Tahunan adalah surat oleh wajib pajak yang digunakan untuk mel;aporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

Batas Waktu Pentyampaian Surat Pemberitahuan


Sesuai Pasal 3 ayat 3 Undang – Undang nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang diikuti dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 80/PMK.03/2010
tanggal 5 April 2010 , batas waktu penyampain SPT adalah :
1. Untuk SPT Masa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
2. Untuk SPT Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

Penyampaian SPT secara Electronic


SE nomor 10/Pj./2005 hal yang perlu diperhatikan :
1. Wajib pajak yang ingin menyampaikan SPT secara electronic melalui satu atau beberapa
perusahaan penyedia jasa aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak harus
memiliki Electronic Filling Identification Number (e.FIN) dan telah memperoleh
sertifikat (digital sertificate) dari Direktur Jendral Pajak.
2. Tata cara pemberian e.Fin
a) Wajib pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Palayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar dengan melampirkan fotokopi nomor
pokok wajib pajak dalam pengusaha kena pajak.
b) Kepala seksi tata usaha dalam hal KPP telah menerapkan system modern dan
memproses permohonan wajib pajak apabila persyaratan telah lengkap.
c) Permohona e.FIN harus diselesaikan paling lama 2 hari kerja sejak permohonan wajib
pajak.
d) Bentuk e.FIN.
e) E.FIN diberikan kepada wajib pajak setelah ditandatangani oleh kepala seksi tata
usaha perpajakan atas nama kepala kantor.
3. Wajib pajak yang telah menerima e.FIN akan menyampaikan SPT electronic melalui
perusahaan penyedia jasa aplikasi.
4. Kantor Pelayanan Pajak menerima induk Surat pemberitahuan yag telah ditandatangani
oleh wajib pajak.
5. Dalam hal kantor Kantor Pelayanan Pajak belum menerima induk Surat Pemberitahuan
yang telah ditandatangani oleh wajib pajak sampai dengan jangka waktu yang tealh
ditetapkan maka wajib pajak dianggap belum menyampaikan SPT.
6. Dalam hal terdapat perbedaan antara SPT yang diampaikan secara electronic dengan
induk SPT yang telah ditandatangani oleh wajib pajak maka wajib pajak harus
menyampaikan kembali induk Surat Pemberitahuan yang telah ditandatangani yang data
akurasinnya sesuai dengan SPT yang diampaika secara electronic.

Pembetulan SPT
Apabila dalam pengisian SPT ternyata ada kekeliruan maka wajib pajak atas kemauan sendiri
masih berhak untuk melakuakn pembetulan tetapi dituntut syarat bahwa Direktur Jendral
Pajak belum melakukan tindakan pemerikasaan.
Wajib pajak melakukan pembetulan sehingga SPT menyatakan rugi atau lebih bayar.
Pembetulan SPT harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan.
Referensi

1. Mardiasmo, 2002. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.


2. 4. Mardiasmo, 2011. Perpajakan (Edisi Revisi Tahun 2011). Penerbit CV Andi offset :
Yogyakarta.
3. Waluyo dan Wirawan, 2002. Perpajakan Indonesia : Pembahasan sesuai dengan
Ketentuan Pelaksanaan Perundang-undangan Perpajakan Terbaru, Jakarta : Penerbit
Salemba Empat.
4. Anatasia Diana dan Lilis Setiawati, 2009. Perpajakan Indonesia (Konsep, aplikasi, dan
penuntun praktis). Penerbit CV Andi Offset : Yogyakarta.
5. Vaelntina Sri Sumardiyanti dan Aji Suryo, Perpajakan Indonesia, cet.1, Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 2003

http://riskisurakhman.blogspot.co.id/2012/03/pajak-hak-dan-kewajiban-wajib-
pajak.html

http://www.slideshare.net/zizahazizah1029/pengertian-hak-dan-kewajiban-wajib-pajak

Anda mungkin juga menyukai