Anda di halaman 1dari 4

BEDA TETAP DAN BEDA WAKTU .

a. Beda Tetap / Permanen :


Beda Tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi dan
menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak
diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Beda tetap mengakibatkan laba / rugi menurut akuntansi ( pre tax
income ) berbeda secara tetap dengan Laba Kena Pajak menurut fiskal ( taxable income ).
Beda Tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal- hal berikut dikeluarkan dari
perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ( Pasal 4 ayat (2) UU PPh ).
2. Penghasilan yang bukan obyek pajak ( Pasal 4 ayat (3) UU PPh ).
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau jumlahnya
melebihi kewajaran ( Pasal 9 ayat (1) UU PPh ).

b. Beda Waktu / Sementara :


Sesuai namanya, beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya
temporer. Artinya, secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya
sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.
Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara pajak dengan akuntansi dalam
hal :
Akrual dan realisasi.
Penyusutan dan amortisasi.
Penilaian persediaan.
Kompensasi kerugian fiskal.

c. Koreksi Positif dan Negatif dari Rekonsiliasi Fiskal.


Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak yang pembukuannya menggunakan pendekatan
akuntansi komersial, yang bertujuan mempermudah mengisi SPT Tahunan PPh dan menyusun Laporan
Keuangan Fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif.

Koreksi positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah sebagai akibat adanya :
1…Beban yang tidak diakui oleh pajak ( non deductible expense ).
2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal.
3 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal.
4. Penyesuaian fiskal posotif lainnya.

Koreksi negatif terjadi apabila pendapatan fiskal berkurang sebagai akibat adanya :
1. Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak.
2. Penghasilan yang digunakan PPh Final.
3. Penyusutan komersial lebih kecil dari pada penyusutan fiskal.
4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal.
5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.
6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.
d. CONTOH SOAL :
PT Fast meminta bantuan anda menyusun rekonsiliasi fiskal berdasarkan data Laporan Keuangan tahun
2008 sebagai berikut (dalam rupiah) :
Pejualan : 1.250.000.000
HPP: (500.000.000)
Penghasiln Bruto Usaha : 750.000.000
Biaya Operasional
a. Gaji : 55.000.000
b. Tunjangan Transport Karyawan : 45.000.000
c. Biaya makan kantor : 6.000.000
d. Biaya pengobatan ditanggung perusahaan : 20.000.000
e. Biaya training karyawa : 15.000.000
f. Biaya seragam satpam : 12.000.000
g. Biaya sanksi administrasi pajak : 10.000.000
h. Biaya pengangkutan : 4.500.000
i. Biaya bunga pinjaman : 7.000.000
j. Cadanganpenghapusan piutang : 5.000.000
k. Biaya jamuan tamu tanpa daftar nominatif : 10.000.000
l. Biaya listrik dan telepon kantor : 24.000.000
m. PBB dan Bea Meterai : 3.000.000
n. Penyusutan aset tetap : 40.000.000
o. PreMi asuransi kebakaran pabrik : 10.000.000
p. Bantuan untuk panitia HUT RI : 5.000.000
Tota Biaya Operasional : 271.500.000
Laba Usaha : 478.500.000

Pendapatan Lain- lain :


a. Dividen dari PT Jaya ( setelah PPh ) : 85.000.000
( % kepemilikan 20% )
b. Sewa kendaraan box kepada Fa. Maju ( setelah PPh ) : 9.700.000
c. Keuntungan selisih kurs : 5.000.000
d. Penerimaan pengembalian PBB yang telah
dibebankan : 5.000.000
e. Jasa giro Bank Mandiri ( sebelum PPh ) : 2.000.000
Total Pendapatan Lain- lain : 106.700.000
Laba Usaha Sebelum PPh : 585.200.000

Keterangan Tambahan :
Harga beli Nilai residu
Jenis aset Tahun beli ( dalam Rp ) ( dalam Rp.)
Bangunan permanen 06 – 07 - 2006 400.000.000 50.000.000
Kelompok I 10 – 12 - 2007 60.000.000 10.000.000

Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus.


Pertanyaan :
1. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT Fast.
2. Berapa penghasilan neto fiskal perusahaan.
PT Fast
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008
( dalam ribuan rupiah )
Koreksi fiskal
Keterangan Keterangan
Mnrt Postif Negtf Mnrt fiskal
Aktns

Penjualan / Peredaran 1.250.000 -- -- 1.250.000


-/- HPP (500.000) -- -- (500.000)
Pengh Bruto Ush 750.000 -- -- 750.000
Biaya Usaha :
-Gaji 55.000 -- -- 55.000
-Tunjangan transpt Kary. 45.000 -- -- 45.000
-By. Makan kantor 6.000 -- -- 6.000
-By Pengobtn.dtng.Persh. 20.000 20.000 -- 0 A
-By training karywn 15.000 -- -- 15.000
-By sragam Satpam 12.000 -- -- 12.000 B
-Sanksi adm Pajak 10.000 10.000 -- 0
-By Pengangkutn 4.500 -- -- 4.500
-By Bunga Pinjaman 7.000 -- -- 7.000
C
-Cad Penghpsn Piut 5.000 5.000 -- 0
-By Jamuan tamu tanpa
D
Daftar nominatif 10.000 10.000 -- 0
-By Listrik & Telp Kantr 24.000 -- -- 24.000
-PBB & Bea Met 3.000 -- -- 3.000 E
-Penyst Aset Tetap 40.000 5.000 -- 35.000
-Premi ass Kebakr Pabrk 10.000 -- -- 10.000 F
-Sumbangan HUT RI 5.000 5.000 -- 0

Total Biaya Ush (271.500) (55.000) -- (216.500)


Pengh Neto dari Ush 478.500 55.000 -- 533.500
+/+Pengh dari Luar Ush G
- Dividen dari PT Jaya 85.000 17.000 -- 102.000
-Trima Sewa kendraan Box dari Fa Maju 9.700 300 -- 10.000 H
- Keuntungn Sel Kurs. 5.000 -- -- 5.000
- Pen Pengmblian PBB yg telah dibebankan 5.000 -- -- 5.000
- Jasa giro Bank Mandiri 2.000 -- 2.000 0
Total Pngh Luar Ush 106.700 15.300 2.000 120.000 I

-/- By dari Luar Ush -- - -- --

Laba Bersih sbl Pajak 585.200 70.300 2.000 653.500


Keterangan :
A : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
B : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
C : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
D : SE Dirjen Pajak No. 27 /PJ.42/ 1986.
E : Pasal 11 UU PPh.
F : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
G : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
H : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
I : Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
Penghasilan neto fiskal perusahaan adalah Rp. 653.500.000,-
- Atas koreksi fiskal yang dilakukan, perusahaan tidak perlu membuat jurnal.
- PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPh Pasal 17 terhadap Penghasilan
Kena Pajak. Sebelum dikalikan tarif PPh, Penghasilan Kena Pajak terlebih dahulu dibulatkan ribuan
kebawah.

C. KREDIT PAJAK TAHUN BERJALAN.


Kredit pajak tahun berjalan terdiri atas :
1. Kredit pajak dalam negeri.
Untuk WP Orang Pribadi, kredit pajak dalam negeri dapat terdiri atas PPh yang dipotong / dipungut pihak
lain, meliputi PPh Pasal 21, 22, 23. Seangkan untuk WP Badan, kredit pajak dalam negeinya dapat terdiri
atas PPh Pasal 22 atau 23.
2. Kredit Pajak Luar Negeri.
Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar newgeri dapat dikreditkan di Indonesia ( PPh
Pasal 24 ). Pengkreditan PPh Pasal 24 dilakukan di tahun pajak digabungkannya penghasilan
tersebut. Namun kerugian di luar negeri tidak boleh digabungkan.
PPh yang dibayar sendiri.
Pembayaran pajak yang dilakukan oleh WP sendiri berupa angsuran PPh Pasal 25 yang dibayar setiap bulan
ataupun fiskal luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai